Anda di halaman 1dari 66

PROFIL PENDERITA DENTURE STOMATITIS

DI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT


FKG USU TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

CITRA PURNAMASARI
NIM : 110600099

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2020

Citra Purnamasari
Profil Penderita Denture Stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG
USU Tahun 2018
x + 39 halaman
Denture stomatitis merupakan suatu peradangan mukosa mulut yang umum
terjadi pada pengguna gigitiruan. Denture stomatitis dapat disebabkan oleh infeksi
Candida albicans dan beberapa faktor predisposisi seperti usia, jenis kelamin, penyakit
sistemik, penggunaan gigitiruan secara terus menerus bahkan di malam hari, usia
gigitiruan, kondisi gigitiruan dan kurangnya kebersihan gigitiruan. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat profil penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
menggunakan data dari jurnal kasus denture stomatitis mahasiswa kepaniteraan klinik
di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018. Distribusi dan frekuensi
penderita denture stomatitis meliputi usia, jenis kelamin, jenis gigitiruan yang
digunakan, usia gigitiruan, frekuensi pembersihan gigitiruan, lama pemakaian
gigitiruan, adanya penyakit sistemik, tipe lesi yang terjadi berdasarkan klasifikasi
Newton, kondisi gigitiruan, dan pembuat gigitiruan dicatat dan dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat dan dihitung dalam bentuk persentase. Hasil penelitian
ini menunjukkan frekuensi penderita denture stomatitis yang tertinggi terdapat pada
golongan usia 51-60 (45,1%), jenis kelamin perempuan (85%), pengguna GTP
(59,4%), pengguna gigitiruan lebih dari 5 tahun (52,6%), membersihkan gigitiruan 1
kali sehari (32,3%), menggunakan gigitiruannya lebih dari 16 jam sehari (94%), tidak
memiliki penyakit sistemik (65,4%), menggunakan gigitiruan tidak fit (24,1%),
membuat gigitiruan di praktik dokter gigi (46,6%), dan tipe denture stomatitis yang
paling banyak terjadi adalah tipe I dan II (48,9%). Kesimpulan dari penelitian ini kasus

Universitas Sumatera Utara


denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 yang
paling banyak terjadi adalah tipe I dan II dan lebih banyak pada jenis kelamin
perempuan, usia diatas 50 tahun, pengguna gigitiruan penuh (GTP), usia gigitiruan
lebih dari 5 tahun, membersihkan gigitiruan 1 kali sehari dan menggunakannya lebih
dari 16 jam sehari, tidak memiliki penyakit sistemik, menggunakan gigitiruan tidak fit
dan membuat gigitiruan di praktik dokter gigi.

Daftar Rujukan: 50 (2002-2019)

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 15 Mei 2020

Pembimbing Tanda tangan

Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si .....................................


NIP. 19510611 198303 2 001

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 20 Mei 2020

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si


ANGGOTA : 1. Indri Lubis, drg., MDSc
2. Aida Fadhilla darwis, drg., MDSc

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Profil Penderita Denture Stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis
untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga secara khusus penulis
sampaikan kepada ayahanda Tukimin dan ibunda Rini Andriani yang selalu
memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta doanya kepada penulis, Kakak
Rika Pratiwi dan Adik M. Riski Adrian serta keluarga besar yang telah memberikan
doa dan dukungan kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Dr. Wilda Hafny Lubis, drg.,
M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar, tulus, dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan
motivasi, arahan, dan saran yang sangat berharga bagi penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
Selanjutnya, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dengan tulus dan ikhlas kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. drg. Sayuti Hasibuan, Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. drg. Indri Lubis, MDSc, dan drg. Aida Fadhilla Darwis, MDSc selaku tim
penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran yang bermanfaat
kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara


4. drg. Siti Bahirrah, Sp.Ort. (K) selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasinya.
6. Seluruh Staf Pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis menjalani
perkuliahan.
7. Sahabat tercinta, Rahmi, Chai, Ayu, Nadya, Rahmy, Dziah, dan Zilda yang
senantiasa membantu, memberi dorongan, semangat, dan doanya selama ini untuk
penulis.
Penulis menyadari bahwa penulis masih dalam proses pembelajaran sehingga
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak untuk menghasilkan karya yang lebih baik
lagi di kemudian hari. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, 15 Mei 2020


Penulis

Citra Purnamasari
NIM : 110600099

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .....................................................................................


HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI.........................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian….................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Denture Stomatitis .................................................... 6
2.2 Gambaran Klinis dan Klasifikasi............................................. 6
2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi….......................................... 8
2.3.1 Kondisi Gigitiruan................................................................. 9
2.3.2 Penggunaan Gigitiruan Terus-menerus................................. 10
2.3.3 Kebersihan Oral dan Gigitiruan............................................. 10
2.3.4 Usia dan Jenis Kelamin......................................................... 10
2.3.5 Penyakit Sistemik.................................................................. 11
2.4 Penatalaksanaan....................................................................... 12
2.4.1 Pemberian Antifungal............................................................ 12
2.4.2 Instruksi berkaitan dengan Gigitiruan................................... 12
2.4.3 Penggantian Gigitiruan.......................................................... 13
2.5 Kerangka Teori......................................................................... 14
2.6 Kerangka Konsep..................................................................... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian......................................................................... 16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 16

vi

Universitas Sumatera Utara


3.3 Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 16
3.3.1 Populasi Penelitian................................................................ 16
3.3.2 Sampel Penelitian.................................................................. 16
3.3.2.1 Besar Sampel Penelitian..................................................... 16
3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian............................. 17
3.4 Variabel dan Definisi Operasional........................................... 17
3.4.1 Variabel................................................................................. 17
3.4.2 Definisi Operasional.............................................................. 17
3.5 Sarana Penelitian...................................................................... 20
3.5.1 Alat Penelitian....................................................................... 20
3.5.2 Bahan Penelitian.................................................................... 20
3.6 Prosedur Penelitian................................................................... 20
3.7 Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 20
3.8 Etika Penelitian......................................................................... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Profil Denture Stomatitis.......................................................... 23
4.1.1 Usia.......................................................................................... 23
4.1.2 Jenis Kelamin.......................................................................... 24
4.1.3 Jenis Gigitiruan........................................................................ 24
4.1.4 Usia Gigitiruan........................................................................ 24
4.1.5 Frekuensi Pembersihan Gigitiruan.......................................... 25
4.1.6 Lama Pemakaian Gigitiruan.................................................... 26
4.1.7 Penyakit Sistemik.................................................................... 26
4.1.8 Tipe Lesi.................................................................................. 27
4.1.9 Kondisi Gigitiruan................................................................... 27
4.1.10 Pembuat Gigitiruan................................................................ 28

BAB 5 PEMBAHASAN.............................................................................. 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan................................................................................ 33
6.2 Saran.......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 35

LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Definisi Operasional............................................................................. 17
2. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
usia........................................................................................................ 23
3. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
jenis kelamin......................................................................................... 24
4. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
jenis gigitiruan yang digunakan............................................................ 24
5. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan usia
gigitiruan............................................................................................... 25
6. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
frekuensi pembersihan gigi tiruan......................................................... 25
7. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
lama pemakaian gigi tiruan................................................................... 26
8. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
penyakit sistemik.................................................................................. 26
9. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan tipe
lesi yang terjadi berdasarkan klasifikasi Newton.................................. 27
10. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
kondisi gigitiruan.................................................................................. 27
11. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan
operator pembuat gigitiruan.................................................................. 28

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1. Denture Stomatitis Tipe I Newton........................................................ 7

2. Denture Stomatitis Tipe II Newton....................................................... 7

3. Denture Stomatitis Tipe III Newton...................................................... 7

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Ethical Clearence
2. Surat Izin Penelitian
3. Rincian Biaya Penelitian
4. Data Hasil Penelitian

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Edentulus merupakan keadaan kehilangan sebagian maupun seluruh gigi di
dalam rongga mulut. Tingkat angka kejadian edentulus sekitar 7-69% terjadi dalam
populasi dunia. Survei yang dilakukan National Health and Nutrition Examination di
Amerika tahun 2011 hingga 2012 menemukan bahwa 19% orang dewasa berusia lebih
dari 65 tahun mengalami edentulus, sedangkan pada usia 75 tahun keatas prevalensi
edentulus penuh dua kali lebih banyak.1 Edentulus disebakan oleh beberapa faktor
seperti karies gigi, penyakit periodontal, trauma dan lain-lain. Edentulus yang dialami
seseorang dapat menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan, gangguan fungsi
fonetik hingga estetika. Dampak dari kehilangan gigi tersebut dapat dicegah dengan
penggunaan gigitiruan.2,3 Penggunaan gigitiruan dengan tidak sesuai berpotensi
mengakibatkan perubahan patologis dalam mulut, seperti terjadinya denture
stomatitis.2-5
Denture stomatitis merupakan suatu peradangan mukosa mulut yang umum
terjadi pada pengguna gigitiruan. Karakteristik denture stomatitis berupa adanya
eritema pada mukosa yang berkontak dengan basis gigitiruan lepasan.6,7 Penelitian
epidemiologi menunjukkan prevalensi denture stomatitis berkisar antara 30-36% pada
pengguna gigitiruan lepasan. Penelitian di Amerika menunjukkan sekitar 20% orang
dewasa menggunakan gigitiruan lepasan dengan prevalensi terjadi denture stomatitis
sebanyak 28%. Penelitian lain di Turki menunjukkan 26% dari total populasi
penelitian menggunakan gigitiruan lepasan, terjadinya denture stomatitis yaitu
18,5%.5,6
Denture stomatitis merupakan infeksi kronis dengan penyebab multifaktorial.
Penelitian terkini mengindikasikan bahwa denture stomatitis dikaitkan dengan
keberadaan Candida albicans. Candida albicans merupakan mikroorganisme yang
banyak ditemukan pada denture stomatitis.5,6,8 Penelitian Bhat, et al., di India

