2019
Halim, Kristin
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16325
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERUBAHAN WARNA GIGI MANUSIA YANG MENGALAMI
DISKOLORASI KOPI SETELAH PERENDAMAN DALAM
EKSTRAK DAUN BAYAM (Amaranthus hybridus L)
DENGAN DURASI BERBEDA
SKRIPSI
KRISTIN HALIM
NIM: 150600050
Tahun 2019
Kristin Halim
Perubahan Warna Gigi Manusia yang Mengalami Diskolorasi Kopi Setelah Perendaman
dalam Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus hybridus L) dengan Durasi Berbeda
xi+56 halaman
Dental bleaching adalah suatu cara untuk memutihkan kembali gigi yang berubah
warna sampai mendekati warna asli gigi secara kimiawi. Tujuan bleaching adalah
mengembalikan fungsi estetis gigi. Bleaching dapat menggunakan bahan kimia dan alami.
Daun bayam adalah bahan alami yang mengandung asam oksalat yang dapat memutihkan
gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perubahan warna gigi
manusia yang mengalami diskolorasi kopi setelah perendaman dalam ekstrak daun bayam
dengan durasi berbeda. Besar sampel setiap kelompok perendaman 28, 42, dan 56 jam
adalah 10. Gigi premolar yang tidak melebihi 3 bulan pasca pencabutan langsung direndam
dalam larutan saline. Seluruh akar gigi diolesi cat kuku bening dan direndam dalam kopi
selama 12 hari agar mengalami diskolorasi. Warna gigi diukur menggunakan chromameter.
Pembuatan ekstrak daun bayam dengan metode maserasi, dan dihasilkan 300 mL ekstrak
daun bayam. Kemudian gigi direndam dalam ekstrak daun bayam dengan kelompok
perendaman 28, 42, dan 56 jam, lalu warna gigi diukur kembali. Hasil diperoleh dengan uji
Kruskal Wallis untuk melihat perbedaan perubahan warna gigi E) sesudah perendaman
ekstrak daun bayam selama 28, 42, dan 56 jam, dan uji Mann-Whitney untuk melihat
perbedaan lebih lanjut dari ketiga kelompok tersebut. Hasil perhitungan rerata perubahan
warna gigi E) untuk kelompok perendaman 28, 42, dan 56 jam berturut-turut adalah 3,38
± 1,57; 5,44 ± 2,53; dan 8,63 ± 2,25. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan terdapat
perbedaan signifikan antara ketiga kelompok (p=0,002). Hasil uji Mann-Whitney
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perendaman selama 28 jam dengan 56 jam
(p=0,000) dan selama 42 jam dengan 56 jam (p=0,038), namun tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara 28 jam dan 42 jam (p=0,121). Dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dari perubahan warna gigi manusia yang mengalami diskolorasi
TIM PENGUJI
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul ―Perubahan Warna Gigi Manusia yang Mengalami Diskolorasi Kopi Setelah
Perendaman dalam Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus hybridus L) dengan Durasi Berbeda.
Skripsi ini penulis ajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus
kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes. selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus
dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran guna memberi
penulis arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Sefty Aryani Harahap, drg., M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran gunamemberi penulis arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Sumadhi Sastrodiarjo, drg., Ph.D., Rusfian, drg., M.Kes., Kholidina Imanda
Harahap, drg., MDSc, Astrid Yudhit, drg., M.Si., dan Febby Revita Sari, drg., Muliadi
selaku Staf Departemen IMTKG FKG USU yang telah memberi penulis masukan yang
berharga dalam penyusunan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Rasinta Tarigan, drg., Sp.KG(K) selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberi penulis motivasi selama menjalani program akademik dan penyusunan
skripsi ini.
6. Awaluddin Saragih, M.Si, Apt selaku Kepala Laboratorium Obat Tradisional
Fakultas Farmasi USU atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama pembuatan
ekstrak dan pelaksanaan penulisan skripsi ini.
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Linda Masniary Lubis, STP, M.Si selaku Kepala Laboratorium Teknologi Pangan
Fakultas Pertanian USU atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama
pengukuran warna gigi dan pelaksanaan penulisan skripsi ini.
8. Prana Ugiana Gio, S.Si, M.Si, selaku staf pengajar di Departemen S3 Statistika USU
yang telah membimbing penulis dalam mengolah data hasil penelitian dan memberi
bimbingan selama penulisan skripsi ini.
9. Ayah penulis, Indra Utomo Lim, Ibu penulis, Susana, dan saudara penulis, Elisa
Halim, atas segala kasih sayang yang tidak terbatas, hiburan yang membangkitkan semangat,
doa, pengertian, dan nasihat tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman terkasih penulis: Hawdy Laifa, anggota-anggota 4 Angels-KETS
(Silvia Wira, Elis Crystal, dan Tania Vanda), Calvinthio Gunawan, Priscylla Chang, Céline
Lieu, Hanni Stella Angelica, yang selalu ada untuk penulis, menghapus air mata penulis,
menghibur penulis, dan mendoakan yang terbaik untuk penulis. Kepada anggota Love
Experts (Regita Azwinda dan Stefanus Samuel), anggota 天天 Chicken (Shanty, Silvinia,
Taniadiana, Giovanny, Jane), yang selalu mendukung penulis untuk selalu berjuang dan
tidak menyerah selama penulisan skripsi ini.
11. Bias tersayang penulis: Do Kyungsoo (도경수) dan Im Jaebeom (임재범), serta
seluruh anggota EXO dan GOT7 yang selalu memberi dukungan moral melalui lagu, foto
dan video dan selalu memberi semangat tanpa batas dalam penyelesaian skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini telah penulis upayakan dengan sebaik mungkin, tetapi penulis
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan di dalamnya terkait
keterbatasan penulis, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis menerima
kritikan dan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan
wawasan penulis di bidang Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi dan juga
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi, khususnya
IlmuMaterial dan Teknologi Kedokteran Gigi serta masyarakat.
