Anda di halaman 1dari 57

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Prevalensi Infeksi Odontogenik di RSUD


Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016

Anggraini, Nurul Amalia

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1616
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PREVALENSI INFEKSI ODONTOGENIK
SPASIA MANDIBULA PRIMER PADA
RAHANG BAWAH BERDASARKAN
USIA DAN JENIS KELAMIN
DI RSUD DR PIRNGADI
MEDAN TAHUN
2013-2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat


memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH :
NURUL AMALIA ANGGRAINI
NIM : 130600154

Pembimbing :

Indra Basar Siregar, drg., M. Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Tahun 2017

Nurul Amalia Anggraini


Prevalensi infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun
2013-2016.
x + 34 halaman
Infeksi yang berasal dari gigi atau struktur penyangga gigi merupakan infeksi
odontogenik. Infeksi odontogenik telah menjadi salah satu penyakit yang sering
ditemukan dalam bagian bedah mulut dan maksilofasial. Infeksi odontogenik adalah
suatu penyakit yang sukar dikendalikan dalam bidang kedokteran gigi. Meskipun
pada umumnya infeksi odontogenik dapat dirawat dengan prosedur pembedahan
minor dan terapi medikal suportif, dokter gigi harus waspada bahwa infeksi
odontogenik dapat menjadi parah dan membahayakan nyawa dalam waktu
singkat.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi
odontogenik spasia mandibula primer pada rahang bawah berdasarkan usia dan jenis
kelamin pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013-2016. Penelitian ini
merupakan penelitian survei deskriptif. Teknik pengumpulan sampel yaitu teknik
total sampling yang dilakukan dengan cara mencatat data sekunder rekam medik
seluruh pasien infeksi odontogenik berdasarkan umur, jenis kelamin, dan spasia yang
terkena di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eklusi pada tahun 2013-2016. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
disajikan dalam bentuk tabel, grafik maupun diagram. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi tertinggi terjadinya infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan sebanyak 47 pasien atau 58% dari data keseluruhan. Infeksi odontogenik
berada pada kelompok usia lansia awal (46-55 tahun) mempunyai prevalensi tertinggi
yaitu sebanyak 11 kasus atau 23,40%, kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun)
menduduki peringkat kedua dengan 9 kasus atau 19,15% dari data keseluruhan.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan jenis kelamin infeksi odontogenik lebih sering terjadi pada laki-laki
yaitu 28 pasien atau 59,6%. Dan berdasarkan spasia yang paling sering terkena adalah
spasia submandibula yaitu 40 pasien atau 85% .

Daftar rujukan: 34 (2004-2014)

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah di pertahankan dihadapan tim penguji


pada tanggal 7 September 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM

ANGGOTA :

1. Indra Basar Siregar, drg., M. Kes


2. Abdullah Oes, drg

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji

Medan, 7 September 2017

Pembimbing: Tanda Tangan

Indra Basar Siregar, drg., M.Kes ……………………….

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam
rangka memenuhi kewajiban penulis untuk mendapatkan gelar sarjana Kedokteran
Gigi.

Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang
tua tersayang Dr.H.M Supriyanto dan Hj.Wiwik Hartati yang senantiasa
menyayangi, mendoakan, dan mendukung penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak
mendapat bimbingan, bantuan, motivasi, saran-saran serta doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Eddy A.Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, serta
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.
4. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA selaku dosen pembimbing akademis
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi USU.
5. Nurul Huda Wahyu Hidayat selaku adik kandung penulis yang telah
banyak membantu dan selalu memberi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.

Universitas Sumatera Utara


6. Larissa Rosafina Pakpahan,S.KG; Ovila Ulfha,S.KG dan Zia Indriana
Pulungan,S.KG yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Amalia Khoiri Silalahi, Fariza Yamami Rizal, Afrina Fadhillah, Hanny
Natasya Ansari dan Rasyidah Sofriani Yusma selaku teman penulis semasa kuliah.

Penulis menyadari keterbatasan ilmu yang dimiliki sehingga skripsi ini masih
perlu perbaikan, saran, dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis mengharapkan
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pikiran yang berguna
bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.

Medan, 7 September 2017

Penulis,

(Nurul Amalia Anggraini)

NIM : 130600154

Universitas Sumatera Utara


vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Infeksi Odontogenik ......................................................... 4
2.2 Etiologi ........................................................................................... 4
2.3 Faktor Predisposisi ......................................................................... 6
2.4 Patogenesis dan Patofisiologi ......................................................... 8
2.4.1 Patogenesis .................................................................................. 8
2.4.2 Patofisiologi ................................................................................ 8
2.5 Tahapan Infeksi Odontogenik ........................................................ 9
2.6 Gambaran Klinis ............................................................................ 9
2.6.1 Tanda dan Gejala ......................................................................... 9
2.6.2 Komplikasi .................................................................................. 11
2.7 Klasifikasi Infeksi Odontogenik ..................................................... 11
2.7.1 Spasia Submental ........................................................................ 11
2.7.2 Spasia Bukal ................................................................................ 12
2.7.3Spasia Sublingual ......................................................................... 12
2.7.4 Spasia Submandibula .................................................................. 13
2.8 Gambaran Radiologi ...................................................................... 14
2.9 Perawatan ...................................................................................... 14

Universitas Sumatera Utara


vii

2.9.1 Pembedahan ................................................................................ 14


2.9.2 Ekstraksi ...................................................................................... 14
2.9.3 Pemberian Antibiotik .................................................................. 15
2.10 Kerangka Teori ............................................................................. 16
2.11 Kerangka Konsep ......................................................................... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 18
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 18
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 18
3.3.1 Populasi ....................................................................................... 18
3.3.2 Sampel ......................................................................................... 18
3.4 Kriteria Penelitian .......................................................................... 19
3.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................ 19
3.4.2 Kriteria Eksklusi.......................................................................... 19
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 19
3.6 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 20
3.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 20
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................... 21
3.8.1 Pengolahan Data .......................................................................... 21
3.8.2 Analisis Data ............................................................................... 21
3.9 Alur Penelitian................................................................................ 22

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada
rahang bawah berdasarkan usia dan jenis kelamin di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016 .............................................. 23
4.1.1 Prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada
rahang bawah di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016
berdasarkan usia ................................................................................... 23
4.1.2 Prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada
rahang bawah di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016
berdasarkan jenis kelamin .................................................................... 25
4.1.3 Prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada
rahang bawah di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan berdasarkan spasia
yang terkena ......................................................................................... 26

Universitas Sumatera Utara


viii

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ................................................................................... 31
6.2 Saran .............................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. a. Ilustrasi penyebaran abses ke daerah submental ................................... 11
b. Tampakan klinis .................................................................................... 11
2. a. Ilustrasi penyebaran abses di daerah bukal ........................................... 12
b. Tampakan klinis .................................................................................... 12
3. a. Perkembangan abses di daerah sublingual ............................................ 13
b. Pembengkakan mukosa pada dasar mulut dan elevasi lidah ke arah
berlawanan ................................................................................................ 13
4. a. Ilustrasi penyebaran dari abses ke daerah Submandibula ..................... 13
b. Tampakan klinis .................................................................................... 13

Universitas Sumatera Utara


x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Variabel dan Definisi Operasional .............................................................. 19


2. Prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan usia ........................................ 24
3. Prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan jenis kelamin ......................... 25
4. Prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan spasia yang terkena ............... 26

Universitas Sumatera Utara


xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Grafik prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan usia .................................... 24


2. Grafik prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan jenis kelamin ...................... 25
3. Grafik prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan spasia yang terkena ............. 26

