SKRIPSI
Oleh:
CITRA PURNAMASARI
NIM : 110600099
Citra Purnamasari
Profil Penderita Denture Stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG
USU Tahun 2018
x + 39 halaman
Denture stomatitis merupakan suatu peradangan mukosa mulut yang umum
terjadi pada pengguna gigitiruan. Denture stomatitis dapat disebabkan oleh infeksi
Candida albicans dan beberapa faktor predisposisi seperti usia, jenis kelamin, penyakit
sistemik, penggunaan gigitiruan secara terus menerus bahkan di malam hari, usia
gigitiruan, kondisi gigitiruan dan kurangnya kebersihan gigitiruan. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat profil penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
menggunakan data dari jurnal kasus denture stomatitis mahasiswa kepaniteraan klinik
di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018. Distribusi dan frekuensi
penderita denture stomatitis meliputi usia, jenis kelamin, jenis gigitiruan yang
digunakan, usia gigitiruan, frekuensi pembersihan gigitiruan, lama pemakaian
gigitiruan, adanya penyakit sistemik, tipe lesi yang terjadi berdasarkan klasifikasi
Newton, kondisi gigitiruan, dan pembuat gigitiruan dicatat dan dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat dan dihitung dalam bentuk persentase. Hasil penelitian
ini menunjukkan frekuensi penderita denture stomatitis yang tertinggi terdapat pada
golongan usia 51-60 (45,1%), jenis kelamin perempuan (85%), pengguna GTP
(59,4%), pengguna gigitiruan lebih dari 5 tahun (52,6%), membersihkan gigitiruan 1
kali sehari (32,3%), menggunakan gigitiruannya lebih dari 16 jam sehari (94%), tidak
memiliki penyakit sistemik (65,4%), menggunakan gigitiruan tidak fit (24,1%),
membuat gigitiruan di praktik dokter gigi (46,6%), dan tipe denture stomatitis yang
paling banyak terjadi adalah tipe I dan II (48,9%). Kesimpulan dari penelitian ini kasus
TIM PENGUJI
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Profil Penderita Denture Stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis
untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga secara khusus penulis
sampaikan kepada ayahanda Tukimin dan ibunda Rini Andriani yang selalu
memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta doanya kepada penulis, Kakak
Rika Pratiwi dan Adik M. Riski Adrian serta keluarga besar yang telah memberikan
doa dan dukungan kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Dr. Wilda Hafny Lubis, drg.,
M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar, tulus, dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan
motivasi, arahan, dan saran yang sangat berharga bagi penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
Selanjutnya, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dengan tulus dan ikhlas kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. drg. Sayuti Hasibuan, Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. drg. Indri Lubis, MDSc, dan drg. Aida Fadhilla Darwis, MDSc selaku tim
penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran yang bermanfaat
kepada penulis.
Citra Purnamasari
NIM : 110600099
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian….................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 4
vi
BAB 5 PEMBAHASAN.............................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 35
LAMPIRAN
vii
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional............................................................................. 17
2. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
usia........................................................................................................ 23
3. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
jenis kelamin......................................................................................... 24
4. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
jenis gigitiruan yang digunakan............................................................ 24
5. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan usia
gigitiruan............................................................................................... 25
6. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
frekuensi pembersihan gigi tiruan......................................................... 25
7. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
lama pemakaian gigi tiruan................................................................... 26
8. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
penyakit sistemik.................................................................................. 26
9. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan tipe
lesi yang terjadi berdasarkan klasifikasi Newton.................................. 27
10. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
kondisi gigitiruan.................................................................................. 27
11. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
operator pembuat gigitiruan.................................................................. 28
viii
Tabel Halaman
ix
Lampiran
1. Ethical Clearence
2. Surat Izin Penelitian
3. Rincian Biaya Penelitian
4. Data Hasil Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
manakah yang lebih sering terjadi, apakah denture stomatitis lebih banyak terjadi pada
kondisi gigitiruan yang tidak fit, penggunaan jenis gigitiruan mana yang lebih banyak
terjadi denture stomatitis, dan apakah gigitiruan yang dibuat oleh tukang gigi lebih
sering menyebabkan denture stomatitis. Pada penelitian ini akan dilihat bagaimana
profil penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tipe II, terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa
palatum yang ditutupi gigitiruan.
