Anda di halaman 1dari 75

KEBIASAAN MENYIRIH DAN PENGETAHUAN MENGENAI

DAMPAKNYA PADA REMAJA SUKU KARO


USIA 17-25 TAHUN DI KECAMATAN
MERDEKA BERASTAGI

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

NELLY NOVIANTI Br. GINTING


150600207

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2020
Nelly Novianti
Kebiasaan menyirih dan pengetahuan mengenai dampaknya pada remaja
suku Karo usia 17-25 tahun di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi.
X + 47 Halaman
Kebiasaan menyirih merupakan proses meramu campuran dari sirih, pinang,
kapur, gambir, dan tembakau yang dikunyah secara bersamaan. Kebiasaan menyirih
biasanya dilakukan oleh berbagai kelompok usia termasuk remaja. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui karakteristik kebiasaan menyirih remaja suku Karo,
pengetahuan remaja suku Karo mengenai dampak kebiasaan menyirih di rongga
mulut dan perilaku pemeliharaan kesehatan rongga mulut pada remaja suku Karo.
Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif dengan desain cross-sectional.
Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling yang
menghasilkan subjek yang berjumlah 106 responden. Pengumpulan data dilakukan
dengan membagikan kuesioner langsung kepada responden. Hasil penelitian
menunjukkan responden remaja penyirih umumnya wanita sebesar 59,4%, yang
sudah menyirih selama 1-5 tahun sebesar 57,5%. Faktor pendorong utama
kebiasaan menyirih karena faktor kecanduan sebesar 31,3% akibat remaja yang tidak
dapat meninggalkan kebiasaan menyirih karena faktor lingkungan dan sudah menjadi
kebudayaan. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan remaja mengenai dampak
pada rongga mulut akibat kebiasaan menyirih termasuk kategori kurang sebesar
62,3%. Kebiasaan membersihkan rongga mulut setelah menyirih sebesar 58,5%.
Kesimpulan, hampir seluruh remaja suku Karo di Kecamatan Merdeka Berastagi
tidak bisa meninggalkan kebiasaan menyirih dan memiliki tingkat pengetahuan dan
perilaku pemeliharaan kesehatan rongga mulut yang kurang baik.
Daftar Rujukan: 54 (2002-2019)
Kata kunci: Pengetahuan, kebiasaan menyirih, remaja suku Karo.

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 10 September 2020


Pembimbing Tanda tangan

Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D ……………….


NIP: 196407121989032001

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi


pada tanggal 10 september 2020

TIM PENGUJI
KETUA : Darmayanti Siregar, drg., M.KM
ANGGOTA : Prof. Monang Panjaitan, drg., MS
: Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT telah menjadi
penolong dan pelindung atas segalah hal yang telah penulis lakukan untuk
menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengetahuan Dan Kebiasaan Menyirih Pada
Remaja Suku Karo Usia 17-25 Tahun Di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi”
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya teristimewa
kepada orangtua tercinta, yaitu Ibunda Hj Noer Chairiana Br Kaban S.E dan
Ayahanda H. Neilman Ginting SH, Mkn serta Adik – adik penulis Nabila Aldriana
dan Nayla Amirah yang selalu ada untuk mendukung dan mendoakan penulis dalam
mengerjakan skripsi ini sehingga semakin termotivasi dalam pengerjaannya.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan, motivasi, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sedalamnya kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG(K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan
mempermudah peneliti dalam menjalankan penelitian ini.
2. Darmayanti Siregar, drg., M.KM., Plt. Ketua Departemen Ilmu Kedokteran
Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi
UniversitasSumatera Utara sekaligus dosen penguji yang telah banyak memberikan
saran dan ide yang bermanfaat kepada penulis
3. Prof Sondang Pintauli, drg,. Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, saran, dukungan, dan motivasi
untuk membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
4 Prof Monang Panjaitan drg., MS. selaku dosen Penguji yang telah banyak
memberikan saran dan ide yang bermanfaat kepada penulis.

iv

Universitas Sumatera Utara


5. Rahmi Syaflida Sp. BM. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis menjalani program akademik di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
6. Kepala Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Berastagi yang telah
mengizinkan peneliti melakukan penelitian.
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis Aisyah, sofi, Yasmin, Farah, Rina, Isti,
Adel, Ghalda, Dini, dan teman-teman genk ijo. Atas segala doa, motivasi dan
dukungan moril dan materil yang senantiasa diberikan kepada penulis selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu
dalam skripsi ini. Namun, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga
skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas,
pengembangan ilmu pengetahuan, dan masyarakat.

Medan, 2020
Penulis,

Nelly Novianti

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
ABSTRAK ..........................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1Pengetahuan ...................................................................................... 6
2.1.1Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ..................................... 6
2.2Perilaku........ ..................................................................................... 7
2.2.1Teori Lawrence Green ................................................................... 7
2.3Kebiasaan Menyirih .......................................................................... 9
2.3.1Faktor Pendorong Remaja Penyirih ............................................... 10
2.3.2Komposisi Menyirih ...................................................................... 11
2.3.2Efek Samping Menyirih di Rongga Mulut .................................... 17
2.4Remaja............ .................................................................................. 19
2.5 Kerangka Konsep ............................................................................ 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 23
3.2.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 23
3.2.2 Waktu Penelitian........................................................................... 23
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................ 23
3.3.1 Populasi ........................................................................................ 23
3.3.2 Sampel .......................................................................................... 23

vi

Universitas Sumatera Utara


3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................................... 24
3.4.1 Kriteria Inklusi .............................................................................. 24
3.4.2 Kriteria Eksklusi ........................................................................... 24
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 25
3.6 Prosedur Penelitian ......................................................................... 28
3.7Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 28
3.8 Etika Penelitian ................................................................................ 29
3.8.1Kelayakan Etik (Ethical Clearance).............................................. 29
3.8.2 Lembar Persetujuan (Surat Izin). .................................................. 29
3.8.3 Kerahasiaan (Confidentially). ....................................................... 29

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Karakteristik Responden.................................................................. 30
4.2 Karakteristik Kebiasaan Menyirih ................................................... 30
4.3 Persentase Pengetahuan Remaja Penyirih terhadap Dampak
Kebiasaan Menyirih terhadap Rongga Mulut ........................................ 31
4.4 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Rongga Mulut ........................... 34

BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 39
6.2 Saran ................................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 40

LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Komposisi Menyirih ................................................................................... 11
2. Daun Sirih ................................................................................................... 12
3. Pinang.......................................................................................................... 14
4. Gambir ........................................................................................................ 15
5. Kapur sirih .................................................................................................. 15
6. Tembakau ................................................................................................... 16

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Karakteristik responden remaja di Kecamatan Merdeka
Kota Berastagi ................................................................................................. 30

2. Karakteristik kebiasaan menyirih pada remaja suku Karo di


Kecamatan Merdeka Kota Berastagi .............................................................. 30

3. Persentase distribusi pengetahuan dampak kebiasaan


menyirih pada rongga mulut oleh remaja di Kecamatan Merdeka Kota
Berastagi ....................................................................................................... 31

4. Kategori Pengetahuan terhadap dampak kebiasaan menyirih pada


Rongga mulut oleh remaja di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi .............. 32

5. Perilaku pemeliharaan kesehatan rongga mulut pada remaja suku Karo


di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi...................................................... .. . 32

6. Perilaku pemeriksaan ke dokter gigi pada remaja suku Karo di


Kecamatan Merdeka Kota Berastagi ............................................................... 34

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Surat persetujuan Komisi Etik
2. Surat Selesai Penelitian
3. Lembar Kuesioner
4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
5. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian (Informed Consent)
6. Master data
7. Hasil Analisis Statistik

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebiasaan mengunyah sirih dan pinang sudah dikenal sejak abad ke-6 Masehi
dan Lebih dari 600 juta orang mengunyah sirih dan pinang di berbagai wilayah di
dunia. Kebiasaan ini telah dilakukan hampir diseluruh wilayah di Indonesia seperti di
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua.1 Di Sumatera Utara
khususnya pada masyarakat suku Karo, kebiasaan menyirih ini merupakan kegiatan
meramu campuran dari beberapa bahan seperti sirih, kapur, gambir yang dikunyah
secara bersamaan.2 Kebiasaan menyirih ini biasanya berhubungan dengan upacara
dan kegiatan budaya serta sosial dan biasanya dilakukan oleh semua lapisan
masyarakat, kelompok usia, termasuk remaja.2,3
Di Taiwan, prevalensi kebiasaan menyirih meningkat dimulai pada remaja
sejak usia 15 tahun dengan persentase sebesar 13,3% dan sebanyak 48% remaja lebih
sering mengunyah pinang.4 Di India prevalensi kebiasaan menyirih pada laki-laki
berkisar 14,0% sampai 15,3% pada tahun 2011 sampai 2015 dan prevalensi pada
wanita berkisar antara 8,4% sampai 9,6% pada tahun 2011 sampai 2015.5-7
Berdasarkan Survei South East Asian Region (SEAR), prevalensi menyirih di
Nepal sebesar 43,6 % pada pria dan 34,9% pada wanita. Berbeda dengan negara
Pakistan prevalensi kebiasaan menyirih sebesar 21% pada pria dan 12% pada wanita
sedangkan di Sri Lanka sebesar 6,4% pada pria dan 3,2% pada wanita dan di
Myanmar 15,2 % pada pria dan 4,0 % pada wanita.8
Kebiasaan menyirih telah diketahui memiliki dampak yang berbahaya.
Menurut International Agency For Research On Cancer (IARC) kebiasaan menyirih
dapat berpotensi memicu kanker.1 Hasil studi meta-analisis menyatakan bahwa
kebiasaan menyirih berisiko menyebabkan terjadinya peningkatan kanker rongga
mulut dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Di negara-negara Asia Tenggara
40% kasus kanker rongga mulut mengalami keganasan lebih tinggi dibandingkan
dengan organ lainnya di tubuh. Di Vietnam, 19,80% mengalami pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara


2

abnormal jaringan baru yang didiagnosis sebagai kanker rongga mulut. Selanjutnya
negara India memiliki insidensi kanker rongga mulut 3-7 kali lebih tinggi
dibandingkan negara maju yang mana kebiasaan menyirih diidentifikasi sebagai salah
satu faktor risiko utama penyebab kanker rongga mulut.9,10 Di India, lebih dari 50%
pasien, mengalami kanker rongga mulut akibat dari kebiasaan menyirih.11 Di
Indonesia, kebiasaan menyirih merupakan tradisi masyarakat dengan komposisi dasar
seperti daun sirih, pinang, kapur, gambir, dan tembakau yang biasanya komposisi
tersebut dibungkus dalam daun sirih yang kemudian dikunyah.1
Namun, dalam komposisi menyirih terdapat beberapa kandungan yang cukup
berdampak pada kesehatan rongga mulut. Ditinjau dari sisi kedokteran gigi,
kebiasaan menyirih dapat mengakibatkan penyakit periodontal karena adanya
kalkulus atau karang gigi akibat stagnasi saliva pengunyah sirih dan pinang karena
adanya kapur Ca(OH)2. Selain itu arecoline yang terkandung di dalam pinang dan
dicampur dengan kapur juga dapat menghasilkan radikal bebas sebagai pemicu
pertumbuhan sel yang karsinogenik yang mengakibatkan radikal bebas pada DNA di
aspek bukal mukosa penyirih.7 Dampak buruk yang lain yang dapat terjadi seperti
lidah terasa tebal, luka pada pinggiran mulut, rasa ketagihan, dan lesi yang dapat
terbentuk selain kanker seperti betel chewers’s mucosa, oral submucous fibrosis, lesi
likenoid, leukoplakia, dan penyakit penyirih.2,3,6
Menurut penelitian Hasibuan dkk, dari 98 subjek penelitian yang berasal dari
masyarakat Karo 35,7% tidak memperlihatkan adanya lesi di dalam rongga mulut dan
64,3% menunjukkan adanya lesi dalam rongga mulut.12 Aritonang dkk, dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa kebiasaan menyirih di tanah karo dengan lama
menyirih selama > 5 tahun berisiko mengalami status kesehatan periodontal yang
kurang baik dengan persentase sebesar 57,8%.13 Penelitian yang dilakukan Wowor
pada kelompok usia 17-27 tahun menggambarkan kebiasaan menyirih dimulai rata-
rata selama 6-10 tahun dengan persentase sebesar 50% dari sebahagian responden
disebabkan responden masih tergolong dalam kelompok usia remaja hingga dewasa
awal.2

Universitas Sumatera Utara


3

Meskipun kebiasaan menyirih diketahui sebagai pemicu terjadinya kanker,


namun kebiasaan menyirih ini sangat sulit ditinggalkan disebabkan telah mendarah
daging oleh para masyarakat dan kepercayaan yang dianggap bahwa menyirih dapat
membuat tubuh terasa segar, bau mulut hilang, memperkuat gigi, dan dapat mencegah
gigi berlubang. Masyarakat Karo yang melakukan kebiasaan menyirih biasanya
dilanjutkan dengan menyuntil yaitu membentuk tembakau menjadi gulungan yang
kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan digosokkan pada seluruh permukaan dan
sambil membersihkan sisa kunyahan campuran daun sirih, kapur, pinang, dan gambir.
Biasanya gulungan tembakau tersebut dibiarkan selama beberapa jam dalam mulut.
Kebiasaan menyuntil ini dipercayai masyarakat sebagai cara mereka membersihkan
rongga mulut setelah melakukan kebiasaan menyirih.1,14,15
Kebiasaan menyirih pada saat ini merupakan suatu masalah yang perlu
mendapatkan perhatian lebih, terutama di kalangan masyarakat yang hidup di area
terpencil. karena kurangnya pengetahuan, dan kesadaran dari diri sendiri yang
merupakan faktor kebiasaan menyirih ini berkembang di kalangan masyarakat Karo
yang membuat beberapa dari mereka tidak mengetahui bahwa kebiasaan dalam
menjaga kebersihan rongga mulut yang paling benar adalah dengan menyikat gigi
dan pemeriksaan berkala ke dokter gigi. Pada penelitian di Kecamatan Pancur batu,
Kabupaten Karo dijumpai kebiasaan menyirih 5-9 kali dalam satu hari sebesar
54,50%.16 Banyaknya masyarakat Karo yang menyirih dalam sehari terjadi karena
masyarakat Karo yang kurang memahami bahwa status kebersihan gigi dan mulut
dapat menjadi buruk. Seperti pada penelitian Parmar dkk., ditemukan bahwa
responden yang tidak menjalankan kebiasaan menyirih lebih baik keadaan kebersihan
gigi dan mulutnya yaitu 49,2% daripada yang menjalankan kebiasaan menyirih
sebesar 14,9%.17
Oleh karena itu, lokasi yang dipilih peneliti adalah Kecamatan Merdeka Kota
Berastagi dengan alasan belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut dan
akses lebih mudah untuk dijangkau. Selain itu, menurut data riskesdas 2013
berdasarkan Laporan Profil Provinsi Sumatera Utara tahun 2013, proporsi Kabupaten/

Universitas Sumatera Utara


4

Kota dengan penduduk yang memiliki kebiasaan menyirih dengan mengunyah


tembakau setiap hari tertinggi adalah Karo sebesar 17,5%.18
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengetahuan dan kebiasaan menyirihpada remaja suku Karo usia 17-25 tahun
di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengetahuan dan kebiasaan menyirih pada remaja suku Karo usia
17-25 tahun?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui karakteristik kebiasaan menyirih meliputi lama, waktu,
bahan, dan faktor pendorong menyirih pada remaja suku Karo usia 17-25 tahun di
Kecamatan Merdeka Kota Berastagi.
2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja suku Karo usia 17-25 tahun di
Kecamatan Merdeka Kota Berastagi mengenai dampak pada rongga mulut akibat
kebiasaan menyirih.
3. Untuk mengetahui perilaku pemeliharaan kesehatan rongga mulut pada
remaja suku Karo usia 17-25 tahun di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih memahami tentang
perilaku menyirih dan dampaknya terhadap rongga mulut sehingga meningkatkan
kesadaran mereka untuk lebih memperhatikan kesehatan rongga mulutnya.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Merencanakan program penyuluhan untuk mengurangi insidensi terjadinya
kanker rongga mulut akibat kebiasaan menyirih dan memberikan solusi untuk tetap
melestarikan tradisi menyirih sebagai budaya bangsa tanpa menimbulkan dampak
yang berbahaya bagi kesehatan rongga mulut remaja penyirih.

Universitas Sumatera Utara


5

3. Bagi peneliti
Memberi pengalaman dan menambah pengetahuan dalam melakukan
penelitian serta sebagai bahan masukan untuk penelitian yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga). Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan yang
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.19 Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, dan
dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
a. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, misalnya
mengingat atau mengingat kembali suatu objek atau rangsangan tertentu.
b. Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang
diketahui.
c. Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis adalah kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian ke dalam
suatu bentuk tertentu yang baru.
f. Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu

2.1.1Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


1. Pendidikan, pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan seseorang pada
orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dihindari
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam menerima
informasi dan semakin banyak pengetahuannya. Sedangkan, jika pendidikannya
rendah maka pengetahuannya juga karang karena informasi yang didapatkan sedikit.