Universitas Sumatera Utara


2

menemukan bahwa dari 55 orang pemakai gigitiruan penuh, 27 orang (50%)


diantaranya menderita denture stomatitis dan dari 27 orang penderita tersebut, 13
orang (48%) diantaranya positif Candida albicans.9
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya denture stomatitis antara lain usia,
jenis kelamin, penyakit sistemik, penggunaan gigitiruan secara terus menerus bahkan
di malam hari, usia gigitiruan, kondisi gigitiruan dan kurangnya kebersihan
gigitiruan.10 Penelitian Mandagi menemukan denture stomatitis paling banyak
ditemukan pada responden dengan rentang usia 49-78 tahun yaitu sebanyak 65%, dan
paling banyak dialami oleh perempuan sebanyak 58,93% dibandingkan dengan laki-
laki 41,07%.2 Penelitian Khatibi, et al., menunjukkan hubungan yang signifikan antara
diabetes melitus dengan denture stomatitis, dimana pada penderita diabetes melitus
denture stomatitis ditemukan 1/8 kali lebih banyak dari yang tidak menderita diabetes
melitus.11 Penelitian Čanković menemukan denture stomatitis paling banyak
ditemukan pada penggunaan gigitiruan selama lebih dari 9 tahun.12 Menurut Lahama,
83,95% penderita denture stomatitis menggunakan gigitiruannya terus menerus tanpa
dilepas.3 Insidensi denture stomatitis pada pasien yang tidak membersihkan
gigitiruannya dengan teratur lebih tinggi yaitu 51,7%.13 Pemakaian gigitiruan yang
terus menerus dengan kebersihan yang inadekuat dapat memicu perkembangan
Candida albicans.4,12
Pasien yang mengalami denture stomatitis umumnya tidak menyadari adanya
kelainan ini, karena biasanya tanpa gejala atau asimptomatis. Hanya sedikit pasien
mengeluh adanya rasa panas atau gatal yang biasanya dirasakan di mukosa palatum
dan perasaan tidak nyaman saat menggunakan gigitiruan.6,14 Diagnosa didapatkan
setelah dilakukan pemeriksaan klinis.5,6
Berbagai literatur telah melaporkan hasil penelitian prevalensi denture
stomatitis, terutama yang berkaitan dengan usia, jenis kelamin, usia gigitiruan,
frekuensi pembersihan gigitiruan, lama pemakaian gigitiruan, dan penyakit sistemik,
tetapi penelitian mengenai profil denture stomatitis meliputi tipe lesi, kondisi
gigitiruan, jenis gigitiruan, dan operator pembuat gigitiruan belum banyak dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui profil
penderita denture stomatitis berdasarkan tipe lesi, yaitu tipe denture stomatitis

Universitas Sumatera Utara


3

manakah yang lebih sering terjadi, apakah denture stomatitis lebih banyak terjadi pada
kondisi gigitiruan yang tidak fit, penggunaan jenis gigitiruan mana yang lebih banyak
terjadi denture stomatitis, dan apakah gigitiruan yang dibuat oleh tukang gigi lebih
sering menyebabkan denture stomatitis. Pada penelitian ini akan dilihat bagaimana
profil penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah profil penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018.

1.3.1 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan usia.
2. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan jenis kelamin.
3. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan jenis gigitiruan.
4. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan usia gigitiruan.
5. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan frekuensi
pembersihan gigitiruan.

Universitas Sumatera Utara


4

6. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di


Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan lama pemakaian
gigitiruan.
7. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan penyakit
sistemik yang diderita.
8. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan tipe lesi yang
terjadi berdasarkan klasifikasi Newton.
9. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan kondisi
gigitiruan.
10. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan operator
pembuat gigitiruan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan bagi
Kementerian Kesehatan tentang profil penderita denture stomatitis untuk
pengembangan program pencegahan dan penyuluhan berkaitan dengan penggunaan
gigitiruan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu penyakit mulut mengenai profil
penderita denture stomatitis dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


5

1.4.2 Manfaat Praktis


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi dokter gigi dan
tenaga kesehatan lain tentang perlunya edukasi kepada pasien pengguna gigitiruan
mengenai denture stomatitis yang mungkin terjadi agar pencegahan dapat dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Denture Stomatitis


Denture stomatitis atau chronic atrophic candidiasis atau denture sore mouth
merupakan keadaan patologis yang umum terjadi berkaitan dengan penggunaan
gigitiruan. Denture stomatitis adalah proses inflamasi kronis pada mukosa oral secara
khusus pada bagian palatum dan mukosa gingiva yang secara langsung berkontak
dengan basis gigitiruan.15,16 Denture stomatitis dapat terjadi baik pada pengguna
gigitiruan penuh maupun gigitiruan sebagian lepasan. Menurut penelitian oleh Sadiq,
prevalensi pasien denture stomatitis lebih banyak pada pengguna gigitiruan penuh
daripada gigitiruan sebagian lepasan.17

2.2 Gambaran Klinis dan Klasifikasi


Denture stomatitis merupakan suatu peradangan mukosa mulut yang umum
terjadi pada pengguna gigitiruan lepasan. Denture stomatitis memiliki gambaran klinis
berupa eritema difus ataupun bintik-bintik berwarna lebih merah dari jaringan
sekitarnya pada permukaan mukosa yang berkontak dengan gigitiruan. Kondisi ini
umumnya asimptomatis, namun pada beberapa kasus disertai dengan perdarahan
mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, perasaan tidak nyaman, serta mulut kering.7,12
Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan klasifikasi Newton
yang dilihat dari gambaran klinis pada mukosa palatum, yaitu :7,18
1. Tipe I, tahap inisial berupa bintik merah (pinpoint) yang terlokalisir atau
tersebar pada mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan.

Universitas Sumatera Utara


7

Gambar 1. Denture stomatitis


Tipe I Newton7

2. Tipe II, terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa
palatum yang ditutupi gigitiruan.

Gambar 2. Denture stomatitis


Tipe II Newton7

3. Tipe III, hiperplasia papila umumnya pada palatum dan linggir alveolar.

Gambar 3. Denture stomatitis


Tipe III Newton7

Universitas Sumatera Utara


8

Klasifikasi lain dikemukakan oleh Budtz-Jorgensen dan Bertram pada tahun


1970 yang dikelompokkan berdasarkan perkembangan inflamasi yang terjadi pada
mukosa palatum, yaitu:7,8
1. Inflamasi terlokalisasi, yang melibatkan area tertentu pada mukosa palatum.
2. Inflamasi difus, yang melibatkan seluruh area yang tertutup gigitiruan.
3. Inflamasi granular, yang sering terlokalisasi pada bagian tengah dari palatum
durum.
Schwartz pada 1988 mengelompokkan denture stomatitis berdasarkan ukuran
inflamasi yang teradi di mukosa palatum, yaitu:19
1. 0: Sehat
2. 1: Peradangan di palatal terjadi hingga 25% dari daerah permukaan jaringan
pendukung gigitiruan.
3. 2: Peradangan di palatal yang meliputi antara 25% dan 50% dari daerah
permukaan jaringan pendukung gigitiruan.
3: Peradangan di palatal meliputi lebih dari 50% dari daerah permukaan
jaringan pendukung gigitiruan.

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Denture stomatitis merupakan infeksi kronis dengan penyebab multifaktorial.
Penelitian terkini mengindikasikan bahwa denture stomatitis dikaitkan dengan
keberadaan Candida albicans. Candida albicans merupakan organisme komensal di
dalam rongga mulut, namun adanya gangguan imunitas membuatnya berkembang
menjadi patogen. Candida albicans memiliki insiden tinggi pada mukosa mulut dan
permukaan basis gigitiruan pasien dengan denture stomatitis, sehingga keberadaannya
dianggap sebagai faktor yang penting dalam terjadinya penyakit tersebut.20,21
Prevalensi Candida albicans yang tinggi disebabkan oleh kemampuan
menempel ke permukaan mukosa (adhesi), hal ini menjadi langkah awal patogenesis
denture stomatitis. Perlekatan ini dipicu oleh keadaan seperti pH saliva rendah dan
berkurangnya aliran saliva pada jaringan mukosa dibawah gigitiruan.21 Candida
albicans akan melekat pada sel mukosa mulut dan membentuk biofilm kompleks yang

Universitas Sumatera Utara


9

dilapisi oleh matriks eksopolimer sebagai pelindung agar resisten terhadap anti
mikroba dan menghindar dari sistem kekebalan sel penjamu. Perlekatan ini
mengaktivasi enzim hidrolitik seperti proteinase dan fospolipase yang diperlukan untuk
pertumbuhan hifa patogen.16 Sifat biologis Candida albicans yang penting adalah
kemampuan untuk tumbuh dalam berbagai bentuk morfologis, mulai dari bentuk yeast
sampai ke bentuk hifa sebenarnya (true hyphae). Sifat Candida albicans ini dapat
meningkatkan kemampuan penetrasi jaringan saat fase awal infeksi. Bentuk hifa
diketahui dapat menempel dan menginvasi jaringan penjamu lebih mudah daripada
bentuk yeast. 16,18
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya denture
stomatitis. Faktor predisposisi tersebut antara lain kondisi gigitiruan, menggunakan
gigitiruan terus-menerus tanpa dilepas, kebersihan oral dan gigitiruan yang buruk, usia,
jenis kelamin dan penyakit sistemik.18

2.3.1 Kondisi Gigitiruan


Kualitas gigitiruan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
denture stomatitis. Gigitiruan yang dibuat dan dipoles dengan baik memiliki peluang
lebih kecil untuk terkontaminasi.20 Pembuatan gigitiruan didasarkan pada kondisi
anatomi jaringan pendukung saat awal perawatan. Seiring waktu penggunaan
gigitiruan, tulang alveolar dapat mengalami penurunan densitas dan resorpsi yang
disebabkan oleh distribusi tekanan oklusal yang tidak merata hingga tidak mampu
menyangga gigitiruan dan membuatnya tidak stabil dan retentif. Gigitiruan yang tidak
stabil dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada mukosa yang tetutup gigitiruan.22
Peradangan yang terjadi dapat menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi
mikroorganisme sehingga menyebabkan infeksi.23
Kekasaran permukaan gigitiruan berkorelasi positif dengan tingkat kolonisasi
Candida albicans di rongga mulut.24,25 Kekasaran permukaan dihitung sebagai rata-
rata deviasi aritmatik dari permukaan ceruk dan puncak di suatu permukaan. Kekasaran
permukaan secara langsung mempengaruhi awal perlekatan mikro-organisme,
pembentukan biofilm, dan kolonisasi spesies Candida. Nilai ambang batas kekasaran