3. Tipe III, hiperplasia papila umumnya pada palatum dan linggir alveolar.
dilapisi oleh matriks eksopolimer sebagai pelindung agar resisten terhadap anti
mikroba dan menghindar dari sistem kekebalan sel penjamu. Perlekatan ini
mengaktivasi enzim hidrolitik seperti proteinase dan fospolipase yang diperlukan untuk
pertumbuhan hifa patogen.16 Sifat biologis Candida albicans yang penting adalah
kemampuan untuk tumbuh dalam berbagai bentuk morfologis, mulai dari bentuk yeast
sampai ke bentuk hifa sebenarnya (true hyphae). Sifat Candida albicans ini dapat
meningkatkan kemampuan penetrasi jaringan saat fase awal infeksi. Bentuk hifa
diketahui dapat menempel dan menginvasi jaringan penjamu lebih mudah daripada
bentuk yeast. 16,18
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya denture
stomatitis. Faktor predisposisi tersebut antara lain kondisi gigitiruan, menggunakan
gigitiruan terus-menerus tanpa dilepas, kebersihan oral dan gigitiruan yang buruk, usia,
jenis kelamin dan penyakit sistemik.18
permukaan sebesar 0,2 µm, bila kurang dari nilai tersebut maka tidak akan
menimbulkan efek pada adhesi mikroorganisme.24,26
natrium dalam darah dan cairan ekstraseluler. Dengan demikian terjadi penurunan
kadar air dalam saliva sehingga apabila keadaan ini apabila terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan xerostomi dan memicu terjadinya denture stomatitis.32
2.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan denture stomatitis dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya denture stomatitis. Perawatan denture stomatitis dapat
dilakukan dengan pemberian antifungal, instruksi pembersihan gigitiruan dan
pergantian gigitiruan.5,28,33,34
seharusnya dilepas sepanjang malam atau minimal enam sampai delapan jam sehari.16
Pasien juga diinstruksikan untuk rutin membersihkan gigitiruannya. Membersihkan
gigitiruan dapat dilakukan secara mekanik maupun kimiawi.4,7
1. Pembersihan secara mekanik
Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan
sikat dan pasta pembersih gigitiruan. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan
yaitu mudah, murah dan cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis
basis gigitiruan dan menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya
bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif.4,6 Pasien disarankan
untuk menyikat gigitiruan dengan lembut secara perlahan. Pembersihan gigitiruan
dengan penyikatan diketahui kurang efektif untuk mengontrol pembentukan biofilm
terutama pada permukaan gigitiruan yang sulit dijangkau.4,7
2. Pembersihan secara kimiawi
Selain menyikat gigitiruan, penggunaan secara rutin dari bahan pembersih
kemis juga disarankan. Bahan pembersih kimiawi dapat membersihkan plak yang
berada di samping permukaan gigitiruan yang areanya tidak terjangkau dengan
penyikatan. Metode perendaman dalam larutan kimia memiliki keuntungan yaitu
mudah digunakan, namun memiliki kelemahan yaitu perendaman yang terlalu lama
dapat mengakibatkan perubahan warna basis gigitiruan.36 Bahan pembersih kimiawi
yang umum digunakan adalah sodium hipoklorit atau klorheksidin 0,2%. Perendaman
gigitiruan dalam larutan sodium hipoklorit 0,2% dua kali sehari selama 15 menit.7
Kombinasi pembersihan gigitiruan secara mekanis dan kimiawi merupakan
metode pembersihan yang efektif untuk mengontrol pembentukan biofilm pada
permukaan gigitiruan.4,5
Etiologi
Kebersihan Penyakit
oral dan sistemik
gigitiruan
Denture stomatitis
Profil Penderita
- Usia
- Jenis kelamin
- Jenis gigi tiruan
- Usia gigi tiruan
Denture stomatitis
- Frekuensi pembersihan gigi tiruan
- Lama pemakaian gigi tiruan
- Penyakit sistemik
- Tipe lesi
- Kondisi gigi tiruan
- Pembuat gigitiruan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
• 61-70 tahun
• ≥ 71 tahun
Jenis Karakteristik biologis Jurnal • Laki-laki Kategorik
kelamin yang dilihat dari kasus • Perempuan
penampilan luar
Jenis Jenis pengganti gigi Jurnal • gigitiruan Kategorik
gigitiruan asli seseorang yang kasus sebagian
mengalami edentulus lepasan
sebagian maupun (GTSL)
seluruh gigi yang • gigitiruan
terdiri dari basis yang penuh (GTP)
menutupi mukosa • Tidak
mulut dengan anasir diketahui
gigitiruan yang
melekat pada basis
tersebut.
Usia gigi Jumlah waktu sejak Jurnal • <1 tahun Numerik
tiruan pasien menggunakan kasus • 1-5 tahun
gigitiruan untuk • >5 tahun
pertama kali hingga • Tidak
kasus dikerjakan diketahui
Frekuensi Prosedur pembersihan Jurnal • 1 kali sehari Numerik
pembersihan gigi tiruan yang kasus • 2 kali sehari
gigi tiruan dilakukan oleh pasien • >2 kali sehari
perhari • Tidak teratur
• Tidak
diketahui
Lama Jumlah waktu Jurnal • ≤ 16 jam Numerik
Pemakaian gigitiruan digunakan kasus • > 16 jam
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data yang terkumpul terkait identitas dan informasi pribadi subjek dalam
penelitian ini akan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sebagian besar penderita denture stomatitis pada penelitian ini berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 113 orang (85%), dan sisanya berjenis kelamin laki-laki
(Tabel 3).
Data pada tabel 4 menunjukkan denture stomatitis paling banyak terjadi pada
pengguna GTP yaitu sebanyak 79 orang (59,4%), sedangkan pada pengguna GTSL
sebanyak 49 orang (36,8%).
lebih dari 5 tahun. Sebagian besar subjek menggunakan gigitiruannya lebih dari 5 tahun
yaitu sebanyak 52,6%. 54 orang subjek menggunakan gigitiruannya selama 1-5 tahun
(40,6%) dan persentase terendah adalah pada kelompok subjek yang menggunakan
gigitiruannya selama kurang dari 1 tahun (Tabel 5).
Data pada tabel 8 menunjukkan sebagian besar subjek tidak memiliki penyakit
sistemik (65,4%), hanya 46 orang subjek yang memiliki riwayat penyakit, sebagian
besar diantaranya menderita penyakit diabetes melitus (15,8%). Sebanyak 16 orang
subjek (12,1%) menderita hipertensi, masing-masing 4 orang subjek (3%) menderita
hipersensitif, dan Gout arthritis, dan 1 orang subjek (0,7%) menderita hipertiroid.
Tabel 9. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan tipe lesi
yang terjadi berdasarkan klasifikasi Newton
Tipe lesi Frekuensi Persentase (%)
Tipe I 65 48,9
Tipe II 65 48,9
Tipe III 3 2,2
Jumlah 133 100
Tabel 11. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan operator
pembuat gigitiruan
Pembuat gigitiruan Frekuensi Persentase (%)
Dokter Gigi 62 46,6
Tukang Gigi 34 25,6
Tidak diketahui 37 27,8
Jumlah 133 100
BAB 5
PEMBAHASAN
makanan atau debris pada jaringan lunak dan permukaan gigitiruan dan mempertahan
mikroflora rongga mulut. Keaadaan oral hygiene yang buruk dapat memicu
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan denture stomatitis.22,47,48
Menjaga kebersihan gigitiruan dapat mencegah terjadi denture stomatitis pada
pengguna gigitiruan. Menurut hasil penelitian Kulak-Ozkan setelah dilakukan
pemeriksaan dengan plaque detector dan dilihat kuantitas plak pada basis gigitiruan
terdapat hubungan yang signifikan antara denture stomatitis dengan kebersihan
gigitiruan yang buruk, namun tidak terdapat hubungan antara terjadinya denture
stomatitis dengan frekuensi pembersihan gigitiruan.49 Pada penelitian ini diketahui
57,1% penderita denture stomatitis membersihkan gigitiruannya setidaknya satu kali
sehari, sedangkan 30,1% tidak teratur. Menurut Lahama, dkk., frekuensi pembersihan
gigitiruan belum dapat menjamin akumulasi biofilm pada permukaan gigitiruan
berkurang, faktor lain juga berpengaruh terhadap kebersihan gigitiruan seperti waktu
pembersihan dan metode pembersihan yang digunakan.3
Pada penelitian ini sebanyak 34,6% dari penderita denture stomatitis yang
memiliki penyakit sistemik. 15,8% diantaranya memiliki penyakit diabetes melitus.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan diabetes melitus dengan
denture stomatitis. Pasien dengan diabetes melitus memiliki risiko tinggi mengalami
denture stomatitis.11,29,30 Pada penderita diabetes melitus, kadar glukosa pada saliva
akan meningkat seiring dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hasil
metabolisme karbohidrat yang menghasilkan asam berkontribusi membuat pH menjadi
rendah. Keadaan ini menyebabkan perlekatan Candida ke sel epitel penjamu
meningkat.29,31 Selain itu pada penelitian ini didapatkan sebanyak 12,1% subjek
penelitian memiliki penyakit hipertensi. Penggunaan obat hipertensi, jantung dan
diabetes mellitus dapat mempengaruhi fungsi ginjal, dimana obat-obat tersebut bekerja
meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan kadar Na+ dalam
darah dan cairan ekstraseluler. Dengan demikian terjadi penurunan kadar air dalam
saliva sehingga apabila keadaan ini apabila terjadi secara terus menerus dapat
mengakibatkan xerostomia dan memicu terjadinya denture stomatitis.32 Pada penelitian
terdapat pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit sistemik sebesar 65,4%. Data ada
tidaknya penyakit sistemik pada subjek diambil dari data sekunder berdasarkan hasil
anamnesis. Ada kemungkinan pasien tidak tahu penyakit sistemik yang dideritanya.
Hasil penelitian oleh Pramono mendapatkan bahwa prevalensi diabetes melitus yang
tidak terdiagnosis atau undiagnosed diabetes melitus (UDDM) adalah sebanyak 4,1%
dari 5,5% total prevalensi diabetes di Indonesia.50 Sedangkan menurut survei IFLS4
pada populasi berusia 40-65 tahun di Indonesia pada tahun 2007, hanya 37% orang
dengan hipertensi yang didiangnosis, dengan 25% diantaranya menerima pengobatan,
sedangkan selebihnya tidak menyadari hipertensi yang diderita.51
Tipe denture stomatitis yang paling banyak ditemui pada penelitian ini adalah
tipe I dan tipe II. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Emami, et al., dan
Kossioni dimana prevalensi denture stomatitis tipe I dan II lebih banyak dibandingan
dengan tipe III.22,44 Menurut Pattanaik et al., denture stomatitis tipe I umumnya
dikaitkan dengan trauma dari gigitiruan, tipe II dikaitkan dengan pertumbuhan Candida
albicans, sedangkan tipe III diperkirakan terkait dengan keduanya.20
Reaksi inflamasi yang terjadi karena adanya trauma sebagai akibat gigitiruan
yang tidak fit menciptakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Kondisi trauma yang berlanjut dapat meningkatkan frekuensi denture stomatitis.20,22
Pada penelitian ini kondisi gigitiruan yang tidak fit ditemukan pada 24,1% subjek
penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan 46,6% gigitiruan yang digunakan subjek
penderita denture stomatitis dibuat oleh dokter gigi, 25,6% lainnya dibuat oleh tukang
gigi, sementara 27,8% data penelitian tidak diketahui. Dari hasil anamnesis pada
beberapa jurnal kasus yang dilihat pada penelitian ini menyebutkan bahwa beberapa
subjek yang membuat gigitiruannya di tukang gigi umumnya tidak diberikan instruksi
dalam hal kebersihan dan penggunaan gigitiruan. Beberapa subjek lainnya yang
membuat gigitiruan di praktik dokter gigi mengaku menerima instruksi dalam hal
kebersihan dan penggunaan gigitiruan namun mengabaikannya dengan berbagai
alasan.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari 133 jurnal kasus
mahasiswa kepaniteraan klinik tentang profil penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018, dapat disimpulkan:
1. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 paling banyak ditemukan pada kelompok usia 51-60 tahun yaitu sebanyak
60 orang (45,1%).
2. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan persentase 85%.
3. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 paling banyak adalah pengguna GTP dengan persentase 59,4%.
4. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 paling banyak adalah pengguna gigitiruan selama lebih dari 5 tahun dengan
persentase 52,6%.
5. Frekuensi pembersihan gigitiruan yang paling banyak dilakukan oleh
Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun
2018 adalah 1 kali sehari dengan persentase 32,3%, diikuti dengan frekuensi
pembersihan yang tidak teratur dengan persentase 30,1%.
6. Lama pemakaian gigitiruan yang paling banyak dilakukan oleh penderita
denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 adalah
lebih dari 16 jam dengan persentase 94%.
7. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 lebih banyak tidak memiliki penyakit sistemik dengan persentase 65,4%.
6.2 Saran
1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menguraikan
distribusi denture stomatitis berdasarkan berbagai faktor predisposisi yang dapat
mempengaruhinya pada pengguna gigitiruan. Oleh karena itu diharapkan adanya
penelitian lanjutan untuk melihat hubungan antara masing-masing faktor predisposisi
dengan denture stomatitis.
2. Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi kepada
pengguna gigitiruan untuk melepaskan gigitiruannya saat tidur di malam hari dan lebih
memperhatikan dan menjaga kebersihan rongga mulut dan gigitiruannya.
3. Data pada jurnal kasus mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak lengkap
banyak ditemukan saat pengumpulan data, maka diharapkan kepada para mahasiswa
kepaniteraan klinik untuk lebih memperhatikan dalam melengkapi status pasien pada
jurnal kasus. Dan diharapkan kepada Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
untuk membuat standar dalam melengkapi status pasien pada jurnal kasus.
DAFTAR PUSTAKA
11. Khatibi M, Amirzadeh Z, Shahab MS, et al. Examining the relationship between
type II diabetes with denture stomatitis. J Appl Environ Biol Sci 2015; 5 (12): 284-
7.
12. Cankovic M, et al. Prevalence and possible predictors of the occurence of the
denture stomatitis in patients older than 60 years. Vojnosanit Pregl 2017; 74 (4):
311-16.
13. Fayad MI, et al. Prevalence of denture stomatitis among complete denture wearers
in aljouf. ADJ-for Girls 2018; 5 (3): 219-223.
14. Moosazadeh M, et al. Denture stomatitis and candida albicans in iranian
population, a systematic review and meta-analysis. J Dent Univ Med Sci 2016; 17
(3): 283-292.
15. Gauch LMR, et al. Relationship among local and functional factors in the
development of denture stomatitis in denture wearers in northern brazil. Rev
Odontol UNESP 2014; 43 (5): 314-8.
16. Herawati E, Novani D. Denture stomatitis terkait trauma, gambaran klinis dan
tatalaksananya. Jurnal Kedokteran Gigi UNPAD 2017; 29 (4): 179-183.
17. Sadiq W. The denture hygiene, denture stomatitis and role of dental hygienist.
International Journal of Dental Hygiene 2010; 8: 227-231.
18. Sharma D, Sharma N. Denture stomatitis – a review. IJOCR 2015; 3 (7): 81-5.
19. Calvert GD. Denture induced stomatitis, patient and denture related factors.Thesis.
University of Glasglow 2018: 20-40.
20. Pattanaik S, Pattanaik B, Sahu S, et al. Denture stomatitis a literatur review.
JIAOMR 2010; 22 (3): 136-140.
21. Saadat M. Candida species and inflammation mediators in denture stomatitis:
detection in biological samples. Thesis. Université de Montréal 2017: 10-22.
22. Emami E, Grandmont P, Rompré RH, et al. Favoring Trauma as an Etiological
Factor in Denture Stomatitis. J Dent Res 2008; 87(5): 440-444.
23. Puškar T, Michal P, Dubravka M, et al. Factors influencing the occurrence of
denture stomatitis in complete dentures wearers. HealthMED 2012; 6 (8): 2780-5.
36. Lengkong PEO, Pangemanan DHC, Mariati NW. Gambaran perilaku dan cara
merawat gigi tiruan sebagian lepasan pada lansia di panti werda minahasa induk.
Jurnal e-GiGi 2015; 3 (1).
37. Gasparoto TH, Vieira NA, Porto VC, Campanelli AP, Lara VS. Ageing
exacerbates damage of systemic and salivary neutrophils from patients presenting
Candida-related denture stomatitis; Immunity & Ageing 2009; 6 (3): 1-12.
38. Nur’aeny N, Sari KI. Profil lesi mulut pada kelompok lanjut usia di panti sosial
tresna wreda senjarawi bandung. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2016; 2 (2):
74-9.
39. Bilhan H, Sulun T, Kutay Ö. Prevalence and aetiology of denture related stomatitis
in patients wearing removable dentures; Balk J Stom 2005; 9 : 1-7.
40. Mandali G, Sener ID, Turker SB and Ülgen H. Factors affecting the distribution
and prevalence of oral mucosal lesions in complete denture wearers. The
Gerodontology Society and John Wiley & Sons A/S 2011; 28: 97-103.
41. Figueiral MH, Azul A, Pinto E, Fonseca PA, Branco FM, Scully C. Denture-
related stomatitis: identification of aetiological and predisposing factors – a large
cohort. Journal of Oral Rehablitation 2007; 34: 448-455.
42. Minicucci EM, Pires RBC, Vieira RA, Miot HA, Sposto MR. Assessing the impact
of menopause on salivary flow and xerostomia. Australian Dental Journal 2013;
58: 230–4.
43. Suri V, Suri V. Menopause and oral health. Journal of Mid-life Health 2014; 5 (3):
115-9.
44. Naik AV, Pai RC. A study of factors contributing to denture stomatitis in a north
indian comunity; Internasional Journal of Dentistry 2011; 1-4.
45. Navabi N, Gholamhoseinian A, Baghaei B, Hashemipour. Risk factors associated
with denture stomatitis in healthy subjects attending a dental school in southeast
iran; SQU Medical Journal 2013; 13 (4): 574-580.
46. Kossioni AE. The prevalence of denture stomatitis and its predisposing conditions
in an older greek population; The Gerodontology Society and John Wiley & Sons
A/S 2011; 28: 85-90.
Besar biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penelitian ini sebesar dua ratus
lima puluh ribu rupiah, dengan rincian sebagai berikut:
1. Proposal
• Bahan Habis Pakai (ATK)
- Kertas Kuarto 2 rim = Rp. 78.000;
- Tinta Printer = Rp. 65.000;
• Penjilidan = Rp. 24.000;
• Biaya Literatur
- Fotocopy = Rp.30.000;
2. Penelitian
• Pengurusan Ethical Clearence = Rp. 100.000;
• Alat dan Bahan
- Alat Tulis = Rp. 10.000;
3. Biaya Tidak Terduga = Rp. 50.000;