(Kristin Halim)
NIM 150600050
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................. 22
6.1 Kesimpulan................................................................................................... 51
6.2 Saran ............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema mekanisme bleaching dan overbleaching terhadap permukaan gigi….. 14
2. Chromameter Minolta CR 400 ........................................................................ 17
3. Tanaman bayam (Amaranthus hybridus L) ..................................................... 18
4. Reaksi oksidasi asam oksalat (H2C2O4) ........................................................... 21
5. Mikromotor dan handpiece .............................................................................. 25
6. Bur brush ......................................................................................................... 25
7. Pinset ................................................................................................................ 26
8. Wadah plastik untuk merendam gigi ............................................................... 26
9. Gelas ukur ........................................................................................................ 26
10. Kertas pH indikator universal ........................................................................ 26
11. Gelas beaker dan sendok pengaduk kopi ....................................................... 27
12. Alat tulis ........................................................................................................ 27
13. Termometer ................................................................................................... 27
14. Kertas perkamen ............................................................................................ 27
15. Lemari pengering ........................................................................................... 28
16. Blender........................................................................................................... 28
17. Timbangan ..................................................................................................... 28
18. Gelas erlenmeyer ........................................................................................... 28
19. Corong gelas .................................................................................................. 29
20. Kertas saring .................................................................................................. 29
21. Kapas ............................................................................................................. 29
22. Botol perkolator ............................................................................................. 29
23. Infus set.......................................................................................................... 30
24. Kompor dan panci ......................................................................................... 30
25. Botol hasil ekstrak ......................................................................................... 30
26. Chromameter Minolta CR 400 tampak samping .......................................... 30
27. Chromameter Minolta CR 400 tampak atas .................................................. 30
28. Gigi premolar satu dan dua, rahang atas dan rahang bawah ......................... 31
29. Larutan saline ................................................................................................ 31
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30. Pasta abrasif ................................................................................................... 31
31. Cat kuku bening ............................................................................................. 31
32. Bubuk kopi .................................................................................................... 32
33. Daun bayam ................................................................................................... 32
34. Etanol 70% .................................................................................................... 32
35. Benang untuk mengikat gigi .......................................................................... 32
36. Gigi direndam dalam larutan saline sebelum perlakuan ............................... 33
37. Gigi dibersihkan dengan pasta abrasif ........................................................... 33
38. Bagian akar gigi dilapisi cat kuku bening ..................................................... 34
39. a. Gigi digantung di dalam wadahnya ........................................................... 34
b. Gigi diurutkan dan diberi kode .................................................................. 34
40. Penyeduhan 300 gram bubuk kopi dengan 300 mL air di gelas beaker ........ 35
41. Larutan kopi dituang sebanyak 10mL untuk masing-masing
kelompok A, B, C .......................................................................................... 35
42. a. Gigi dicuci di bawah air mengalir.............................................................. 36
b. Gigi dikeringkan dengan tisu ..................................................................... 36
43. a. Gigi diletakkan pada permukaan rata dan berlatar belakang putih ............ 36
b. Bagian bukal menghadap pada ujung alat, dan tombol pada alat
ditekan untuk mengukur warna gigi ......................................................... 36
44. a. Tanaman bayam yang hanya dipetik daunnya ........................................... 37
b. Daun bayam yang telah dicuci bersih dan dipotong kecil-kecil
kemudian disebarkan di atas kertas perkamen .......................................... 37
45. a. Daun bayam dikeringkan di dalam lemari pengering ................................ 37
b. Daun bayam yang kering ........................................................................... 37
c. Daun bayam yang telah kering diblender menjadi serbuk halus ............... 37
46. Serbuk daun bayam dicampurkan dengan etanol 70% di dalam
wadah tertutup .............................................................................................. 38
47. Proses maserasi menggunakan botol perkolator dan infus set ...................... 38
48. Hasil maserat pertama dan kedua .................................................................. 39
49. a. Maserat diuapkan dengan water bath agar dihasilkan ekstrak kental ....... 39
b. Hasil ekstrak kental ................................................................................... 39
c. pH ekstrak yang terukur yaitu 6 ................................................................. 39
50. Kelompok A (perendaman daun bayam 28 jam), kelompok B (perendaman
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
daun bayam 42 jam), kelompok C (perendaman daun bayam 56 jam) ......... 40
51. a. Gigi dicuci di bawah air mengalir.............................................................. 40
b. Gigi dikeringkan dengan tisu ..................................................................... 40
52. a. Gigi dicuci di bawah air mengalir.............................................................. 41
b. Gigi dikeringkan dengan tisu ..................................................................... 41
53. a. Gigi dicuci di bawah air mengalir.............................................................. 41
b. Gigi dikeringkan dengan tisu ..................................................................... 41
54. Sampel gigi kelompok A diukur perubahan warnanya dengan chromameter 42
55. Sampel gigi kelompok B diukur perubahan warnanya dengan chromameter 42
56. Sampel gigi kelompok C diukur perubahan warnanya dengan chromameter 42
57. Grafik nilai rerata perubahan warna gigi E) sesudah perendaman dalam
ekstrak daun bayam selama 28, 42, dan 56 jam ............................................ 45
58. Grafik nilai rerata nilai kecerahan gigi sebelum (L1) dan sesudah (L2)
perendaman dalam ekstrak daun bayam selama 28, 42, dan 56 jam ............. 46
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kerangka Teori
2. Kerangka Konsep
3. Alur Penelitian
4. Lembar Penjelasan Calon Subjek Penelitian
5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
6. Data Hasil Pengukuran Warna
7. Output Uji Normalitas Data Perubahan Warna Gigi E) Sesudah Perendaman dalam
Ekstrak Daun Bayam
8. Output Uji Kruskal Wallis Perubahan Warna Gigi E) Sesudah Perendaman dalam
Ekstrak Daun Bayam
9. Output Uji Mann-Whitney Perubahan Warna Gigi E) Sesudah Perendaman dalam
Ekstrak Daun Bayam
10. Output Uji Normalitas Nilai Kecerahan Gigi Sebelum (L1) dan Sesudah (L2) Perendaman
dalam Ekstrak Daun Bayam
11. Output Uji Wilcoxon Nilai Kecerahan Gigi Sebelum (L1) dan Sesudah (L2 ) Perendaman
dalam Ekstrak Daun Bayam
12. Lembar Persetujuan yang Telah Ditandatangani
13. Surat Keterangan Selesai Penelitian
14. Surat Keterangan Selesai Penelitian
15. Ethical Clearance
16. Surat Pernyataan Olah Data
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bayam (Amaranthus hybridus L) merupakan salah satu tanaman yang paling sering
dikonsumsi, karena bayam diyakini mengandung banyak beta karoten (provitamin A), lutein,
asam folat, vitamin C, kalsium, zat besi, fosfor, dan kalium. 10 Selain kandungan gizi tersebut,
bayam juga dikenal sebagai tanaman yang mengandung asam oksalat tertinggi daripada
tanaman lain. Bentuk oksalat yang umumnya dijumpai pada bayam adalah dalam senyawa
kalsium oksalat.11 Kandungan asam oksalat paling banyak dapat ditemukan pada bagian
daun dari tanaman bayam. Produksi asam oksalat pada daun tanaman bayam adalah melalui
serangkaian reaksi kimia, yaitu konversi glycolate dan glyoxalate menjadi ion oksalat, dan
pemecahan asam askorbat (vitamin C).12 Selain itu, pada daun tanaman bayam, dapat
dijumpai enzim oxalic acid oxidase yang berperan dalam memecah asam oksalat menjadi
karbon dioksida dan hidrogen peroksida, tapi umumnya enzim tersebut inaktif.11
Iskandar dkk.13 melakukan penelitian mengenai pengaruh larutan ekstrak daun bayam
dan susu terhadap tingkat diskolorasi gigi akibat kopi. Penelitian ini menggunakan larutan
ekstrak daun bayam dalam berbagai konsentrasi yaitu 10%, 20% dan 30%, kemudian
dicampur dengan susu 1 mL dan direndam selama 60 menit, untuk melihat proteksi terhadap
efek diskolorasi gigi akibat kopi, dimana tingkat diskolorasi gigi dilihat dengan alat
spektrofotometer warna VITA Easyshade®. Ternyata, hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa campuran ekstrak daun bayam dan susu dapat memproteksi gigi dari efek diskolorasi
gigi akibat kopi.
Raditia14 meneliti tentang perbedaan efektivitas ekstrak bayam murni, ekstrak bayam
dicampur susu serta karbamid peroksida 10% terhadap pemutihan gigi yang diskolorasi
akibat kopi. Perubahan warna sampel gigi diukur dengan alat spektrofotometer dan
menggunakan sistem warna CIE (Committee Internationale de L’Eclairage) L*a*b. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa karbamid peroksida 10% menghasilkan perubahan warna
yang lebih signifikan dibandingkan dengan ekstrak bayam murni dan ekstrak bayam
dicampur susu.
Azizah dkk.15 meneliti tentang perbedaan efektivitas ekstrak daun bayam 100% dan
hidrogen peroksida 3% terhadap proses pemutihan gigi selama 56 jam. Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa dengan perendaman hidrogen peroksida dan bayam selama
56 jam efektif terhadap pemutihan gigi.
Prastiwi dkk.16 meneliti tentang perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam
ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola) terhadap perubahan warna gigi dan
ternyata ekstrak belimbing manis 100% dapat memutihkan gigi karena mengandung asam
oksalat. Selain pada bayam, asam oksalat juga terkandung dalam buah belimbing manis.