Universitas Sumatera Utara


xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup


2. Biaya Anggaran Penelitian
3. Jadwal Kegiatan
4. Health Research Ethical Committee
5. Master Data Penelitian
6. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi yang berasal dari gigi atau struktur penyangga gigi merupakan infeksi
odontogenik. Infeksi odontogenik telah menjadi salah satu penyakit yang sering
ditemukan dalam bagian bedah mulut dan maksilofasial. Infeksi odontogenik adalah
suatu penyakit yang sukar dikendalikan dalam bidang kedokteran gigi. Meskipun
pada umumnya infeksi odontogenik dapat dirawat dengan prosedur pembedahan
minor dan terapi medikal suportif, dokter gigi harus waspada bahwa infeksi
odontogenik dapat menjadi parah dan membahayakan nyawa dalam waktu singkat. 1,2
Infeksi odontogenik dapat disebabkan oleh gigi yang karies dan penyakit
periodontal dimana penyakit tersebut dapat meluas ke jaringan sekitar atau gigi
tetangga sampai ke wajah, rahang dan leher. Menurut penelitian Sanchez dkk di
Madrid 33,8% pencetus infeksi odontogenik berasal dari bakteri. 3
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mendorong terjadinya infeksi
odontogenik. Faktor tersebut adalah merokok, alkohol, penyakit sistemik, kebersihan
rongga mulut, flora normal dalam mulut, jenis kelamin dan usia. Menurut penelitian
tentang faktor resiko terjadinya infeksi odontogenik di West Scotland Oral &
Maxillofacial Service Centres, United Kingdom, dari 25 pasien yang diteliti, 80%
adalah perokok, 16% mengkonsumsi alkohol lebih dari 25 unit per minggu dan 24%
mempunyai penyakit sistemik.4 Penelitian yang dilakukan oleh Davis B di Kanada,
menemukan bahwa 50% infeksi odontogenik disebabkan oleh bakteri anaerob dan
44% gabungan bakteri anaerob dan aerob.5
Penelitian di Iran menunjukkan dari 102 kasus infeksi odontogenik, sebanyak
58,8% terjadi pada pria dan 41,18% pada wanita. Dari penelitian ini menunjukkan
pria kurang memberi perhatian pada kebersihan mulut dibanding wanita. Insidensi
infeksi odontogenik terjadi pada usia sekitar 33 tahun. Pasien dengan usia >33 tahun
mempunyai tingkat resiko lebih tinggi untuk terjadinya infeksi odontogenik.2

Universitas Sumatera Utara


2

Infeksi odontogenik dapat dijumpai pada gigi atau struktur penyangga gigi baik
di bagian maksila maupun mandibula. Berdasarkan penelitian di Britania, infeksi
odontogenik sering terjadi di bagian bukal 96% dan di bagian submandibula 68%. 4
Penelitian di Madrid pada 85 orang pasien, infeksi odontogenik paling sering terjadi
pada gigi posterior bawah (premolar dan molar) 61,5% dan Molar tiga bawah 26,6%
dari 37 kasus.3
Pasien yang menderita infeksi odontogenik dapat dirawat dengan berbagai cara.
Tujuan utama dari perawatan infeksi odontogenik adalah menghilangkan faktor
infeksi dan drainase pus serta debris nekrotik. 1 Perawatan tersebut seperti ekstraksi
gigi, drainase pus, pemberian obat antibiotik dengan atau tanpa insisi. 2 Perawatan
tergantung keparahan infeksi odontogenik tersebut. Menurut penelitian di Royal
Adelaide Hospital Australia 38 kasus 79% dilakukan drainase pus, 16% dari 8 kasus
dilakukan drainase cairan serous dan 98% dari 47 kasus diberikan antibiotik
intravena. Antibiotik yang sering diberikan pada pasien infeksi odontogenik adalah
Penisilin 67,7% diikuti dengan Metronidazole 65,2% dan klindamisin 37,2%.2
Berdasarkan beberapa penelitian dari berbagai negara yang berbeda menunjukkan
adanya perbedaan prevalensi infeksi odontogenik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk mengetahui prevalensi infeksi odontogenik di kota Medan khususnya
pada RS Pirngadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada rahang
bawah berdasarkan usia pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013-2016?
2. Bagaimana prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada rahang
bawah berdasarkan jenis kelamin pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun
2013-2016?

Universitas Sumatera Utara


3

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada
rahang bawah berdasarkan usia pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013-
2016.
2. Untuk mengetahui prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada
rahang bawah berdasarkan jenis kelamin pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan
tahun 2013-2016.

1.4 Manfaat Penelitian


Dengan diketahuinya prevalensi kasus infeksi odontogenik di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2013-2016diharapkan dapat memberi:
1. Informasi bagi rumah sakit mengenai prevalensi infeksi odontogenik spasia
mandibula primer pada rahang bawah.
2. Informasi bagi masyarakat mengenai prevalensi infeksi odontogenik spasia
mandibula primer pada rahang bawah.
3. Informasi bagi tenaga kesehatan mengenai prevalensi infeksi odontogenik spasia
mandibula primer pada rahang bawah.
4. Kontribusi bagi perkembangan ilmu.

Universitas Sumatera Utara


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Odontogenik


Infeksi odontogenik adalah proses infeksi yang terjadi pada gigi atau struktur
penyangganya.6 Infeksi odontogenik merupakan suatu keadaan dimana gigi atau
jaringan pendukung gigi mengalami infeksi yang meluas dari periodonsium ke apeks
yang melibatkan jaringan tulang periapikal. Infeksi ini juga dapat meluas dari tulang
dan periosteum ke gigi tetangga atau struktur yang terdekat. Infeksi odontogenik ini
dapat membahayakan struktur yang lain karena dapat meluas melalui aliran darah. 8

2.1.1 Etiologi
Terdapat beberapa etiologi infeksi odontogenik. Infeksi odontogenik dapat
berasal dari: karies, pulpitis, abses periapikal, gingivitis, perikoronitis, peri-
implantitis, periodontitis.8
1. Karies
Karies didefinisikan sebagai infeksi bakteri terlokalisir dan progresif yang
menyebabkan disintegrasi gigi, biasanya berawal dengan demineralisasi enamel dan
diikuti dengan invasi bakteri. Umumnya terbentuknya karies memerlukan waktu
sekitar 6-12 bulan. Diagnosa dapat dilakukan dengan inspeksi rutin. Untuk kasus-
kasus yang sulit, dapat diperlukan radiografi untuk membantu diagnosa karies. 10
2.Gingivitis
Gingivitis didiagnosa dengan adanya peradangan, kemerahan, dan edema pada
jaringan gingiva. Mungkin juga terdapat peningkatan kedalaman poket gingiva tanpa
kehilangan perlekatan yang disebabkan oleh pembesaran gingiva, dan pendarahan
pada probing. Perawatan gingivitis meliputi diagnosa awal, terapi non-bedah
sederhana, dan meningkatkan kebersihan rongga mulut pasien. 11

Universitas Sumatera Utara


5

3.Periodontitis
Periodontitis didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan pendukung gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menyebabkan kerusakan
progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan peningkatan
kedalaman pada saat probing, resesi gingiva, atau keduanya. Gambaran klinis yang
membedakan periodontitis dan gingivits adalah adanya kehilangan perlekatan yang
terlihat secara klinis. Kehilangan ini sering diikuti dengan pembentukan poket
gingiva dan perubahan pada kepadatan dan tinggi tulang alveolar.11
4.Pulpitis
Pulpitis adalah inflamasi yang terjadi pada pulpa. Pulpa terdiri dari jaringan
lunak yaitu syaraf dan pembuluh darah yang ditutupi oleh struktur gigi. Pada mahkota
gigi, enamel dan dentin melindungi pulpa. Apabila integritas enamel dan dentin
terganggu, seperti adanya karies atau fraktur mahkota pulpa akan tersingkap terhadap
iritan. Terdapat 2 jenis pulpitis yiatu: pulpitis reversibel (pulpa dirawat dengan
menghilangkan faktor iritasi dengan melakukan filling) dan pulpitis irreversibel
(pulpa tidak dapat sembuh, harus dilakukan perawatan saluran akar). Pulpitis yang
tidak dirawat dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Bakteri yang berada pada nekrosis
pulpa mempunyai potensi untuk menjadi infeksi odontogenik. 1
5.Perikoronitis
Perikoronitis adalah inflamasi pada jaringan lunak disekitar mahkota pada gigi
yang baru erupsi sebagian. Ini sering terjadi pada impaksi gigi molar tiga atau gigi
molar tiga erupsi sebagian. Apabila gigi molar tiga erupsi sebagian, bakteri dapat
memasuki daerah sekitar gigi sehingga menyebabkan infeksi. Makanan atau plak
yang terperangkap dibawah flep gingiva sekitar gigi dapat mengiritasi gingiva.
Perikoronitis yang parah dapat menyebabkan pembengkakan yang meluas pada
rahang, pipi, dan leher.12
6.Peri-implantitis
Peri-implantitis adalah proses inflamasi yang ditandai dengan kehilangan tulang
disekitar implan secara berlebihan. Peri implantitis mempunyai persamaan dengan
periodontitis, yaitu sama-sama menyebabkan kehilangan tulang alveolar. Namun,

Universitas Sumatera Utara


6

pada peri-implantitis jaringan ikat tidak terikat pada implan. Peri-implantitis sering
meluas ke permukaan tulang karena tidak mempunyai ligamen periodontal. Oleh
karena itu, peri implantitis dapat berlangsung lebih cepat dan berpotensi menjadi
penyakit yang agresif dan sulit untuk diobati.13
7.Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah suatu kondisi irreversibel yang ditandai dengan adanya
destruksi jaringan. Nekrosis pulpa disebut juga dengan kematian pulpa. Nekrosis
pulpa terjadi karena infeksi bakteri dan respon inflamasi yang berkelanjutan. Nekrosis
pulpa dapat terjadi pada saluran pulpa atau pada seluruh korona pulpa maupun pada
keduanya yaitu korona dan saluran pulpa. Nekrosis pulpa berawal dari pulpitis.
Pulpitis yang berlanjut dan meluas dapat membunuh sel pulpa serta menyebar ke
rahang. Kegagalan merawat nekrosis pulpa dapat menyebabkan komplikasi yang
serius dimana inflamasi dan jaringan nekrosis dapat meluas.14

2.1.2. Faktor Predisposisi


Selain faktor etiologi, terdapat beberapa faktor predisposisi yang dapat
mendukung terjadinya infeksi odontogenik. Faktor tersebut adalah merokok, alkohol,
penyakit sistemik, kebersihan rongga mulut, flora normal dalam mulut serta jenis
kelamin dan usia.4
1.Merokok
Merokok dihubungkan dengan prevalensi dan keparahan penyakit periodontal.
Merokok dapat mengganggu fungsi normal sel jaringan gingiva dan aliran darah pada
gingiva. Gangguan ini, menyebabkan perokok lebih rentan terhadap infeksi seperti
penyakit periodontal dan memperlambat penyembuhan luka. 15
2.Alkohol
Penyalahgunaan alkohol dapat berdampak ke penyakit periodontal, kerusakan
gigi dan luka pada mulut yang berpotensi menjadi pre-kanker. Secara umum, individu
yang menyalahgunakan alkohol mempunyai resiko tinggi mengalami kerusakan pada
gigi dan gusi yang buruk serta mempengaruhi kesehatan mulut. Mengkonsumsi

Universitas Sumatera Utara


7

alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada gingiva, lidah, dan jaringan
mulut serta dapat memperlambat penyembuhan luka. 16
3.Penyakit Sistemik
Penyakit periodontal dan diabetes mellitus berkaitan erat dan merupakan
penyakit kronis dengan prevalensi tinggi yang memiliki banyak kesamaan pada
patobiologisnya. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus merupakan salah satu
faktor resiko yang mendorong terjadi infeksi odontogenik. Obesitas dan resistensi
insulin juga ikut berperan.1,2,17
4.Kebersihan Rongga Mulut
Kebersihan rongga mulut yang buruk, pemberian antibiotik yang inadekuat, dan
kurangnya perawatan sangat berhubungan dengan penyebaran infeksi odontogenik.
Tindakan penyikatan gigi dan flosing dapat membantu dalam penyingkiran plak.
Kunjungan berkala (setiap 6 bulan) ke dokter gigi dapat membantu menyingkirkan
plak yang telah mengeras menjadi kalkulus dengan melakukan skeling.18
5.Flora Normal Mulut
Flora normal mulut dapat berasal dari plak bakteri, permukaan mukosa, dan
sulkus mukosa. Predisposisi dari infeksi ini merupakan ketidakseimbangan antara
host, mikroorganisme dan lingkungan. Umumnya, infeksi odontogenik melibatkan
lebih dari satu jenis bakteri didalam rongga mulut. Kebanyakan dari bakteri yang
menyebabkan infeksi odontogenik adalah bakteri anaerob dan aerob. Bakteri yang
mendominasi infeksi odontogenik adalah kombinasi bakteri anaerob dan aerob,
kemudian anaerob (Streptokokus, Prevotela) dan aerob (Streptokokus).1,5,21
6.Jenis Kelamin dan Usia
Jenis kelamin dan usia memiliki hubungan yang erat terhadap faktor
predisposisi timbulnya infeksi odontogenik. Pada pasien dengan usia tua,
kemungkinan untuk terjadinya infeksi odontogenik lebih besar dikarenakan
kurangnya menjaga kebersihan rongga mulut dan posisi molar tiga yang belum atau
tidak erupsi secara sempurna. Di kebanyakan negara, infeksi odontogenik umumnya
banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dikarenakan oleh laki-laki kurang

Universitas Sumatera Utara


8

memperhatikan kebersihan rongga mulut serta kebiasaan merokok dan


2
mengkonsumsi alkohol yang cenderung dilakukan oleh laki-laki.

2.4 Patogenesis dan Patofisiologi


2.4.1 Patogenesis
Infeksi odontogenik yang serius dan menyebar melewati soket gigi lebih umum
disebabkan oleh infeksi pulpa dibandingkan infeksi periodontal. Infeksi pulpa
disebabkan oleh bakteri setelah pembusukan gigi yang menyebabkan invasi pulpa,
sehingga terjadilah proses inflamasi, edema dan suplai darah yang tidak memadai
akan mengakibatkan terjadinya nekrosis atau kematian jaringan pulpa. Kematian
jaringan pulpa memicu berkembang biaknya bakteri anaerobik yang secara terus-
menerus akan meningkat dan akan menyebar melalui tulang kanselous sampai
mencapai lapisan kortikal. Jika lapisan kortikal tipis, infeksi akan mengikis hingga
tulang dan memasuki seluruh jaringan lunak.9

2.4.2 Patofisiologi
Respon peradangan merupakan mekanisme pertahanan alami tubuh yang terjadi
apabila terdapat jaringan tubuh yang terinfeksi. Sebagian besar elemen pertahanan
tubuh terdapat pada darah. Ini berarti sel dan bahan kimia pertahanan tubuh akan
meninggalkan darah dan memasuki jaringan yang terinfeksi. Selama terjadi infeksi,
pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular
dan migrasi sel darah putih. Sitokin akan merangsang sistem pertahanan tubuh untuk
melepaskan neutrofil, fagosit, dan limfosit yang berfungsi untuk melawan infeksi.
Pembengkakan yang terjadi merupakan akibat dari eksudasi cairan jaringan dan
pengerasan dari polimorfonuklear leukosit, limfosit, dan makrofag yang bermigrasi
dari ruang vaskular ke bagian yang terinfeksi. Abses yang terjadi disebabkan karena
nekrosis sel darah putih dan jaringan ikat.2,26

Universitas Sumatera Utara


9

2.5 Tahapan infeksi odontogenik


Infeksi odontogenik umumnya melewati tiga tahap sebelum mereka menjalani
resolusi:27
1. Terjadi pembengkakan lunak, ringan, lembut, dan konsisten dimulai dari hari
pertama sampai hari ke tiga.
2. Bagian tengah pembengkakan mulai melunak dan abses merusak kulit atau mukosa
sehingga dapat di tekan. Pus mungkin dapat dilihat lewat lapisan epitel, membuatnya
berfluktuasi. Ini terjadi dari hari ke lima sampai hari ke tujuh.
3. Abses pecah, dapat terjadi secara spontan atau setelah drainase. Selama fase
pemecahan, regio yang terlibat/berbatas tegas saat dipalpasi disebabkan oleh proses
pemisahan jaringan dan jaringan bakteri. Proses ini terjadi setelah lebih dari tujuh
hari.

2.6 Gambaran Klinis


Infeksi muncul sebagai pembengkakan moderet pada daerah submandibular,
yang menyebar menyebabkan edema yang lebih besar, yaitu indurasi dan kemerahan
pada kulit bagian terluar.29

2.6.1 Tanda dan Gejala Infeksi Odontogenik


1.Adanya respon inflamasi
Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap agen penyebab infeksi. Saat
keadaan ini berlangsung, substansi yang beracun akan dilapisi dan dinetralkan. Serta
dilakukan juga perbaikan jaringan. Respon inflamasi ini berlangsung dengan proses
yang cukup kompleks dan dapat disimpulkan dalam beberapa tanda:27
a. Adanya hiperemi yang disebabkan oleh vasodilatasi arteri dan kapiler serta
peningkatan permeabilitas dari venula dengan berkurangnya aliran darah
pada vena.
b. Berkumpulnya leukosit pada sekitar jaringan serta keluarnya eksudat yang
kaya akan protein plasma, antibodi dan nutrisi.

Universitas Sumatera Utara


10

c. Berkurangnya faktor permeabilitas, leukotaksis yang mengikuti migrasi


leukosit polimorfonuklear dan kemudian monosit pada daerah yang luka.
d. Jalinan fibrin dari eksudat mulai terbentuk, lalu menempel pada dinding
lesi.
e. Fagositosis dari bakteri dan organisme lainnya.
f. Pengawasan oleh makrofag dari debris yang nekrotik.

2. Adanya gejala infeksi


Gejala infeksi dapat ditandai dengan adanya rubor, tumor, dolor, kalor dan
fungsio laesa. Rubor merupakan kemerahan yang terlihat pada daerah permukaan
infeksi yang disebabkan oleh vasodilatasi. Tumor atau edema merupakan
pembengkakan daerah infeksi, kalor merupakan panas yang disebabkan oleh aliran
darah dan meningkatnya metabolisme. Dolor merupakan rasa sakit yang diakibatkan
dari rangsangan pada saraf sensorik yang disebabkan oleh pembengkakan atau
perluasan infeksi. Rasa sakit juga dapat disebabkan oleh aksi faktor bebas atau faktor
aktif seperti kinin, histamin, metabolit atau bradikinin pada akhiran saraf. Fungsio
laesa merupakan kehilangan fungsi, seperti misalnya ketidakmampuan mengunyah
dan kemampuan bernafas yang terhambat. Kehilangan fungsi pada daerah inflamasi
disebabkan oleh faktor mekanis dan refleks inhibisi dari pergerakan otot yang
disebabkan oleh rasa sakit.27

3. Limphadenopati
Kelenjar limfe pada infeksi akut akan membesar, lunak dan sakit. Kulit
disekitarnya memerah dan jaringan yang berhubungan akan membengkak. Kelenjar
limfe pada infeksi kronis lebih atau kurang keras tergantung derajat inflamasi,
seringkali tidak lunak dan pembengkakan jaringan di sekitarnya biasanya tidak
terlihat. Daerah indikasi terjadinya infeksi tepat pada lokasi pembesaran kelenjar
limfe. Jika organisme penginfeksi menembus sistem pertahanan tubuh pada kelenjar,
maka supurasi kelenjar akan terjadi menyebabkan terjadinya reaksi seluler dan
produksi pus. Proses ini dapat terjadi secara spontan dan memerlukan insisi dan
drainase.27

Universitas Sumatera Utara


11

2.6.2 Komplikasi
Perluasan infeksi odontogenik ke daerah periapikal, selanjutnya menuju kavitas
oral dengan menembus lapisan kortikal vestibular dan periosteum dari tulang rahang.
Hal ini biasanya terjadi di sekitar gigi penyebab infeksi, tetapi infeksi primer dapat
meluas ke daerah yang lebih jauh, karena adanya perlekatan otot atau jaringan lunak
pada tulang rahang. Dalam hal ini, infeksi odontogenik dapat menyebar ke bagian
bukal, fasial, dan subkutaneus servikal kemudian berkembangan menjadi selulitis
fasial, dan dapat menyebabkan septic emboli, yaitu infeksi yang meluas melalui
pembuluh darah dan pembuluh limfe menyebabkan metastase bakteri sekunder ke
paru-paru, otak, hati, ginjal, dan organ-organ lainnya yang akan mengakibatkan
kematian jika tidak segera diberikan perawatan yang adekuat. 3

2.7 Klasifikasi Infeksi Odontogenik Spasia Mandibula Primer


2.7.1 Spasia Submental
Batas spasia submental berada diantara anterior otot digastrik dan diantara otot
milohiloid dan bagian teratas kulit. Spasia ini diawali dengan insisivus mandibula
yang mengalami infeksi, lalu dilanjutkan dengan terjadinya infeksi ke apikal tulang
labial dan perlekatan otot mentalis. Infeksi terus menyebar ke batas inferior
mandibula dan spasia submental. Infeksi pada spasia submental jarang terjadi.29

a. b.
Gambar 1 : a. Ilustrasi penyebaran abses ke daerah submental b. Tampakan klinis29

Universitas Sumatera Utara


12

2.7.2 Spasia Bukal


Pada spasia ini abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang
atas yang masuk ke dalam spasia bukal. Spasia bukal berada diantara muskulus
maseter, muskulus pterigoid interna dan muskulus buksinator. Berisi jaringan lemak
yang meluas ke atas ke dalam diantara otot pengunyah, menutupi fosa retrozigomatik
dan spasia infratemporal. Gejala klinis abses pada spasia ini terbentuk di bawah
mukosa bukal dan menonjol ke arah rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas,
fluktuasi negatif dan gigi penyebab kadang-kadang tidak jelas. Infeksi/pus dapat
turun ke spasia terdekat lainnya. Pada pemeriksaan ekstraoral tampak ada
pembengkakan yang difus, dan tidak jelas pada saat perabaan.29

aaaaaa,

a. b.

Gambar 2 : a. Ilustrasi penyebaran abses di daerah bukal b. Tampakan klinis29

2.3.3 Spasia Sublingual


Spasia sublingual berada diantara dasar mukosa oral rongga mulut dan otot
milohiloid. Tidak adanya pembengkakan pada ekstraoral biasanya terjadi pada spasia
sublingual, tetapi ditemukan banyak pembengkakan intraoral di dasar mulut bagian
yang terkena infeksi. Penderita akan mengalami kesulitan menelen dan terasa sakit .
Infeksi biasanya terjadi bilateral dan lidah menjadi tinggi. 29

Universitas Sumatera Utara


13

a. b.

Gambar 3 : a. Perkembangan abses di daerah sublingual b. Pembengkakan mukosa


pada dasar mulut dan elevasi lidah ke arah berlawanan29

2.3.4 Spasia Submandibula


Spasia submandibula berada diantara otot milohiloid, bagian teratas kulit dan
fasia superfisial. Batas posterior dari spasia submandibula berhubungan dengan
spasia secondary posterior rahang. Infeksi spasia submandibula dimulai dari batas
inferior mandibula dan dilanjutkan ke bagian tengah otot digastrikus serta tulang
hioid bagian posterior. Berisi kelenjar ludah submandibula yang meluas ke dalam
spasia sublingual dan berisi kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh
fasia superfisial yang tipis dan ditembus oleh arteri submaksila eksterna. Infeksi pada
spasia ini dapat berasal dari gigi molar dua dan tiga mandibula. Dapat juga
disebabkan oleh infeksi dari spasia sublingual atau submental.29

a.
b.
Gambar 4 : a. Ilustrasi gambar penyebaran dari abses ke daerah Submandibula
b. Tampakan klinis29

Universitas Sumatera Utara


14

2.8 Gambaran Radiologi


Secara radiologis, gambaran infeksi odontogenik yang mengandung abses dapat
dilihat dengan adanya gambaran radiolusen di sekitar gigi yang terinfeksi. Infeksi
dapat terlihat di bagian akar gigi dan periapikal.
Pemeriksaan Radiologis:3
 Panoramik x-ray
 CT Scan
 Periapikal x-ray
 Oklusal x-ray

2.9 Perawatan
2.9.1 Pembedahan
Pembedahan meliputi insisi dan drainase dilakukan saat pus telah terakumulasi
pada jaringan lunak dan berfluktuasi saat dilakukan palpasi, insisi untuk drainase
dilakukan diatas kulit, kira-kira 1cm dibawah dan paralel ke batas inferior mandibula.
Sambil melakukan insisi, bagian arteri fasial dan vena (insisi harus dibuat dibagian
posterior keduanya) dan masing-masing cabang dari nervus fasial harus diperhatikan.
Sebuah hemostat yang dimasukkan kedalam kavitas abses untuk mengeksplor jarak
dan untuk mencoba menghubungkan dengan bagian yang terinfeksi. Pembedahan
tumpul harus dilakukan sepanjang permukaan medial tulang juga, karena pus sering
mengumpul di daerah ini.27,32,33

2.9.2 Ekstraksi
Terapi yang paling penting untuk infeksi odontogenik yang piogenik adalah
pembedahan drainase dan membutuhkan pemeliharaan restorasi atau ekstraksi
terhadap gigi yang terinfeksi, yang merupakan sumber utama dari infeksi . Ekstraksi
dilakukan bila gigi tidak dapat dipertahankan lagi, untuk memudahkan drainase pus
di periapikal dan eksudat debris dengan baik.27,32,33

Universitas Sumatera Utara


15

2.9.3 Pemberian Antibiotik


Pemberian antibiotik biasanya dilakukan secara empiris, karena umumnya
membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil dari sampel kultur. Karena
mikroorganisme yang yang paling sering terdapat pada infeksi odontogenik adalah
streptokokus, Penisilin masih merupakan obat pilihan dalam perawatan dari
kebanyakan infeksi odontogenik yang dilaporkan dengan frekuensi yang meningkat;
walaupun, jika infeksi gagal untuk menjawab pilihan terhadap antibiotik awal,
seseorang harus memiliki indeks yang tinggi untuk kecurigaan yang tahan terhadap
oeganisme yang terlibat. 27,31,32

Universitas Sumatera Utara


16

2.10 Kerangka Teori

Infeksi
Odontogenik

Definisi Etiologi Gambaran Faktor Klasifikasi Patogenesis Perawatan


Klinis Predisposisi dan
patofisologi

 Tanda dan Gejala


 Komplikasi

 Pembedahan
 Ekstraksi
 Pemberian
Klasifikasi Menurut Klasifikasi Berdasarkan
Spasia yang Terkena
Antibiotik
Topazian

1. Spasia Submental 1. Spasia Maksila Primer


2. Spasia Bukal
2. Spasia Mandibula Primer
3. Spasia Sublingual
3. Spasia Fasial Sekunder
4. Spasia Submandibula

Universitas Sumatera Utara


17

2.11 Kerangka Konsep

Kasus Infeksi Odontogenik Spasia  Usia


Mandibula Primer pada Rahang Bawah  Jenis Kelamin

Universitas Sumatera Utara


18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini dilakukan secara deskriptif yaitu, dengan mengambil data
sekunder berupa rekam medik untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang
infeksi odontogenik berdasarkan jenis kelamin, usia dan jenis spasia yang terkena
pada pasien yang dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr Pirngadi Kota Medan. Alasan peneliti
memilih RSUD Dr. Pirngadi karena rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit Umum
Daerah di kota medan yang menjadi rujukan di daerah kota medan dan sudah
berpredikat kelas B. Lokasi berpusat di tengah kota medan sehingga menjadikan
RSUD Dr Pirngadi ramai dan mudah dikunjungi. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juni hingga Juli 2017.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini ialah pasien yang mengunjungi RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan yang didiagnosa menderita infeksi odontogenik pada tahun 2013 hingga
2016.

3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik total sampling pada
pasien kasus infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun
2013 – 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


19

3.4 Kriteria Penelitian


3.4.1 Kriteria Inklusi
 Data rekam medis yang berisi data pasien infeksi odontogenik yang
sedang ataupun telah menjalani perawatan diRSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan tahun 2013 – 2016.
 Data rekam medis yang berisi data pasien infeksi odontogenik mulai dari
tahun 2013 – 2016.

3.4.2 Kriteria Eksklusi


 Data rekam medis pasien infeksi odontogenik yang di rawat di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan yang tidak mencantumkan data pribadi pasien.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional


Tabel1. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional

Infeksi Odontogenik Infeksi yang berasal dari gigi atau


jaringan pendukung gigi yang bergerak
melalui periodonsium ke apeks gigi yang
melibatkan jaringan tulang periapikal.

Usia Usia sesuai yang dicatat di status rekam


medik pasien yang menderita infeksi
odontogenik RSU Dr. Pirngadi Medan
dari 2013 hingga 2016.

Jenis Kelamin Pasien yang menderita infeksi


odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi
Medan yang berjenis kelamin laki-laki

Universitas Sumatera Utara


20

maupun perempuan.

Spasia Mandibula Primer Terdapat pada submental, bukal,


submandibula, dan sublingual.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian


a. Rekam Medis Pasien
b. Alat tulis

3.7 Metode Pengumpulan Data


Data dikumpulkan dengan cara mencatat data sekunder rekam medik pasien
kasus infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Metode pengumpulan
data harus di jaga kerahasiannya dan di penuhi secara tertib sesuai prosedur yang di
terapkan RSUD Dr Pirngadi Kota Medan.

Prosedur pengumpulan data :


1. Mengurus surat izin penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
2. Mengurus administrasi di bagian penelitian.
3. Melapor ke bagian rekam medis.
4. Mengecek jumlah data rekam medik oleh petugas rekam medik.
5. Petugas rekam medik mencari rekam medik yang sesuai dengan kriteria
penelitian.
6. Peneliti memeriksa dan mencatat rekam medik pasien.
7. Membuat master data.
8. Dikembalikan ke bagian penelitian untuk di sahkan.

Universitas Sumatera Utara


21

3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data


3.8.1 Pengolahan Data
Data diolah dengan komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3.8.2 Analisis Data


Analisa data dilakukan dengan cara menghitung persentasi hasil pencatatan data
sekunder rekam medik dari pasien kasus infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


22

3.9 Alur Penelitian


Prevalensi Infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi pada tahun 2013 – 2016

Populasi
Pasien yang mengunjungi RSUD Dr. Pirngadi yang di diagnosa menderita infeksi
odontogenik

Sampel

Pasien yang mengalami infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi pada tahun
2013 -2016.

Variabel

1) Jenis
Kelamin
2) Usia
3) Spasia yang
terkena

Rekam Medik
Data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik.

Analisis Data
Hitung prevalensi infeksi odontogenik pada tahun 2013 - 2016 dan distribusinya
dalam jenis kelamin dan umur.

Universitas Sumatera Utara


23

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada rahang


bawah berdasarkan usia dan jenis kelamin di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun
2013-2016
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Juni-Juli ,terdapat 47 kasus
infeksi odontogenik dari 81 data rekam medis pasien yang di diagnosa sebagai infeksi
odontogenik spasia mandibula primer pada rahang bawah berdasarkan usia dan jenis
kelamin di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016. Keseluruhan data
tersebut didapat di bagian rekam medis rawat jalan dan rawat inap RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan.

4.1.1 Prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada rahang


bawah di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016 berdasarkan usia
Dari 47 kasus infeksi odontogenik pada spasia mandibula primer di RSUD
dr.Pirngadi Medan Tahun 2013-2016, menunjukkan bahwa kelompok usia lansia
awal (46-55 tahun) mempunyai prevalensi tertinggi yaitu sebanyak 11 kasus atau
23,40%, kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) menduduki peringkat kedua dengan
9 kasus atau 19,15%, kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun) menduduki peringkat
ketiga dengan 8 kasus atau 17,02%,kemudian kelompok usia lansia akhir (56-65 tahun)
dengan 7 kasus atau 14,9%. Kelompok usia dewasa akhir (36-45 tahun) dengan 5 kasus
atau 10,64%,. Sementara kelompok usiaremaja awal (12-16 tahun) dan manula (>65 tahun)
memiliki persentase yang sama yaitu 6,38% atau sebanyak 3 kasus. Kelompok usia kanak-
kanak(5-11 tahun) sebanyak 1 kasus atau 2,13%. Dan peringkat terakhir terdapat pada
kelompok usia balita (0-5 tahun) dimana pada kelompok usia ini tidak terdapat kasus (0%).

Universitas Sumatera Utara


24

Tabel 2. Prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan usia


Kelompok
Jumlah Persentase (%)
Usia
Masa balita (0-5 tahun) 0 0
Masa kanak-kanak (5-11 tahun) 1 2,13
Masa remaja awal (12-16 tahun) 3 6,38
Masa remaja akhir (17-25 tahun) 9 19,15
Masa dewasa awal (26-35 tahun) 8 17,02
Masa dewasa akhir (36-45 tahun) 5 10,64
Masa lansia awal (46-55 tahun) 11 23,40
Masa lansia akhir (56-65 tahun) 7 14,9
Masa manula (>65 tahun) 3 6,38

Total 47 100

Prevalensi infeksi odontogenik Berdasarkan


Usia
25

20

15

10

5
Jumlah
0
Persentase

Grafik 1. Grafik prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan usia

Universitas Sumatera Utara


25

4.1.2 Prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada rahang


bawah di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016 berdasarkan jenis
kelamin
Hasil data menunjukkan bahwa laki-laki mendominasi infeksi odontogenik di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016 yaitu 28 pasien atau 59,6 %. Lalu
diikuti oleh perempuan yaitu 19 pasien atau 40,4%.

Tabel 3. Prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan jenis kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Persentase(%)

Laki-laki 28 59,6

Perempuan 19 40,4

Total 47 100

Prevalensi infeksi odontogenik


Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-Laki
44%
56% Perempuan

Grafik 2. Grafik prevalensi infeksi odontogenikberdasarkan jenis kelamin

Universitas Sumatera Utara


26

4.1.3 Prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada rahang


bawah di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan berdasarkan spasia yang terkena
Hasil data menunjukkan spasia submandibula memiliki jumlah paling banyak
dari spasia yang mengalami prevalensi infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan Tahun 2013-2016 yaitu sebanyak 40 pasien atau 85%, spasia bukal
sebanyak 5 pasien atau 10,6%, spasia submental sebanyak 1 pasien atau 2,2%, dan
spasia sublingual sebanyak 1 pasien atau 2,2%.

Tabel 4. Prevalensi infeksi odontogenik berdasarkan spasia yang terkena


Jumlah Persentase (%)
Spasia Submandibula 40 85
Spasia Bukal 5 10,6
Spasia Submental 1 2,2
Spasia Sublingual 1 2,2
Total 47 100

Prevalensi infeksi odontogenik Berdasarkan


Spasia yang terkena
90
80
70
60
50
40 Jumlah

30 Persentase (%)
20
10
0
Spasia Spasia Bukal Spasia Submental Spasia Sublingual
Submandibula

Grafik 3. Prevalensi infeksi odontogenikberdasarkan spasia yang terkena

Universitas Sumatera Utara


27

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini dibahas mengenai prevalensi infeksi odontogenik di RSUD Dr.


Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli
2017 di Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data penelitian berupa
data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pada periode 2013-2016. Hasil dari
penelitian yang dilakukan di bagian rekam medis RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Tahun 2013-2016 adalah 81 pasien. Prevalensi infeksi odontogenik di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016 adalah 47 pasien atau 58% dari data
keseluruhan.
Dalam rekam medis pasien infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan Tahun 2013-2016 yang bisa dijadikan sampel pada penelitian ini sejumlah 81
data. Namun terdapat kekurangan data di dalam rekam medis tersebut berupa lembar
isian yang tidak lengkap, data rusak dan hilang, sehingga hanya 47 data rekam medis
yang dapat diteliti berdasarkan usia, jenis kelamin dan spasia yang terkena.
Keseluruhan data didapat dari bagian rekam medis rawat inap maupun rawat jalan.
Pada penelitian ini terdapat kesamaan dan juga perbedaan pada penelitian-
penelitian sebelumnya tentang predileksi infeksi odontogenik. Pada penelitian ini
prevalensi infeksi odontogenik dibahas berdasarkan pada usia, jenis kelamin dan
spasia yang terkena. Usia, jenis kelamin dan spasia yang terkena memiliki hubungan
dengan infeksi odontogenik. Sebagai contoh perempuan biasanya lebih menjaga
kebersihan rongga mulut dan lebih peduli melakukan perwatan gigi mulut dibanding
dengan laki-laki. Perawatan yang dilakukan di usia muda dapat menurunkan
predileksi untuk usia yang lebih tua. Pada masa modern saat ini orang tua sudah
mulai memperhatikan kondisi rongga mulut anak dan pola pertumbuhan gigi anak
sehingga dapat mengurangi prevalensi terjadinya infeksi odontogenik pada usia dini.
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa infeksi odontogenik dapat terjadi pada
berbagai rentang usia dari yang paling muda yaitu 6 tahun dan yang paling tua 76

Universitas Sumatera Utara


28

tahun. Dari 47 orang yang menderita infeksi odontogenik diperoleh persentase infeksi
odontogenik yang terjadi pada kelompok usia lansia awal (46-55 tahun) mempunyai
prevalensi tertinggi yaitu sebanyak 11 kasus atau 23,40%, kelompok usia remaja
akhir (17-25 tahun) menduduki peringkat kedua dengan 9 kasus atau 19,15%,
kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun) menduduki peringkat ketiga dengan 8
kasus atau 17,02%,kemudian kelompok usia lansia akhir (56-65 tahun) dengan 7
kasus atau 14,9%. Kelompok usia dewasa akhir (36-45 tahun) dengan 5 kasus atau
10,64%,. Sementara kelompok usia remaja awal (12-16 tahun) dan manula (>65
tahun) memiliki persentase yang sama yaitu 6,38% atau sebanyak 3 kasus. Kelompok
usia kanak-kanak (5-11 tahun) sebanyak 1 kasus atau 2,13%. Dan peringkat terakhir
terdapat pada kelompok usia balita (0-5 tahun) dimana pada kelompok usia ini tidak
terdapat kasus (0%).
Hal ini sesuai dengan penelitian di Tehran oleh Pourdanesh dkk, yang
menyatakan bahwa prevalensi infeksi odontogenik akan semakin meningkat mulai
dari usia 17 tahun keatas.24 Hasil ini lebih kurang sama dengan penelitian yang
dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, yaitu ditemukan paling banyak pada usia
lansia awal (46-55 tahun) dengan 11 kasus atau 23,40%, diikuti kelompok usia
remaja akhir (17-25 tahun) dengan 9 kasus atau 19,15%, dan kelompok usia dewasa
awal (26-35 tahun) dengan 8 kasus atau 17,02%. Hal ini dikarenakan kurangnya
keperdulian terhadap kebersihan rongga mulut dan juga posisi gigi molar 3 yang tidak
erupsi sempurna. Selain itu, insidensi infeksi paling sedikit terdapat pada kelompok
usia kanak-kanak (5-11 tahun) sebanyak 1 kasus atau 2,13%, sedangkan pada
kelompok usia balita (0-5 tahun) dimana pada kelompok usia ini tidak terdapat kasus
infeksi odontogenik (0%). Hal ini dapat disebabkan pada saat ini orangtua lebih
perduli terhadap kebersihan rongga mulut anak dan mulai memperhatikan
pertumbuhan gigi anak.
Dari 47 kasus infeksi odontogenik, sebanyak 28 penderitanya adalah laki-laki
atau 59,6%. Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan terdapat 19 kasus atau 40,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami infeksi odontogenik
daripada perempuan dengan rasio perbandingan 1,47:1. Hasil ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


29

penelitian yang dilakukan oleh Abdul A dkk bahwa sebanyak 64% kasus yang
terkena infeksi odontogenik merupakan jenis kelamin laki-laki. Sedangkan sisanya
yaitu sebanyak 36% adalah jenis kelamin perempuan.4
Hal ini disebabkan oleh karena infeksi odontogenik merupakan infeksi yang
disebabkan oleh kuman-kuman piogenik oleh karena kurangnya menjaga kesehatan
gigi dan mulut yang dapat menyebakan gangguan pada kesehatan periodonsium dan
kebiasaan merokok yang lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Dimana setelah dilakukan penelitian oleh Wayne J dkk pada tahun 2007 terdapat
hubungan yang signifikan antara perokok dengan status kebersihan rongga mulut
pasien.15 Hal ini memungkinkan bahwa laki-laki lebih memilki kualitas kebersihan
gigi dan mulut yang rendah dibandingkan perempuan. Sesuai dengan penelitian
Abdul A dkk pada tahun 2009 bahwa 44% dari 80% pasien perokok yang terkena
infeksi odontogenik adalah laki-laki. Sementara perempuan hanya 36% dari 80%
pasien perokok yang terkena infeksi odontogenik dan sebanyak 20% tidak merokok.4
Hal ini juga disebabkan oleh kebiasaan konsumsi alkohol yang lebih banyak pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Sesuai dengan penelitian Aaron White,
bahwa laki-laki yang mengkonsumsi alkohol lebih banyak dibandingkan perempuan,
yaitu laki-laki sebanyak 56,1%, sementara perempuan 44,9%.34
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Brazil oleh Cesar A dkk
yang mengatakan bahwa dari 119 pasien sebanyak 64,7% atau 77 pasien penyakit
infeksi odontogenik dialami oleh jenis kelamin perempuan. Sedangkan sisanya
sebanyak 35,3% atau 42 pasien adalah jenis kelamin laki-laki.6
Selain berdasarkan penggolongan berdasarkan usia dan jenis kelamin,
prevalensi infeksi odontogenik juga digolongkan berdasarkan spasia yang terkena.
Menurut data hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Tahun 2013-2016 prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada
rahang bawah berdasarkan usia dan jenis kelamin tahun 2013-2016 yang terbanyak
adalah spasia submandibula yaitu sebanyak 40 pasien atau 85%, spasia bukal
sebanyak 5 pasien atau 10,6%, serta spasia submental dan spasia sublingual memiliki
kasus yang sama,yaitu sebanyak 1 pasien atau 2,2%. Hasil ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


30

penelitian Pourdanesh dkk yaitu prevalensi terbesar terdapat pada spasia


submandibula dengan 25,04% kemudian spasia bukal dengan 20,6%.24 Dimana
spasia submandibula disini memiliki persentase yang lebih tinggi karena spasia
submandibula terdiri dari spasia sublingual dan submaksila. Spasia sublingual
dipisahkan dari spasia submaksila oleh otot milohioid. Spasia submaksila selajutnya
dibagi lagi atas spasia submental dan spasia submaksila (lateral) oleh otot digastrikus
anterior. Sehingga abses dapat terbentuk di spasia submandibula karena kontinuitas
dasar mulut dan regio submandibula yaitu daerah sekeliling batas posterior muskulus
milohioid dan dalamnya akar-akar gigi molar dibawah milohioid, maka infeksi
supuratif pada mulut dan gigi geligi dapat timbul di trigonum submandibula sesuai
dalam penelitian yang dilakukan oleh Pourdanesh dkk.24

Universitas Sumatera Utara


31

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Penelitian Ini menunjukkan bahwa prevalensi infeksi odontogenik di RSUD


Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016 sebanyak 47 pasien atau 58%.
2. Hasil data menunjukkan prevalensi infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan Tahun 2013-2016 terjadi lebih banyak pada usia lansia awal (46-
55 tahun) yaitu sebanyak 11 kasus atau 23,40% dari data keseluruhan.
3. Hasil data menunjukkan bahwa prevalensi infeksi odontogenik di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016 terjadi lebih banyak pada laki-laki
yaitu sebanyak 28 pasien atau 59,6%.
4. Hasil data menunjukkan bahwa prevalensi infeksi odontogenik di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan Tahun 2013-2016 terjadi lebih banyak mengenai spasia
submandibula yaitu sebanyak 40 pasien atau 85%.

6.2 SARAN

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai infeksi odontogenik di rumah


sakit lainnya di Indonesia.
2. Perlu diadakan penyuluhan mengenai cara untuk mencegah infeksi
odontogenikagar prevalensi infeksi odontogenik dapat ditekan di setiap
tahunnya.

Universitas Sumatera Utara


32

DAFTAR PUSTAKA

1. Hupp JR, Ellis III, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery,
5th ed. Mosby Elsevier, 2009: 291-315.
2. Zamiri B, Hashemi SB, Hashemi SH, Rafiee Z, Ehsani S. Prevalence of
odontogenic deep head and neck spaces infection and its correlation with
length of hospital stay. Shiraz University of Dentistry, 2011:29-35.
3. Sanchez R, Mirada E, Arias J, Pano JR, Burgueno M. Severe odontogenic
infections: Epidemiological, microbiological and therapeutic factors. Madrid:
OPCB, 2011: 670-676.
4. Bakathir AA, Moos KF, Ayoub AF, Bagg J. Factors contributing to the spread
of odontogenic infections. Sultan Qaboos University Medical Journal, 2009:
296-304.
5. Davis B. How are odontogenic infections best managed. Dalhaousie
University, Halifax, Nova Scotia, 2010: 114-6.
6. Sette-Dias AC, Maldonado AJ, de Aguiar EG, de Carvalho MA, Magalhaes
PP, Farias LM, et. al. Profile of patients hospitalized with odontogenic
infections in a public hospital in Belo Hoizonte, Brazil. J Clin Exp Dent,
2012: 271-4.
7. Uluibau IC, Jaunai T, Goss AN., Severe odontogenic infection. Australian
Dental Journal Medication Supplement, 2005: 741-81.
8. Martinez AB, Corcuera MM, Meurman JH. Odontogenic infections in the
etiology of infective endocarditis. Bentham science publisher Ltd, 2009: 231-
5.
9. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial Surgery. 3 rded. Newdelhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher; 2012:663.
10. Xuedong Z. Dental caries. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelber; 2016:85.