Universitas Sumatera Utara


10

permukaan sebesar 0,2 µm, bila kurang dari nilai tersebut maka tidak akan
menimbulkan efek pada adhesi mikroorganisme.24,26

2.3.2 Penggunaan Gigitiruan Terus-menerus


Penggunaan gigitiruan secara terus menerus bahkan dimalam hari saat tidur
membuat efek pembersihan oleh saliva tidak dapat bekerja oleh karena permukaan
mukosa yang tertutup gigitiruan.19 Kemudian Candida albicans dan mikroorganisme
lain membentuk lapisan biofilm diantara permukaan gigitiruan dan mukosa mulut.
Keadaan ini juga menyebabkan permukaan di bawah basis gigitiruan bersifat asam
yang memberikan keuntungan bagi Candida albicans untuk menghasilkan enzim
aspartil proteinase yang bersifat toksik dan menyebabkan reaksi inflamasi pada
mukosa.4,27

2.3.3 Kebersihan Oral dan Gigitiruan


Kebersihan oral dan gigitiruan yang buruk dianggap sebagai salah satu faktor
penyebab terjadinya denture stomatitis. Menurut penelitian Krisma, pemeriksaan klinis
pada mukosa pendukung gigitiruan menunjukkan dari 13 orang subjek penelitian
ditemukan sembilan orang dengan tingkat kebersihan gigitiruan yang buruk, tiga orang
dengan tingkat kebersihan gigitiruan yang sedang, dan satu orang dengan tingkat
kebersihan gigitiruan yang baik.4 Tingginya persentase subjek penelitian dengan
tingkat kebersihan gigitiruan yang buruk dapat dihubungkan dengan pembersihan
gigitiruan yang tidak adekuat. Kebersihan oral dan gigitiruan yang buruk menginduksi
akumulasi biofilm dan membuat mukosa rentan terhadap infeksi..4,28

2.3.4 Usia dan Jenis Kelamin


Ada sejumlah alasan mengapa usia terkait dengan denture stomatitis. Usia tua
umumnya terkait dengan kondisi medis yang kompleks. Komplikasi oral yang umum
terjadi pada lansia yaitu xerostomia diakibatkan terjadi perubahan atrofi kelenjar saliva
yang akan menurunkan jumlah aliran saliva yang berpotensi meningkatkan risiko

Universitas Sumatera Utara


11

pasien terhadap infeksi oral. Kondisi ini memungkinkan mikroorganisme seperti


spesies Candida untuk berkembang dan menyebabkan denture stomatitis.19 Pada
wanita, perubahan fisiologis akibat menopouse berupa perubahan konsentrasi hormon
steroid menjadi lebih rendah mempengaruhi kondisi membran mukosa rongga mulut,
sehingga rentan terhadap terjadinya infeksi.2,19

2.3.5 Penyakit Sistemik


Beberapa penyakit sistemik dapat meningkatkan terjadinya infeksi Candida
albicans di rongga mulut, diantaranya adalah diabetes melitus. Diabetes melitus
merupakan penyakit gangguan metabolik akibat pankreas tidak memproduksi cukup
insulin sehingga keseimbangan gula darah dalam tubuh terganggu.29 Diabetes mellitus
merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai pada manusia. Prevalensi
diabetes melitus menunjukkan angka 20-25% pada pasien diatas 60 tahun.30 Diabetes
melitus yang tidak terkontrol meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oral, seperti
denture stomatitis. Pada penderita diabetes melitus, kadar glukosa pada saliva akan
meningkat seiring dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hasil metabolisme
karbohidrat yang menghasilkan asam berkontribusi membuat pH menjadi rendah.
Keadaan ini menyebabkan perlekatan Candida ke sel epitel penjamu meningkat.29,31
Komplikasi degeneratif yang biasa terjadi pada diabetes melitus, seperti neuropati dan
mikroangiopati, diperkirakan berkontribusi terhadap perkembangan perubahan
struktural pada jaringan kelenjar saliva dan menyebakan hipofungsi kelenjar ini.
Hiposalivasi dan perubahan komposisi saliva berkontribusi terhadap peningkatan
kerentanan terjadinya denture stomatitis.30
Selain itu, beberapa kondisi dengan gangguan sistem imun juga dapat
mempengaruhi peningkatan infeksi Candida di rongga mulut.10 Penggunaan obat
golongan steroid yang memiliki efek imunosupresi juga meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi Candida albicans.32 Penggunaan obat hipertensi dan diabetes mellitus
seperti obat golongan β-blocker, golongan α-blocker, golongan sulfoniurea, serta
golongan diuretik dapat mempengaruhi fungsi ginjal, dimana obat-obat tersebut
bekerja meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan kadar

Universitas Sumatera Utara


12

natrium dalam darah dan cairan ekstraseluler. Dengan demikian terjadi penurunan
kadar air dalam saliva sehingga apabila keadaan ini apabila terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan xerostomi dan memicu terjadinya denture stomatitis.32

2.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan denture stomatitis dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya denture stomatitis. Perawatan denture stomatitis dapat
dilakukan dengan pemberian antifungal, instruksi pembersihan gigitiruan dan
pergantian gigitiruan.5,28,33,34

2.4.1 Pemberian Antifungal


Pemberian antifungal dapat menghambat pembentukan biofilm oleh Candida
albicans. Pemberian antifungal dapat dilakukan secara topikal maupun sistemik.34
Sejumlah antifungal banyak digunakan dalam pengobatan infeksi Candida. Agen
antifungal yang biasa digunakan adalah golongan triazol yaitu flukonazol. Selain itu
obat lain yang efektif dalam pengobatan adalah Nistatin.4,5 Obat ini efektif dalam
pengobatan topikal pada infeksi Candida. Nistatin dioleskan pada mukosa yang
berkontak dengan gigitiruan empat kali sehari selama satu hingga dua minggu.5,35
Pemakaian antijamur topikal cukup efektif untuk mengatasi infeksi Candida
albicans pada rongga mulut dengan lesi terlokalisasi pada mukosa di bawah gigitiruan
dan tanpa riwayat penyakit sistemik.19,35 Pemakaian antijamur sistemik lebih tepat
diberikan pada pasien dengan intoleransi dan sukar sembuh dengan terapi topikal atau
memiliki penyakit sistemik yang mempersulit kesembuhan.34,35

2.4.2 Instruksi berkaitan dengan Gigitiruan


Pada kasus denture stomatitis yang tekait dengan keadaan gigitiruan, pasien
diinstruksikan untuk melepaskan gigitiruan saat malam hari sebelum tidur. Gigitiruan

Universitas Sumatera Utara


13

seharusnya dilepas sepanjang malam atau minimal enam sampai delapan jam sehari.16
Pasien juga diinstruksikan untuk rutin membersihkan gigitiruannya. Membersihkan
gigitiruan dapat dilakukan secara mekanik maupun kimiawi.4,7
1. Pembersihan secara mekanik
Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan
sikat dan pasta pembersih gigitiruan. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan
yaitu mudah, murah dan cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis
basis gigitiruan dan menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya
bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif.4,6 Pasien disarankan
untuk menyikat gigitiruan dengan lembut secara perlahan. Pembersihan gigitiruan
dengan penyikatan diketahui kurang efektif untuk mengontrol pembentukan biofilm
terutama pada permukaan gigitiruan yang sulit dijangkau.4,7
2. Pembersihan secara kimiawi
Selain menyikat gigitiruan, penggunaan secara rutin dari bahan pembersih
kemis juga disarankan. Bahan pembersih kimiawi dapat membersihkan plak yang
berada di samping permukaan gigitiruan yang areanya tidak terjangkau dengan
penyikatan. Metode perendaman dalam larutan kimia memiliki keuntungan yaitu
mudah digunakan, namun memiliki kelemahan yaitu perendaman yang terlalu lama
dapat mengakibatkan perubahan warna basis gigitiruan.36 Bahan pembersih kimiawi
yang umum digunakan adalah sodium hipoklorit atau klorheksidin 0,2%. Perendaman
gigitiruan dalam larutan sodium hipoklorit 0,2% dua kali sehari selama 15 menit.7
Kombinasi pembersihan gigitiruan secara mekanis dan kimiawi merupakan
metode pembersihan yang efektif untuk mengontrol pembentukan biofilm pada
permukaan gigitiruan.4,5

2.4.3 Penggantian Gigitiruan


Sebaiknya gigitiruan yang sudah tidak stabil atau longgar segera diperbaiki, hal
ini bisa mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena rusaknya barier
epitel mukosa. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi pada gigitiruan, apakah masih
layak digunakan, perlu perbaikan atau perlu diganti dengan yang baru.5

Universitas Sumatera Utara


14

2.5 Kerangka Teori

Etiologi

Candida albicans Faktor predisposisi

Penggunaan Kondisi Usia dan


gigitiruan gigitiruan Jenis kelamin
terus menerus

Kebersihan Penyakit
oral dan sistemik
gigitiruan

Denture stomatitis

Universitas Sumatera Utara


15

2.6 Kerangka Konsep

Profil Penderita

- Usia
- Jenis kelamin
- Jenis gigi tiruan
- Usia gigi tiruan
Denture stomatitis
- Frekuensi pembersihan gigi tiruan
- Lama pemakaian gigi tiruan
- Penyakit sistemik
- Tipe lesi
- Kondisi gigi tiruan
- Pembuat gigitiruan

Universitas Sumatera Utara


16

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mendeskripsikan tentang
profil penderita denture stomatitis yang meliputi usia, jenis kelamin, jenis gigitiruan
yang digunakan, usia gigitiruan, frekuensi pembersihan gigitiruan, lama pemakaian
gigitiruan, adanya penyakit sistemik, tipe lesi yang terjadi berdasarkan klasifikasi
Newton, kondisi gigitiruan, dan pembuat gigitiruan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Mulut
FKG USU. Penelitian dilakukan disini karena Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG
USU menangani beberapa kasus penyakit mulut termasuk kasus denture stomatitis.
Penelitian dilaksanakan pada pada bulan September 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian merupakan data sekunder berupa jurnal kasus denture
stomatitis yang ditangani mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Penyakit
Mulut FKG USU pada tahun 2018.