Berdasarkan metode home bleaching selama 2-3 jam per hari selama 2-4 minggu17,
peneliti ingin melihat perbedaan perubahan warna gigi manusia setelah perendaman dalam
ekstrak daun bayam selama 28 jam (2 jam per hari selama 2 minggu), 42 jam (2 jam per hari
selama 3 minggu), dan 56 jam (2 jam per hari selama 4 minggu).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi
2.1.1 Anatomi Gigi
Gigi terdiri dari mahkota gigi dan akar gigi. Mahkota gigi secara klinis adalah bagian
gigi yang terlihat di rongga mulut dan menonjol di atas gingiva, dan akar gigi secara klinis
adalah bagian gigi yang terpendam dalam tulang alveolar maksila atau mandibula. Mahkota
gigi dan akar gigi bertemu di leher gigi.18,19
Pada potongan melintang, gigi terdiri dari email, dentin dan rongga pulpa. Email
merupakan jaringan keras tubuh manusia yang mengalami mineralisasi dan mempunyai nilai
kekerasan permukaan yang tinggi. Email juga bersifat avaskuler yaitu tidak mempunyai
pembuluh darah maupun pembuluh saraf di dalamnya. Email pada gigi permanen
mengandung 96% matriks anorganik, 1% matriks organik, dan 3% air. Matriks anorganik
email tersusun atas kristal kalsium hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2] dan beberapa
kandungan mineral lainnya seperti karbonat, magnesium, kalium, natrium dan fluor dalam
jumlah kecil.19,20
Email berkembang dari organ email (ektoderm) dan merupakan produk dari sel
epitelial khusus disebut ameloblas. Secara mikroskopik struktur dasar email terdiri dari
prisma email (enamel prism atau enamel rod). Di sekeliling bagian terluar dari prisma email
terdapat ruang interprisma (interrod enamel). Pada daerah yang berdekatan dengan
dentinoenamel junction (DEJ) pada daerah yang rendah mineral terlihat gambaran cerah
yang halus tampak seperti rumput disebut enamel tufts yang dapat ditemukan pada bagian
terdalam sepertiga dari email dan merupakan area yang kurang mineralisasinya. Selain
enamel tuft, ditemukan juga enamel spindle yang merupakan ujung serat jaringan ikat atau
bagian sel odontoblas yang tertanam dalam email yang dihasilkan oleh odontoblas yang
melintasi membran dasar sebelum mengalami mineralisasi ke dalam DEJ. 19,20
Pembentukan email terjadi secara bertahap selapis demi selapis. Pola pembentukan
yang bertahap ini memberikan gambaran garis pertumbuhan email yang disebut garis
Retzius. Garis ini berjalan melintang terhadap arah prisma email. Pada permukaan email,
garis Retzius bermanifestasi sebagai suatu garis yang melingkari mahkota gigi dalam arah
mesiodistal dan disebut sebagai garis perikimata. Garis perikimata menjadi kurang jelas
dengan pertambahan umur karena pemakaian dan tidak terlihat sama pada setiap individu. 20
Dentin merupakan bagian yang terluas dari struktur gigi yang meliputi seluruh
panjang gigi mulai dari mahkota hingga akar. Dentin terletak di bawah email pada bagian
mahkota dan terletak di bawah sementum pada bagian akar serta mengelilingi pulpa. Dentin
dibentuk dari odontoblas yang berasal dari ektomesenkim. Dentin tersusun atas 70% matriks
anorganik (kristal kalsium hidroksiapatit), 20% matriks organik berupa serat kolagen, dan
10% air. Kristal kalsium hidroksiapatit ini mirip dengan yang ditemukan pada email tetapi
dengan persentase yang lebih rendah sehingga dentin lebih lunak dibandingkan email.18,19,20
1. Faktor Ekstrinsik
Perubahan warna akibat faktor ekstrinsik umumnya merupakan hasil dari akumulasi
substansi kromogenik pada permukaan gigi. Perubahan warna yang terjadi dapat
disebabkan oleh oral hygiene yang buruk, konsumsi makanan dan minuman
berwarna dan merokok. Perubahan warna umumnya terjadi pada permukaan pelikel
dan merupakan hasil reaksi antara glukosa dan asam amino di dalam rongga mulut.
Reaksi antara glukosa dan asam amino ini disebut reaksi Millard (non-enzymatic
browning reaction). Suatu analisis kimiawi menemukan suatu substansi kromogenik
yaitu furfural dan furfuraldehid yang berperan dalam diskolorasi akibat reaksi
Millard tersebut.8
Faktor- faktor yang menyebabkan perubahan warna pada gigi:5
a. Faktor lokal
Penyebab diskolorasi paling utama adalah oral hygiene yang buruk.
Umumnya oral hygiene yang buruk disebabkan oleh ketidakmampuan untuk
membersihkan rongga mulut dengan rutin dan teratur. Akumulasi plak, kalkulus
dan partikel makanan akan menyebabkan noda coklat atau hitam pada permukaan
gigi.
b. Diet
Noda cokelat pada permukaan gigi bisa disebabkan oleh pengendapan zat
warna tanin yang ditemukan dalam teh, kopi, anggur merah, minuman cola, dan
beberapa makanan dan minuman lainnya yang dapat menyebabkan diskolorasi
gigi.
c. Kebiasaan
Tembakau pada rokok menyebabkan deposit berwarna coklat kehitaman
pada sepertiga tengah gigi sampai sepertiga servikal dari gigi. Kebiasaan menyirih
juga akan menghasilkan saliva berwarna merah sehingga warna merah tersebut
juga akan terdeposit pada permukaan gigi.
d. Mikroorganisme
Beberapa bakteri/jamur dapat menghasilkan noda yang biasa terdeposit pada
batas servikal gigi. Actinomyces sp. dapat menyebabkan noda kehitaman,
Penicillium sp. dan Aspergillus sp. dapat menyebabkan warna kehijauan pada gigi
anterior maksila.
e. Faktor pekerjaan
Beberapa senyawa metalik dapat menyebabkan diskolorasi gigi, sebagai
hasil dari interaksi antara senyawa tersebut dengan plak gigi. Eksposur terhadap
senyawa besi (Fe), mangan (Mn), dan perak (Ag) dapat menghasilkan noda hitam
pada gigi. Eksposur terhadap senyawa merkuri (Hg) dan timbal (Pb) dapat
menghasilkan noda biru kehijauan pada gigi.
f. Obat topikal
Obat kumur klorheksidin dapat mengakibatkan noda kecoklatan pada
restorasi akrilik dan porselen setelah pemakaian beberapa minggu. Selain itu,
beberapa obat kumur yang mengandung kalium permanganat, perak nitrat dan
timah fluorida juga dapat menyebabkan diskolorasi gigi.
g. Obat sistemik
Penggunaan doksisiklin jangka panjang dapat menyebabkan pengikatan
terhadap glikoprotein yang terdapat pada plak gigi, sehingga jika ikatan ini
teroksidasi oleh cahaya matahari atau oleh bakteri, maka akan meninggalkan noda
pada permukaan gigi. Umumnya agen antimikrobial hanya menyebabkan
diskolorasi semu, artinya hanya mendeposit zat warna pada plak gigi.
2. Faktor Intrinsik
Perubahan warna yang disebabkan oleh faktor intrinsik umumnya disebabkan oleh
defek pada email atau noda internal yang berasal dari pulpa. Perubahan warna ini
umumnya setelah perubahan komposisi dan ketebalan jaringan keras gigi. 4 Perubahan
warna yang sering diamati disebabkan oleh proses penuaan, keretakan mikro email
(enamel microleakage), pengobatan tetrasiklin, konsumsi fluor yang berlebihan,
karies gigi, bahan restorasi gigi, dan penipisan lapisan email. Diskolorasi intrinsik
tidak bisa dibersihkan dengan prosedur profilaksis normal, namun diskolorasi ini
dapat diperbaiki dengan proses pemutihan gigi (bleaching) menggunakan agen
bleaching yang dapat penetrasi ke dalam email dan dentin untuk mengoksidasi zat
warna tersebut. Diskolorasi yang disebabkan oleh proses penuaan, merokok, penyakit
genetik/herediter dan noda kopi merespon baik terhadap proses bleaching.8
f. Obat sistemik
Pengobatan menggunakan tetrasiklin pada saat pertumbuhan dan
perkembangan gigi praerupsi dapat menyebabkan noda keabuan pada gigi. Pigmen
tetrasiklin berdifusi menuju dentin dari email, membentuk kelat dengan kristal
kalsium hidroksiapatit dan kelat tersebut yang memberikan warna keabuan pada
gigi. Sebaiknya antibiotik jenis tetrasiklin ini tidak dikonsumsi ibu hamil dan anak
sampai berusia 8 tahun.
g. Fluor berlebihan
Konsumsi fluor yang berlebihan pada saat maturasi email gigi praerupsi
dapat menyebabkan diskolorasi berupa bercak atau garis putih pada gigi. Fluorosis
tingkat berat meninggalkan bercak kecoklatan pada gigi.
h. Defisiensi nutrisi
Kekurangan beberapa sumber gizi seperti vitamin C, vitamin D, dan kalsium
pada masa perkembangan gigi dapat menyebabkan hipoplasia email sehingga
setelah erupsi gigi akan terdiskolorasi dengan bercak kecoklatan.
i. Penyakit genetik/herediter
Penyakit degeneratif yang dapat diturunkan secara herediter, seperti
amelogenesis imperfekta, dentinogenesis imperfekta juga merupakan faktor
penyebab diskolorasi gigi secara intrinsik.
juga dapat terjadi antara asam amino dan senyawa aldehid yang dihasilkan oleh bakteri
kariogenik. Suatu analisis kimiawi menemukan suatu substansi kromogenik yaitu furfural
dan furfuraldehid yang berperan dalam diskolorasi akibat reaksi Millard tersebut. Substansi
kromogenik tersebut yang menyebabkan diskolorasi berwarna kecoklatan pada gigi. 5,8
b. Stroberi
Dalam penelitian in vitro oleh Margaretha dkk., dijelaskan bahwa stroberi dapat
memutihkan gigi yang direndam dalam pasta buah stroberi selama 2 minggu, karena
stroberi memiliki kandungan asam elegat dan asam malat yang dapat memutihkan
gigi. Asam elegat berperan sebagai oksidator kuat, sehingga akan mengoksidasi
noda-noda pada email dan dentin.35,36
c. Tomat
Mulky dkk. melakukan penelitian mengenai tomat sebagai alternatif bahan pemutih
gigi, dan menemukan bahwa terdapat kandungan hidrogen peroksida (H2O2) di dalam
buah tomat. Hasil penelitian ini terbukti bahwa hidrogen peroksida yang terkandung
di dalam buah tomat dapat memutihkan gigi.37
d. Belimbing
Prastiwi dkk. meneliti tentang perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak
buah belimbing manis terhadap perubahan warna gigi, dengan dasar bahwa buah
belimbing manis mengandung asam oksalat yang dapat memutihkan gigi. Perubahan
warna gigi tersebut diuji dengan waktu 56 jam, 88 jam dan 126 jam dan terbukti
bahwa asam oksalat yang terkandung pada buah belimbing manis dapat memutihkan
gigi.16
e. Bayam
Azizah dkk. meneliti tentang perbedaan efektivitas ekstrak daun bayam 100% dan
hidrogen peroksida 3% terhadap proses pemutihan gigi, dimana sampel gigi
direndam dalam ekstrak daun bayam 100% dan hidrogen peroksida 3% selama 56
jam dan menyimpulkan bahwa ekstrak daun bayam 100% efektif dalam memutihkan
gigi karena kandungan asam oksalat yang dapat memutihkan gigi melalui suatu
proses pelepasan elektron.15
asam. Namun, agar hidrogen peroksida dapat menghasilkan radikal bebas lebih cepat,
senyawa ini harus dalam keadaan basa (pH 9,5-10).38 Pembentukan radikal bebas hidroksil
(HO) juga meningkat pada bahan bleaching yang diaktivasi dengan sinar tampak atau laser. 8
Hidrogen peroksida adalah senyawa pengoksidasi (oksidator) yang dapat berdifusi
melalui gigi, dan terurai membentuk radikal bebas yang tidak stabil, seperti hidroksil (HOn),
perhidroksil (HO2), ion perhidroksil (HO2-) dan ion superoksida (O22-). Radikal bebas yang
dihasilkan akan menyerang molekul organik (pigmen) agen kromogen yang berada di antara
matriks anorganik email dan memutuskan ikatan rangkap yang ada pada molekul organik
tersebut. Ikatan rangkap tersebut berubah menjadi ikatan tunggal sehingga agen kromogen
tersebut akan kehilangan pigmen warnanya secara perlahan-lahan dan proses pemutihan gigi
pun berlangsung.8
Radikal bebas merupakan elektron yang tidak berpasangan dan akan terus bereaksi
terhadap molekul organik maupun anorganik. Radikal bebas akan berikatan dengan dan
memecah pigmen warna dari stain melalui reaksi reduksi, merubah struktur optis dari
pigmen tersebut dan menurunkan kemampuan penyerapan cahaya. Pigmen warna dari stain
akan berubah menjadi molekul yang lebih sederhana, berwarna terang, dan memiliki berat
molekul yang ringan, sehingga pigmen warna ini dapat berdifusi keluar dari tubulus dentin
dan micropore email.30,40
Menurut Goldstein dan Garber, pemutihan gigi akan terus berlangsung sampai
mencapai suatu titik dimana molekul yang terbentuk sudah paling sederhana, keadaan ini
disebut saturation point (titik jenuh). Pada titik ini, sudah tidak ada molekul zat warna yang
dapat dipecah oleh ion, sehingga struktur gigi mulai dirusak oleh ion tersebut, dan akan
mengarah pada kerusakan email. Proses bleaching harus dihentikan ketika saturation point
telah dicapai. Jika proses bleaching dilanjutkan, maka akan terjadi overbleaching.
Overbleaching adalah suatu kondisi dimana email telah terdegradasi dan menyebabkan
kerapuhan gigi sehingga porositas gigi meningkat. Bleaching optimum akan memutihkan
gigi dengan efektif, sedangkan overbleaching akan menyebabkan kerusakan email, seperti
pada gambar 1. 39,41
Pengintepretasi warna gigi dengan shade guide bertumpu pada tiga kualitas warna,
yaitu hue, chroma, dan value. Hue adalah kualitas warna yang dapat membedakan antara
warna yang satu dengan warna yang lainnya. Misalnya merah, jingga, kuning, hijau, biru,
indigo, ungu, dll. Semua warna tersebut merupakan penyusun spektrum warna. Pada gigi
permanen, warna hue semua gigi hampir sama di rongga mulut. Variasi warna hue sering
terjadi sesuai dengan bertambahnya usia, serta faktor intrinsik dan ekstrinsik yang
mempengaruhinya. Chroma adalah kejenihan atau intensitas warna, yang merupakan
kualitas dari hue yang dapat membedakan antara warna yang kuat dengan warna yang lemah,
dan kualitas warna ini kebanyakan akan berkurang karena proses bleaching. Semua hue
menerima reduksi chroma akibat vital dan non vital bleaching. Value adalah kualitas warna
yang membedakan antara warna terang dengan warna gelap. Gigi yang berwarna terang
memiliki value tinggi tetapi gigi yang berwarna gelap memiliki value yang rendah.45
Untuk menentukan skor warna gigi pada VITAPAN Classical shade guide terdapat
16 tingkatan warna yang disusun sesuai perbedaan hue, chroma dan value, yaitu B1=1,
A1=2, B2=3, D2=4, A2=5, C1=6, C2=7, D4=8, A3=9, D3=10, B3=11, A3,5=12, B4=13,
C3=14, A4=15, C4=16. (dengan angka B1-C4 sebagai nama warna gigi dan angka 1-16
sebagai tingkatan value warna gigi).46
manusia.48 Sistem tersebut memiliki nilai kecerahan, L, mulai dari 0 (hitam) sampai 100
(putih), dan dua sumbu berlawanan: sumbu a untuk warna kemerahan (+) dan kehijauan (-),
sumbu b untuk warna kekuningan (+) dan kebiruan (-). Koordinat L menggambarkan
kecerahan atau disebut sebagai value pada sistem Munsell yang dihitung dengan L2-L1,
dimana L1 adalah nilai L awal dan L2 adalah nilai L setelah perawatan. Koordinat a
dihitung dengan a2-a1, dimana a1 adalah nilai awal dan a2 adalah nilai setelah perawatan.
Koordinat b dihitung dengan b2-b1, dimana b1 adalah nilai awal dan b2 adalah nilai setelah
perawatan. Delta E ( E) menggambarkan keseluruhan perubahan warna. Perubahan warna
dapat dihitung dengan rumus:48,49
√
Dimana L, a, b adalah perbedaan nilai L, a, dan b sampel sebelum dan sesudah
perendaman dalam larutan.48 Nilai E berkisar dari 0-100, dimana E<=1 persepsi warna
tidak dapat dilihat mata manusia, E= 1-2 menandakan persepsi warna dapat terlihat setelah
observasi cermat, E= 2-10 menandakan persepsi warna dapat terlihat secara sekilas, E=
11-49 menandakan persepsi warna dapat terlihat jelas, E= 100 menandakan perubahan
warna yang sangat kontras.50
Chromameter adalah alat yang digunakan untuk mengukur warna dari permukaan
suatu objek. Prinsip dasar dari alat ini adalah interaksi antara energi cahaya difus dengan
atom atau molekul dari objek yang dianalisis. Chromameter dapat mengukur nilai tristimulus
warna dari pantulan cahaya sebuah spesimen setelah sumber cahaya telah melewati
serangkaian filter. Alat ini menggunakan filter fotodioda untuk mengontrol cahaya yang
mencapai spesimen. Setiap chromameter dengan tipe berbeda memiliki ruang pengukuran
dengan diameter yang berbeda pula. Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu xenon.
Lampu inilah yang menembak permukaan objek yang kemudian dipantulkan menuju sensor
spektral. Selain melalui sensor, enam sel silikon yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap
cahaya akan mengukur cahaya yang dipantulkan oleh objek.50
bayam, organ reproduksi jantan dan betina dapat terpisah. Bagian terpenting tanaman bayam
terdiri dari akar, batang, daun dan bunga.52,53
Tanaman bayam termasuk tumbuhan akar tunggang dengan sistem perakarannya
yang menyebar dan dangkal pada kedalaman antara 20-40 cm. Batang bayam banyak
mengandung air (herbaceus) dan tumbuh tinggi di atas permukaan tanah. Bayam yang sudah
usianya sudah satu tahunan terkadang batangnya akan mengeras (berkayu dan bercabang
banyak). Daun bayam umumnya berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan
urat-urat daunnya jelas. Warna daunnya bervariasi mulai dari warna hijau tua, hijau muda,
hijau keputihan dan merah.52
2.5.3 Kandungan Gizi Tanaman Bayam (Amaranthus hybridus L)
Berikut ini berupa daftar kandungan gizi bayam yang secara rinci dapat dilihat pada
tabel 1, tabel 2, tabel 3, dan tabel 4.
Tabel 1. Komposisi mineral dari daun tanaman bayam (Amaranthus hybridus L) dalam tiap
100 gram bayam54
Kandungan Mineral Konsentrasi (mg)
Natrium (Na) 7,43
Kalium (K) 54,20
Kalsium (Ca) 44,15
Magnesium (Mg) 231,22
Besi (Fe) 13,58
Zink (Zn) 3,80
Fosfor (F) 34,91
Na/K 0,14
Ca/P 1,26
Tabel 2. Komposisi vitamin dari daun tanaman bayam (Amaranthus hybridus L) dalam tiap
100 gram bayam54
Kandungan Vitamin Konsentrasi (mg)
Beta karoten (Vitamin A) 3,29
Tiamin (Vitamin B1) 2,75
Riboflavin (Vitamin B2) 4,24
Niasin (Vitamin B3) 1,54
Piridoksin (Vitamin B6) 2,33
Tabel 3. Komposisi asam amino dari daun tanaman bayam (Amaranthus hybridus L) dalam
tiap 100 gram bayam54
Kandungan Asam Amino Konsentrasi (mg)
Isoleusin 3,39
Leusin 6,70
Lysin 3,03
Metionin 1,76
Cystin 0,46
Fenilalanin 4,00
Tirosin 3,05
Treonin 2,62
Valin 3,50
Histidin 2,15
Alanin 3,35
Arginin 3,94
Asam aspartat 5,40
Asam glutamat 15,79
Glisin 3,81
Prolin 3,43
Serin 3,04
Tabel 4. Komposisi zat fitokimia dalam daun bayam (Amaranthus hybridus L) dalam tiap
100 gram bayam54
Kandungan Zat Fitokimia Konsentrasi (mg)
Alkaloid 3,54
Flavonoid 0,83
Saponin 1,68
Tanin 0,49
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
(t – 1) ( r – 1) ≥ 15
Dalam penelitian ini terdapat 3 kelompok sampel yang diberi perlakuan. Berdasarkan
rumus di atas, maka jumlah sampel tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:
( 3 – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
( 2 ) ( r – 1 ) ≥ 15
r – 1 ≥ 7,5
r ≥ 8,5≈ 10
Untuk mempermudah perhitungan maka besar sampel yang dapat dipakai setiap
kelompok perlakuan pada penelitian ini adalah 10 sampel.
Kelompok A : sampel direndam dalam ekstrak daun bayam selama 28 jam = 10 gigi
Kelompok B : sampel direndam dalam ekstrak daun bayam selama 42 jam = 10 gigi
Kelompok C : sampel direndam dalam ekstrak daun bayam selama 56 jam = 10 gigi
Jadi, total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 gigi.
√
Dimana adalah nilai L setelah perendaman dikurangi nilai L sebelum perendaman ekstrak,
adalah nilai a setelah perendaman dikurangi nilai a sebelum perendaman ekstrak,
adalah nilai b setelah perendaman dikurangi nilai b sebelum perendaman ekstrak.
2. Ekstrak daun bayam adalah ekstrak yang dihasilkan dari daun bayam hijau cabut
(Amaranthus hybridus L) dengan kandungan asam oksalat dan diekstraksi dengan metode
maserasi menggunakan pelarut etanol 70%.
3. Perendaman gigi permanen manusia dalam ekstrak daun bayam, yaitu merendam
gigi di dalam ekstrak daun bayam selama 28 jam (2 jam per hari selama 2 minggu), 42 jam
(2 jam per hari selama 3 minggu) dan 56 jam (2 jam per hari selama 4 minggu).
Gambar 7. Pinset
4. Wadah plastik untuk merendam gigi
Gambar 26 dan 27. Chromameter Minolta CR 400 (tampak samping dan tampak
atas)
Gambar 28. Gigi premolar satu dan dua, rahang atas dan rahang bawah
2. Larutan saline (PT. EMJEBE Pharma, Indonesia)
(b)
(a)
Gambar 39. (a) Gigi digantung di dalam wadahnya, (b) Gigi diurutkan dan diberi
kode
Gambar 40. Penyeduhan 300 gram bubuk kopi dengan 300 mL air di gelas beaker
2. Pembuatan larutan kopi sebanyak 300 mL adalah untuk 30 wadah sampel gigi yaitu
10mL untuk masing-masing sampel. Sampel gigi digantung dengan benang selama
perendaman agar seluruh permukaan mahkota sampel gigi terendam larutan kopi,
seperti yang terlihat pada gambar 41.
Gambar 41. Larutan kopi dituang sebanyak 10mL untuk masing-masing kelompok A,
B, C
3. Larutan kopi diganti setiap hari selama 12 hari. Setiap 24 jam, gigi dikeluarkan dari
wadahnya dan dibilas dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan tisu.
Prosedur ini diulang setiap hari selama 12 hari.
(a) (b)
Gambar 42. (a) Gigi dicuci di bawah air mengalir, (b) Gigi dikeringkan dengan tisu
4. Pengukuran warna gigi dilakukan 24 jam setelah perendaman pada hari ke-12 untuk
semua sampel gigi. Warna gigi diukur menggunakan chromameter Minolta CR 400.
5. Sampel diletakkan pada permukaan yang datar dengan latar belakang putih,
kemudian tekan tombol start dari alat, dan akan diperoleh nilai L, a, dan b dari
sampel, kemudian nilai L,a,b dicatat. Nilai L berkisar dari 0 (hitam) sampai 100
(putih). Notasi a menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a
(positif) dari 0 sampai +100 untuk warna merah, dan nilai -a (negatif) dari 0 sampai -
80 untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning
dengan nilai +b (positif) dari 0 sampai +70 untuk warna kuning, dan nilai –b (negatif)
dari 0 sampai -80 untuk warna biru. L menyatakan nilai kecerahan. Semakin
terang/cerah suratu warna, semakin tinggi nilai L.
(a) (b)
Gambar 43. (a) Gigi diletakkan pada permukaan rata dan berlatar belakang putih, (b)
Bagian bukal menghadap pada ujung alat, dan tombol pada alat ditekan
untuk mengukur warna gigi
(a) (b)
Gambar 44. (a) Tanaman bayam yang hanya dipetik daunnya, (b) Daun bayam
yang telah dicuci bersih dan dipotong kecil-kecil, kemudian
disebarkan di atas kertas perkamen
2. Daun bayam yang sudah bebas air dimasukkan ke dalam lemari pengering dengan
suhu 40o-50oC. Proses pengeringan dilakukan sampai daun bayam mudah
diremukkan ( 1 minggu). Bahan yang telah kering dibuat menjadi bentuk serbuk
dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk, seperti yang terlihat pada
gambar 45a, 45b, dan 45c.
Gambar 46. Serbuk daun bayam dicampurkan dengan etanol 70% di dalam
wadah tertutup
Gambar 47. Proses maserasi menggunakan botol perkolator dan infus set
2. Untuk kelompok A, sampel gigi direndam dalam ekstrak daun bayam selama 28
jam, dengan perincian setiap 2 jam per hari ekstrak daun bayam diganti dengan
yang baru/segar. Setelah setiap 2 jam, sampel gigi dikeluarkan dengan pinset dari
wadah plastik dan dicuci di bawah air mengalir dan dikeringkan dengan tisu,
seperti yang terlihat pada gambar 51a dan 51b. Pengukuran warna dilakukan 24
jam setelah sampel gigi kering pada suhu kamar.
(a) (b)
Gambar 51. (a) Gigi dicuci di bawah air mengalir, (b) Gigi dikeringkan dengan
tisu
3. Untuk kelompok B, sampel gigi direndam dalam ekstrak daun bayam selama 42
jam, dengan perincian setiap 2 jam per hari ekstrak daun bayam diganti dengan
yang baru/segar. Setelah setiap 2 jam, sampel gigi dikeluarkan dengan pinset dari
wadah plastik dan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tisu, seperti
yang terlihat pada gambar 52a dan 52b. Pengukuran warna dilakukan 24 jam
setelah sampel gigi kering pada suhu kamar.
(a) (b)
Gambar 52. (a) Gigi dicuci di bawah air mengalir, (b) Gigi dikeringkan dengan
tisu
4. Untuk kelompok C, sampel gigi direndam dalam ekstrak daun bayam selama 56
jam, dengan perincian setiap 2 jam per hari ekstrak daun bayam diganti dengan
yang baru/segar. Setelah setiap 2 jam, sampel gigi dikeluarkan dengan pinset dari
wadah plastik dan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tisu, seperti
yang terlihat pada gambar 53a dan 53b. Pengukuran warna dilakukan 24 jam
setelah sampel gigi kering pada suhu kamar.
(a) (b)
Gambar 53. (a) Gigi dicuci di bawah air mengalir, (b) Gigi dikeringkan dengan
tisu
dengan nilai +a (positif) dari 0 sampai +100 untuk warna merah, dan nilai -a
(negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna
kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b (positif) dari 0 sampai +70 untuk
warna kuning, dan nilai –b (negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna biru.
√
dan nilai E hasil perhitungan sesuai dengan kelompok perlakuan dicatat.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 5. Data Nilai Rerata L, a, b Sebelum dan Sesudah, dan Perubahan Warna ( E) Untuk
Kelompok Perendaman Ekstrak Daun Bayam 28, 42, dan 56 Jam
Kelompok Rerata Nilai L, a, b
E
Perendaman L1 L2 a1 a2 b1 b2
49,38± 50,01 ± 2,25 ± 2,60 ± 5,21 ± 4,13 ±
28 Jam 3,38±1,57
3,89 4,08 0,63 0,37 2,31 1,69
50,30 ± 52,49 ± 2,45 ± 2,08 ± 2,54 ± 6,24 ±
42 Jam 5,44±2,53
3,89 4,79 0,41 0,38 2.15 2,45
49,60 ± 56,23 ± 2,47 ± 2,01 ± 2,29 ± 5,23 ±
56 Jam 8,63±2,25
5,30 4,31 0,41 0,30 2,18 3,73
Keterangan:
L1 : nilai kecerahan sebelum perendaman ekstrak daun bayam
L2 : nilai kecerahan sesudah perendaman ekstrak daun bayam
a1 : nilai sumbu merah-hijau sebelum perendaman ekstrak daun bayam
a2 : nilai sumbu merah-hijau sesudah perendaman ekstrak daun bayam
b1 : nilai sumbu kuning-biru sebelum perendaman ekstrak daun bayam
b2 : nilai sumbu kuning-biru sesudah perendaman ekstrak daun bayam
Dari tabel 5, terlihat perbedaan nilai rerata perubahan warna gigi ( E) untuk
kelompok perendaman ekstrak daun bayam 28, 42, dan 56 jam. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan perubahan warna pada setiap kelompok, yaitu hasil nilai
rerata dan standar deviasi pada kelompok 28, 42, dan 56 jam berturut-turut adalah 3,38 ±
1,57; 5,44 ± 2,53; 8,63 ± 2,25. Untuk memudahkan dalam melihat nilai rerata perubahan
warna gigi, digambarkan dalam grafik batang (gambar 57).
12,00
6,00
(∆E)
3,38
4,00
2,00
0,00
28 Jam 42 Jam 56 Jam
Kelompok Perendaman
Gambar 57. Grafik Nilai Rerata Perubahan Warna Gigi E) Sesudah Perendaman Dalam
Ekstrak Daun Bayam selama 28, 42, dan 56 Jam.
Dari gambar 57, dapat dilihat terdapat peningkatan perubahan warna gigi E)
seiring dengan peningkatan durasi perendaman dalam ekstrak daun bayam. Pada kelompok
56 jam, terlihat bahwa perubahan warna yang dihasilkan paling tinggi karena semakin lama
durasi perendaman, perubahan warna yang dihasilkan lebih tinggi.
Dari tabel 5, juga terlihat perbedaan nilai rerata kecerahan gigi sebelum (L1) dan
sesudah (L2) meningkat pada masing-masing kelompok perendaman ekstrak daun bayam
selama 28, 42, dan 56 jam. Nilai rerata untuk nilai kecerahan gigi sebelum (L1) dan sesudah
(L2) perendaman selama 28, 42, dan 56 jam secara berturut-turut adalah 49,38 ± 3,89 dan
50,01 ± 4,08; 50,30 ± 3,89 dan 52,49 ± 4,79; 49,60 ± 5,30 dan 56,23 ± 4,31. Untuk
memudahkan dalam melihat nilai rerata kecerahan gigi, digambarkan dalam grafik batang
(gambar 58).
70,00
10,00
0,00
28 Jam 42 Jam 56 Jam
Waktu Perendaman
Gambar 58. Grafik Nilai Rerata Kecerahan Gigi Sebelum (L1) dan Sesudah (L2) Perendaman
Dalam Ekstrak Daun Bayam selama 28, 42, dan 56 Jam.
Dari gambar 58, dapat dilihat terdapat peningkatan nilai kecerahan gigi pada masing-
masing kelompok perendaman, yang artinya perubahan warna yang disebabkan oleh
perendaman ekstrak daun bayam adalah perubahan warna yang semakin terang.
Nilai rerata perubahan warna gigi E) sesudah perendaman ekstrak daun bayam
selama 28, 42, dan 56 jam berturut-turut adalah 3,38 ± 1,57; 5,44 ± 2,53; dan 8,63 ± 2,25.
Berdasarkan uji Kruskal Wallis, ada perbedaan signifikan dari perubahan warna gigi sesudah
perendaman ekstrak daun bayam selama 28 jam, 42 jam, dan 56 jam, dengan nilai p=0,002
(p<0,05). Hasil uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Hasil Uji Kruskal Wallis Perubahan Warna E) Sesudah Perendaman Ekstrak
Daun Bayam selama 28 , 42, dan 56 Jam
Waktu Perendaman n Mean SD p
28 jam 10 3,387 1,575
42 jam 10 5,441 2,537 0,002*
56 jam 10 8,639 2,256
Keterangan: *terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
Dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney, untuk melihat kelompok mana yang memiliki
perbedaan yang bermakna. Berdasarkan uji Mann-Whitney, tidak ada perbedaan signifikan
dari perubahan warna gigi sesudah perendaman ekstrak daun bayam hijau antara selama 28
jam dengan 42 jam, dengan nilai p=0,121 (p>0,05). Namun, terdapat perbedaan signifikan
antara kelompok perendaman 28 jam dengan 56 jam, dengan nilai p=0,000 (p<0,05) dan
antara selama 42 jam dengan 56 jam, dengan nilai p=0,038 (p<0,05). Hasil uji Mann
Whitney dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Hasil Uji Lanjutan Mann Whitney Perubahan Warna E) Sesudah Perendaman
Ekstrak Daun Bayam selama 28 , 42, dan 56 Jam
Waktu Perendaman p
42 jam 0,121
28 jam
56 jam 0,000*
42 jam 56 jam 0,038*
Keterangan: *terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
Tabel 9. Uji Normalitas Shapiro-Wilk Nilai Kecerahan Gigi Sebelum (L1) dan Sesudah (L2)
Perendaman Ekstrak Daun Bayam Selama 28, 42, dan 56 Jam
Waktu Perendaman p
L1 0,145
28 jam
L2 0,001
L1 0,418
42 jam
L2 0,016
L1 0,618
56 jam
L2 0,003
Nilai rerata kecerahan gigi sebelum (L1) dan sesudah (L2) perendaman ekstrak daun
bayam selama 28, 42, dan 56 jam berturut-turut adalah 49,38 ± 3,89 dan 50,01 ± 4,08; 50,30
± 3,89 dan 52,49 ± 4,79; 49,60 ± 5,30 dan 56,23 ± 4,31. Berdasarkan uji Wilcoxon, terdapat
perbedaan signifikan dari nilai kecerahan gigi sebelum dan sesudah perendaman ekstrak
daun bayam selama 56 jam, dengan nilai p=0,007 (p<0,05), namun, tidak terdapat perbedaan
signifikan dari nilai kecerahan gigi antara sebelum dan sesudah perendaman ekstrak daun
bayam selama 28 jam dengan nilai p=0,285 (p>0,05), dan selama 42 jam dengan nilai
p=0,074 (p>0,05). Hasil uji Wilcoxon dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Hasil Uji Wilcoxon Nilai Kecerahan Gigi Sebelum (L1) dan Sesudah (L2)
Perendaman Ekstrak Daun Bayam Selama 28, 42, dan 56 Jam
Waktu Sebelum Sesudah
n p
Perendaman Mean SD Mean SD
28 jam 10 49,38 3,89 50,01 4,08 0,285
42 jam 10 50,30 3,89 52,49 4,79 0,074
56 jam 10 49,60 5,30 56,23 4,31 0,007*
Keterangan: *terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, sampel yaitu gigi premolar pasca ekstraksi direndam dalam
larutan kopi terlebih dahulu selama 12 hari agar terjadi diskolorasi pada gigi. Larutan kopi
digunakan sebagai diskoloran karena kandungan tanin atau yang disebut juga asam tanat.29
Selanjutnya, dilakukan proses bleaching atau pemutihan gigi dengan merendam sampel gigi
ke dalam ekstrak daun bayam konsentrasi 100% dengan kelompok waktu berbeda yaitu 28
jam, 42 jam, dan 56 jam. Kemudian, perubahan warna gigi diukur dengan alat chromameter
Minolta CR 400 pada bagian bukal gigi premolar. Hasil nilai rerata dari pengukuran warna
yang dilakukan, yang dapat dilihat pada tabel 5, menunjukkan perubahan warna yang terjadi
sesudah perendaman dalam kopi selama 12 hari dan sesudah perendaman dalam ekstrak
daun bayam selama 28 jam, 42 jam, 56 jam sangat bervariasi.
Pada penelitian ini, didapatkan dari hasil uji Kruskal Wallis yang menunjukkan
bahwa ada perbedaan perubahan warna gigi E) yang signifikan antara ketiga kelompok
perlakuan yaitu kelompok perendaman 28 jam, 42 jam, dan 56 jam dalam ekstrak daun
bayam (p<0,05). Hasil uji Mann-Whitney (tabel 8) menunjukkan tidak ada perbedaan
perubahan warna E) yang signifikan antara kelompok perendaman 28 jam dengan 42 jam
(p>0,05). Namun, terdapat perbedaan signifikan pada perubahan warna kelompok
perendaman 28 jam dengan 56 jam (p<0,05), dan pada kelompok perendaman 42 jam
dengan 56 jam (p<0,05). Perbedaan yang signifikan ini dikaitkan dengan semakin lamanya
durasi perendaman dalam ekstrak daun bayam.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lumuhu dkk. (2016) yang
mendapatkan hasil bahwa jus tomat dan jus apel dapat mencerahkan warna gigi seiring
59
dengan lamanya jus berkontak dengan permukaan gigi. Penelitian lain yang juga sejalan
dengan penelitian ini dilakukan oleh Prastiwi dkk. (2016) menunjukkan hasil bahwa ekstrak
buah belimbing manis pada dasarnya semakin lama bahan berkontak dengan permukaan gigi,
maka semakin nyata perubahan warna gigi menjadi lebih terang. Hal ini dikarenakan
semakin banyak reaksi perusakan ikatan rangkap pada agen kromogen yang terjadi oleh
radikal bebas seiring bertambahnya durasi perendaman.16
Hasil pengukuran nilai kecerahan gigi sebelum (L1) dan sesudah (L2) perendaman
dalam ekstrak daun bayam selama 28, 42, dan 56 jam menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hasil uji Wilcoxon (tabel 10) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
dari nilai kecerahan gigi sebelum dan sesudah perendaman ekstrak daun bayam selama 56
jam (p<0,05). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok 28 jam
(p>0,05), dan pada kelompok 42 jam (p>0,05). Ini berarti bahwa perubahan warna gigi yang
semakin terang akan signifikan pada durasi waktu 56 jam. Hal ini sejalan dengan penelitian
Prastiwi dkk. (2016) yang melihat perubahan warna gigi setelah perendaman dalam ekstrak
belimbing manis selama 56, 88, 126 jam, dan didapatkan hasil yang signifikan untuk ketiga
durasi perendaman. Ekstrak belimbing manis yang diteliti juga mengandung asam oksalat. 16
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Azizah dkk (2017) yang
menyimpulkan bahwa perendaman dalam ekstrak daun bayam selama 56 jam dapat
menghasilkan perubahan warna gigi yang semakin terang, karena kandungan asam oksalat di
dalam daun bayam. Bayam dikenal sebagai tanaman yang mengandung asam oksalat paling
tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya. Kandungan asam oksalat paling tinggi dapat
ditemukan pada daunnya, yaitu sekitar 39%.13 Mekanisme yang terjadi pada proses
pemutihan gigi dengan ekstrak daun bayam adalah bayam merupakan bahan pemutih gigi
yang alami karena mengandung asam oksalat. Asam oksalat adalah reduktor yang kuat.
Reaksi pemutihan yang terjadi oleh asam oksalat adalah reaksi oksidasi. Dalam reaksi
oksidasi, terjadi proses pelepasan elektron terhadap molekul organik kromofor. Elektron
tersebut kemudian akan berikatan dengan 3 molekul C tersier yang terdapat pada kromofor
pada permukaan email. Ikatan ini akan menyebabkan terganggunya konjugasi elektron pada
molekul organik sehingga menghasilkan struktur baru yang lebih terang. 55
BAB 6
6.1 Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan yang signifikan dari perubahan warna E) gigi manusia yang
mengalami diskolorasi kopi setelah perendaman dalam ekstrak daun bayam
(Amaranthus hybridus L) dengan durasi berbeda, yaitu 28, 42, dan 56 jam, dimana
perubahan warna gigi menjadi lebih terang.
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai kecerahan sebelum (L1) dan
sesudah (L2) pada kelompok perendaman ekstrak daun bayam (Amaranthus
hybridus L) 28 jam dan 42 jam.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan:
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian
lebih lanjut.
2. Diharapkan penelitian lanjutan untuk mempertimbangkan keseragaman jenis gigi
yang digunakan dalam penelitian.
3. Diharapkan penelitian lanjutan untuk meneliti mengenai efek ekstrak daun bayam
terhadap sifat mekanis dan sifat fisik gigi yang lain.
4. Diharapkan penelitian lanjutan untuk mengetahui perubahan warna gigi dalam
penggunaan secara in vivo.
5. Diharapkan penelitian lanjutan untuk menggunakan alat spectrophotometer warna
untuk mengukur perubahan warna gigi karena alat tersebut menghasilkan hasil
pengukuran yang lebih teliti.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifin R, Herwanda, Tefani CR. Hubungan penilaian persepsi estetika oral dengan
keadaan maloklusi menggunakan Oral Subjective Index Scale (OASIS) dan Dental
Aesthetic Index (DAI). Cakradonya Dent J 2018; 10(1):10-7.
2. Boeira GF, Salas MMS, Araujo DC, Masotti AS, Correa MB, Demarco FF. Factors
influencing dental appearance satisfaction in adolescents: A cross sectional study
conducted in Southern Brazil. Braz J Oral Sci 2016; 15(1): 8-15.
3. Al-Zarea BK. Satisfaction with appearance and the desired treatment to improve
aesthetics. Int J Dent 2013; 2013: 1-7.
4. Prathap S, Rajesh H, Boloor VA, Rao AS. Extrinsic stains and management: A new
insight. J Acad Indus Res 2013; 1(8): 435-42.
5. Mehrotra V, Sawhny A, Gupta I, Gupta R. Tell tale shades of discolored teeth- A
review. Indian J Dent Sci 2014; 2(6): 95-9.
6. Mennito AS. A simple guide to tooth whitening. The Dental Learning Network,
2012: 8-10.
7. American Dental Association. Tooth whitening/bleaching: treatment considerations
for dentists and their patients. ADA Council on Scientific Affairs, 2009: 1-4.
8. Alqahtani MQ. Tooth-bleaching procedures and their controversial effects: A
literature review. Saudi Dent J 2014; 26: 33-46.
9. Abouassi T, Wolkewitz M, Hahn P. Effect of carbamide peroxide and hydrogen
peroxide on enamel surface: An in vitro study. Clin Oral Investig. 2011;15(5):
673-80.
10. Morelock TE, Correll JC. Spinach. In: Prohens J., Nuez F. (eds) Vegetables I.
Handbook of Plant Breeding, New York: Springer, 2008: 189-218.
11. Mou B. Evaluation of oxalate concentration in the US spinach germplasm collection.
Hort Sci 2008; 43(6): 1690-3.
12. Ahmed J, Ojha K, Vaidya S, Ganguli J, Ganguli AK. Formation of calcium oxalate
nanoparticles in leaves: Significant role of water content and age of leaves. Current
Sci 2012;103(3): 293-8.
13. Iskandar L, Santosa AS, Matram N. Pengaruh larutan ekstrak daun bayam
(Amaranthus Hybridus L) dan susu terhadap tingkat diskolorasi gigi akibat kopi
(eksperimental laboratorik). Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014.
14. Raditia MH. Perbedaan efektivitas pemutihan gigi menggunakan ekstrak bayam
murni, ekstrak bayam dan susu serta karbamid peroksida 10%. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2017.
15. Azizah SA, Wijayanti N. Perbedaan efektivitas ekstrak daun bayam (Amaranthus
Tricolor L) dan hidrogen peroksida 3% terhadap proses pemutihan gigi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2017.
16. Prastiwi CD, Wijayanti N. Perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak
buah belimbing manis (Averrhoa carambola) terhadap perubahan warna gigi.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2016.
17. O’Brien WJ. Dental material and their selection. 3 rd ed., Chicago: Quintessence Publ
Co., 2002: 166-8.
18. Scheid RC, Weiss G. Woelfel Anatomi Gigi. Alih Bahasa. Siswasuwignya P, Yusuf
HY, Lubis S. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2011: 11-3.
19. Fehrenbach MJ, Popowics T. Illustrated dental embryology, histology and anatomy.
4th ed., Missouri: Elsevier Saunders, 2016: 147-57.
20. Nasution AI. Jaringan keras gigi aspek mikrostruktur dan aplikasi riset. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press, 2016: 7-42.
21. Jyothi M, Girish K, Mounika A, Jyothirmayi BS, Bhargav K, Sonam A. Conservative
management of discoloured anterior teeth- A case series. Sch J Dent Sci 2016; 3(2):
58-62.
22. Ariana TR, Wibisono G, Praptiningsih RS. Pengaruh perasan buah lemon terhadap
peningkatan warna gigi. Medali J 2015; 2(1):74-8.
23. Grossman LI, Oliet S, dan Del Rio CE. Ilmu endodontik dalam praktek. 11th ed. Alih
Bahasa: Suryono S. Jakarta: EGC, 1995: 295-301.
24. Nakhaei M, Ghanbarzadeh J, Amirinejad S, Alavi S, Rajatihaghi H. The influence of
dental shade guides and experience on the accuracy of shade matching. J Contemp
Dent Practic 2016; 17(1):22-6.
25. Kapadia Y, Jain V. Tooth staining: A review of etiology and treatment modalities.
Acta Scientific Dental Sciences 2018; 2(6): 67-70.
26. Hendari R. Pemutihan gigi (tooth-whitening) pada gigi yang mengalami pewarnaan.
Sultan Agung 2009; 44(118): 65-77.
27. Mortazavi H, Bahravand M, Khodadoustan A. Colors in tooth discoloration: A new
classification and literature review. Int J Clin Dent 2014; 7(1): 17-28.
42. Singh JKM, Sengut M, Halim MS, Ab-Ghani Z, Rahman NA. Safety comparison of
over the counter bleaching agent with professionally prescribed home bleaching
agent. Eur J Gen Dentistry 2018; 7(2): 35-40.
43. Demarco FF, Meireles SS, Masotti AS. Over-the-counter whitening agents: A
concise review. Braz Oral Res 2009; 23(1): 64-70.
44. Nakhaei M, Ghanbarzadeh J, Keyvanloo S, Alavi S, Jafarzadeh H. Shade matching
performance of dental students with three various lighting conditions. J Contemp
Dent Practice 2013; 14(1): 100-3.
45. Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. London:
Mosby; 1998.p.2-6, 13-14.
46. de Almeida ACAG, Riehl R, dos Santos PH, Sunfeld LMM, Briso PLF. Clinical
evaluation of the effectiveness of different bleaching therapies in vital teeth. Int J
Perio Rest Dent 2012; 32(2): 303-9.
47. Igiel C, Weyrauch M, Wentaschek S, Scheller H, Lehmann KM. Dental color
matching: A comparison between visual and instrumental methods. Dent Materials J
2016; 35(1):63-9.
48. Padiyar N, Kaurani P. Colour stability: An important physical property of esthetic
restorative materials. Int J Clin Dent Sci 2010; 1(1): 81-4.
49. Khashayar G, Dozic A, Kleverlaan CJ, Feilzer AJ. Data comparison between two
dental spectrophotometers. Operative Dentistry 2012; 37(1): 12-20.
50. Konica Minolta Singapore Pte Ltd. Konica Minolta CR-10 Tristimulus Colorimeter
2017. http://sensing.konicaminolta.asia/products/cr-10-color-reader/ (1 September
2018)
51. Ramdani DY. Bayam Jadi Pilihan Usaha. Bandung. PT. Sarana Ilmu Pustaka, 2010:
17-24.
52. Rukmana. Bayam Bertanam dan Pengolahan Pasca Panen. Yogyakarta. Kanisius,
2010: 9-18.
53. Zipporah CM. Chemical compositions and antimicrobial activity of Amaranthus
hybridus, Amaranthus caudatus, Amaranthus spinosus, Corriandrum sativum
(Thesis). Njoro: Egerton University, 2008: 1-6.
54. Akubugwo IE, Obasi NA, Chinyere GC, Ugbogu AE. Nutritional and chemical value
of Amaranthus hybridus L from Afikpo, Nigeria. Afr J Biotechnol 2007; 6(24):
2833-9.
55. Lerner BW, Lerner KL (eds). The Gale Encyclopedia of Science, Chicago: Gale
Cengage Learning, 2006: 2024.
56. Anonim. Oxidizing and reducing agents. https://chemed.chem.purdue.edu/ (22 Mei
2019).
57. Georgiades C. Tooth whitening composition and method employing dicarboxylic
acid whitening agent. United States: Patent Application Publication, 2002: 1-9.
58. Secilmis A, Dilber E, Ozturk N, Yilmaz FG. The effect of storage solutions on
mineral content of enamel. Materials Sci Applic 2013; 4: 439-45.
59. Prihanti GS. Pengantar biostatistik. Malang: UMM Press, 2016:17-8.
60. Kemenkes RI. Farmakope Herbal Indonesia Ed.I Suplemen II, Kemenkes RI., Jakarta,
2013: 25-32.
61. Lumuhu EFS, Kaseke MM, Parengkuan WG. Perbedaan efektivitas jus tomat
(Lucopersicon esculentum Mill.) dan jus apel (Mallus sylvestris Mill.) sebagai bahan
alami pemutih gigi. Jurnal eG 2016; 4(2): 83-9.
Warna Gigi
Diskolorasi
Gigi
Bleaching
Bahan bleaching
Kandungan
asam oksalat
Sifat oksidator
Gigi
Diskolorasi
Kandungan
asam oksalat
Sifat oksidator
Peneliti,
Kristin Halim
Medan,………………………………………………………………………………………….
Yang menyetujui,
Subjek penelitian
(……………………………………………………………………………………………......)
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Descriptive Statistics
Total 30
a,b
Test Statistics
perubahan
warna
Chi-Square 12.930
df 2
Total 20
b
Test Statistics
perubahan
warna
Mann-Whitney U 29.500
Wilcoxon W 84.500
Z -1.550
Total 20
b
Test Statistics
perubahan
warna
Mann-Whitney U 3.500
Wilcoxon W 58.500
Total 20
b
Test Statistics
perubahan
warna
Mann-Whitney U 22.500
Wilcoxon W 77.500
Z -2.080
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Descriptive Statistics
Uji Wilcoxon
b
Test Statistics
Signifikan p<0,05