Universitas Sumatera Utara


33

11. Newman M, Takei H, Klokkevold P. Carranza’s clinical periodontology. 11th


ed. Missouri:Elsevier; 2012:41-79.
12. Moloney J, Stassen L.F.A. Perikoronitis: Treatment and a clinical dilemma. J
Irish Dent Assoc 2009;55(4):190-2.
13. Ho CCK, Tang T. Failing implants, maintenance, recall. Australasian Dental
Practice, 2011: 138-46.
14. Andreasen JO, Bakland LK. Pulp regeneration after non infected necrosis,
what type we want: a review. Dent Traumatol 2011:1-6.
15. Millar WJ, Locker D. Smocking and Oral Health status. J California Dent
Assoc 2007;73(2):155.
16. Mallikarjuna R, Nalawade T. Alcohol,it’s effect on dental structure and the
role of a dentist. J Alcohol Drug Depend 2014;2(4):1-4.
17. Mealey BL, Oates TW. Diabetes Mellitus and Periodontal Disease. J
Priodontol 2006;77(8):1289-303.
18. Dental Health Services Victoria. Links between oral health and general health.
2011:1-16.
19. Hupp JR, Ellis III, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery,
5th ed. Mosby Elsevier, 2009:317-29.
20. Peterson LJ. Complex odontogenic infections. India: Elsevier; 2004: 367-79.
21. Bakathir AA, Moos KF. Factors contributing to the spread of odontogenic
infections. Sultan Qaboos Univ Med J 2009;9(3):296-304.
22. Rega AJ, Azis SR, Zikardi VB. Microbiology and antibiotic sensitivities of
head and neck space infections of odontogenic origin. University of Medicine
and Dentistry New Jersey. 2006: 1377-80.
23. Flynn RT, Shanti RM, Levi MH, Adamuaka, Kraut RA, Trieger N. Severe
odontogenic infections, Part 1: Preospective report American Association of
Oral and Maxillofacial Surgeons. 2006: 1093-9.
24. Pourdanesh F, Dehghani N, Azarsina M, Malikhosein Z. Pattern of
odontogenis infections at a tertiary hospital in Tehran, Iran: a 10-year

Universitas Sumatera Utara


34

retrospective study of 310 patients. University of Medical Science, Tehran,


Iran. July 2013: 325-6.
25. Salam HA. An overview of odontogenic infections when to refer?. Smile
Maganize, 2009: 20-3.
26. Kradin RL. Diagnostic pathology of infections disease. Philadelphia:
Elsevier;2010: 4-6.
27. Balaji S. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 2 nd ed. New Delhi;
Elsevier; 2013: 116-22.
28. Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS. Color atlas of common oral disease.
3rd ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2009: 122-3.
29. Fragiskos D. Oral surgery. New York: Elsevier; 2007: 205-13.
30. Mitra GV. Illustrated manual of oral and maxillofacial surgery. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher; 2009: 158.
31. Mattar CS, Keith RL., Byrd RP, Roy TM. Septic pulmonary emboli due to
periodontal disease. Respiratory Medicine 2006 : 1470-4.
32. Koerner KR. Manual of minor oral surgery for the general dentist. Iowa:
Blackwell Munksgaard; 2006: 268.
33. Woo SB. Oral pathology a comprehensive atlas and text. Philadelphia:
Elsevier; 2012: 418.
34. White A dkk. Converging Patterns of Alcohol Use and Related Outcomes
Among Females and Males in the United States,2002-2012. Alcoholism:
Clinical and Experimental Research, 2009; 39(9): 1-12.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Nurul Amalia Anggraini


Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Morawa/18 Februari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln.Bandar Labuhan No.3 Tanjung Morawa
Orangtua
Ibu : Hj.Wiwik Hartati
Ayah : Dr.H.M Supriyanto

Riwayat Pendidikan
1. 1999 – 2001 : TK Nurul Amaliyah,Tanjung Morawa
2. 2001− 2007 : SD Harapan 2, Medan
3. 2007 – 2010 : SMP Harapan 1, Medan
4. 2010 – 2013 : SMA Harapan 1, Medan
5. 2013 − : S1 Fakultas Kedokteran Gigi USU, Medan

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2
RINCIAN BIAYA PENELITIAN

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp. 1.805.000,-
dengan rincian berikut:

Biaya pembuatan proposal :Rp. 80.000

Biaya print dan fotokopi : Rp. 350.000

Biaya transportasi :Rp. 600.000

Biaya bahan habis pakai : Rp. 175.000

Biaya penjilidan dan penggandaan :Rp. 100.000

Biaya seminar proposal :Rp. 250.000

Biaya lain-lain :Rp. 250.000

_______________+

Rp. 1.805.000

CATATAN :
Semua biaya ditanggung oleh peneliti

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

JADWAL PELAKSANAAN SKRIPSI

Bulan
Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan dan
Pembuatan
Proposal x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

Seminar Proposal

Perbaikan Proposal

Penelitian

Pengolahan Data
Pembuatan
Laporan Hasil
Penelitian

Seminar Hasil

Perbaikan Hasil

Sidang Skripsi

Universitas Sumatera Utara


Bulan
Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan dan Pembuatan
Proposal

Seminar Proposal x

Perbaikan Proposal x

Penelitian x x x x x x x x x x x x x

Pengolahan Data x x

Pembuatan Laporan dan Hasil


x
Penelitian
Seminar Hasil x

Sidang Skripsi x

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5
MASTER DATA

PREVALENSI INFEKSI ODONTOGENIK SPASIA MANDIBULA PRIMER


PADA RAHANG BAWAH BERDASARKAN USIA DAN JENIS KELAMIN DI
RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2013-2016

NO NO REKAM NAMA JK USIA DIAGNOSA TAHUN

MEDIS (TAHUN) (JENIS SPASIA)

1 00.94.17.78 SS LK 54 Submandibula 2014

2 00.95.24.38 RM LK 6 Submandibula 2015

3 00.61.44.26 LH PR 49 Submandibula 2013

4 00.75.01.25 SL PR 76 Submandibula 2015

5 00.95.87.95 DM LK 30 Submandibula 2015

6 00.95.92.58 ZT PR 20 Submandibula 2015

7 00.98.92.98 D LK 51 Submandibula 2016

8 01.01.77.06 SS LK 34 Submandibula 2016

9 00.33.97.66 DS PR 69 Submandibula 2015

10 00.91.24.05 RS LK 60 Submandibula 2014

11 00.93.29.68 RA LK 39 Bukal 2015

12 00.99.14.35 S PR 24 Submandibula 2016

13 01.00.63.15 M PR 25 Bukal 2016

14 01.01.44.48 EH LK 31 Bukal 2016

15 00.95.73.46 R PR 25 Bukal 2016

16 01.00.18.75 W LK 51 Submental 2016

17 00.92.63.17 K PR 61 Submandibula 2014

18 00.95.15.12 RV LK 17 Submandibula 2015

19 00.99.87.22 N PR 58 Submandibula 2016

20 00.99.33.22 S PR 29 Submandibula 2016

21 00.87.15.63 U LK 50 Submandibula 2013

Universitas Sumatera Utara


22 00.94.09.83 R LK 31 Submandibula 2014

23 01.00.61.43 SA PR 37 Submandibula 2016

24 01.01.49.53 ST LK 51 Submandibula 2016

25 01.00.71.44 N PR 66 Submandibula 2016

26 01.01.27.24 SM LK 48 Submandibula 2016

27 00.87.99.93 SA LK 31 Bukal 2016

28 00.99.89.01 RM PR 20 Submandibula 2016

29 00.87.50.71 TS LK 55 Submandibula 2013

30 00.92.51.21 HN LK 52 Submandibula 2014

31 00.91.84.72 AS LK 36 Submandibula 2014

32 00.98.45.01 N LK 56 Submandibula 2016

33 00.98.83.41 DPD PR 25 Submandibula 2016

34 00.99.89.01 RM PR 20 Submandibula 2016

35 00.91.87.53 MT PR 47 Submandibula 2014

36 00.91.91.39 RS LK 50 Submandibula 2014

37 00.93.26.10 SRS PR 59 Sublingual 2014

38 00.95.31.09 K LK 42 Submandibula 2015

39 00.53.49.16 F PR 27 Submandibula 2013

40 00.88.28.49 M LK 16 Submandibula 2013

41 01.00.08.61 K LK 60 Submandibula 2016

42 01.00.69.79 SKS PR 15 Submandibula 2016

43 01.00.96.18 MG LK 39 Submandibula 2016

44 00.88.28.49 M LK 16 Submandibula 2013

45 00.84.00.40 RSD LK 30 Submandibula 2014

46 00.46.85.36 AL LK 57 Submandibula 2015

47 00.95.32.17 DD LK 30 Submandibula 2014

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai