2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1616
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PREVALENSI INFEKSI ODONTOGENIK
SPASIA MANDIBULA PRIMER PADA
RAHANG BAWAH BERDASARKAN
USIA DAN JENIS KELAMIN
DI RSUD DR PIRNGADI
MEDAN TAHUN
2013-2016
SKRIPSI
OLEH :
NURUL AMALIA ANGGRAINI
NIM : 130600154
Pembimbing :
TIM PENGUJI
ANGGOTA :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam
rangka memenuhi kewajiban penulis untuk mendapatkan gelar sarjana Kedokteran
Gigi.
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang
tua tersayang Dr.H.M Supriyanto dan Hj.Wiwik Hartati yang senantiasa
menyayangi, mendoakan, dan mendukung penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak
mendapat bimbingan, bantuan, motivasi, saran-saran serta doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Eddy A.Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, serta
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.
4. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA selaku dosen pembimbing akademis
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi USU.
5. Nurul Huda Wahyu Hidayat selaku adik kandung penulis yang telah
banyak membantu dan selalu memberi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari keterbatasan ilmu yang dimiliki sehingga skripsi ini masih
perlu perbaikan, saran, dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis mengharapkan
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pikiran yang berguna
bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.
Penulis,
NIM : 130600154
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. a. Ilustrasi penyebaran abses ke daerah submental ................................... 11
b. Tampakan klinis .................................................................................... 11
2. a. Ilustrasi penyebaran abses di daerah bukal ........................................... 12
b. Tampakan klinis .................................................................................... 12
3. a. Perkembangan abses di daerah sublingual ............................................ 13
b. Pembengkakan mukosa pada dasar mulut dan elevasi lidah ke arah
berlawanan ................................................................................................ 13
4. a. Ilustrasi penyebaran dari abses ke daerah Submandibula ..................... 13
b. Tampakan klinis .................................................................................... 13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi odontogenik dapat dijumpai pada gigi atau struktur penyangga gigi baik
di bagian maksila maupun mandibula. Berdasarkan penelitian di Britania, infeksi
odontogenik sering terjadi di bagian bukal 96% dan di bagian submandibula 68%. 4
Penelitian di Madrid pada 85 orang pasien, infeksi odontogenik paling sering terjadi
pada gigi posterior bawah (premolar dan molar) 61,5% dan Molar tiga bawah 26,6%
dari 37 kasus.3
Pasien yang menderita infeksi odontogenik dapat dirawat dengan berbagai cara.
Tujuan utama dari perawatan infeksi odontogenik adalah menghilangkan faktor
infeksi dan drainase pus serta debris nekrotik. 1 Perawatan tersebut seperti ekstraksi
gigi, drainase pus, pemberian obat antibiotik dengan atau tanpa insisi. 2 Perawatan
tergantung keparahan infeksi odontogenik tersebut. Menurut penelitian di Royal
Adelaide Hospital Australia 38 kasus 79% dilakukan drainase pus, 16% dari 8 kasus
dilakukan drainase cairan serous dan 98% dari 47 kasus diberikan antibiotik
intravena. Antibiotik yang sering diberikan pada pasien infeksi odontogenik adalah
Penisilin 67,7% diikuti dengan Metronidazole 65,2% dan klindamisin 37,2%.2
Berdasarkan beberapa penelitian dari berbagai negara yang berbeda menunjukkan
adanya perbedaan prevalensi infeksi odontogenik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk mengetahui prevalensi infeksi odontogenik di kota Medan khususnya
pada RS Pirngadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Etiologi
Terdapat beberapa etiologi infeksi odontogenik. Infeksi odontogenik dapat
berasal dari: karies, pulpitis, abses periapikal, gingivitis, perikoronitis, peri-
implantitis, periodontitis.8
1. Karies
Karies didefinisikan sebagai infeksi bakteri terlokalisir dan progresif yang
menyebabkan disintegrasi gigi, biasanya berawal dengan demineralisasi enamel dan
diikuti dengan invasi bakteri. Umumnya terbentuknya karies memerlukan waktu
sekitar 6-12 bulan. Diagnosa dapat dilakukan dengan inspeksi rutin. Untuk kasus-
kasus yang sulit, dapat diperlukan radiografi untuk membantu diagnosa karies. 10
2.Gingivitis
Gingivitis didiagnosa dengan adanya peradangan, kemerahan, dan edema pada
jaringan gingiva. Mungkin juga terdapat peningkatan kedalaman poket gingiva tanpa
kehilangan perlekatan yang disebabkan oleh pembesaran gingiva, dan pendarahan
pada probing. Perawatan gingivitis meliputi diagnosa awal, terapi non-bedah
sederhana, dan meningkatkan kebersihan rongga mulut pasien. 11
3.Periodontitis
Periodontitis didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan pendukung gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menyebabkan kerusakan
progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan peningkatan
kedalaman pada saat probing, resesi gingiva, atau keduanya. Gambaran klinis yang
membedakan periodontitis dan gingivits adalah adanya kehilangan perlekatan yang
terlihat secara klinis. Kehilangan ini sering diikuti dengan pembentukan poket
gingiva dan perubahan pada kepadatan dan tinggi tulang alveolar.11
4.Pulpitis
Pulpitis adalah inflamasi yang terjadi pada pulpa. Pulpa terdiri dari jaringan
lunak yaitu syaraf dan pembuluh darah yang ditutupi oleh struktur gigi. Pada mahkota
gigi, enamel dan dentin melindungi pulpa. Apabila integritas enamel dan dentin
terganggu, seperti adanya karies atau fraktur mahkota pulpa akan tersingkap terhadap
iritan. Terdapat 2 jenis pulpitis yiatu: pulpitis reversibel (pulpa dirawat dengan
menghilangkan faktor iritasi dengan melakukan filling) dan pulpitis irreversibel
(pulpa tidak dapat sembuh, harus dilakukan perawatan saluran akar). Pulpitis yang
tidak dirawat dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Bakteri yang berada pada nekrosis
pulpa mempunyai potensi untuk menjadi infeksi odontogenik. 1
5.Perikoronitis
Perikoronitis adalah inflamasi pada jaringan lunak disekitar mahkota pada gigi
yang baru erupsi sebagian. Ini sering terjadi pada impaksi gigi molar tiga atau gigi
molar tiga erupsi sebagian. Apabila gigi molar tiga erupsi sebagian, bakteri dapat
memasuki daerah sekitar gigi sehingga menyebabkan infeksi. Makanan atau plak
yang terperangkap dibawah flep gingiva sekitar gigi dapat mengiritasi gingiva.
Perikoronitis yang parah dapat menyebabkan pembengkakan yang meluas pada
rahang, pipi, dan leher.12
6.Peri-implantitis
Peri-implantitis adalah proses inflamasi yang ditandai dengan kehilangan tulang
disekitar implan secara berlebihan. Peri implantitis mempunyai persamaan dengan
periodontitis, yaitu sama-sama menyebabkan kehilangan tulang alveolar. Namun,
pada peri-implantitis jaringan ikat tidak terikat pada implan. Peri-implantitis sering
meluas ke permukaan tulang karena tidak mempunyai ligamen periodontal. Oleh
karena itu, peri implantitis dapat berlangsung lebih cepat dan berpotensi menjadi
penyakit yang agresif dan sulit untuk diobati.13
7.Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah suatu kondisi irreversibel yang ditandai dengan adanya
destruksi jaringan. Nekrosis pulpa disebut juga dengan kematian pulpa. Nekrosis
pulpa terjadi karena infeksi bakteri dan respon inflamasi yang berkelanjutan. Nekrosis
pulpa dapat terjadi pada saluran pulpa atau pada seluruh korona pulpa maupun pada
keduanya yaitu korona dan saluran pulpa. Nekrosis pulpa berawal dari pulpitis.
Pulpitis yang berlanjut dan meluas dapat membunuh sel pulpa serta menyebar ke
rahang. Kegagalan merawat nekrosis pulpa dapat menyebabkan komplikasi yang
serius dimana inflamasi dan jaringan nekrosis dapat meluas.14
alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada gingiva, lidah, dan jaringan
mulut serta dapat memperlambat penyembuhan luka. 16
3.Penyakit Sistemik
Penyakit periodontal dan diabetes mellitus berkaitan erat dan merupakan
penyakit kronis dengan prevalensi tinggi yang memiliki banyak kesamaan pada
patobiologisnya. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus merupakan salah satu
faktor resiko yang mendorong terjadi infeksi odontogenik. Obesitas dan resistensi
insulin juga ikut berperan.1,2,17
4.Kebersihan Rongga Mulut
Kebersihan rongga mulut yang buruk, pemberian antibiotik yang inadekuat, dan
kurangnya perawatan sangat berhubungan dengan penyebaran infeksi odontogenik.
Tindakan penyikatan gigi dan flosing dapat membantu dalam penyingkiran plak.
Kunjungan berkala (setiap 6 bulan) ke dokter gigi dapat membantu menyingkirkan
plak yang telah mengeras menjadi kalkulus dengan melakukan skeling.18
5.Flora Normal Mulut
Flora normal mulut dapat berasal dari plak bakteri, permukaan mukosa, dan
sulkus mukosa. Predisposisi dari infeksi ini merupakan ketidakseimbangan antara
host, mikroorganisme dan lingkungan. Umumnya, infeksi odontogenik melibatkan
lebih dari satu jenis bakteri didalam rongga mulut. Kebanyakan dari bakteri yang
menyebabkan infeksi odontogenik adalah bakteri anaerob dan aerob. Bakteri yang
mendominasi infeksi odontogenik adalah kombinasi bakteri anaerob dan aerob,
kemudian anaerob (Streptokokus, Prevotela) dan aerob (Streptokokus).1,5,21
6.Jenis Kelamin dan Usia
Jenis kelamin dan usia memiliki hubungan yang erat terhadap faktor
predisposisi timbulnya infeksi odontogenik. Pada pasien dengan usia tua,
kemungkinan untuk terjadinya infeksi odontogenik lebih besar dikarenakan
kurangnya menjaga kebersihan rongga mulut dan posisi molar tiga yang belum atau
tidak erupsi secara sempurna. Di kebanyakan negara, infeksi odontogenik umumnya
banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dikarenakan oleh laki-laki kurang
2.4.2 Patofisiologi
Respon peradangan merupakan mekanisme pertahanan alami tubuh yang terjadi
apabila terdapat jaringan tubuh yang terinfeksi. Sebagian besar elemen pertahanan
tubuh terdapat pada darah. Ini berarti sel dan bahan kimia pertahanan tubuh akan
meninggalkan darah dan memasuki jaringan yang terinfeksi. Selama terjadi infeksi,
pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular
dan migrasi sel darah putih. Sitokin akan merangsang sistem pertahanan tubuh untuk
melepaskan neutrofil, fagosit, dan limfosit yang berfungsi untuk melawan infeksi.
Pembengkakan yang terjadi merupakan akibat dari eksudasi cairan jaringan dan
pengerasan dari polimorfonuklear leukosit, limfosit, dan makrofag yang bermigrasi
dari ruang vaskular ke bagian yang terinfeksi. Abses yang terjadi disebabkan karena
nekrosis sel darah putih dan jaringan ikat.2,26
3. Limphadenopati
Kelenjar limfe pada infeksi akut akan membesar, lunak dan sakit. Kulit
disekitarnya memerah dan jaringan yang berhubungan akan membengkak. Kelenjar
limfe pada infeksi kronis lebih atau kurang keras tergantung derajat inflamasi,
seringkali tidak lunak dan pembengkakan jaringan di sekitarnya biasanya tidak
terlihat. Daerah indikasi terjadinya infeksi tepat pada lokasi pembesaran kelenjar
limfe. Jika organisme penginfeksi menembus sistem pertahanan tubuh pada kelenjar,
maka supurasi kelenjar akan terjadi menyebabkan terjadinya reaksi seluler dan
produksi pus. Proses ini dapat terjadi secara spontan dan memerlukan insisi dan
drainase.27
2.6.2 Komplikasi
Perluasan infeksi odontogenik ke daerah periapikal, selanjutnya menuju kavitas
oral dengan menembus lapisan kortikal vestibular dan periosteum dari tulang rahang.
Hal ini biasanya terjadi di sekitar gigi penyebab infeksi, tetapi infeksi primer dapat
meluas ke daerah yang lebih jauh, karena adanya perlekatan otot atau jaringan lunak
pada tulang rahang. Dalam hal ini, infeksi odontogenik dapat menyebar ke bagian
bukal, fasial, dan subkutaneus servikal kemudian berkembangan menjadi selulitis
fasial, dan dapat menyebabkan septic emboli, yaitu infeksi yang meluas melalui
pembuluh darah dan pembuluh limfe menyebabkan metastase bakteri sekunder ke
paru-paru, otak, hati, ginjal, dan organ-organ lainnya yang akan mengakibatkan
kematian jika tidak segera diberikan perawatan yang adekuat. 3
a. b.
Gambar 1 : a. Ilustrasi penyebaran abses ke daerah submental b. Tampakan klinis29
aaaaaa,
a. b.
a. b.
a.
b.
Gambar 4 : a. Ilustrasi gambar penyebaran dari abses ke daerah Submandibula
b. Tampakan klinis29
2.9 Perawatan
2.9.1 Pembedahan
Pembedahan meliputi insisi dan drainase dilakukan saat pus telah terakumulasi
pada jaringan lunak dan berfluktuasi saat dilakukan palpasi, insisi untuk drainase
dilakukan diatas kulit, kira-kira 1cm dibawah dan paralel ke batas inferior mandibula.
Sambil melakukan insisi, bagian arteri fasial dan vena (insisi harus dibuat dibagian
posterior keduanya) dan masing-masing cabang dari nervus fasial harus diperhatikan.
Sebuah hemostat yang dimasukkan kedalam kavitas abses untuk mengeksplor jarak
dan untuk mencoba menghubungkan dengan bagian yang terinfeksi. Pembedahan
tumpul harus dilakukan sepanjang permukaan medial tulang juga, karena pus sering
mengumpul di daerah ini.27,32,33
2.9.2 Ekstraksi
Terapi yang paling penting untuk infeksi odontogenik yang piogenik adalah
pembedahan drainase dan membutuhkan pemeliharaan restorasi atau ekstraksi
terhadap gigi yang terinfeksi, yang merupakan sumber utama dari infeksi . Ekstraksi
dilakukan bila gigi tidak dapat dipertahankan lagi, untuk memudahkan drainase pus
di periapikal dan eksudat debris dengan baik.27,32,33
Infeksi
Odontogenik
Pembedahan
Ekstraksi
Pemberian
Klasifikasi Menurut Klasifikasi Berdasarkan
Spasia yang Terkena
Antibiotik
Topazian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik total sampling pada
pasien kasus infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun
2013 – 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini.
maupun perempuan.
Populasi
Pasien yang mengunjungi RSUD Dr. Pirngadi yang di diagnosa menderita infeksi
odontogenik
Sampel
Pasien yang mengalami infeksi odontogenik di RSUD Dr. Pirngadi pada tahun
2013 -2016.
Variabel
1) Jenis
Kelamin
2) Usia
3) Spasia yang
terkena
Rekam Medik
Data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik.
Analisis Data
Hitung prevalensi infeksi odontogenik pada tahun 2013 - 2016 dan distribusinya
dalam jenis kelamin dan umur.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Total 47 100
20
15
10
5
Jumlah
0
Persentase
Laki-laki 28 59,6
Perempuan 19 40,4
Total 47 100
Laki-Laki
44%
56% Perempuan
30 Persentase (%)
20
10
0
Spasia Spasia Bukal Spasia Submental Spasia Sublingual
Submandibula
BAB V
PEMBAHASAN
tahun. Dari 47 orang yang menderita infeksi odontogenik diperoleh persentase infeksi
odontogenik yang terjadi pada kelompok usia lansia awal (46-55 tahun) mempunyai
prevalensi tertinggi yaitu sebanyak 11 kasus atau 23,40%, kelompok usia remaja
akhir (17-25 tahun) menduduki peringkat kedua dengan 9 kasus atau 19,15%,
kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun) menduduki peringkat ketiga dengan 8
kasus atau 17,02%,kemudian kelompok usia lansia akhir (56-65 tahun) dengan 7
kasus atau 14,9%. Kelompok usia dewasa akhir (36-45 tahun) dengan 5 kasus atau
10,64%,. Sementara kelompok usia remaja awal (12-16 tahun) dan manula (>65
tahun) memiliki persentase yang sama yaitu 6,38% atau sebanyak 3 kasus. Kelompok
usia kanak-kanak (5-11 tahun) sebanyak 1 kasus atau 2,13%. Dan peringkat terakhir
terdapat pada kelompok usia balita (0-5 tahun) dimana pada kelompok usia ini tidak
terdapat kasus (0%).
Hal ini sesuai dengan penelitian di Tehran oleh Pourdanesh dkk, yang
menyatakan bahwa prevalensi infeksi odontogenik akan semakin meningkat mulai
dari usia 17 tahun keatas.24 Hasil ini lebih kurang sama dengan penelitian yang
dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, yaitu ditemukan paling banyak pada usia
lansia awal (46-55 tahun) dengan 11 kasus atau 23,40%, diikuti kelompok usia
remaja akhir (17-25 tahun) dengan 9 kasus atau 19,15%, dan kelompok usia dewasa
awal (26-35 tahun) dengan 8 kasus atau 17,02%. Hal ini dikarenakan kurangnya
keperdulian terhadap kebersihan rongga mulut dan juga posisi gigi molar 3 yang tidak
erupsi sempurna. Selain itu, insidensi infeksi paling sedikit terdapat pada kelompok
usia kanak-kanak (5-11 tahun) sebanyak 1 kasus atau 2,13%, sedangkan pada
kelompok usia balita (0-5 tahun) dimana pada kelompok usia ini tidak terdapat kasus
infeksi odontogenik (0%). Hal ini dapat disebabkan pada saat ini orangtua lebih
perduli terhadap kebersihan rongga mulut anak dan mulai memperhatikan
pertumbuhan gigi anak.
Dari 47 kasus infeksi odontogenik, sebanyak 28 penderitanya adalah laki-laki
atau 59,6%. Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan terdapat 19 kasus atau 40,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami infeksi odontogenik
daripada perempuan dengan rasio perbandingan 1,47:1. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Abdul A dkk bahwa sebanyak 64% kasus yang
terkena infeksi odontogenik merupakan jenis kelamin laki-laki. Sedangkan sisanya
yaitu sebanyak 36% adalah jenis kelamin perempuan.4
Hal ini disebabkan oleh karena infeksi odontogenik merupakan infeksi yang
disebabkan oleh kuman-kuman piogenik oleh karena kurangnya menjaga kesehatan
gigi dan mulut yang dapat menyebakan gangguan pada kesehatan periodonsium dan
kebiasaan merokok yang lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Dimana setelah dilakukan penelitian oleh Wayne J dkk pada tahun 2007 terdapat
hubungan yang signifikan antara perokok dengan status kebersihan rongga mulut
pasien.15 Hal ini memungkinkan bahwa laki-laki lebih memilki kualitas kebersihan
gigi dan mulut yang rendah dibandingkan perempuan. Sesuai dengan penelitian
Abdul A dkk pada tahun 2009 bahwa 44% dari 80% pasien perokok yang terkena
infeksi odontogenik adalah laki-laki. Sementara perempuan hanya 36% dari 80%
pasien perokok yang terkena infeksi odontogenik dan sebanyak 20% tidak merokok.4
Hal ini juga disebabkan oleh kebiasaan konsumsi alkohol yang lebih banyak pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Sesuai dengan penelitian Aaron White,
bahwa laki-laki yang mengkonsumsi alkohol lebih banyak dibandingkan perempuan,
yaitu laki-laki sebanyak 56,1%, sementara perempuan 44,9%.34
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Brazil oleh Cesar A dkk
yang mengatakan bahwa dari 119 pasien sebanyak 64,7% atau 77 pasien penyakit
infeksi odontogenik dialami oleh jenis kelamin perempuan. Sedangkan sisanya
sebanyak 35,3% atau 42 pasien adalah jenis kelamin laki-laki.6
Selain berdasarkan penggolongan berdasarkan usia dan jenis kelamin,
prevalensi infeksi odontogenik juga digolongkan berdasarkan spasia yang terkena.
Menurut data hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Tahun 2013-2016 prevalensi infeksi odontogenik spasia mandibula primer pada
rahang bawah berdasarkan usia dan jenis kelamin tahun 2013-2016 yang terbanyak
adalah spasia submandibula yaitu sebanyak 40 pasien atau 85%, spasia bukal
sebanyak 5 pasien atau 10,6%, serta spasia submental dan spasia sublingual memiliki
kasus yang sama,yaitu sebanyak 1 pasien atau 2,2%. Hasil ini sesuai dengan
BAB VI
6.1 KESIMPULAN
6.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Hupp JR, Ellis III, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery,
5th ed. Mosby Elsevier, 2009: 291-315.
2. Zamiri B, Hashemi SB, Hashemi SH, Rafiee Z, Ehsani S. Prevalence of
odontogenic deep head and neck spaces infection and its correlation with
length of hospital stay. Shiraz University of Dentistry, 2011:29-35.
3. Sanchez R, Mirada E, Arias J, Pano JR, Burgueno M. Severe odontogenic
infections: Epidemiological, microbiological and therapeutic factors. Madrid:
OPCB, 2011: 670-676.
4. Bakathir AA, Moos KF, Ayoub AF, Bagg J. Factors contributing to the spread
of odontogenic infections. Sultan Qaboos University Medical Journal, 2009:
296-304.
5. Davis B. How are odontogenic infections best managed. Dalhaousie
University, Halifax, Nova Scotia, 2010: 114-6.
6. Sette-Dias AC, Maldonado AJ, de Aguiar EG, de Carvalho MA, Magalhaes
PP, Farias LM, et. al. Profile of patients hospitalized with odontogenic
infections in a public hospital in Belo Hoizonte, Brazil. J Clin Exp Dent,
2012: 271-4.
7. Uluibau IC, Jaunai T, Goss AN., Severe odontogenic infection. Australian
Dental Journal Medication Supplement, 2005: 741-81.
8. Martinez AB, Corcuera MM, Meurman JH. Odontogenic infections in the
etiology of infective endocarditis. Bentham science publisher Ltd, 2009: 231-
5.
9. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial Surgery. 3 rded. Newdelhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher; 2012:663.
10. Xuedong Z. Dental caries. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelber; 2016:85.
Riwayat Pendidikan
1. 1999 – 2001 : TK Nurul Amaliyah,Tanjung Morawa
2. 2001− 2007 : SD Harapan 2, Medan
3. 2007 – 2010 : SMP Harapan 1, Medan
4. 2010 – 2013 : SMA Harapan 1, Medan
5. 2013 − : S1 Fakultas Kedokteran Gigi USU, Medan
Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp. 1.805.000,-
dengan rincian berikut:
_______________+
Rp. 1.805.000
CATATAN :
Semua biaya ditanggung oleh peneliti
Bulan
Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan dan
Pembuatan
Proposal x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
Seminar Proposal
Perbaikan Proposal
Penelitian
Pengolahan Data
Pembuatan
Laporan Hasil
Penelitian
Seminar Hasil
Perbaikan Hasil
Sidang Skripsi
Seminar Proposal x
Perbaikan Proposal x
Penelitian x x x x x x x x x x x x x
Pengolahan Data x x
Sidang Skripsi x