3.3.2 Sampel Penelitian


3.3.2.1 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel penelitian yaitu 133 jurnal kasus denture stomatitis yang
ditangani mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG
USU pada tahun 2018.

Universitas Sumatera Utara


17

3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian


Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik total sampling yaitu
seluruh jurnal kasus denture stomatitis yang ditangani mahasiswa kepaniteraan klinik
di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU pada tahun 2018.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional


3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel dari penelitian ini:
a. Variabel bebas : Profil penderita
• Usia
• Jenis kelamin
• Jenis gigi tiruan
• Usia gigi tiruan
• Frekuensi pembersihan gigi tiruan
• Lama pemakaian gigi tiruan
• Penyakit sistemik
• Tipe lesi
• Kondisi gigi tiruan
• Pembuat gigitiruan
b. Variabel terikat : Denture stomatitis

3.4.2 Defenisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Usia Jumlah usia penderita Jurnal • ≤ 20 tahun Numerik
yang dihitung kasus • 21-30 tahun
semenjak lahir sampai • 31-40 tahun
kasus dikerjakan. • 41-50 tahun
• 51-60 tahun

Universitas Sumatera Utara


18

• 61-70 tahun
• ≥ 71 tahun
Jenis Karakteristik biologis Jurnal • Laki-laki Kategorik
kelamin yang dilihat dari kasus • Perempuan
penampilan luar
Jenis Jenis pengganti gigi Jurnal • gigitiruan Kategorik
gigitiruan asli seseorang yang kasus sebagian
mengalami edentulus lepasan
sebagian maupun (GTSL)
seluruh gigi yang • gigitiruan
terdiri dari basis yang penuh (GTP)
menutupi mukosa • Tidak
mulut dengan anasir diketahui
gigitiruan yang
melekat pada basis
tersebut.
Usia gigi Jumlah waktu sejak Jurnal • <1 tahun Numerik
tiruan pasien menggunakan kasus • 1-5 tahun
gigitiruan untuk • >5 tahun
pertama kali hingga • Tidak
kasus dikerjakan diketahui
Frekuensi Prosedur pembersihan Jurnal • 1 kali sehari Numerik
pembersihan gigi tiruan yang kasus • 2 kali sehari
gigi tiruan dilakukan oleh pasien • >2 kali sehari
perhari • Tidak teratur
• Tidak
diketahui
Lama Jumlah waktu Jurnal • ≤ 16 jam Numerik
Pemakaian gigitiruan digunakan kasus • > 16 jam

Universitas Sumatera Utara


19

/berada di rongga • Tidak


mulut sepanjang hari diketahui
Penyakit Gejala penyakit yang Jurnal • Diabetes Kategorik
sistemik berkaitan dengan Kasus melitus
adanya kelainan • Hipertensi
kondisi metabolisme • Hipersensitif
tubuh. • Gout
arthritis
• Hipertiroid
• Tidak ada
Tipe lesi Jenis denture Jurnal • Tipe I: Kategorik
stomatitis berdasarkan kasus bintik merah
klasifikasi Newton (pinpoint)
yang dilihat dari yang
gambaran klinis pada terlokalisir
mukosa palatum7 • Tipe II:
eritema difus
• Tipe III:
Hiperplasia
papila

Kondisi Keadaan berdasarkan Jurnal • Fit Kategorik


gigitiruan kestabilan (secara kasus • Tidak fit
horizontal) dan • Tidak
retentifnya (vertikal) diketahui
gigitiruan di dalam
rongga mulut ketika
digunakan

Universitas Sumatera Utara


20

Pembuat Operator yang Jurnal • Dokter gigi Kategorik


gigi tiruan mendesain dan kasus • Tukang gigi
membuat gigitiruan • Tidak
sesuai kebutuhan diketahui
pasien

3.5 Sarana Penelitian


3.5.1 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan yaitu alat tulis.

2.5.2 Bahan Penelitian


Bahan penelitian yang digunakan yaitu jurnal kasus denture stomatitis.

3.6 Prosedur Penelitian


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data
sekunder berupa jurnal kasus denture stomatitis yang ditangani mahasiswa
kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU pada tahun 2018.
Dari jurnal kasus tersebut dilihat bagaimana profil denture stomatitis tersebut
berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis gigitiruan yang digunakan, usia gigitiruan,
kondisi gigitiruan, lama pemakaian gigitiruan, frekuensi pembersihan gigitiruan, tipe
lesi yang terjadi berdasarkan klasifikasi Newton, adanya penyakit sistemik, dan
pembuat gigitiruan. Setelahnya dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang
diteliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan dengan cara manual. Analisis data menggunakan
analisis univariat dan dihitung dalam bentuk persentase. Data univariat disajikan dalam
bentuk tabel yang meliputi:

Universitas Sumatera Utara


21

1. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu


Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan usia.
2. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan jenis kelamin.
3. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan jenis gigitiruan.
4. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan usia gigi tiruan.
5. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan frekuensi pembersihan gigi tiruan.
6. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan lama pemakaian gigitiruan.
7. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berkaitan dengan penyakit sistemik.
8. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan tipe lesi yang terjadi berdasarkan
klasifikasi Newton.
9. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan kondisi gigitiruan.
10. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 berdasarkan operator pembuat gigi tiruan.

3.8 Etika Penelitian


Etika dalam penelitian ini mencakup:
1. Ethical Clearence
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada komisi
etik penelitian bidang kesehatan berdasarkan ketentukan etika yang bersifat
internasional maupun nasional.

Universitas Sumatera Utara


22

2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data yang terkumpul terkait identitas dan informasi pribadi subjek dalam
penelitian ini akan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara


23

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Denture Stomatitis


4.1.1 Usia
Subjek penelitian berjumlah 133 penderita denture stomatitis di Departemen
Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018. Usia rata-rata penderita denture stomatitis
pada penelitian ini adalah 55 tahun dengan rentang usia mulai dari 20 tahun hingga 77
tahun. Penderita denture stomatitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia 51-
60 tahun yaitu sebanyak 60 orang (45,1%). Penderita denture stomatitis pada kelompok
usia ≤ 20 tahun sebanyak 2 orang (1,5%), usia 21-30 tahun sebanyak 7 orang (5,3%),
usia 31-40 tahun sebanyak 6 orang (4,5%), usia 41-50 tahun sebanyak 13 orang (9,8%),
usia 61-70 tahun sebanyak 38 orang (28,6%), dan sebanyak 5 orang (3,7%) pada
kelompok usia lebih dari 70 tahun (Tabel 2).

Tabel 2. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan usia.


Usia Frekuensi Persentase (%)
≤ 20 2 1,5
21-30 7 5,3
31-40 6 4,5
41-50 13 9,8
51-60 60 45,1
61-70 38 28,6
>70 5 3,7
Tidak diketahui 2 1,5
Jumlah 133 100

Universitas Sumatera Utara


24

4.1.2 Jenis Kelamin

Sebagian besar penderita denture stomatitis pada penelitian ini berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 113 orang (85%), dan sisanya berjenis kelamin laki-laki
(Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan jenis


kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 20 15
Perempuan 113 85
Jumlah 133 100

4.1.3 Jenis Gigitiruan

Tabel 4. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan jenis


gigitiruan yang digunakan
Jenis gigitiruan Frekuensi Persentase (%)
GTSL 49 36,8
GTP 79 59,4
Tidak diketahui 5 3,8
Jumlah 133 100

Data pada tabel 4 menunjukkan denture stomatitis paling banyak terjadi pada
pengguna GTP yaitu sebanyak 79 orang (59,4%), sedangkan pada pengguna GTSL
sebanyak 49 orang (36,8%).

4.1.4 Usia Gigitiruan


Usia gigitiruan yang digunakan penderita denture stomatitis pada penelitian ini
bervariasi, mulai dari 7 bulan hingga 30 tahun, dengan rata-rata 7,9 tahun. Data
penelitian dikelompokkan menjadi usia gigitiruan kurang dari 1 tahun, 1-5 tahun, dan

Universitas Sumatera Utara


25

lebih dari 5 tahun. Sebagian besar subjek menggunakan gigitiruannya lebih dari 5 tahun
yaitu sebanyak 52,6%. 54 orang subjek menggunakan gigitiruannya selama 1-5 tahun
(40,6%) dan persentase terendah adalah pada kelompok subjek yang menggunakan
gigitiruannya selama kurang dari 1 tahun (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan usia


gigitiruan
Usia gigitiruan (tahun) Frekuensi Persentase (%)
<1 3 2,3
1-5 54 40,6
>5 70 52,6
Tidak diketahui 6 4,5
Jumlah 133 100

4.1.5 Frekuensi Pembersihan Gigitiruan


Frekuensi pembersihan gigitiruan yang dilakukan oleh subjek pada penelitian
ini dikelompokkan menjadi 1 kali sehari, 2 kali sehari, lebih dari 2 kali sehari dan tidak
teratur. Sebanyak 43 orang (32,3%) membersihkan gigitiruannya 1 kali sehari, 30
orang (22,6%) membersihkan gigitiruannya 2 kali sehari, 3 orang (2,2%)
membersihkan gigitiruannya lebih dari 2 kali sehari, 40 orang (30,1%) tidak teratur
membersihkan gigitiruannya, sisanya tidak diketahui (Tabel 6).

Tabel 6. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan frekuensi


pembersihan gigi tiruan
Frekuensi pembersihan (per hari) Frekuensi Persentase (%)
1 kali 43 32,3
2 kali 30 22,6
>2 kali 3 2,2
Tidak teratur 40 30,1
Tidak diketahui 17 12,8
Jumlah 133 100

Universitas Sumatera Utara


26

4.1.6 Lama Pemakaian Gigitiruan

Tabel 7. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan lama


pemakaian gigi tiruan
Lama Pemakaian Frekuensi Persentase (%)
≤ 16 jam 5 3,8
>16 jam 125 94
Tidak diketahui 3 2,2
Jumlah 133 100

Data pada tabel 7 menunjukkan sebagian besar subjek menggunakan


gigitiruannya selama lebih dari 16 jam sehari (94%), hanya 3,8% subjek yang
menggunakan gigitiruannya kurang dari 16 jam sehari.

4.1.7 Penyakit Sistemik


Tabel 8. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berkaitan dengan
penyakit sistemik

Penyakit sistemik Frekuensi Persentase (%)


Diabetes melitus 21 15,8
Hipertensi 16 12,1
Hipersensitif 4 3
Gout arthritis 4 3
Hipertiroid 1 0,7
Tidak ada 87 65,4
Jumlah 133 100

Data pada tabel 8 menunjukkan sebagian besar subjek tidak memiliki penyakit
sistemik (65,4%), hanya 46 orang subjek yang memiliki riwayat penyakit, sebagian
besar diantaranya menderita penyakit diabetes melitus (15,8%). Sebanyak 16 orang
subjek (12,1%) menderita hipertensi, masing-masing 4 orang subjek (3%) menderita

Universitas Sumatera Utara


27

hipersensitif, dan Gout arthritis, dan 1 orang subjek (0,7%) menderita hipertiroid.

4.1.8 Tipe Lesi

Tabel 9. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan tipe lesi
yang terjadi berdasarkan klasifikasi Newton
Tipe lesi Frekuensi Persentase (%)
Tipe I 65 48,9
Tipe II 65 48,9
Tipe III 3 2,2
Jumlah 133 100

Data pada tabel 9 menunjukkan tipe denture stomatitis berdasarkan klasifikasi


Newton pada penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG
USU pada tahun 2018. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe III merupakan
tipe denture stomatitis yang paling sedikit ditemui pada penderita denture stomatitis
yaitu sejumlah 3 orang (2,2%), sedangkan tipe I dan tipe II terjadi pada jumlah yang
sama yaitu masing-masing 65 orang (48,9%).

4.1.9 Kondisi Gigi tiruan


Tabel 10. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan kondisi
gigitiruan

Kondisi gigitiruan Frekuensi Persentase (%)


Fit 8 6
Tidak fit 32 24,1
Tidak diketahui 93 69,9
Jumlah 133 100

Universitas Sumatera Utara


28

Data pada tabel 10 menunjukkan sebanyak 24,1% gigitiruan yang digunakan


subjek dalam kondisi tidak fit, sedangkan hanya 6% gigitiruan dalam kondisi fit saat
digunakan subjek, sisanya tidak diketahui.

4.1.10 Pembuat Gigitiruan

Tabel 11. Distribusi dan frekuensi penderita denture stomatitis berdasarkan operator
pembuat gigitiruan
Pembuat gigitiruan Frekuensi Persentase (%)
Dokter Gigi 62 46,6
Tukang Gigi 34 25,6
Tidak diketahui 37 27,8
Jumlah 133 100

Data pada tabel 11 menunjukkan sebanyak 62 orang (46,6%) subjek membuat


gigitiruannya di praktik dokter gigi, sedangkan 34 orang lainnya (25,6%) membuat
gigitiruannya di tukang gigi, sisanya tidak diketahui.

Universitas Sumatera Utara


29

BAB 5

PEMBAHASAN

Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU


tahun 2018 paling banyak ditemukan pada kelompok usia 51-60 tahun yaitu sebanyak
60 orang (45,1%) dengan usia rata-rata 55,04 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Sadig yang menemukan penderita denture stomatitis paling banyak pada
kelompok usia 51-65 tahun (48,7%).17 Penelitian yang dilakukan oleh Fayad di Arab
Saudi juga menemukan bahwa penderita denture stomatitis banyak ditemukan pada
kelompok usia diatas 51 tahun.13 Denture stomatitis lebih banyak ditemukan pada usia
lanjut umumnya dikaitkan dengan proses penuaan. Penuaan dikarakteristikkan dengan
adanya perubahan pada sistem imun (imunosenesens) seperti perubahan pada fungsi
dan fenotipe dari neutrofil sehingga meningkatkan kerentanan individu terhadap
terjadinya infeksi.37 Perubahan fisiologis atau kondisi patologis pada lansia juga akan
mempengaruhi keseimbangan mikroba oral dan menyebabkan penurunan kemampuan
dalam menjaga kesehatan mulut.26,38
Sebanyak 85% penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit
Mulut FKG USU tahun 2018 adalah perempuan. Hasil ini hampir sama dengan hasil
penelitian yang didapatkan oleh Cankovic, et al., dengan persentase denture stomatitis
82% terjadi pada perempuan.12 Penelitian oleh Bilhan, et al., juga menunjukkan
prevalensi denture stomatitis lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki.39 Menurut Mandali, frekuensi denture stomatitis cukup tinggi terjadi
pada perempuan disebabkan kebanyakan perempuan menggunakan gigitiruan lebih
sering dan dalam periode yang lama dengan alasan estetik.40 Keadaan menopause pada
perempuan lanjut usia juga mempengaruhi tingginya prevalensi denture stomatitis.
Penurunan produksi hormon estrogen pada saat menopause memicu penghambatan
fungsi kelenjar saliva dan menyebabkan penurunan laju aliran saliva sehingga terjadi
hiposalivasi dan gejala xerostomia.19 Menurut penelitian Minicucci et al., laju aliran

Universitas Sumatera Utara


30

saliva pada wanita saat menopause mengalami penurunan dibandingkan sebelum


mengalami menopause. Keadaan xerostomia di rongga mulut menyebabkan aktivitas
protein seperti histatin dan IgA yang berperan dalam menghambat pertumbuhan dan
mencegah perlekatan Candida albicans ke jaringan epitel mukosa mulut menjadi
menurun.2,41-44
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 59,4% penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 adalah pengguna GTP, dan
36,8% lainnya adalah pengguna GTSL. Hasil yang sama diperoleh pada penelitian
Cankovic, et al., yang menunjukkan prevalensi denture stomatitis lebih banyak pada
penggunaan GTP yaitu sebanyak 68%. Demikian pula dengan hasil penelitian oleh
Sadig, dimana dari total 39 penderita denture stomatitis 27 penderita merupakan
pengguna GTP. Hasil ini diyakini dikarenakan pada penggunaan GTP, permukaan
mukosa yang tertutup gigitiruan lebih luas.12,17
Penggunaan gigitiruan selama lebih dari 5 tahun ditemukan lebih banyak pada
penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018
dengan persentase 52,6%. Prevalensi denture stomatitis lebih tinggi pada penggunaan
gigitiruan selama lebih dari 5 tahun juga ditemukan pada penelitian Puskar, et al.,
dengan persentase 73,3%.23 Menurut Naik, usia gigitiruan merupakan salah satu faktor
risiko sebagai akibat dari adanya porositas akibat pelepasan monomer residual,
peningkatan kekasaran permukaan, serta kebersihan yang tidak memadai seiring
bertambahnya waktu penggunaan gigitiruan.45 Prevalensi denture stomatitis lebih
rendah pada subjek dengan gigitiruan yang baru (< 1 tahun) dengan persentase 2,3%,
ini dikarenakan kondisi dan kebersihan gigitiruan yang cenderung masih cukup baik.
Pada penelitian ini sebanyak 94% penderita denture stomatitis menggunakan
gigitiruannya selama lebih dari 16 jam sehari. Penelitian oleh Navabi menunjukkan
adanya pengaruh penggunaan gigitiruan secara terus-menerus terhadap tingginya
prevalensi denture stomatitis.46 Penggunaan gigitiruan secara terus menerus bahkan
dimalam hari saat tidur membuat efek pembersihan oleh saliva dan lidah tidak dapat
bekerja oleh karena permukaan mukosa yang tertutup gigitiruan. Saliva memiliki
fungsi untuk menjaga kebersihan rongga mulut dengan membersihkan secara fisik

Universitas Sumatera Utara


31

makanan atau debris pada jaringan lunak dan permukaan gigitiruan dan mempertahan
mikroflora rongga mulut. Keaadaan oral hygiene yang buruk dapat memicu
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan denture stomatitis.22,47,48
Menjaga kebersihan gigitiruan dapat mencegah terjadi denture stomatitis pada
pengguna gigitiruan. Menurut hasil penelitian Kulak-Ozkan setelah dilakukan
pemeriksaan dengan plaque detector dan dilihat kuantitas plak pada basis gigitiruan
terdapat hubungan yang signifikan antara denture stomatitis dengan kebersihan
gigitiruan yang buruk, namun tidak terdapat hubungan antara terjadinya denture
stomatitis dengan frekuensi pembersihan gigitiruan.49 Pada penelitian ini diketahui
57,1% penderita denture stomatitis membersihkan gigitiruannya setidaknya satu kali
sehari, sedangkan 30,1% tidak teratur. Menurut Lahama, dkk., frekuensi pembersihan
gigitiruan belum dapat menjamin akumulasi biofilm pada permukaan gigitiruan
berkurang, faktor lain juga berpengaruh terhadap kebersihan gigitiruan seperti waktu
pembersihan dan metode pembersihan yang digunakan.3
Pada penelitian ini sebanyak 34,6% dari penderita denture stomatitis yang
memiliki penyakit sistemik. 15,8% diantaranya memiliki penyakit diabetes melitus.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan diabetes melitus dengan
denture stomatitis. Pasien dengan diabetes melitus memiliki risiko tinggi mengalami
denture stomatitis.11,29,30 Pada penderita diabetes melitus, kadar glukosa pada saliva
akan meningkat seiring dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hasil
metabolisme karbohidrat yang menghasilkan asam berkontribusi membuat pH menjadi
rendah. Keadaan ini menyebabkan perlekatan Candida ke sel epitel penjamu
meningkat.29,31 Selain itu pada penelitian ini didapatkan sebanyak 12,1% subjek
penelitian memiliki penyakit hipertensi. Penggunaan obat hipertensi, jantung dan
diabetes mellitus dapat mempengaruhi fungsi ginjal, dimana obat-obat tersebut bekerja
meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan kadar Na+ dalam
darah dan cairan ekstraseluler. Dengan demikian terjadi penurunan kadar air dalam
saliva sehingga apabila keadaan ini apabila terjadi secara terus menerus dapat
mengakibatkan xerostomia dan memicu terjadinya denture stomatitis.32 Pada penelitian
terdapat pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit sistemik sebesar 65,4%. Data ada

Universitas Sumatera Utara


32

tidaknya penyakit sistemik pada subjek diambil dari data sekunder berdasarkan hasil
anamnesis. Ada kemungkinan pasien tidak tahu penyakit sistemik yang dideritanya.
Hasil penelitian oleh Pramono mendapatkan bahwa prevalensi diabetes melitus yang
tidak terdiagnosis atau undiagnosed diabetes melitus (UDDM) adalah sebanyak 4,1%
dari 5,5% total prevalensi diabetes di Indonesia.50 Sedangkan menurut survei IFLS4
pada populasi berusia 40-65 tahun di Indonesia pada tahun 2007, hanya 37% orang
dengan hipertensi yang didiangnosis, dengan 25% diantaranya menerima pengobatan,
sedangkan selebihnya tidak menyadari hipertensi yang diderita.51
Tipe denture stomatitis yang paling banyak ditemui pada penelitian ini adalah
tipe I dan tipe II. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Emami, et al., dan
Kossioni dimana prevalensi denture stomatitis tipe I dan II lebih banyak dibandingan
dengan tipe III.22,44 Menurut Pattanaik et al., denture stomatitis tipe I umumnya
dikaitkan dengan trauma dari gigitiruan, tipe II dikaitkan dengan pertumbuhan Candida
albicans, sedangkan tipe III diperkirakan terkait dengan keduanya.20
Reaksi inflamasi yang terjadi karena adanya trauma sebagai akibat gigitiruan
yang tidak fit menciptakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Kondisi trauma yang berlanjut dapat meningkatkan frekuensi denture stomatitis.20,22
Pada penelitian ini kondisi gigitiruan yang tidak fit ditemukan pada 24,1% subjek
penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan 46,6% gigitiruan yang digunakan subjek
penderita denture stomatitis dibuat oleh dokter gigi, 25,6% lainnya dibuat oleh tukang
gigi, sementara 27,8% data penelitian tidak diketahui. Dari hasil anamnesis pada
beberapa jurnal kasus yang dilihat pada penelitian ini menyebutkan bahwa beberapa
subjek yang membuat gigitiruannya di tukang gigi umumnya tidak diberikan instruksi
dalam hal kebersihan dan penggunaan gigitiruan. Beberapa subjek lainnya yang
membuat gigitiruan di praktik dokter gigi mengaku menerima instruksi dalam hal
kebersihan dan penggunaan gigitiruan namun mengabaikannya dengan berbagai
alasan.

Universitas Sumatera Utara


33

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari 133 jurnal kasus
mahasiswa kepaniteraan klinik tentang profil penderita denture stomatitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018, dapat disimpulkan:
1. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 paling banyak ditemukan pada kelompok usia 51-60 tahun yaitu sebanyak
60 orang (45,1%).
2. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan persentase 85%.
3. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 paling banyak adalah pengguna GTP dengan persentase 59,4%.
4. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 paling banyak adalah pengguna gigitiruan selama lebih dari 5 tahun dengan
persentase 52,6%.
5. Frekuensi pembersihan gigitiruan yang paling banyak dilakukan oleh
Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun
2018 adalah 1 kali sehari dengan persentase 32,3%, diikuti dengan frekuensi
pembersihan yang tidak teratur dengan persentase 30,1%.
6. Lama pemakaian gigitiruan yang paling banyak dilakukan oleh penderita
denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 adalah
lebih dari 16 jam dengan persentase 94%.
7. Penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2018 lebih banyak tidak memiliki penyakit sistemik dengan persentase 65,4%.

Universitas Sumatera Utara


34

8. Tipe denture stomatitis yang paling banyak ditemukan pada penderita


denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 adalah
tipe I dan tipe II dengan persentase masing-masing 48,9%.
9. Sebanyak 24,1% penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu Penyakit
Mulut FKG USU tahun 2018 menggunakan gigitiruan yang tidak fit, namun 69,9%
tidak diketahui.
10. Pembuat gigitiruan penderita denture stomatitis di Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU tahun 2018 paling banyak adalah dokter gigi dengan
persentase 46,4%, namun 27,8% tidak diketahui.

6.2 Saran
1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menguraikan
distribusi denture stomatitis berdasarkan berbagai faktor predisposisi yang dapat
mempengaruhinya pada pengguna gigitiruan. Oleh karena itu diharapkan adanya
penelitian lanjutan untuk melihat hubungan antara masing-masing faktor predisposisi
dengan denture stomatitis.
2. Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi kepada
pengguna gigitiruan untuk melepaskan gigitiruannya saat tidur di malam hari dan lebih
memperhatikan dan menjaga kebersihan rongga mulut dan gigitiruannya.
3. Data pada jurnal kasus mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak lengkap
banyak ditemukan saat pengumpulan data, maka diharapkan kepada para mahasiswa
kepaniteraan klinik untuk lebih memperhatikan dalam melengkapi status pasien pada
jurnal kasus. Dan diharapkan kepada Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
untuk membuat standar dalam melengkapi status pasien pada jurnal kasus.

Universitas Sumatera Utara


35

DAFTAR PUSTAKA

1. Dye Bruce A, Thornton-Evans G, Li Xianfen, J Timothy. Dental caries and tooth


loss in adults in the united states 2011-2012. NCHS Data Brief 2015; 197: 1-8.
2. Mandagi DT, Pangemanan DHC, Siagian KV. Gambaran denture stomatitis pada
pengguna gigi tiruan di kelurahan winangun satu kecamatan malalayang.
Pharmacon, Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT 2016; 5 (2): 29-37.
3. Lahama L, Wowor VNS, Waworuntu OA. Angka kejadian stomatitis yang diduga
sebagai denture stomatitis pada pengguna gigi tiruan di kelurahan batu kota
manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT 2015; 4 (4): 71-81.
4. Krisma W, Mozartha M, Purba R. Level of denture cleanliness influences the
presence of denture stomatitis on maxillary denture bearing-mucosa. Journal of
Dentistry Indonesia 2014; 21 (2): 44-8.
5. Martins KV, Gontijo SML. Treatment of denture stomatitis: literature review. Rev
Bras Odontol 2017; 74 (3): 215-20.
6. Gendreau L, Loewy ZG. Epidemiology and etiology of denture stomatitis. Journal
of Prosthodontics 2011; 20: 250-260.
7. Puryer J. Denture stomatitis – a clinical update. Dental Update 2016; 43 (6): 522-
535.
8. Karthikeyan S, Fernandez T, Deepthi PV. Denture stomatitis, a brief review. IOSR
Journal of Dental and Medical Science 2016; 15 (3): 114-6.
9. Bhat V, Sharma SM, Shetty V, et al. Prevalence of candida associated denture
stomatitis (cads) and speciation of candida among complete denture wearers of
south west coastal region of karnataka. NUJHS 2013; 3 (3): 59-63.
10. Santos AL, Carvalho IS, Prata JM, et al. Candida albicans involvement in denture-
related stomatitis: a serious and real clinical concern. J Infect Dis Diagn 2016; 1
(1): 1-3.

Universitas Sumatera Utara


36

11. Khatibi M, Amirzadeh Z, Shahab MS, et al. Examining the relationship between
type II diabetes with denture stomatitis. J Appl Environ Biol Sci 2015; 5 (12): 284-
7.
12. Cankovic M, et al. Prevalence and possible predictors of the occurence of the
denture stomatitis in patients older than 60 years. Vojnosanit Pregl 2017; 74 (4):
311-16.
13. Fayad MI, et al. Prevalence of denture stomatitis among complete denture wearers
in aljouf. ADJ-for Girls 2018; 5 (3): 219-223.
14. Moosazadeh M, et al. Denture stomatitis and candida albicans in iranian
population, a systematic review and meta-analysis. J Dent Univ Med Sci 2016; 17
(3): 283-292.
15. Gauch LMR, et al. Relationship among local and functional factors in the
development of denture stomatitis in denture wearers in northern brazil. Rev
Odontol UNESP 2014; 43 (5): 314-8.
16. Herawati E, Novani D. Denture stomatitis terkait trauma, gambaran klinis dan
tatalaksananya. Jurnal Kedokteran Gigi UNPAD 2017; 29 (4): 179-183.
17. Sadiq W. The denture hygiene, denture stomatitis and role of dental hygienist.
International Journal of Dental Hygiene 2010; 8: 227-231.
18. Sharma D, Sharma N. Denture stomatitis – a review. IJOCR 2015; 3 (7): 81-5.
19. Calvert GD. Denture induced stomatitis, patient and denture related factors.Thesis.
University of Glasglow 2018: 20-40.
20. Pattanaik S, Pattanaik B, Sahu S, et al. Denture stomatitis a literatur review.
JIAOMR 2010; 22 (3): 136-140.
21. Saadat M. Candida species and inflammation mediators in denture stomatitis:
detection in biological samples. Thesis. Université de Montréal 2017: 10-22.
22. Emami E, Grandmont P, Rompré RH, et al. Favoring Trauma as an Etiological
Factor in Denture Stomatitis. J Dent Res 2008; 87(5): 440-444.
23. Puškar T, Michal P, Dubravka M, et al. Factors influencing the occurrence of
denture stomatitis in complete dentures wearers. HealthMED 2012; 6 (8): 2780-5.

Universitas Sumatera Utara


37

24. Pereira-Cenci T, DelBelcury AA, Crielaard W, Tencate JM. development of


candida-associated denture stomatitis: new insights. J Appl Oral Sci 2008; 16 (2):
86-94.
25. Ramage G, Tomsett K, Wickes BL, et al. Denture stomatitis: a role for candida
biofilms. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2004; 98 :53-9.
26. Ying LY, Lin LM, Lynn MH, Ibrahim N, Abdullah AA. Presence of pathogenic
candidal hyphae in patients with palatal coverage appliances/prostheses. Arch
Orofac Sci 2019; 14 (1): 30-39.
27. Scully C, et al. Oral and maxillofacial disease. United Kingdom: Informa, 2010:
264-7.
28. Walsh T, Riley P, Veitz-Keenan A. Interventions formanaging denture stomatitis
(protocol). Cochrane Database of Systematic Reviews 2015; 10: 1-8.
29. Buminathan S, Julius A, Mathanghi. Influence of type ii diabetes mellitus on
denture stomatitis. Biosciences, Biotechnology Research Asia 2011; 8 (1), 301-
305.
30. Dorocka-Bobkowska B, Zozulinska-Ziolkiewicz D, Wierusz-Wysocka B, et al.
Candida-associated denture stomatitis in type 2 diabetes mellitus. Diabetes
Research and Clinical Practice 2010; 90 : 81-6.
31. Sumintarti, Rahman F. Korelasi kadar glukosa saliva dengan kadar glukosa darah
terhadap terjadinya kandidiasis oral pada pernderita diabetes melitus. Dentofasial
2015; 14 (1): 29-31.
32. Gleiznys A, Zdanavičienė E, Žilinskas J. Candida albicans importance to denture
wearers, a literature review. Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2015; 17: 54-
66.
33. Devlin H. Complete denture, a clinical manual for the general dental practitioner.
New York: Springer-Verlag, 2002: 8-13.
34. Baskaran K. Denture stomatitis. Internasional Journal of Science and Research
2015; 6 (5): 56-60.
35. Apriasari ML, Soebadi B. Penatalaksanaan chronic atrophic candidiasis pada
pasien gigitiruan lepasan. Dentofasial 2009; 8 (2): 95-103.

Universitas Sumatera Utara


38

36. Lengkong PEO, Pangemanan DHC, Mariati NW. Gambaran perilaku dan cara
merawat gigi tiruan sebagian lepasan pada lansia di panti werda minahasa induk.
Jurnal e-GiGi 2015; 3 (1).
37. Gasparoto TH, Vieira NA, Porto VC, Campanelli AP, Lara VS. Ageing
exacerbates damage of systemic and salivary neutrophils from patients presenting
Candida-related denture stomatitis; Immunity & Ageing 2009; 6 (3): 1-12.
38. Nur’aeny N, Sari KI. Profil lesi mulut pada kelompok lanjut usia di panti sosial
tresna wreda senjarawi bandung. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2016; 2 (2):
74-9.
39. Bilhan H, Sulun T, Kutay Ö. Prevalence and aetiology of denture related stomatitis
in patients wearing removable dentures; Balk J Stom 2005; 9 : 1-7.
40. Mandali G, Sener ID, Turker SB and Ülgen H. Factors affecting the distribution
and prevalence of oral mucosal lesions in complete denture wearers. The
Gerodontology Society and John Wiley & Sons A/S 2011; 28: 97-103.
41. Figueiral MH, Azul A, Pinto E, Fonseca PA, Branco FM, Scully C. Denture-
related stomatitis: identification of aetiological and predisposing factors – a large
cohort. Journal of Oral Rehablitation 2007; 34: 448-455.
42. Minicucci EM, Pires RBC, Vieira RA, Miot HA, Sposto MR. Assessing the impact
of menopause on salivary flow and xerostomia. Australian Dental Journal 2013;
58: 230–4.
43. Suri V, Suri V. Menopause and oral health. Journal of Mid-life Health 2014; 5 (3):
115-9.
44. Naik AV, Pai RC. A study of factors contributing to denture stomatitis in a north
indian comunity; Internasional Journal of Dentistry 2011; 1-4.
45. Navabi N, Gholamhoseinian A, Baghaei B, Hashemipour. Risk factors associated
with denture stomatitis in healthy subjects attending a dental school in southeast
iran; SQU Medical Journal 2013; 13 (4): 574-580.
46. Kossioni AE. The prevalence of denture stomatitis and its predisposing conditions
in an older greek population; The Gerodontology Society and John Wiley & Sons
A/S 2011; 28: 85-90.

Universitas Sumatera Utara


39

47. Sachdeva S, Noor R, Mallick R, Perwez E. Role of saliva in complete dentures: an


overview. Annals of Dental Specialty 2014; 2 (2): 51-4.
48. Kulak-Ozkan Y, Kazazoglu E, Arikan A. Oral hygiene habits, denture cleanliness,
presence of yeasts and stomatitis in elderly people; Journal of Oral Rehabilitation
2002; 29: 300-304.
49. Pramono LA, et al., Prevalence and predictors of undiagnosed diabetes mellitus in
Indonesia; Acta Med Indones-Indones J Intern Med 2010; 42 (4): 216-223.
50. Peltzer K, Pengpid S. The Prevalence and Social Determinants of Hypertension
among Adults in Indonesia: A Cross-Sectional Population-Based National Survey.
International Journal of Hypertension 2018; 1-9.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1: Ethical Clearence

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2: Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3: Rincian Biaya Penelitian

Rincian Biaya Penelitian

Besar biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penelitian ini sebesar dua ratus
lima puluh ribu rupiah, dengan rincian sebagai berikut:
1. Proposal
• Bahan Habis Pakai (ATK)
- Kertas Kuarto 2 rim = Rp. 78.000;
- Tinta Printer = Rp. 65.000;
• Penjilidan = Rp. 24.000;
• Biaya Literatur
- Fotocopy = Rp.30.000;
2. Penelitian
• Pengurusan Ethical Clearence = Rp. 100.000;
• Alat dan Bahan
- Alat Tulis = Rp. 10.000;
3. Biaya Tidak Terduga = Rp. 50.000;

Jumlah biaya = Rp. 357.000;

Ket: Seluruh biaya penelitian ditanggung oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4: Hasil Penelitian

Jenis Jenis Usia Frekuensi


Usia
No Kelamin Gigitiruan gigitiruan Pembersihan
(Thn)
(L/P) RA (thn) dalam sehari
1. P 55 GTP 15 1 kali sehari
2. P 77 GTP 2 1 kali sehari
3. L 67 GTSL 2 2 kali sehari
4. P 54 GTP 10 tidak teratur
5. P 63 GTSL 3 tidak teratur
6. P 55 GTP 9 2 kali sehari
7. P 67 GTSL 20 1 kali sehari
8. P 71 GTP 15 1 kali sehari
9. L 67 GTP 27 1 kali sehari
10. P 52 GTSL 4 tidak teratur
11. P 52 GTP 5 2 kali sehari
12. P 64 GTSL 8 1 kali sehari
13. P 60 GTP 3 tidak teratur
14. P 69 GTSL 10
15. P 39 GTSL 5 tidak teratur
16. P 68 GTP 30 2 kali sehari
17. P 55 GTP 14 1 kali sehari
18. P 53 GTP 6 1 kali sehari
19. P 53 GTP tidak teratur
20. L 56 GTP 5 1 kali sehari
21. P 68 GTSL 18 1 kali sehari
22. P 64 GTP 18 2 kali sehari
23. P 4 tidak teratur
24. P 65 GTSL 20 2 kali sehari

Universitas Sumatera Utara


25. P 69 GTSL 11 bulan tidak teratur
26. P 50 GTP 20 1 kali sehari
27. P 57 GTP 10 2 kali sehari
28. P 40 GTP 8 >2 kali sehari
29. L 60 GTP 6 1 kali sehari
30. P 68 GTP 8 2 kali sehari
31. P 55 GTP 25 2 kali sehari
32. P 69 GTSL 10 2 kali sehari
33. P 54 GTP 5 >2 kali sehari
34. P 29 GTSL 10 1 kali sehari
35. P 58 GTP 15 2 kali sehari
36. P 64 GTP tidak teratur
37. P 54 GTSL 5 >2 kali sehari
38. L 20 GTSL 8 tidak teratur
39. P 23 GTSL 3 tidak teratur
40. L 52 GTP 5
41. L 23 GTSL 1 tidak teratur
42. L 67 GTP 5
43. P 65 GTP 1 1 kali sehari
44. P 68 GTP 12 tidak teratur
45. P 62 GTP 5 tidak teratur
46. P 43 GTSL 2 tidak teratur
47. L 20 GTSL
48. P 58 5 2 kali sehari
49. P 36 GTSL 2 tidak teratur
50. P 45 GTP 1
51. P 63 GTP 6 1 kali sehari
52. P 69 GTP 15 1 kali sehari
53. P 54 GTP 6

Universitas Sumatera Utara


54. P 62 GTP 15 1 kali sehari
55. P 66 GTSL 2
56. P 70 GTP 30 1 kali sehari
57. P 43 7 tidak teratur
58. P 44 15 tidak teratur
59. P 52 GTP 2 2 kali sehari
60. P 58 GTP 3 1 kali sehari
61. P 52 GTP 5 tidak teratur
62. L 62 GTP 8
63. P 63 GTP 1 2 kali sehari
64. P GTP 15
65. P 56 GTP 6 tidak teratur
66. L 28 GTSL 1,5 2 kali sehari
67. P 68 GTSL 5 1 kali sehari
68. P 36 GTSL 5 2 kali sehari
69. P 60 GTP 12 2 kali sehari
70. P 55 GTP 9 1 kali sehari
71. P 54 GTSL 10 tidak teratur
72. P 71 GTP 10 2 kali sehari
73. P 65 GTP 24 2 kali sehari
74. P 53 GTP 5 1 kali sehari
75. P 60 GTSL 6 tidak teratur
76. L 52 GTP 5 tidak teratur
77. P 54 GTSL 6 1 kali sehari
78. P 47 GTSL 2
79. P 70 GTP 6 2 kali sehari
80. P 57 GTP 8 1 kali sehari
81. P 58 GTP 6 tidak teratur
82. P 56 GTP 12

Universitas Sumatera Utara


83. P 57 GTP 10
84. P 54 GTP 5 2 kali sehari
85. P 70 GTP tidak teratur
86. P 56 GTP 6 bulan 2 kali sehari
87. P 69 GTP
88. P 58 GTSL 20 2 kali sehari
89. P 66 GTP 1 tidak teratur
90. P 47 GTSL 3 1 kali sehari
91. P 32 GTSL 3 1 kali sehari
92. P 67 GTP 6 tidak teratur
93. P 54 GTSL 5
94. P 73 GTP 5 tidak teratur
95. P 63 GTP 7 1 kali sehari
96. P 36 GTSL 2 1 kali sehari
97. P 68 GTP 25 1 kali sehari
98. P 64 GTSL 7 bulan 1 kali sehari
99. P 52 GTP 4
100. L 23 GTSL 3 1 kali sehari
101. P 51 GTSL 10 1 kali sehari
102. P 54 GTP 1
103. P 55 GTP 5 1 kali sehari
104. L 45 GTSL 14 tidak teratur
105. P 53 GTP 6 1 kali sehari
106. L 56 GTSL 3 2 kali sehari
107. P 21 GTSL 8 1 kali sehari
108. P 58 GTP 10 tidak teratur
109. P 58 GTP 8 tidak teratur
110. P 60 GTP 12 1 kali sehari
111. P 47 GTSL 6 2 kali sehari

Universitas Sumatera Utara


112. P 51 GTSL 9 tidak teratur
113. P 45 GTSL 8 tidak teratur
114. P 65 GTP 2 2 kali sehari
115. P 58 GTP 5 2 kali sehari
116. P 50 GTP 3 tidak teratur
117. P 51 GTSL 15 tidak teratur
118. P 55 GTSL 6 1 kali sehari
119. P 74 GTP 3 1 kali sehari
120. P 53 GTSL 8 2 kali sehari
121. P 59 GTSL 3 2 kali sehari
122. P 47 GTSL 7 tidak teratur
123. P 54 GTP 6 2 kali sehari
124. L 67 GTP 8 1 kali sehari
125. P 54 GTP 1 tidak teratur
126. P 59 GTP 2 1 kali sehari
127. P 52 GTSL 7 1 kali sehari
128. L 66 GTP 21 tidak teratur
129. L 23 GTSL 3 1 kali sehari
130. P 42 GTSL 5 tidak teratur
131. L 52 7 tidak teratur
132. P 58 GTP 1 kali sehari
133. L 54 GTP 1

Lama pemakaian Jenis Penyakit Keadaan Pembuat


No
sehari (jam) Lesi Sistemik Gigitiruan gigitiruan
1. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
2. > 16 Tipe II Hipertensi Fit Tukang gigi
Diabetes
3. > 16 Tipe II Tidak Fit Tukang gigi
melitus

Universitas Sumatera Utara


Diabetes
4. > 16 Tipe II Dokter gigi
melitus
5. > 16 Tipe II Hipersensitif Dokter gigi
6. > 16 Tipe I Tidak ada Tukang gigi
7. > 16 Tipe I Tidak ada Tidak Fit
8. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
9. > 16 Tipe I Tidak ada Tidak Fit Dokter gigi
10. > 16 Tipe I Tidak ada Tukang gigi
11. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
Diabetes
12. > 16 Tipe II Tidak Fit Tukang gigi
melitus
Diabetes
13. > 16 Tipe II melitus, Tidak Fit Dokter gigi
hipertensi
14. > 16 Tipe I Tidak ada Tukang gigi
15. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
16. > 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit
17. > 16 Tipe III Tidak ada Dokter gigi
18. > 16 Tipe I Tidak ada Tukang gigi
19. > 16 Tipe I Tidak ada
20. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
Diabetes
21. > 16 Tipe II Tidak Fit
melitus
22. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
23. > 16 Tipe II Tidak ada
24. > 16 Tipe I Hipertensi Dokter gigi
25. > 16 Tipe II Hipertensi Tidak Fit Tukang gigi
26. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
27. > 16 Tipe I Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


28. > 16 Tipe II Tidak ada
Gout
29. > 16 Tipe II Tukang gigi
Arthritis
30. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
31. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
32. > 16 Tipe II Tidak ada Tukang gigi
33. > 16 Tipe II Tidak ada
34. > 16 Tipe I Tidak ada Tukang gigi
Diabetes
35. > 16 Tipe I Dokter gigi
melitus
36. > 16 Tipe II Tidak ada Fit
37. > 16 Tipe II Hipertensi Dokter gigi
38. > 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit
39. > 16 Tipe II Tidak ada Tukang gigi
40. Tipe II Tidak ada Tidak Fit
41. > 16 Tipe II Tidak ada Fit Tukang gigi
42. > 16 Tipe II Hipertensi Tukang gigi
Diabetes
melitus,
43. > 16 Tipe I Fit Dokter gigi
Gout
Arthritis
44. ≤ 16 Tipe I Hipertensi Tukang gigi
Diabetes
45. > 16 Tipe I melitus, Dokter gigi
Hipertensi
46. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
47. > 16 Tipe II Tidak ada
48. > 16 Tipe I Tidak ada
49. > 16 Tipe I Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


Diabetes
50. > 16 Tipe I Tidak Fit
melitus
51. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
52. Tipe II Tidak ada Tukang gigi
53. Tipe I Hipertensi Tukang gigi
54. > 16 Tipe III Tidak ada Tidak Fit Dokter gigi
55. > 16 Tipe II Tidak ada
56. > 16 Tipe II Tidak ada Tukang gigi
57. > 16 Tipe I Tidak ada
58. > 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit
59. > 16 Tipe I Hipertensi Fit Dokter gigi
60. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
Diabetes
61. > 16 Tipe II
melitus
62. > 16 Tipe II Tidak ada Tukang gigi
63. > 16 Tipe I Tidak ada Fit Dokter gigi
64. > 16 Tipe III Tidak ada Dokter gigi
65. > 16 Tipe I Hipertensi Dokter gigi
66. > 16 Tipe II Tidak ada Fit Dokter gigi
Diabetes
67. ≤ 16 Tipe II Dokter gigi
melitus
68. ≤ 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit Dokter gigi
69. > 16 Tipe I Tidak ada
70. > 16 Tipe I Tidak ada Tukang gigi
71. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
72. > 16 Tipe I Tidak ada Tidak Fit Dokter gigi
73. > 16 Tipe I Hipertensi Dokter gigi
74. > 16 Tipe I Tidak ada Tukang gigi

Universitas Sumatera Utara


Gout
75. > 16 Tipe I Tidak Fit Tukang gigi
Arthritis
76. > 16 Tipe II Tidak ada
77. > 16 Tipe II Tidak ada
78. > 16 Tipe II Tidak ada Tukang gigi
79. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
80. > 16 Tipe II Tidak ada
81. > 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit
82. > 16 Tipe I Hipertensi Dokter gigi
83. > 16 Tipe I Hipertensi Tidak Fit Dokter gigi
84. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
85. > 16 Tipe I Hipertensi Tidak Fit
86. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
87. > 16 Tipe I Tidak ada
Diabetes
88. > 16 Tipe I Dokter gigi
melitus
Diabetes
89. ≤ 16 Tipe I Dokter gigi
melitus
90. > 16 Tipe II Tidak ada Tukang gigi
91. > 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit Dokter gigi
92. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
Diabetes
93. > 16 Tipe I Tukang gigi
melitus
Diabetes
94. > 16 Tipe I Dokter gigi
melitus
95. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
96. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
97. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
98. > 16 Tipe II Tidak ada Fit

Universitas Sumatera Utara


99. > 16 Tipe I Tidak ada Tidak Fit Dokter gigi
100. > 16 Tipe I Tidak ada
101. > 16 Tipe I Tidak ada
102. > 16 Tipe I Hipersensitif
Diabetes
103. > 16 Tipe I Tukang gigi
melitus
104. > 16 Tipe I Tidak ada
105. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
Diabetes
106. > 16 Tipe II Tidak Fit Dokter gigi
melitus
107. > 16 Tipe II Tidak ada
108. > 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit Dokter gigi
109. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
110. > 16 Tipe I Tidak ada Tukang gigi
111. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
Diabetes
112. > 16 Tipe I Tidak Fit Tukang gigi
melitus
113. > 16 Tipe I Hipertiroid Tidak Fit Tukang gigi
114. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
115. > 16 Tipe II Hipersensitif Dokter gigi
116. > 16 Tipe II Tidak ada Dokter gigi
Diabetes
117. > 16 Tipe II Tidak Fit
melitus
118. ≤ 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit Dokter gigi
119. > 16 Tipe II Hipertensi Tidak Fit Dokter gigi
120. > 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit
Hipersensitf,
121. > 16 Tipe I Gout Tidak Fit Tukang gigi
Arthritis

Universitas Sumatera Utara


122. > 16 Tipe II Tidak ada Tukang gigi
123. > 16 Tipe I Tidak ada Tukang gigi
124. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
125. > 16 Tipe I Tidak ada
126. > 16 Tipe I Tidak ada Dokter gigi
127. > 16 Tipe II Tidak ada
128. > 16 Tipe II Tidak ada Tidak Fit Tukang gigi
129. > 16 Tipe I Tidak ada
Diabetes
130. > 16 Tipe II Dokter gigi
melitus
131. > 16 Tipe I Tidak ada Tidak Fit Dokter gigi
Diabetes
132. > 16 Tipe I Dokter gigi
melitus
133. > 16 Tipe II Tidak ada Tukang gigi

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai