SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Tahun 2021
Januari 2021
TIM PENGUJI
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia- Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada ayahanda H. Syafran Tua Situmeang dan
ibunda tercinta Fatimah Tusa’diah Nasution atas segala kasih sayang, doa, dan
dukungan serta segala bantuan baik berupa moril ataupun materil yang tidak akan
terbalas oleh penulis. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada adik
M. Roby Wafi Situmeang yang telah memberi dukungan dan semangat kepada
penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesarbesarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. drg. Olivia Avriyanti Hanafiah Sp.BM selaku dosen penasihat akademik
yang telah memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara selaku dosen penasihat akademik
yang telah memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Tim dosen penguji Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., MSi dan Sayuti Hasibuan,
drg., Sp.PM dan staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas segala masukan dan saran yang
telah diberikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................ 3
viii
ix
LAMPIRAN
Tabel Halaman
xi
Gambar Halaman
6. Macroglossia .................................................................................................... 10
7. Ankyloglossia .................................................................................................... 11
xii
Lampiran
3. Rekam Medik
4. Ethical Clearence
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
4,5%, coated tongue sebesar 13,2%, macroglossia sebesar 0,6%, dan ankyloglossia
sebesar 2,5%.6 Toum, dkk., pada tahun 2018 menemukan prevalensi kelainan lidah
pada laki-laki sebesar 42,7% dan perempuan sebesar 57,3%.7 Battacharya, dkk., pada
tahun 2016 menemukan kelainan lidah yang diakibatkan oleh penyakit sistemik seperti
hipertensi sebesar 4,9%, asma sebesar 0,4%, anemia sebesar 0,4%, diabetes melitus
sebesar 3,1%, dan hipotiroid sebesar 2,7%. Battacharya, dkk., juga menemukan
prevalensi kelainan lidah seperti coated tongue yang disebabkan karena kebiasaan
buruk sebesar 48,5% dan fissured tongue sebesar 40%.8 Patil, dkk., menemukan
prevalensi suku Indian yang memengaruhi kelainan lidah seperti coated tongue 28%,
fissured tongue 14,9%, geographic tongue sebesar 16,4%, macroglossia sebesar 1,5%,
dan ankyloglossia sebesar 3,5%.9
Penelitian mengenai prevalensi kelainan lidah pada mahasiswa masih sedikit
dilakukan sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Penelitian prevalensi kelainan lidah pada mahasiswa belum pernah dilakukan di
Fakultas Kedokteran Gigi USU. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu melakukan
penelitian ini untuk melihat besarnya prevalensi dan bagaimana distribusi kelainan
lidah mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi USU angkatan 2018-2019 berdasarkan
ras, jenis kelamin, kebiasaan, dan penyakit sistemik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lidah
2.1.1 Definisi
Lidah adalah salah satu organ di rongga mulut yang paling peka pada perubahan
yang terjadi di dalam tubuh. Lidah memiliki beberapa fungsi penting yaitu membantu
dalam proses pengecapan, mengatur arah makanan ketika dikunyah, membantu proses
penelanan, mendorong makanan ke dalam faring (ketika menelan), membersihkan
mulut, dan membantu proses berbicara.10
Otot-otot pada lidah terbagi atas 4 jenis otot yaitu, mylohyoid muscle, hyloglossus
muscle, styloglossus muscle, dan genioglossus muscle. Mylohyoid muscle berfungsi
untuk mengangkat lidah dalam mengucapkan huruf vokal dan konsonan, hyloglossus
muscle berfungsi untuk menarik lidah ke belakang, styloglossus muscle berfungsi untuk
menggerakkan lidah maju dan mundur, dan genioglossus muscle berfungsi untuk
membentuk sebagian besar bagian inferior lidah dan menarik tubuh lidah ke depan.15
Terdapat tiga jenis frenulum pada rongga mulut yaitu; frenulum lingualis,
frenulum bukalis, dan frenulum labialis. Frenulum lingualis adalah lipatan membran
mukosa yang menghubungkan lidah ke dasar rongga mulut dan tulang mandibula.
Frenulum lingualis terbentuk dari jaringan ikat fibrosa yang padat dan serat superior
dari otot genioglossus.10 Frenulum bukalis adalah frenulum yang terbentang dari
membran mukosa menuju puncak alveolar.16 Frenulum labialis sendiri menurut
letaknya dibagi menjadi frenulum labialis superior dan inferior, dimana secara normal
frenulum labialis terdapat diantara gigi insisivus.17
Pasien dengan kelainan lidah fissured tongue, ditemukan lekukan atau kerutan
pada permukaan dorsal lidah yang memiliki kedalaman 2-6 mm.20 Diagnosis fissured
tongue didapatkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan lidah yang harus dijulurkan
agar celah atau lekukan pada fissured tongue terlihat. Tidak ada perawatan khusus
untuk fissured tongue, tetapi diindikasikan kepada pasien dengan kondisi yang parah
untuk menemukan penyebab iritasi, menjaga kebersihan mulut dan diet seimbang.22
Diagnosis banding dari fissured tongue ialah kondisi syphilitic glossitis.24
lain seperti di Amerika yaitu 1-14%, Afrika Selatan 0,6%, Brazil 27,7% dan India
Selatan 5,71%. Geographic tongue biasanya timbul tanpa gejala, tetapi terkadang ada
rasa sensasi terbakar pada saat memakan makanan pedas, asin, dan pada saat
mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol.18 Honarmand, dkk., pada tahun
2013 di Iran menyebutkan bahwa prevalensi kondisi geographic tongue pada 74 laki-
laki sebesar 3,7% dan pada 82 perempuan 4,1%.31
Lesi geographic tongue secara klinis tampak bewarna kuning, putih atau abu-abu
pada bagian tepinya dengan bentukan yang ireguler, lesi ini juga tampak sepeti
lingkaran merah dengan tepi bewarna putih yang tidak teratur pada bagian samping,
maupun tengah lidah (Gambar 5). Bercak merah merupakan suatu keadaan dimana
adanya atrofi dari papila filiformis dan batas putih dari bercak merah adalah papila
filiformis yang bercampur dengan keratin dan netrofil.18 Diagnosis banding dari
geographic tongue meliputi kondisi seperti plasma cell glossitis, leukoplakia, lichen
planus, dan syphilis.24 Diagnosis geographic tongue berdasarkan riwayat dan
pemeriksaan klinis serta bentuk pola lesi pada permukaan dorsal lidah.32 Pasien
dengan kondisi lidah geographic tongue dapat diberikan obat anastesi topikal atau
steroid topikal.33
2.3.4 Macroglossia
Macroglossia merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan lidah yang
membesar secara abnormal. Untuk mengukur ukuran lidah, maka lidah harus dalam
posisi istirahat. Tinggi normal dari dorsum lidah harus sama dengan bidang oklusal
dari gigi-gigi bawah, tepi-tepi lateral dari lidah harus berkontak, tetapi tidak menumpuk
dengan tonjol lingual gigi-gigi bawah.33 Lidah pada kondisi macroglossia berada di
luar gigi pada posisi istirahat atau mendorong gigi ke batas lingual pada saat pasien
membuka mulut.34
Patil, dkk., pada tahun 2013 di India mendapatkan prevalensi macroglossia
sebesar 1,5%.9 Penelitian Shinde, dkk., pada tahun 2017 di Maharashtra mendapatkan
prevalensi macroglossia sebesar 1,9%.35 Fomete, dkk., pada tahun 2017 di Kaduna
mendapatkan prevalensi macroglossia sebesar 3,22%.36
Lidah pada kondisi macroglossia berukuran lebih besar daripada ukuran normal,
biasanya terdapat garis atau cetakan gigi pada tepi lidah, seringkali lidah menunjukkan
papila filiformis yang membesar (Gambar 7). Perawatan macroglossia dapat dilakukan
dengan tindakan bedah dan maloklusi gigi yang ditimbulkan macroglossia dapat
dikoreksi dengan perawatan ortodonti.37
Gambar 7. Macroglossia37
2.3.5 Ankyloglossia
Ankyloglossia biasanya disebut juga dengan tongue-tie, merupakan kelainan
kongenital dengan tanda klinis frenulum lingualis rendah yang dapat mempengaruhi
terbatasnya pergerakan lidah, kesulitan bicara (terutama sulit mengucapkan huruf t, d,
l, th, dan s) dan menelan, menyusui serta sulit untuk menjaga kebersihan rongga mulut
dan masalah lingkungan sosial. Ankyloglossia terjadi karena kegagalan dalam
degenerasi sel yang mengarah pada hubungan antara lidah dengan dasar mulut.
Kelainan kongenital ini ditandai oleh frenulum lingualis yang pendek dan salah posisi,
serta lidah yang tidak dapat dijulurkan atau ditarik masuk (Gambar 8).32,38
Anaya, dkk., pada tahun 2013 di Colombia mendapatkan prevalensi ankyloglossia
sebesar 5,2%.29 Patil, dkk., pada tahun 2013 di India mendapatkan prevalensi
ankyloglossia sebesar 3,5%.9 Penelitian Sinde, dkk., pada tahun 2017 di tahun
Maharasthra mendapatkan prevalensi ankyloglossia sebesar 8,5%.35 Ali, dkk., pada
tahun 2013 di Kuwait mendapatkan prevalensi ankyloglossia sebesar 0,7%.39
Pembedahan dapat dilakukan sebagai terapi ankyloglossia adalah frenektomi.
Frenektomi merupakan salah satu prosedur bedah preprostetik yang bertujuan untuk
kepentingan estetik, membantu memelihara dan memperbaiki oral hygiene,
menurunkan resiko kerusakan jaringan periodontal dan menghindari relaps (diastema
sentral) paska perawatan orto.11
Gambar 8. Ankyloglossia35
prevalensi kebiasan merokok yang mempengaruhi kelainan lidah pada dewasa muda
sebesar 54,7%.6
Telah dihipotesiskan bahwa minum kopi dan teh dalam jumlah berlebih dapat
meningkatkan jumlah coating, karena efek dehidrasi kafein menyebabkan lebih banyak
perubahan warna.43 Motallebnejad, dkk., pada tahun 2008 menemukan prevalensi
kebiasaan minum teh mempengaruhi lidah sebesar 29,6%.6
Lidah bukan hanya tempat bagi lesi lokal, tetapi juga merupakan cerminan dari
keberadaan beberapa penyakit sistemik. Kelainan pada lidah dapat dikelompokkan
sebagai congenital atau developmental, traumatik, infeksi, neoplastic, atau idiopatik,
dan lesi mulut yang berasal dari kondisi sistemik dapat dikelompokkan menjadi lesi
yang berkaitan dengan infeksi, blood dyscrasias, penyakit metabolik, dan gangguan
immunologi.44 Amadori, dkk., pada tahun 2017 mendapatkan prevalensi penyakit
sistemik yang memengaruhi kelainan lidah pada mahasiswa seperti diabetes sebesar
10%, asma sebesar 8%, penyakit hati sebesar 4%, penyakit gangguan pencernaan
sebesar 16%, dan penyakit kelainan darah sebesar 21%.3 Patil, dkk., menemukan
prevalensi suku Indian yang memengaruhi kelainan lidah pada dewasa muda seperti
coated tongue 28%, fissured tongue 14,9%, geographic tongue sebesar 16,4%,
macroglossia sebesar 1,5%, dan ankyloglossia sebesar 3,5%.9
Mahasiswa
Perubahan
Lidah Mukosa
Kelainan lidah :
Mahasiswa FKG USU:
1. Fisssured Tongue
• Ras
2. Coated Tongue
• Jenis Kelamin
3. Geographic Tongue
• Kebiasaan
4. Macroglossia
• Penyakit Sistemik
5. Ankyloglossia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien kelainan lidah pada mahasiswa di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria penelitian.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
n = Za2 . P . Q
d2
Keterangan :
N = Besar sampel
Za = Tingkat kemaknaan ( nilai Za yang dipakai adalah 1,96 )
P = Prevalensi kelainan lidah
Q = 1-P = 1-0,408
D = Presisi (10%)
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel estimasi
proporsi :
biologis tersebut
dapat dilihat dari
alat kelamin serta
perbedaan
genetik.46
Kebiasaan Kebiasaan adalah Kuesioner Kuesioner Nominal
perbuatan
manusia yang
tetap dilakukan
berulang-ulang
dalam hal yang
sama seperti
merokok,
mengkonsumsi
alkohol, kopi dan
teh.
Penyakit Penyakit sistemik Kuesioner Kuesioner Kuesioner
sistemik adalah gejala
penyakit yang
berhubungan
dengan adanya
kelainan kondisi
sistem
metabolisme
tubuh manusia.
Penyakit sistemik
yang dapat
bermanifestasi di
dalam rongga
mulut adalah
gangguan
respirasi,
sirkulasi, eksresi,
dan digesti.
Fissured Terdapat fisur Lembar Kaca mulut Ya/Tidak
Tongue ganda atau fisura pemeriksaan dan sonde
multipel pada dan
permukaan dorsal pemeriksaan
lidah yang klinis.
memiliki
kedalam 2-6
mm.20
Coated Terdapat lapisan Lembar Kaca mulut Ya/Tidak
Tongue pseudomembran pemeriksaan dan sonde
yang berwarna dan
putih kekuningan pemeriksaan
sesuai dengan klinis
jenis makanan dan
minuman yang
dikonsumsi yang
dapat dikerok atau
diangkat secara
keseluruhan.33
Geographic Lesi annular pada Lembar Kaca mulut Ya/Tidak
Tongue lidah, yang secara pemeriksaan dan sonde
klinis berwarna dan
merah muda pemeriksaan
keputih-putihan klinis.
dengan bentuk
yang ireguler dan
menyerupai
gambaran pulau-
pulau serta lesi
yang berpindah-
pindah. 18
Macroglossia Posisi lidah pada Lembar Kaca mulut Ya/Tidak
saat istirahat pemeriksaan dan sonde
berada diatas dan
bidang oklusal pemeriksaan
mandibula.34 klinis.
Ankyloglossia Keadaan Lembar Kaca mulut Ya/Tidak
kongenital yang pemeriksaan dan sonde
ditandai dengan dan
frenulum pemeriksaan
lingualis yang klinis.
pendek serta
lidah yang tidak
dapat dijulurkan
atau ditarik
masuk.32
4. Kaca mulut
5. Pinset
6. Tongue scraper
3.6.2 Bahan
Bahan yang dipakai:
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Desinfektan
4. Kapas
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Data yang di tampilkan adalah dalam bentuk data kelompok dan tidak dalam bentuk
data pribadi subjek.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tionghoa 8 7,8
Total 102 100
Tabel 4. Prevalensi dan Distribusi Kelainan Lidah Mahasiswa FKG USU Angkatan
2018-2019
Kelainan Lidah n %
Fisurred Tongue 41 40,19
Coated Tongue 27 26,47
Fissured Tongue + Coated Tongue 22 21,56
Coated Tongue + Geographic Tongue 3 2,94
Macroglossia 2 1,96
Ankyloglossia 2 1,96
Fissured Tongue + Coated Tongue + Macroglossia 2 1,96
Coated Tongue + Ankyloglossia 1 0,98
Geographic Tongue 1 0,98
Fissured Tongue + Geographic Tongue + Ankyloglossia 1 0,98
Total 102 100
Tabel 5. Prevalensi dan Distribusi Kelainan Lidah Mahasiswa Angkatan 2018 2019
FKG USU Berdasarkan Ras Bangsa
Ras
Kelainan Lidah Deutro Melayu Proto Melayu Tionghoa
n (%) n (%) n (%)
Fissured Tongue 15 (14,70) 21 (20,58) 5 (4,90)
Coated Tongue 13 (12,74) 12 (11,76) 2 (1,96)
Fissured Tongue + Coated 15 (14,70) 7 (6,86) 0
Tongue
Coated Tongue + Geographic 1 (0,98) 2 (1,96) 0
Tongue
Macroglossia 0 2 (1,96) 0
Ankyloglossia 0 0 1 (0,98)
Fisurred Tongue + Coated 2 (1,96) 1 (0,98) 0
Tongue + Macroglossia
Coated Tongue + 0 1 (0,98) 0
Ankyloglossia
Geographic Tongue 1 (0,98) 0 0
4.4 Prevalensi dan Distribusi Kelainan Lidah Mahasiswa FKG USU Angkatan
2018-2019 Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 6 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kelainan lidah lebih banyak
diderita oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Frekuensi fissured tongue
lebih tinggi pada perempuan sebesar 28,43% (29 orang) sedangkan pada laki-laki
sebesar 11,76% (12 orang), diikuti dengan coated tongue pada perempuan sebesar
20,58% (21 orang) sedangkan pada laki-laki sebesar 5,88% (6 orang), fissured tongue
+ coated tongue pada perempuan sebesar 14,70% (15 orang) sedangkan pada laki-laki
sebesar 6,86 (7 orang), coated tongue + geographic tongue hanya dijumpai pada
perempuan sebesar 2,94% (3 orang), macroglossia pada perempuan sebesar 1,96% ( 2
orang) sedangkan pada laki-laki sebesar 0,98% (1 orang), fissured tongue + coated
tongue + macroglossia hanya dijumpai pada perempuan sebesar 1,96% (2 orang),
ankyloglossia, geographic tongue, coated tongue + ankyloglossia, dan fissured tongue
+ ankyloglossia hanya dijumpai pada perempuan sebesar 0,98% (1 orang).
Tabel 6. Prevalensi dan Distribusi Kelainan Lidah Mahasiswa FKG USU Angkatan
2018-2019 Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelainan Lidah Jenis Kelamin
Perempuan Laki-Laki
n (%) n (%)
Fissured Tongue 29 (28,43) 12 (11,76)
Coated Tongue 21 (20,58) 6 (5,88)
Fissured Tongue + Coated Tongue 15 (14,70) 7 (6,86)
Coated Tongue + Geographic Tongue 3 (2,94) 0
Macroglossia 2 (1,96) 1 (0,98)
Ankyloglossia 1 (0,98) 0
Geographic Tongue 1 (0,98) 0
Coated Tongue + Ankyloglossia 1 (0,98) 0
Fissured Tongue + Coated Tongue + 2 (1,96) 0
Macroglossia
Fissured Tongue + Ankyloglossia 1 (0,98) 0
4.5 Prevalensi dan Distribusi Kelainan Lidah Mahasiswa FKG USU Angkatan
2018-2019 Berdasarkan Kebiasaan
Tabel 7 menunjukkan bahwa secara keseluruhan bahwa kelainan lidah yang
sering terjadi berdasarkan kebiasaan yaitu fissured tongue dengan kebiasaan minum
teh sebesar 19,60% (20 orang), diikuti dengan kebiasaan minum kopi sebesar 18,62%
(19 orang), kebiasaan merokok dan alkohol sebesar 0,98% (1 orang). Coated tongue
dengan kebiasaan minum teh sebesar 12,74% (13 orang), kebiasaan minum kopi
sebesar 10,78% (11 orang), kebiasaan merokok sebesar 1,96% (2 orang), dan kebiasaan
mengkonsumsi alkohol sebesar 0,98% (1 orang). Fissured tongue + coated tongue
dengan kebiasaan minum teh sebesar 10,78% (11 orang), kebiasaan minum kopi
sebesar 7,84% (8 orang), kebiasaan merokok sebesar 1,96 (2 orang), dan kebiasaan
minum alkohol sebesar 0,98% (1 orang). Coated tongue + geographic tongue dengan
kebiasaan teh sebesar 1,96% (2 orang), dan kebiasaan minum kopi sebesar 0,98% (1
orang). Macroglossia dengan kebiasaan minum teh dan kopi sebesar 0,98% (1orang).
Ankyloglossia dengan kebiasaan minum kopi sebesar 1,96% (2 orang). Geographic
tongue dengan kebiasaan minum teh sebesar 0,98% (1 orang). Coated tongue +
ankyloglossia dengan kebiasaan minum kopi sebesar 0,98% (1 orang). Fissured tongue
+ coated tongue + macroglossia dengan kebiasaan minum kopi sebesar 0,98% (1
orang). Fissured tongue + geographic tongue + ankyloglossia dengan kebiasaan
minum teh dan kopi sebesar 0,98% (1 orang).
Tabel 7. Prevalensi dan Distribusi Kelainan Lidah Mahasiswa FKG USU Angkatan
2018-2019 Berdasarkan Kebiasaan
Kebiasaan
Kelainan Lidah Merokok Alkohol Teh Kopi
n (%) n (%) n (%) n (%)
Fissured Tongue 1 (0,98) 1 (0,98) 20 (19,60) 19 (18,62)
Coated Tongue 2 (1,96) 1 (0,98) 13 (12,74) 11 (10,78)
Fissured Tongue + Coated 2 (1,96) 1 (0,98) 11 (10,78) 8 (7,84)
Tongue
Coated Tongue + Geographic 0 0 2 (1,96) 1 (0,98)
Tongue
Macroglossia 0 0 1 (0,98) 1 (0,98)
Ankyloglossia 0 0 0 2 (1,96)
Geographic Tongue 0 0 1 (0,98) 0
Coated Tongue + 0 0 0 1 (0,98)
Ankyloglossia
Fissured Tongue + Coated 0 0 0 1 (0,98)
Tongue + Macroglossia
Fissured Tongue + 0 0 1 (0,98) 1 (0,98)
Geographic Tongue +
Ankyloglossia
4.6 Prevalensi dan Distribusi Kelainan Lidah Mahasiswa FKG USU Angkatan
2018-2019 Berdasarkan Penyakit Sistemik
Tabel 8 menunjukkan bahwa secara keseluruhan kelainan lidah yang sering
terjadi berdasarkan penyakit sistemik yaitu fissured tongue dengan penyakit sistemik
asma sebesar 3,92% (4 orang), anemia sebesar 1,96% (2 orang), hipertensi sebesar
0,98% (1 orang), dan diabetes melitus sebesar 0,98% (1 orang).
Tabel 8. Prevalensi dan Distribusi Kelainan Lidah Mahasiswa FKG USU Angkatan
2018-2019 Berdasarkan Penyakit Sistemik
Penyakits Sistmik
Kelainan Lidah Diabetes Hipertensi Anemia Asma
n (%) n (%) n (%) n (%)
Fissured Tongue 1 (0,98) 1 (0,98) 2 (1,96) 3 (2,94)
Coated Tongue 0 0 0 0
Fissured Tongue Coated Tongue 0 0 0 0
Coated Tongue + Geographic 0 0 0 0
Tongue
Macroglossia 0 0 0 0
Ankyloglossia 0 0 0 0
Coated Tongue + Ankyloglossia 0 0 0 0
Fissured Tongue + Coated 0 0 0 0
Tongue + Macroglossia
Fissured Tongue + Geographic 0 0 0 0
Tongue + Ankyloglossia
BAB 5
PEMBAHASAN
Lidah dianggap sebagai salah satu organ tubuh yang vital dengan berbagai fungsi
penting termasuk mengecap rasa, berbicara, mengunyah, dan menelan. Kelainan yang
bersifat perkembangan, genetik, atau lingkungan dapat memengaruhi kelainan lidah.
Perubahan pada lidah merupakan suatu keadaan variasi normal maupun suatu keadaan
manifestasi dari penyakit sistemik, oleh karena itu dibutuhkan pengenalan dan
diagnosis yang tepat agar dapat melakukan penatalaksanaan yang adekuat.19 Penelitian
mengenai prevalensi dan distribusi kelainan lidah pada mahasiswa angkatan 2018-2019
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi USU yang terdiri dari 102 mahasiswa yang
dijadikan sebagai subjek penelitian.
Dalam penelitian ini, kelainan lidah yang paling banyak dijumpai adalah fissured
tongue, yaitu sebesar 40,19% (41 orang) (Tabel 4). Fissured tongue adalah kelainan
lidah yang normal atau umum yang berada pada permukaan lidah.20 Penderita fissured
tongue umumnya tidak menyadari memiliki kelainan tersebut karena tidak
menimbulkan gejala. Namun, fissured tongue dapat mengalami peradangan sekunder
jika terdapat debris atau food impaction sehingga menyebabkan inflamasi.21 Fissured
tongue merupakan variasi normal lidah tertinggi di populasi Asia. Musaad, dkk.,
mendapatkan prevalensi fissured tongue di Asia tepatnya di Libya sebesar 48,4%,
Thailand 24%, Turki 1,5%, dan Iraq 1,2%.18 Penelitian ini lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil penelitian Patil, dkk., 2013 di India yang mendapatkan prevalensi fissured
tongue sebesar 14,9%.9 Coated tongue merupakan kelainan lidah tertinggi kedua yang
dijumpai dalam penelitian ini, yaitu sebesar 26,47% (27 orang) (Tabel 4). Coated
tongue adalah suatu lapisan pada dorsum lidah berwarna putih atau warna lain sesuai
dengan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi. Coated tongue dapat
dipengaruhi oleh diet lunak, kekurangan air, kekurangan serat, dan obat-obatan.47
Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Bhattacharya, dkk.,
pada tahun 2015 dan Patil, dkk., 2013 di India didapati prevalensi kondisi coated
tongue yang paling sering ditemukan, yaitu sebesar 30,6% dan 28%.8,9 Geographic
tongue dalam penelitian ini dijumpai sebesar 0,98% (1 orang) (Tabel 4). Geographic
tongue adalah suatu lesi inflamasi pada lidah yang bersifat jinak dan tidak memiliki
kecenderungan berubah menjadi ganas. Geographic tongue bersifat asimptomatik
karena terdapat atrofi papilla atau depapilasi dari papilla filiformis.30 Hasil penelitian
ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Patil, dkk., 2013 di India yang
mendapatkan prevalensi geographic tongue sebesar 16,4%.9 Musaad, dkk., 2008 di
Sudan mendapatkan prevalensi geographic tongue lebih tinggi dibandingkan dengan
penelitian ini, yaitu sebesar 1,25%.18 Macroglossia dalam penelitian ini dijumpai
sebesar 1,96% (2 orang) (Tabel 4). Macroglossia merupakan istilah yang dipakai untuk
menunjukkan lidah yang membesar secara abnormal.33 Hasil penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian Patil, dkk., 2013 di India yang mendapatkan
prevalensi macroglossia sebesar 1,5%.9 Shinde, dkk., 2017 di Maharashtra
mendapatkan prevalensi macroglossia sebesar 1,9%.35 Ankyloglossia dalam penelitian
ini dijumpai sebesar 1,96% (2 orang) (Tabel 4). Ankyloglossia merupakan suatu
kelainan kongenital ditandai dengan frenulum lingualis rendah yang terjadi karena
kegagalan dalam degenerasi sel yang mengarah pada hubungan antara lidah dengan
dasar mulut.10 Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Patil,
dkk., pada tahun 2013 di India yang mendapatkan prevalensi ankyloglossia sebesar
3,5%.9 Shinde, dkk., pada tahun 2017 mendapatkan prevalensi ankyloglossia sebesar
8,5%.35
Tabel 5 menjelaskan variasi kelainan lidah berdasarkan ras. Kelainan lidah yang
paling banyak dijumpai berdasarkan ras adalah fissured tongue dengan ras Deutro
Melayu sebesar 14,70% (15 orang) (Tabel 5). Fissured tongue juga merupakan
kelainan lidah tertinggi pada ras Proto Melayu, yaitu sebesar 20,58% (21 orang) (Tabel
5). Hasil penelitian ini juga menunjukkan kelainan lidah tertinggi yang dijumpai
berdasarkan ras Tionghoa adalah fissured tongue, yaitu sebesar 4,90% (5 orang). Ras
berasal dari bahasa Prancis dan Italia “razza” yang dapat diartikan sebagai perbedaan
variasi dari penduduk atau sekelompok orang yang memiliki kesamaan keturunan,
keluarga, dan hubungan keluarga sehingga ras memiliki pengaruh pada kelainan lidah.
Mahasiswa yang ada di Fakultas Kedokteran Gigi USU berasal dari ras yang berbeda-
beda seperti disebutkan di atas. Tidak ada hubungan secara langsung antara kelainan
lidah dengan ras, tetapi hal ini berkaitan dengan kebiasaan individu ras Deutro Melayu
dan Proto Melayu dalam mengolah makanan yang didominasi dengan rasa asam dan
pedas. Mengkonsumsi makanan asam dan pedas merupakan salah satu faktor yang
memperparah keadaan fissured tongue, dalam keadaan tertentu mengkonsumsi
makanan terlalu asam dan pedas dapat menyebabkan peradangan dan ketidaknyamanan
48
pada fissured tongue. Fissured tongue dapat meningkat seiring bertambahnya usia.
Fissured tongue lebih banyak dijumpai pada perempuan yaitu 28,43% (29
orang) dibandingkan laki-laki yaitu 11,76% (12 orang) (Tabel 6). Berdasarkan jenis
kelamin, fissured tongue tidak ada hubungan secara langsung dengan kelainan lidah.
Banyaknya prevalensi fissured tongue yang terjadi pada mahasiswa perempuan di
Fakultas Kedokteran Gigi USU terkait dengan prevalensi dan distribusi mahasiswa
perempuan angkatan 2018-2019 yang lebih banyak berjenis kelamin perempuan
(Tabel 6). Sandeepa, dkk., 2013 di Kadova mendapati fissured tongue merupakan
kelainan lidah yang paling banyak di jumpai pada mahasiswa perempuan yaitu sebesar
18,2% sedangkan pada laki-laki sebesar 14,9%.49 Coated tongue merupakan kelainan
lidah tertinggi kedua yang lebih banyak dijumpai pada perempuan dibandingkan laki-
laki yaitu sebesar 20,58% (21 orang) dan 5,88% (6 orang). Hal ini berkaitan dengan
kebiasaan diet lunak yang dilakukan oleh perempuan. Diet lunak dapat menyebabkan
kurangnya pergerakan lidah, sehingga memicu terjadinya pengurangan sekresi saliva
yang dapat mengakibatkan coated tongue.50 Coated tongue adalah suatu kondisi klinis
yang terjadi pada bagian permukaan lidah yang ditutup oleh selaput pseudomembran
yang terjadi akibat penumpukan debris atau sisa makanan, sel-sel keratin yang tidak
terdeskuamsi, dan dapat ditemukan adanya mikroorganisme seperti bakteri maupun
jamur. Rana, dkk., 2015 di Jordan mendapatkan coated tongue lebih tinggi pada
perempuan sebesar 53% dibandingkan dengan laki-laki sebesar 47%.51 Abed, dkk.,
2018 di Iraq mendapati coated tongue lebih tinggi pada perempuan sebesar 6,3%
dibandingkan dengan laki-laki sebesar 6,1%.52 Pada peneltian ini geographic tongue
dijumpai pada perempuan sebesar 0,98% (1 orang) dan tidak terdapat geographic
tongue pada laki-laki. (Tabel 6).18 Geographic tongue merupakan lesi annular yang
secara klinis berwarna merah muda keputih-putihan dengan bentuk yang ireguler dan
menyerupai gambaran pulau-pulau serta lesi yang berpindah-pindah. Geographic
tongue lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki diduga karena
adanya pengaruh hormonal. Pengaruh hormon estrogen yang menurun dapat
menimbulkan berbagai macam perubahan klinis, khususnya di rongga mulut berupa
penipisan lapisan epitel dan penurunan keratinisasi sehingga dapat memicu terjadinya
geographic tongue.34 Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian
Musaad, dkk., 2015 di Sudan mendapatkan geographic tongue pada perempuan
sebesar 1,5% dibandingkan dengan laki-laki sebesar 1,0%.18 Hasil yang lebih tinggi
diperoleh pada penelitian Mehdipour, dkk., 2018 di Tabriz yaitu pada perempuan
sebesar 11,6% dan laki-laki sebesar 3,2%.40 Macroglossia pada penelitian ini lebih
banyak dijumpai pada perumpuan sebesar 1,96% (2 orang) dibandingkan dengan laki-
laki sebesar 0,98% (1 orang) (Tabel 6). Hasil yang lebih tinggi diperoleh pada
penelitian Abed, dkk., 2018 di Iraq yaitu pada perempuan sebesar 1,2% dan pada laki-
laki sebesar 2,8%.53 Berdasarkan penelitian ini, ankyloglossia hanya dijumpai pada
perempuan yaitu sebesar 0,98% (1 orang) (Tabel 6). Dalam penelitian Motallebnejad,
dkk., 2006 di Iran memperoleh hasil prevalensi ankylogossia lebih tinggi pada
perempuan sebesar 2,3% dan laki-laki sebesar 3,3%.6
Penelitian ini menunjukkan prevalensi kelainan lidah berdasarkan kebiasaan
(Tabel 7). Berdasarkan penelitian ini, kelainan lidah yang paling banyak dijumpai
dengan kebiasaan adalah fissured tongue. Fissured tongue paling banyak dijumpai
pada kebiasan minum teh yaitu sebesar 19,60% (20 orang) dan diikuti dengan
kebiasaan minum kopi sebesar 18,62% (19 orang) (Tabel 7). Prevalensi tertinggi kedua
kelainan lidah berdasarkan kebiasaan yaitu coated tongue dengan kebiasan minum teh
sebesar 12,74% (13 orang) dan minum kopi sebesar 10,78% (11 orang) dan
geographic tongue dengan kebiasaan minum teh sebesar 0,98% (1 orang) (Tabel 7).
Hasil lebih tinggi dijumpai pada penelitian Motallebnejad, dkk., 2008 di Iran
prevalensi coated tongue dengan kebiasaan minum teh sebesar 86,8%.6 Cankovic,
dkk., 2015 di Serbia Utara mendapatkan fissured tongue dengan kebiasan minum teh
sebesar 33% dan kebiasaan minum kopi sebesar 23%. Teh dan kopi dapat
menyebabkan fissured tongue karena temperatur minuman yang tinggi saat
dikonsumsi merupakan salah satu faktor iritan lokal kronis pada lidah. Coated tongue
yang ditimbulkan karena mengkonsumsi teh dan kopi diakibatkan karena kandungan
kafein yang menumpuk pada lidah, sehingga menimbulkan perubahan warna pada
lidah.53
Berdasarkan penelitian ini, prevalensi yang mengalami fissured tongue dengan
kondisi penyakit sistemik paling tinggi yaitu asma sebesar 3,92% (4 orang) (Tabel 8).
Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Mathew dkk., 2017 di
India Selatan mendapatkan prevalensi fissured tongue dengan asma sebesar 1,5%.22
Hasil yang lebih tinggi diperoleh pada penelitian Ghapanchi, dkk., 2015 di Pakistan
mendapati prevalensi fissured tongue dengan asma sebesar 13%. Prevalensi fissured
tongue dengan asma berkaitan dengan adanya penggunaan inhaler. Obat inhaler terdiri
dari kombinasi obat controller (kortikosteroid) dan obat reliever. Kedua jenis obat
tersebut mempunyai efek samping di rongga mulut berupa xerostomia. Produksi saliva
yang berkurang disertai dengan perubahan dalam komposisi saliva yang
mengakibatkan sebagian besar fungsi saliva tidak dapat berperan dengan baik. Hal ini
mengakibatkan timbulnya perubahan pada mukosa mulut yaitu lidah berfisur atau
dikenal dengan fissured togue 54
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:
1. Kelainan lidah yang paling banyak dijumpai pada mahasiswa FKG USU
angkatan 2018-2019 adalah fissured tongue sebesar 40,19% (41 orang).
2. Kelainan lidah yang terdapat pada mahasiswa FKG USU angkatan 2018-2019
berdasarkan ras yang paling banyak dijumpai adalah ras Deutro Melayu yaitu fissured
tongue sebesar 14,70% (15 orang).
3. Prevalensi fissured tongue lebih tinggi pada perempuan sebesar 28,43% (29
orang) sedangkan pada laki-laki sebesar 11,76% (12 orang).
4. Kelainan lidah yang terdapat pada mahasiswa FKG USU angkatan 2018-2019
berdasarkan kebiasaan yang paling banyak dijumpai adalah fissured tongue dengan
kebiasaan minum teh sebesar 19,60% (20 orang).
5. Kelainan lidah yang terdapat pada mahasiswa FKG USU angkatan 2018-2019
berdasarkan penyakit sistemik adalah fissured tongue dengan asma sebesar 3,92% (4
orang).
6.2 Saran
1. Dalam penelitian ini peneliti tidak menghubungkan faktor-faktor yang
mengakibatkan kelainan lidah dengan kelainan lidah itu sendiri. Penulis hanya
mendiagnosa dan mencatat kelainan lidah yang dijumpai pada mahasiswa berdasarkan
pada pemeriksaan klinis secara visual saja. Dengan demikian perlu kiranya dilakukan
penelitian lanjutan untuk mencari hubungan antara faktor-faktor penyebab dengan
kelainan lidah tersebut serta mengevaluasi kelainan lidah yang dijumpai secara
klinikopatologis.
2. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa dengan pengamatan berdasarkan ras,
jenis kelamin, kebiasaan, dan penyakit sistemik. Penelitian ini merupakan prevalensi
dan distribusi kelainan lidah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU angkatan
DAFTAR PUSTAKA
48. Bhat VS. Fisurred Tongue to Worry or Not to Worry. Otolaryngology Online
Journal: 6(3): 136.
49. Sandeepa NC, Jaishankar HP, Sharath CB, Abhinetra MS. Prevalence of Oral
Mucosal Lesions Among Pre-University Students of Kadova Population in
Coorg District. Journal of International Oral Health: 2013; 5(3): 35-41.
50. Wah CS. Gender Differences in Eating Behaviour. International Journal of
Accounting & Business Management: 2016; 4(2): 116-121.
51. Rana AO, Musab A, Arabeyat BDS, Ayman N, Mahasen S. Prevalence and
Related to Tongue Coating among a Sample of Jornadian Royal Medical Services
Dental Outpatients. Journal of The Royal Medical Services. 2015; 20 (1): 35-40.
52. Abed AH, Abdullah MI, Nasser A, Warwar H. The Prevalence of Tongue
Anomalies among Medium School Pupils at Aged 13- 15 Years Old in Fallujah
City, Iraq. Journal of Research in Medical and Dental Science: 2018; 6(1): 249-
255.
53. Cankovic M, Bratic MB, Tovilovic T, Vuletic J. Oral Mucosa Lesions and Risk
Habits: A Cross-Sectional Study in North Serbia Student Population. J Oral
Health Oral Epidemiologic: 2015; 4(1): 38-45.
54. Ghapanci J, Rezazadeh F, Kamali F, Rezae M, Ghodrati M. Oral Manifestations
of Asthmatic Patients. J Pak Med Assoc: 2015; 65(11): 1226-1227.
Peneliti,
Maka dengan surat ini, saya menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini.
Medan,
Saksi Mahasiswa Peneliti Yang menyetujui,
Subjek penelitian
(………………….) (………………….)
(Indah Fatika Sari)
KUESIONER PENELITIAN
PREVALENSI DAN DISTRIBUSI KELAINAN LIDAH
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI USU
ANGKATAN 2018-2019
No. Responden :
Tanggal :
I. DATA UMUM
I.1 Identitas responden
Isilah titik-titik dibawah ini
1. Nama :
2. NIM :
3. Usia :
4. Jenis Kelamin :
5. Alamat :
6. No. Telp/HP :
Tanda tangan
( )
1 a
Contoh : Suku Ayah :
1. Suku Ayah :
2. Suku Ibu :
Keterangan suku:
1. Deutro Melayu
a. Suku Jawa f. Suku Lampung
b. Suku Aceh g. Suku Bugis
c. Suku Minang h. Suku Manado
d. Suku Sunda i. Suku Melayu
e. Suku Bali
2. Proto Melayu
a. Suku Batak e. Suku Gayo
b. Suku Nias f. Suku Kubu
c. Suku Toraja g. Suku Dayak
d. Suku Sasak
3. Lainnya, sebutkan……………….
Kesimpulan suku mahasiswa ( Berilah tanda check list (Ö )pada
kolom)