SKRIPSI
AKHDAN RIFQI
NIM : 110600147
Pembimbing:
Akhdan Rifqi
Kelainan jaringan lunak rongga mulut pada anak di RSGMP FKG USU tahun
2010-2015
x + 47 halaman
Penyakit jaringan rongga mulut umumnya tidak memberikan gejala rasa sakit,
tidak menimbulkan keluhan dan tidak mengganggu aktivitas. Mengingat jumlah
kasus yang sering terjadi, lesi mukosa rongga mulut anak sangat penting untuk
dibahas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi kelainan jaringan
lunak rongga mulut anak yang melakukan perawatan di RSGMP FKG USU dari
tahun 2010 – 2015.
Jenis penelitian ini adalah retrospektif deskriptif. Sampel penelitian ini adalah
lembar pemeriksaan lengkap di RSGMP FKG USU Departemen IKGA dari tahun
2010 – 2015 dengan jumlah keseluruhan sampel sebanyak 3170 lembaran
pemeriksaan. Jumlah sampel yang memiliki kelainan jaringan lunak rongga mulut
pada anak sebanyak 677 sampel. Pengambilan sampel dengan metode total sampling.
Data dianalisis dan diolah secara deskriptif yaitu data univariat, dilakukan terhadap
tiap variable dari hasil penelitian dan dihitung dalam bentuk persentase.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak perempuan lebih banyak
memiliki kelainan jaringan lunak rongga mulut dibandingkan anak laki-laki. Kelainan
yang paling banyak di temukan pada bibir adalah angular chelitis, pada mukosa labial
dan mukosa bukal adalah SAR, pada palatum adalah palatum tinggi, pada lidah
adalah angkyloglossia, pada tonsil adalah tonsillitis, dan pada gingiva adalah
gingivitis.
Kesimpulan, jumlah prevalensi kelainan jaringan lunak rongga mulut terbesar
terlihat pada kelainan gingiva, sedangkan jumlah prevalensi kelainan jaringan mulut
terkecil yaitu kelainan palatum. Berdasarkan hasil penelitian ini perlunya perhatian
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulisa laporan hasil penelitian ini selesai disusun. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Ayahanda Arbain Panggabean,
SH., M.Hum dan ibunda Rusnita Dewi yang telah membesarkan, mendidik,
membimbing, mendoakan dan memberikan kasih sayang serta dukungan secara moral
dan material kepada penulis sampai laporan hasil penelitian ini dapat diselesaikan.
Selama proses penyusunan laporan hasil penelitian ini, penulis telah banyak
mendapatkan bimbingan, pengarahan, motivasi, dukungan, doa serta arahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalamnya kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Essie Octiara, drg., Sp.KGA selaku ketua Departemen Ilmu Kedokteran
Gigi Anak (IKGA) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., MSc selaku dosen pembimbing
skirpsi pertama yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran tenaga, saran, dan
dukungan yang sangat berharga untuk membimbing penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini dengan baik.
4. Luthfiani Samad, drg selaku dosen pembimbing skripsi kedua yang telah
banyak meluangkan waktu, pikiran tenaga, saran, dan dukungan yang sangat berharga
untuk membimbing penulis, sehingga penulisa dapat menyelesaikan laporan hasil
penelitian ini dengan baik.
5. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan serta dorongan selama menjalani program
akademik.
Akhdan Rifqi
NIM : 110600147
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI .................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
LAMPIRAN
vi
Gambar Halaman
1 Celah Bibir pada Anak ......................................................................... 5
2 Angular Chelitis pada Anak ................................................................. 7
3 Stomatitis Aphtosa Rekuren pada Anak ............................................... 8
4 Traumatik Ulser.................................................................................... 10
5 Gingivitis pada Anak ............................................................................ 11
6 Gingivostomatitis Herpetika Primer..................................................... 12
7 Pembesaran gingiva .............................................................................. 13
8 Celah Palatum pada anak .......................................................................... 14
9 Tonsilitis ...................................................................................................... 15
10 Geographic Tongue pada anak.................................................................. 16
11 Fissured Tongue ......................................................................................... 16
12 Coated Tongue ............................................................................................ 17
13 Ankyloglossia .............................................................................................. 18
14 Candidiasis Oral .................................................................................. 18
vii
Tabel Halaman
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
lunak rongga mulut pasien anak yang melakukan perawatan di RSGM-P Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara tahun 2010-2015.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan lunak rongga mulut terdiri dari bibir, mukosa labial, mukosa bukal,
papilla parotis, dasar mulut, palatum molle, orofaring, tonsil, lidah dan gingiva.
Jaringan lunak rongga mulut manusia berupa mukosa yang memiliki struktur dan
fungsi bersifat transisi antara kulit dan mukosa traktus gastro-intestinalis. Mukosa
mulut menyerupai mukosa intestin karena secara konstan dibasahi oleh cairan
(mukus). Lapisan epitelnya menyerupai kulit yang memiliki kemampuan regenerasi
yang tinggi karena memiliki lapisan epitel berlapis gepeng pada regio yang
berkeratin.4
Mukosa terbagi menjadi mukosa pengunyahan, mukosa pembatas dan mukosa
khusus. Mukosa pengunyahan terdiri dari sel epitel yang berkeratinisasi dan
ditemukan pada bagian gingiva, dorsum lidah dan palatum durum. Mukosa pembatas
terdapat pada bagian dasar mulut, palatum molle dan sisi ventral atau lateral lidah
yang epitelnya tidak berkeratin. Lidah mempunyai mukosa khusus dimana terdiri dari
papilla-papila yang berfungsi dalam pengecapan.4
Mukosa mulut mampu berperan sebagai pelindung jaringan lunak dibawahnya
dari kekuatan fisik yang berpotensi merusak akan tetapi juga cukup lentur dan tahan
untuk mengakomodasi proses pembentukan makanan menjadi bolus. Mukosa mulut
juga berfungsi sebagai barier terhadap mikroorganisme, toksin dan berbagai macam
antigen, serta mempunyai peran immunologi karena mensekresikan saliva. Saliva
mengandung immunoglobulin A yang merupakan kompononen immunologi terbesar
dalam saliva yang dapat melawan bakteri dan menghambat kinerja bakteri dalam
menginvasi rongga mulut.4,5
Pemeriksaan jaringan lunak rongga mulut memerlukan pengetahuan mengenai
kondisi normal jaringan lunak rongga mulut. Bagian-bagian dari jaringan lunak
rongga mulut yaitu bibir, mukosa labial dan bukal, gingiva, tonsil, dan lidah.
2.1 Bibir
Bibir merupakan tepi luar rongga mulut yang tertutup oleh mukosa dan
lapisan parakeratin dipermukaannya. Dibawah lapisan ini terdapat jaringan ikat dan
pasokan darah dalam jumlah yang besar. Pada bibir terdapat otot yang mampu
mengontrol pergerakan bibir yaitu otot obicularis oris, levator, dan depressor oris.
Pertemuan antara bibir dengan mukosa labial disebut garis basah yang merupakan
titik kontak antara bibir atas dengan bibir bawah. Vermillion adalah bagian luar dari
garis basah dan pada pertemuan antara bibir dengan kulit disebut tepi vermillion. 4
Adapun kelainan pada bibir seperti celah bibir dan angular chelitis.
Grup I
- Celah palatum molle
Grup II
- Celah palatum molle dan palatum durum yang tidak meluas ke foramen
insisivus
Grup III
- Celah bibir dan celah palatum unilateral yang meluas dari palaum lunak
sampai alveolar, biasanya melibatkan lidah.
Grup IV
- Celah bibir dan celah palatum bilateral
3. Menurut Arturosantiago
Santiago mengajukan klasifikasi ini pada tahun 1969 yang menggunakan
empat digit untuk menandai keadaan dan lokasi celah. Setiap digit angka disertai
keterangan umtuk mengetahui kondisi celah.
Empat digit mewakili empat struktur yang mempengaruhi celah, yaitu :
Digit pertama adalah untuk lidah
Digit kedua adalah untuk tulang alveolar
Digit ketiga adalah untuk palatum durum
Digit keempat adalah untuk palatum molle
Angka yang digunakan sebagai digit mewakili kondisi celah, yaitu :
0 = tidak ada celah
1 = celah pada midline
2 = celah pada sisi kanan
3 = celah pada sisi kiri
4 = celah bilateral
Huruf diindikasikan untuk tipe celah yang lebih spesifik, yaitu :
A = celah midline yang tidak sempurna
B = celah pada bagian kanan yang tidak sempurna
C = celah pada bagian kiri yang tidak sempurna
2.3 Gingiva
Gingiva merupakan jaringan lunak yang menutupi tulang alveolar. Gingiva
pada anak memiliki perbedaan dengan gingiva dewasa. Pada anak warna gingiva
lebih merah muda pucat, daerah margin gingiva lebih banyak mengandung pembuluh
darah dan lebih sedikit jaringan ikat dan juga memiliki ketebalan yang lebih tipis
dibandingkan orang dewasa. Gingiva dapat dibagi menjadi gingiva cekat, gingiva
interdental dan gingiva bebas. Gingiva cekat meluas ke arah korona dari mukosa
alveolar hingga tepi gingiva bebas. Pada keadaan sehat, gingiva cekat berwarna
merah muda dan lebarnya 2-7 mm yang memiliki permukaan sedikit cembung
disertai stippling. Gingiva bebas membentuk kerah gingiva disekitar leher gigi.
Sifatnya bergerak bebas dan tidak memiliki stippling. Gingiva interdental dapat
dilihat diantara kedua gigi yang membentuk segitiga yang meluas ke arah insisal. 20
Adapun kelainan yang sering terjadi pada anak seperti :
2.3.1 Gingivitis
Gingivitis adalah infeksi bakteri campuran yang mengakibatkan peradangan
dan kerusakan reversibel pada jaringan gingiva tanpa hilangnya perlekatan jaringan
ikat. Gingivitis terjadi akibat penumpukan plak dan kalkulus di atas permukaan gigi,
makanan yang terselip, gigi yang berlubang, restorasi tepi gigi yang menggantung
dan tambalan gigi yang tidak pas.21 Gingivitis juga dapat terjadi pada segala usia dan
jenis kelamin. Diagnosis gingivitis ditentukan berdasarkan perdarahan dan perubahan
warna, konsistensi, dan kontur gingiva. Ciri-cirinya mencakup gingiva tepi yang
membengkak dan merah, hilangnya stippling, papilla interdental yang membulat dan
berwarna ungu kemerahan, serta meningkatnya aliran cairan dari sulkus gingiva.
Gingivitis dapat dihilangkan dengan membersihkan plak bakteri atau scalling.4
Pada penelitian Pari A dkk prevalensi dari gingivitis sebesar 73% dengan usia
anak 6-11 tahun, presentase itu lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki
dibandingkan dengan anak perempuan berdasarkan tingkat kebersihan mulut.
Gingivitis yang terjadinya pada anak biasanya disebabkan oleh kebersihan mulut
yang buruk.22
penyakit sistemik seperti leukemia, hormon saat pubertas, erupsi gigi yang terlambat
dan pengaruh konsumsi obat seperti fenitoin dan nifedipin. Adapun perawatan yang
dapat dilakukan adalah scalling pada bagian subgingiva bergantung kepada tingkat
keparahan.24 Penelitian yang dilakukan oleh Majorana A dkk di Milan pada tahun
2010 dengan rentang usia 0-12 tahun menunjukkan bahwa pembesaran gingiva lebih
banyak pada anak perempuan dengan persentase 0,24% dan anak laki-laki 0,21%
dari total 10 ribu data anak.1
2.4 Palatum
Palatum merupakan sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara
rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut.
Struktur palatum sangat penting untuk dapat melakukan proses mengunyah dan
bernafas pada saat yang sama. Palatum secara anatomis dibagi menjadi dua bagian
yaitu palatum durum dan palatum mole. Palatum durum merupakan atap rongga
mulut yang terdiri dari epitelium skuamosa, jaringan ikat, kelenjar saliva minor dan
duktus (hanya pada 2/3 posterior saja). Secara anatomis palatum durum terbentuk atas
papilla insisiva, rugae, lipatan samping dan raphe palatal median. Palatum molle
terletak di belakang palatum durum. Palatum molle tidak didukung oleh tulang dan
mempunyai lebih banyak kelenjar saliva minor, jaringan limfoid dan lemak
dibandingkan palatum durum. Palatum molle memiliki fungsi selama pengunyahan
dan penelanan.4 Kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada palatum seperti celah
palatum, torus palatinus.
2.5 Tonsil
Tonsil merupakan struktur jaringan lunak dengan bentuk seperti tonjolan yang
mempunyai rongga di permukaan dan lipatan yang berfungsi menangkap mikroba
patologis. Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
Cincin Waldeyer adalah jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang
terdapat pada bagian posterior lidah (tonsil lingual), faring (tonsil faringeal), dan pilar
tonsil. Penyakit pada tonsil ini disebut dengan tonsillitis, penyakit ini merupakan
permasalahan yang umum ditemukan pada anak. Tonsilitis adalah peradangan pada
tonsil yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer yang disebabkan oleh
mikroorganisme berupa virus, bakteri, dan jamur. Berdasarkan waktu berlangsung
(lamanya) penyakit tonsillitis terbagi menjadi dua, yakni tonsillitis akut jika penyakit
berlangsung kurang dari 3 bulan dan tonsillitis kronis jika peradangan pada tonsil
berlangsung lebih dari 3 bulan.4,26 Kelainan tonsil yang biasa terjadi pada anak adalah
tonsillitis akut. Tonsillitis akut adalah adalah radang akut yang disebabkan oleh
kuman Streptococcus β hemolyticus, Streptococcus viridans dan Streptococcus
pyogenes, dapat juga disebabkan oleh virus.27 Penelitian Kunnamo A dkk
menemukan dari 200 anak lebih dari 95% menderita tonsillitis akut. Perawatan yang
dapat dilakukan adalah dengan pemberian obat antibiotik.28
Gambar 9. Tonsilitis29
2.6 Lidah
Lidah merupakan organ padat yang terbentuk atas otot skeletal dan
mempunyai fungsi penting dalam merasa, mengunyah, menelan dan berbicara. Pada
permukaan atas lidah (dorsum) ditutupi oleh lapisan pelindung berupa epitel berlapis
gepeng dan beberapa tonjolan mukosa yang membentuk papila. Ada 3 jenis papilla
yaitu papilla filiformis, papilla sirkumvalata, dan papilla fungiformis. 4 Kelainan lidah
yang dapat ditemukan pada anak adalah geographic tongue, fissure tongue, coated
tongue, ankyloglossia, dan candidiasis oral.
tercatat kasus Fissured tongue sebanyak 49 anak, dimana 24 anak laki-laki dan 25
anak perempuan.18
2.6.4 Ankyloglossia
Ankyloglossia pada umumnya terjadi karena adanya kelainan kongenital.
Ciri- ciri dari ankyloglossia adalah terdapat kelainan pada perlekatan frenulum bagian
lidah yang mengakibatkan lidah terlihat lebih pendek daripada lidah normal. Kelainan
ini mengakibatkan lidah sulit untuk dijulurkan dan menyentuh palatum, keadaan yang
lebih parah dapat mempengaruhi berbicara.34 Penelitian yang dilakukan oleh
Khozeimeh F dkk di Iran pada tahun 2003 menemukan 5% dari total 1540 pelajar
berusia 7-17 tahun di Iran mengalami kelainan ankyloglossia.32
Rongga Mulut
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah lembar pemeriksaan di RSGM-P FKG USU klinik
IKGA dari tahun 2010-2015. Pengambilan sampel dengan metode total sampling
yaitu mengambil semua sampelyang dilakukan pada lembar pemeriksaan lengkap
perawatan gigi anak pada RSGM-P Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara Departemen IKGA tahun 2010-2015.
akumulasi plak.
Celah Palatum 1. Ada Nominal
Merupakan kelainan yang
2. Tidak ada
terjadi di palatum akibat
adalah kegagalan penyatuan
celah labiomaksilari atau tidak
sempurnanya penyatuan
rahang atas dan prosesus
medial nasal pada masa
kongenital sama seperti celah
yang terjadi pada bibir.
Tonsilitis 1. Ada Nominal
Radang akut yang disebabkan
2. Tidak ada
oleh kuman streptococcus β
hemolyticus, streptococcus
viridans dan streptococcus
pyogenes, dapat juga
disebabkan oleh virus.
Geographic Tongue 1. Ada Nominal
kondisi rekuren benigna yang
2. Tidak ada
menyerang lidah dengan
etiologi yang tidak menentu.
Geographic tongue biasanya
dapat menyebabkan rasa sakit
dan menunjukkan ulser seperti
terbakar, namun dalam
beberapa kasus dapat juga
terjadi asimtomatik.
Fissured Tongue 1. Ada Nominal
Kelainan yang disebabkan
Tipe Lesi 2. Tidak ada
oleh lesi putih pada
permukaan dorsal lidah yang
berbentuk alur atau lekukan.
Penyebab kelainan ini tidak
jelas, namun biasanya karena
faktor keturunan.
Coated Tongue 1. Ada Nominal
Kelainan pada lapisan dorsal
2. Tidak ada
lidah akibat papilla filiformis
yang memanjang sehingga
permukaan lidah berbentuk
selaput yang tampak seperti
tertutup oleh lapisan yang
berwarna putih atau
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan tahun, umur, dan jenis kelamin pasien anak
yang datang berobat ke RSGM-P FKG USU Klinik IKGA tahun 2010-2015
No Karakteristik n %
1 Tahun:
2010 562 17,73
2011 689 21,74
2012 590 18,61
2013 428 13,50
2014 428 13,50
2015 473 14,92
Total 3170 100
2 Umur:
1 1 0
2 4 0,12
3 23 0,73
4 113 3,57
5 269 8,49
6 395 12,46
7 439 13,85
8 584 18,42
9 575 18,14
10 396 12,49
11 210 6,62
12 104 3,28
13 50 1,58
14 7 0,22
3 Jenis kelamin:
Laki-laki 1367 43,12
Perempuan 1803 56,88
Total 3170 100
(12,11%), anak umur 11 tahun sebanyak 50 pasien (7,39%), anak umur 5 tahun
sebanyak 44 pasien (6,50%), anak umur 12 tahun sebanyak 32 pasien (4,73%), anak
umur 4 tahun sebanyak 18 pasien (2,66 %), anak umur 13 tahun sebanyak 16 pasien
(2,36%), anak umur 3 tahun sebanyak 3 pasien (0,44%), sedangkan ditemukan
jumlah yang paling sedikit mengalami kelainan adalah pada anak dengan umur 1 dan
14 tahun yaitu sebanyak 1 pasien (0,15%), dan tidak ditemukan adanya kelainan pada
anak umur 2 tahun.
Tabel 3.Distribusi sampel yang memiliki kelainan jaringan lunak rongga mulut
berdasarkan umur, jenis kelamin, dan jumlah kelainan pasien anak yang
datang berobat ke RSGM-P FKG USU Klinik IKGA tahun 2010-2015
No Karakteristik N %
1 Umur:
1 1 0,15
2 0 0
3 3 0,44
4 18 2,66
5 44 6,50
6 85 12,56
7 84 12,41
8 140 20,68
9 121 17,87
10 82 12,11
11 50 7,39
12 32 4,73
13 16 2,36
14 1 0,15
2 Jenis kelamin:
Laki-laki 298 44,02
Perempuan 379 55,98
Total 677 100
diikuti dengan anak laki-laki dengan 2 kelainan sebanyak 30 pasien dan anak
perempuan sebanyak 54 pasien, serta anak laki-laki dan perempuan dengan 3
kelainan berjumlah sama yaitu sebanyak 5 pasien, sedangkan anak laki-laki dengan 4
kelainan sebanyak 2 pasien dan tidak ditemukan anak perempuan dengan 4 kelainan.
Tabel 4. Distribusi sampel yang memiliki kelainan jaringan lunak rongga mulut
berdasarkan jumlah kelainan berdasarkan jenis kelamin pasien anak yang
datang berobat ke RSGM-P FKG USU Klinik IKGA tahun 2010-2015
Jenis Kelamin
Total
Jumlah Kelainan Laki-laki Perempuan
n % n % n %
1 261 38,55 320 47,26 581 85,82
2 30 4,43 54 7,97 84 12,41
3 5 0,73 5 0,73 10 1,48
4 2 0,35 0 0 2 0,30
Total 298 44,02 379 55,98 677 100
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase dari Jumlah Kelainan pada Bibir
Jenis Kelamin Total
Kelainan Bibir
Laki-laki Perempuan n %
Celah bibir 1 3 4 0,59
SAR 3 2 5 0,73
Ulser 5 0 5 0,73
Angular Cheilitis 2 4 6 0,88
Oedema 1 1 2 0,29
Total 12 10 22 3,24
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase dari Jumlah Kelainan pada Mukosa
Labial
Kelainan Mukosa Labial Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan n %
SAR 13 22 35 5,16
Traumatik ulser 3 2 5 0,73
Odema 2 1 3 0,44
Pigmentasi 1 1 2 0,29
Total 19 26 45 6,64
Pada tabel 7 distribusi frekuensi dan persentase dari jumlah kelainan pada
mukosa bukal. Dipeoleh jumlah pasien anak yang mengalami kelainan SAR sebanyak
20 anak (2,95%), traumatik ulser sebanyak 9 anak (1,32%), odema sebanyak 9 anak
(1,32%), dan linea alba sebanyak 2 anak (0,29%). Tabel ini menunjukkan kelainan
SAR dengan jumlah kelainan yang paling banyak ditemukan sebanyak 20 anak
(20%).
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase dari Jumlah Kelainan pada Mukosa
Bukal
Jenis Kelamin Total
Kelainan Mukosa Bukal
Laki-laki Perempuan n %
SAR 11 9 20 2,95
Traumatik ulser 5 4 9 1,32
Odema 3 6 9 1,32
Linea alba 1 1 2 0,29
Total 20 20 40 5,90
Tabel 8 distribusi frekuensi dan persentase dari jumlah kelainan pada palatum.
Ditemukan jumlah pasien anak yang mengalami kelainan traumatik ulser sebanyak 1
anak (0,14%), celah palatum sebanyak 1 anak (0,14%), ulser sebanyak 5 anak
(0,73%), torus palatinus sebanyak 1 anak (0,14) dan kelainan palatum tinggi
sebanyak 10 anak (1,47%). Tabel ini menunjukkan kelainan yang paling banyak
ditemukan adalah palatum tinggi sebanyak 10 anak (1,47%).
Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase dari Jumlah Kelainan pada Palatum
Jenis Kelamin Total
Kelainan Palatum
Laki-laki Perempuan N %
Traumatik 1 0 1 0,14
Celah palatum 1 0 1 0,14
Ulser 3 2 5 0,73
Torus palatinus 1 0 1 0,14
Palatum tinggi 6 4 10 1,47
Total 12 6 18 2,65
Tabel 9 distribusi frekuensi dan persentase dari jumlah kelainan pada lidah.
Ditemukan jumlah pasien anak yang mengalami kelainan ulser sebanyak 13 anak
(1,92%), traumatik ulser sebanyak 7 anak (1,92%), geographic tongue sebanyak 8
anak (1,18%), fissured tongue sebanyak 3 anak (0,44%), coated tongue sebanyak 7
anak (1,03%), ankyloglossia sebanyak 16 anak ( 2,36%), hairy tongue sebanyak 1
anak ( 0,14%), dan macroglossia sebanyak 7 anak (1,03%). Tabel ini menunjukkan
kelainan ankyloglossia banyak ditemukan sebesar 16 anak (2,36%).
Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase dari Jumlah Kelainan pada Lidah
Kelainan Lidah Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan N %
Ulser 6 7 13 1,92
Traumatik ulser 2 5 7 1,03
Geographic tongue 4 4 8 1,18
Fissure tongue 3 0 3 0,44
Coated tongue 5 2 7 1,03
Ankyloglossia 4 12 16 2,36
Hairy tongue 1 0 1 0,14
Macroglossia 6 1 7 1,03
Dan lain-lain 0 1 1 0,14
Total 31 32 63 9,30
Tabel 10 distribusi frekuensi dan persentase dari julah kelainan pada tonsil.
Ditemukan jumlah pasien anak yang mengalami tonsillitis sebanyak 60 anak (8,86%),
dan ulser sebanyak 4 anak (0,59%). Tabel dari kelainan tonsil ini menunjukkan
kelainan tonsilitis banyak ditemukan pada pasien anak.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase dari Jumlah Kelainan pada Tonsil
Jenis Kelamin Total
Kelainan Tonsil
Laki-laki Perempuan N %
Tonsillitis 19 41 60 8,86
Ulser 1 3 4 0,59
Total 20 44 64 9,45
Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase dari Jumlah Kelainan pada Gingiva
Kelainan Gingiva Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan n %
Resesi gingiva 0 1 1 0,14
Gingivitis 190 260 450 66,46
Ulser 0 1 1 0,14
Odematous 10 13 23 3,39
Fistel 30 30 60 8,86
Total 230 305 535 79,02
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (RSGMP FKG USU) klinik
Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) dengan jumlah keseluruhan sampel (total
sampling) sebanyak 3170 lembar pemeriksaan. RSGMP FKG USU klinik IKGA
ditujukan melayani kesehatan gigi dan mulut masyarakat umum khususnya anak-anak
yang berumur 1-14 tahun. Pasien anak di RSGMP FKG USU klinik IKGA dapat
berupa pasien yang datang sendiri atau pasien yang dicari oleh mahasiswa co-
assistant (co-ass). Pasien anak yang datang diperiksa bukan hanya keadaan gigi
geligi, namun pemeriksaan jaringan lunak pada rongga mulut juga wajib dilakukan.
Dari pemeriksaan tersebut ditemukan kelainan pada bibir, mukosa labial, mukosa
bukal, gingiva, palatum mole, tonsil dan lidah.
Pada tabel 2 diperoleh demografi sampel penelitian yang bervariasi
berdasarkan tahun, umur, dan jenis kelamin. Berdasarkan tahun, diperoleh jumlah
sampel yang fluktuatif. Jumlah sampel yang fluktuatif ini dikaitkan dengan
kecenderungan mahasiswa co-ass membawa pasien sendiri sesuai dengan minimal
requirement sehingga mempengaruhi jumlah pasien yang dirawat pada klinik IKGA
setiap tahunnya. Ketidakkooperatifan pasien anak yang ditangani, menyebabkan
mahasiswa co-ass mengganti pasien baru yang lebih kooperatif juga dapat
mempengaruhi jumlah pasien yang datang. Faktor lain yang menyebabkan jumlah
sampel yang fluktuatif disebabkan RSGMP FKG USU klinik IKGA sudah menajadi
tempat rujukan pada kasus yang tidak bisa ditangani oleh dokter gigi baik dari luar
kota Medan maupun program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) seperti
pada puskesmas.
Berdasarkan umur, diperoleh jumlah sampel yang paling banyak terdapat pada
antara umur 6-12 tahun. Jumlah sampel yang banyak ini dikarenakan pada fase
pertumbuhan gigi anak umur 6-12 tahun merupakan masa gigi bercampur. Brazil
Oral Research pada tahun 2012 meneliti sebanyak 270 anak yang melakukan
kunjungan ke klinik gigi, diperoleh jumlah sampel paling banyak terdapat pada umur
7-9 tahun yaitu sebanyak 36,36%. Hal ini berkaitan dengan tingginya karies pada gigi
posterior anak pada masa gigi bercampur.38 Jumlah sampel paling banyak terdapat
pada umur 8 tahun yaitu sebanyak 18,45%. Hal ini disebabkan oleh mahasiswa co-ass
lebih memilih anak umur diatas 6 tahun karena keadaan psikologis anak pada umur
diatas 6 tahun sudah lebih kooperatif dalam menjalankan perawatan gigi. Pada anak
umur diatas 6 tahun juga telah mengikuti kegiatan sekolah dan telah jauh dari
pantauan keluarga sehingga mereka sudah terbiasa lebih mandiri dan tidak takut
dalam menerima keadaan baru.39
Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh jumlah sampel perempuan lebih banyak
daripada laki-laki yaitu perempuan sebanyak 56,88% dan laki-laki sebanyak 43,12%.
International Journal of Environmental Research and Public Health pada tahun 2014
menemukan bahwa anak perempuan lebih banyak dilakukan perawatan gigi daripada
laki-laki.40 Hal ini dapat dikaitkan dengan banyaknya mahasiswa co-ass yang berjenis
kelamin perempuan di RSGMP FKG USU klinik IKGA. Setelah melakukan beberapa
tanya jawab dengan mahasiswa co-ass, peneliti menemukan bahwa mayoritas pasien
anak yang dirawat oleh mahasiswa co-ass di klinik IKGA kebanyakan berjenis
kelamin perempuan.41 Dokter gigi perempuan secara psikologis memiliki
kemampuan berinteraksi yang lebih baik dengan pasien anak dibandingkan dengan
dokter gigi laki-laki.42
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dari total sampel sebanyak 3170 terdapat
677 sampel yang memiliki kelainan jaringan lunak rongga mulut. Sebanyak 44,02%
sampel berjenis kelamin laki-laki dan 55,98% berjenis kelamin perempuan. Penelitian
Amadori F dkk menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara anak laki-
laki dan anak perempuan, karena adanya perbedaan jumlah sampel.43
Tabel 4 menunjukkan distribusi sampel yang memiliki kelainan berdasarkan
jumlah kelainan berdasarkan jenis kelamin pasien anak yang datang berobat ke
RSGMP FKG USU Klinik IKGA tahun 2010-2015. Ditemukan pasien anak yang
memiliki 1 kelainan sebanyak 85,82%, diikuti dengan 2 kelainan sebanyak 12,41%, 3
kelainan sebanyak 1,48%, dan pasien anak yang memiliki 4 kelainan sebanyak
0,30%. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan 1 kelainan lebih banyak
ditemukan. 3
Pada tabel 5 menunjukkan distribusi menunjukkan distribusi frekuensi dan
persentase dari jumlah kelainan bibir pada pasien anak yang datang ke RSGMP FKG
USU klinik IKGA. Angular chelitis adalah penyakit yang paling banyak ditemukan
pada kelainan bibir sebanyak 0,88% diikuti dengan ulser 0,73%, SAR 0,73%, celah
bibir 0,59%, dan oedema 0,29%. Sesuai dengan hasil penelitian Shokhan dkk di
India, sebanyak 1,7% anak-anak menderita Angular cheilitis. Angular cheilitis
mengenai bagian mukosa bukal (23.86%), lidah (18.54%), mukosa labial (14.13%),
dan (13.22%).13 Angular cheilitis yang sering juga disebut perlece, cheilosis atau
stomatitis angular merupakan suatu lesi, terkadang disertai inflamasi pada commisura
labial baik yang terjadi unilateral maupun bilateral, dengan nyeri atau tanpa adanya
gejala. Meskipun bisa disebabkan oleh karena defisiensi nutrisi khususnya defisiensi
riboflavin (B12), namun lesi ini dapat juga dipicu oleh kebiasaan bernafas melalui
mulut, kebiasaan mengisap bibir, penurunan sistem imun, penggunaan headgear, dan
hilangnya dimensi vertikal pada manula.11
Tabel 6 menunjukkan distribusi frekuensi dan persentase dari jumlah kelainan
pada mukosa labial pada pasien anak yang datang ke RSGMP FKG USU klinik
IKGA. Ditemukan jumlah pasien anak yang mengalami kelainan SAR sebanyak 35
anak (5,16%), traumatik ulser sebanyak 5 anak (0,73%), odema sebanyak 3 anak
(0,44%) dan pasien yang mengalami kelainan pigmentasi sebanyak 2 anak (0,29%).
Tabel ini menunjukkan kelainan yang paling banyak ditemukan adalah SAR
sebanyak 35 anak (5,16%). Faktor ini dapat disebabkan oleh genetik, defisiensi
hemanitik, hipersensitivitas terhadap obat-obatan dan trauma lokal. Penyakit ini tidak
memerlukan terapi karena sifat penyakitnya yang ringan, namun dapat diberikan obat
analgesik untuk meredakan rasa sakit.15
Pada tabel 7 distribusi frekuensi dan persentase dari jumlah kelainan pada
mukosa bukal. Diperoleh jumlah pasien anak yang mengalami kelainan SAR
sebanyak 20 anak (2,95%), traumatik ulser sebanyak 9 anak (1,32%), odema
sebanyak 9 anak (1,32%), dan linea alba sebanyak 2 anak (0,29%). Tabel ini
menunjukkan kelainan SAR dengan jumlah kelainan yang paling banyak ditemukan
sebanyak 20 anak (20%). Penelitian yang dilakukan oleh Amadori F dkk, diketahui
prevalensi SAR pada anak anak di sebanyak 18% pada usia 0-12 tahun.43 SAR yang
muncul pertama kali saat kanak-kanak dan adanya riwayat SAR dari orang tua
merupakan ciri-ciri dari SAR yang dipicu oleh etiologi genetik. Etiologi lainnya yaitu
alergi terhadap beberapa makanan seperti kacang, coklat, kentang goreng, keju, susu,
terigu, gandum, sereal, almond. 44
Tabel 8 distribusi frekuensi dan persentase dari jumlah kelainan pada palatum.
Ditemukan jumlah pasien anak yang mengalami kelainan traumatik sebanyak 1 anak
(0,14%), celah palatum sebanyak 1 anak (0,14%), ulser sebanyak 5 anak (0,73%),
torus palatinus sebanyak 1 anak (0,14) dan kelainan palatum tinggi sebanyak 10 anak
(1,47%). Tabel ini menunjukkan kelainan yang paling banyak ditemukan adalah
palatum tinggi sebanyak 10 anak (1,47%). Pada anak, etiologi terjadinya palatum
tinggi karena aposisi tulang tuberositas maksilari kearah inferior (bawah) akibat dari
kebiasaan bernafas dari mulut.45
Tabel 9 distribusi frekuensi dan persentase dari jumlah kelainan pada lidah.
Ditemukan jumlah pasien anak yang mengalami kelainan ulser sebanyak 13 anak
(1,92%), traumatik ulser sebanyak 7 anak (1,92%), geographic tongue sebanyak 8
anak (1,18%), fissured tongue sebanyak 3 anak (0,44%), coated tongue sebanyak 7
anak (1,03%), ankyloglossia sebanyak 16 anak ( 2,36%), hairy tongue sebanyak 1
anak ( 0,14%), dan macroglossia sebanyak 7 anak (1,03%). Tabel ini menunjukkan
kelainan ankyloglossia banyak ditemukan sebesar 16 anak (2,36%). Menurut Aini,
ankyloglossia merupakan kelainan kongenital yang disebabkan oleh frenulum
pendek. Hal ini menyebabkan mobilitas lidah terbatas. Ankyloglossia dapat
mempengaruhi beberapa hal berikut ini proses makan, pada saat makan akan
berantakan karena pergerakan lidah terbatas, proses berbicara, terdapat keterlambatan
berbicara dan kurangnya kebersihan mulut terutama karies gigi, pada bayi,
ankyloglosia berpengaruh pada proses menyusui yang menyebabkan asupan ASI,
BAB 6
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan hasil dari penilitian
ini didapatkan total dari 3170 sampel ditemukan 677 sampel dengan kelainan jaringan
lunak rongga mulut total sebesar 2,13% rinciannya sebagai berikut :
1. Jumlah prevalensi kelainan bibir pada rongga mulut anak yang melakukan
perawatan di RSGMP FKG USU tahun 2010-2015 yaitu sebesar 3,34% dari 677
sampel.
2. Jumlah prevalensi kelainan mukosa labial pada rongga mulut anak yang
melakukan perawatan di RSGMP FKG USU tahun 2010-2015 yaitu sebesar 6,64%
dari 677 sampel.
3. Jumlah prevalensi kelainan mukosa bukal pada rongga mulut anak yang
melakukan perawatan di RSGMP FKG USU tahun 2010-2015 yaitu sebesar 5,90%
dari 677 sampel.
4. Jumlah prevalensi kelainan palatum pada rongga mulut anak yang
melakukan perawatan di RSGMP FKG USU tahun 2010-2015 yaitu sebesar 2,65%
dari 677 sampel.
5. Jumlah prevalensi kelainan lidah pada rongga mulut anak yang melakukan
perawatan di RSGMP FKG USU tahun 2010-2015 yaitu sebesar 9,30% dari 677
sampel.
6. Jumlah prevalensi kelainan tonsil pada rongga mulut anak yang melakukan
perawatan di RSGMP FKG USU tahun 2010-2015 yaitu sebesar 9,45% dari 677
sampel.
7. Jumlah prevalensi kelainan gingiva pada rongga mulut anak yang
melakukan perawatan di RSGMP FKG USU tahun 2010-2015 yaitu sebesar 79,02%
dari 677 sampel.
6.2 SARAN
1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini untuk
lebih mengetahui penyebaran penyakit mulut pada anak-anak.
2. Perlunya ketelitian mahasiswa co-assistant untuk melihat kondisi rongga
mulut pasien anak agar dapat menentukan diagnosa dengan tepat.
3. Perlunya ketelitian mahasiswa co-assistant dalam mengisi rekam medis
secara lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
25. Thompson AL, Herman WW, Konzelman J, Collins MA. Treating patients with
drug-induced gingival overgrowth. J of Dent Hyg 2004; 78(4): 2.
26. Shalihat AO, Novialdi, Irawati L. Hubungan umur, jenis kelamin dan perlakuan
penatalaksanaan dengan ukuran tonsil pada penderita tonsilitis kronis di bagian
THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013. J Kes Andal; 4(3): 787.
27. Vijayashree MS, Viswanatha B, Sambamurthy BN. Clinical and bacteriological
study of acute tonsilitis. J of Dent and Med Sci 2014; 13: 37-43.
28. Kunnamo A, Korppi M, Helminen M. Tonsilitis in children: Unnecessary
laboratory studies and antibiotic use. J World Ped 2016; 12(1): 114-17.
29. Stubbs BM, Isaacs AL. Acute tonsillitis. J InnovAit Oxf 2009; 2(1): 51.
30. Nandini DB, Bhavana SB, Deepak BS, Ashwini R. Pediatric geographic tongue:
a case report, review and recent updates. J of Cli and Diag Res 2016; 10(2): 5-9.
31. Yilmaz AE, Gorpelioglu C, Sarifakioglu E, Dogan DG, Bilici M, Celik N.
Prevalence of oral mucosal lesions from birth to two years. J of Nigerian Clin
Prac 2011; 14: 349-53.
32. Khozeimeh F, Rasti G. The prevalence of tongue abnormalities among the school
children in Borazjan, Iran. J Dent Res 2006; 3: 1-5.
33. Sunil A, Kurien J, Mukunda A, Basheer A, Deepthi. Common superficial tongue
lesions. Indian J of Clin Prac 2013; 23(9): 534-42.
34. Delaney JE, Keels MA. Pediatric oral pathology soft tissue and periodontal
conditions. J Ped Clin of North Am 2000; 47(5): 1125-47.
35. Gomez SM, Danser MM, Sipos PM, Rowshani B, Velden U. Weijden GA.
Tongue coating and salivary bacterial counts in healty/gingivitis subjects and
periodontitis patients. J Clin Perio 2001; 28: 972.
36. Kupietzky A, Botzer E. Ankyloglossia in the infant and young child: Clinical
suggestions for diagnosis and management. J Ped Dent 2005; 27(1): 42.
37. Premanathan M, Shakurfow FA, Ismail A, Berfad MA, Ebrahim AT, Awaj M.
Treatment of oral candidiasis (trush) by Saccharomyces Cerevisiae. Int J of Med
Sci 2011; 3(3): 83-6.
38. Shqair AQ, Gomes GB, Oliveira A et al. Dental emergencies in a university
pediatric denstistry clinic: A retrospective study. Braz Oral Res 2012; 26(1): 50-
6.
39. Winters J, Cameron AC, Widmer RP. Pulp therapy for primary and immature
permanent teeth. In: Cameron AC, Widmer RP. Eds. Handbook of pediatric
dentistry. 3rd ed., Sydney: Mosby Elsevier,. 2008: 95-113.
40. Machado GCM, Daher A, Costa LR. Factors associated with no dental treatment
in preschoolers with tootache: A cross-sectional study outpatient public
emergency services. Int J Environ Res Public Health 2014; 11: 8058-68.
41. Munevveroglu AP, Akgol BB, Erol T. Assesment of the feelings and attitudes of
children towards their dentist and their association with oral health. ISRN
Dentistry 2014; 1: 1-4.
42. McKay JC, Quinonez CR. The feminization of dentistry: Implications for the
profession. J Can Dent Assoc 2012; 78: 1-7.
43. Amadori F, Bardellini E, Conti G, Majorana A. Oral mucosal lesions in
teenagers: a cross-sectional study. Italian J of Pediatrics 2017; 43(50): 1-6.
44. Yogasedana IMA, Mariati NW, Leman MA. Angka kejadian stomatitis apthosa
rekuren ditinjau dari faktor etiologi di RSGMP FKG UNSRAT 2015; 3(2): 1-7.
45. Kusuma ARP. Bernafas lewat mulut sebagai faktor esktrinsik etiologi maloklusi.
J Unissula 2010; 48(123): 1-19.
46. Dewi YK, Sastra G. Gangguan fonologis penderita ankyloglossia, penutur bahasa
melayu riau. J Puitika 2015; 11(1): 1-15.
47. Fakh IM, Novialdi, Elmatris. Karakteristik pasien tonsillitis kronis pada anak
dibagian THT – KL RSUP Dr. M. Djamil padang. J FK Unand 2016; 5(2): 1-7.
LEMBARAN KODE
PEMERIKSAAN KELAINAN JARINGAN LUNAK
PADA PASIEN ANAK DI RSGMP
FKG USU KLINIK IKGA TAHUN 2010-2015
A. Identitas Anak
1. Tahun lembar pemeriksaan : 1. 2010 2. 2011 3. 2012 1.
4. 2013 5. 2014 6. 2015
3. Usia (tahun) : 3.
4 Bibir 4.
1. Tidak ada kelainan
2. Celah bibir
3. SAR
4. Ulser
5. Traumatik
6. Angular cheilitis
7. Dan lain-lain, sebutkan …
5. Mukosa Labial dan Bukal 5.
1. Tidak ada kelainan
2. SAR
3. Ulser herpetiform
6. Gingiva 6.
1. Tidak ada kelainan
2. Gingivitis
3. SAR
4. Ulser
5. Traumatik
6. Gingivostomatitis herpetika primer
7. Enlargement gingiva
8. Dan lain-lain, sebutkan …
7. Palatum 7.
1. Tidak ada kelainan
2. Celah palatum
3. SAR
4. Ulser
5. Traumatik
6. Dan lain-lain, sebutkan …
8. Tonsil 8.
1. Tidak ada kelainan
2. Tonsillitis
3. SAR
4. Ulser
5. Dan lain-lain, sebutkan …
9. Lidah 9.
1. Tidak ada kelainan
2. Ulser
3. Traumatik ulser
4. Geographic tongue