Universitas Sumatera Utara


7

2. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat memuat seseorang memperoleh


pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung ataupun tidak langsung.
3. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis.
4. Minat, sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu.
5. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
6. Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan di
besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
7. Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis
atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.19

2.2 Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Hal-hal yang
mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang
disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan
faktor eksternal yaitu faktor lingkungan.19

2.2.1 Teori Lawrence Green


Pada tahun 1980, Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat
dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yaitu20:

Universitas Sumatera Utara


8

Faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Menurut teori WHO tahun 1984, menganalisis bahwa yang menyebabkan
seseorang berperilaku tertentu salah satunya adalah
1. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain
2. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
3. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek
(objek kesehatan).
4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber
didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang
pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang
lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat
manusia.19 Salah satu kebudayaan yang sangat kental pada masyarakat Sumatera
Utara adalah kebudayaan kebiasaan menyirih yang sangat terkenal pada suku Karo

Universitas Sumatera Utara


9

yang merupakan salah satu etnis suku bangsa Indonesia yaitu rumpun batak yang
tinggal sebagian besar di dataran tinggi Karo.

2.3 Kebiasaan Menyirih


Kebiasaan menyirih adalah tradisi dengan menggunakan bahan dasar yaitu
daun sirih (piper bitle leaves), biji buah pinang (Areca catechu), gambir (Uncaria
gambir), kapur (Calcium hidroksid), dan terkadang dengan tambahan bahan lain
seperti tembakau. Kebiasaan menyirih ini telah dilakukan secara turun-temurun oleh
semua masyarakat dari kelompok usia termasuk remaja. Pada suatu penelitian yang
dilakukan Wowor, prevalensi kebiasaan menyirih yang dilakukan remaja dengan
kelompok usia 17 hingga 27 tahun mulai dilakukan rata-rata selama 6-10 tahun
dengan persentase sebesar 50% karena tergolong dalam kelompok usia remaja hingga
dewasa awal.2 Di kawasan Asia Tenggara, tradisi menyirih sudah dimulai sejak 3.000
tahun yang lalu dan untuk tradisi dari mana asal kebiasaan menyirih ini dilakukan
belum dapat dipastikan. Selain itu kebiasaan menyirih ini juga terkenal pada negara
Afrika, Eropa, dan Amerika utara.2 Namun, tidak sedikit banyak yang berpendapat
bahwa tradisi menyirih ini berasal dari India. Pendapat ini lebih didasarkan pada
cerita-cerita sastra dan sejarah lisan. Berdasarkan catatan perjalanan Marcopolo yang
dikenal sebagai penjelajah pada abad ke-13 mencatat bahwa masyarakat di kepulauan
Nusantara banyak yang melakukan kebiasaan menyirih.20
Di Indonesia, kebiasaan menyirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh
berbagai suku di Indonesia antara lain daerah pedesaan dan berhubungan erat
dengan adat kebiasaan pada setiap daerah seperti pada saat upacara kedaerahan atau
pada acara yang bersifat ritual keagamaan. Pada masyarakat Karo, kebiasaan
menyirih ini digunakan sebagai cemilan atau cuci mulut sehabis makan. Para
penyirih melakukan kebiasaan ini secara terus-menerus. Namun, mereka memiliki
alasan dan sebab seperti keyakinan mereka bahwa dengan menyirih dapat
memberikan rasa yang menyegarkan, memberikan efek kecanduan, membantu
menghilangkan stres dan kepercayaan yang telah mendarah daging bahwa kebiasaan
menyirih dapat menghindari penyakit mulut seperti memperkuat gigi dan gusi dan

Universitas Sumatera Utara


10

menghilangkan bau mulut. Sebab kebiasaan menyirih sebenarnya hanya dapat


16,20,21
berdampak negatif bagi kesehatan gigi dan mulut.
Biasanya masyarakat suku karo lebih sering menyirih dengan meletakkan
kapur, gambir, dan beberapa potongan kecil buah pinang diatas lembaran daun sirih
dan selanjutnya daun sirih dilipat bermasamaan dengan campuran tersebut untuk
dikunyah selama beberapa menit. Akan tetapi, sebagian kelompok masyarakat suku
Karo lainnya lebih menyukai memasukkan pinang untuk dikunyah setelah terlebih
dahulu mengunyah gulungan daun sirih yang berisi kapur dan gambir. Selain itu,
masyarakat Karo melanjutkan dengan membentuk tembakau menjadi gulungan
kemudian dimasukkan kedalam mulut sambil digosok-gosokkan pada permukaan
rongga mulut sambil membersihkan sisa kunyahan dalam beberapa jam di dalam
mulut. Hal ini mereka percayai sebagai tindakan membersihkan rongga mulut.1,6,22
Penyirih yang tidak membersihkan gigi dalam periode jangka panjang dapat
menimbulkan dampak pada rongga mulut seperti memberikan perubahan pada gigi
yang akan berubah menjadi warna hitam, selain itu sirih dan pinang yang dapat
merusak jaringan periodontal akibat pengaruh cholinergic bersama kalsium garam
dalam air liur juga akan menyebabkan keropos gigi sampai gigi akan mudah tanggal
dan pengaruh lain dalam kehidupan sehari-hari seperti kesulitan dalam membuka
mulut, perdarahan pada gusi, masalah pada lidah, dan muncul rasa terbakar sampai
luka bernanah pada daerah rongga mulut.1 Dan jika kebiasaan menyirih tidak
seimbang dengan menjaga kebersihan rongga mulut maka kebiasaan ini menjadi
kebiasaan buruk karena akan banyak terjadi masalah pada rongga mulut lainnya.
Menurut International Agency For Research on Cancer (IARC) telah dilaporkan
bahwa kebiasaan menyirih tidak baik dan tidak memiliki manfaat untuk kesehatan
rongga mulut dan merupakan ancaman terbesar bagi kesehatan global saat ini
khususnya di kalangan anak muda.17

2.3.1 Faktor pendorong remaja penyirih


Remaja yang melakukan kebiasaan menyirih biasanya sudah dimulai pada
masa anak-anak termasuk masa remaja. Beberapa remaja penyirih biasanya

Universitas Sumatera Utara


11

melakukan kebiasaan ini hampir setiap hari, sementara orang lain mungkin
melakukannya hanya sesekali. Sebagian besar dari mereka melakukan kebiasaan ini
diawali hanya ingin mencoba-coba akibat terdorong dari faktor lingkungan, kebiasaan
keluarga, dan teman terdekat yang memiliki kebiasaan serupa. Kebiasaan ini
memiliki beberapa pengaruh yang menjadi daya tarik para penggunanya seperti rasa
kecanduan, dan sebagian besar dari mereka menganggap apabila tidak melakukan
dalam sehari mereka akan merasakan seperti rasa kegelisahan, adanya stres, seperti
orang melamun, bahkan sampai ada yang merasa matanya gelap. Semua itu terjadi
diakibatkan ajaran keluarga mereka yang sudah tertanam di fikiran para remaja
bahwa kebiasaan ini dapat mencegah berbagai penyakit mulut sehingga remaja
penyirih sangat sulit meninggalkan kebiasaan ini terlepas dari faktor pendorong yang
mendukung namun, kebiasaan ini sudah menjadi sebuah kebudayaan turun-temurun
di kalangan mereka.2

Gambar 1. Komposisi Menyirih23

2.3.2 Komposisi Menyirih


Menyirih merupakan suatu proses meramu campuran dari bahan-bahan seperti
daun sirih, pinang, gambir, tembakau dan kapur dicampur dalam daun sirih kemudian
dikunyah.2

Universitas Sumatera Utara


12

1. Daun Sirih (Piper betle)


Sirih merupakan salah satu jenis tanaman yang merambat yang termasuk
familia Piperaceae. Tanaman sirih tumbuh subur di sepanjang Asia tropis sampai
Afrika Timur, menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand,
Srilanka, India, hingga Madagaskar. Daun sirih ini telah berabad- abad dikenal oleh
nenek moyang sebagai tanaman obat berkhasiat. Pada kawasan Asia Tenggara,
tradisi menggunakan daun sirih ini sudah mulai sejak 3.000 tahun yang lalu. Daun
sirih ini juga berhubungan dengan kebudayaan.24 Mulai dari karakternya dalam
menyirih, dalam budaya pernikahan, khitanan sampai pemanfaatan yang bersifat
magis.25
Tanaman sirih memiliki bagian-bagian seperti akar, biji dan daun bagian pada
tanaman sirih yang paling berperan dalam pengobatan terapi adalah daunnya.25 Daun
sirih ini sudah lama dikenal sejak tahun 600M.26 Daun sirih ini dalam pemanfaatan
pengobatan tradisional disebabkan adanya zat kimia atau bahan alami yang
mempunyai aktivitas sebagai senyawa antimikroba. Selain itu, terdapat kandungan
minyak atsiri yang dipengaruhi oleh umur dan jenis daun.26 Menurut Duke, daun
sirih mengandung antibakteri yaitu kavikol, kavibetol, tanin, eugenol, karvakrol,
kariofilen dan asam askorbat.27 Dalam daun sirih juga ditemukannya kandungan
antiseptik yang sering digunakan dalam menyembuhkan kaki yang luka karena
mengandung stryptic yang berguna untuk menahan perdarahan dan vulnerary yang
juga dapat menyembuhkan luka pada kulit dan juga diketahui dapat digunakan
sebagai obat gigi.25,26

Gambar 2. Daun Sirih23

Universitas Sumatera Utara


13

2. Pinang (Areca nut)


Pinang merupakan salah satu tanaman palma yang dapat menghasilkan warna.
Biji pinang mengandung senyawa golongan polifenol, yaitu falvonoid dan tanin.
Senyawa tersebut adalah senyawa yang menghasilkan warna pada biji pinang seperti
warna merah anggur tua. Salah satu kandungan dari pinang yaitu tanin dapat
menghambat resorbsi zat besi di usus selain itu tanin juga dapat menyebabkan luka
pada mulut dan pada usus sehingga dapat memicu perdarahan yang dapat memicu
terjadinya anemia. Gabungan pinang dan kapur juga berpengaruh dalam terjadinya
penyakit yaitu karena dapat terjadinya kerusakan oksidatif pada DNA di aspek bukal
mukosa penyirih apabila tidak dijaga kesehatan rongga mulut akan banyak lesi yang
muncul seperti submucous fibrosis sampai dapat terjadinya kanker rongga mulut.
Pinang ditanam untuk dimanfaatkan biji dan batangnya terlepas dari salah satu
kandungan pinang yang berpotensi menyebabkan penyakit, pinang ini tetap banyak
digunakan sebagai obat tradisional yang terkadang diramu dengan daun sirih lalu
dimakan yang sudah menjadi kebiasaan turun-temurun pada beberapa daerah tertentu
di Indonesia.27,28,29
Ekspor pinang sendiri diekspor di Indonesia pada tahun 2008 adalah 183.972
ton dan pinang yang diekspor masih berupa bahan mentah, yaitu biji kering dalam biji
utuh, biji belah maupun irisan kering. Pemanfaatan pinang ini menjadi produk
pewarna alami untuk meningkatkan nilai tambah biji pinang dan untuk memenuhi
kebutuhan pewarna dalam negeri yang selama ini masih diimpor dari luar negeri.29
Penanaman pinang ini terutama terbatas pada negara India. Pinang memiliki banyak
manfaat diantaranya air rebusan dari biji pinang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng,
borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang), mencret,
obat sakit gigi dan disentri.30 Ekstrak buah pinang juga memiliki sifat antibakteri dan
kemampuan daya antibakteri dari ekstrak biji buah pinang yang tergolong kuat yaitu
antara 15,5-24,5 mm.30 Kebiasaan mengunyah pinang telah terjadi di negara-negara
Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara termasuk Bangladesh, China, dan
India.31

Universitas Sumatera Utara


14

Gambar 3. Pinang23

3. Gambir (Uncaria gambir)


Gambir merupakan tanaman perdu dengan tinggi 1-3m. Batangnya tegak,
bulat, percabangan simpodial, warna cokelat pucat. Daunnya tunggal, berhadapan,
berbentuk lonjong, dan memiliki panjang 8-13 cm dan lebar 4-7 cm. Tanaman gambir
dapat tumbuh pada ketinggian bervariasi antara 2-500 m dari permukaan laut dan
memerlukan cahaya matahari yang banyak dan merata sepanjang tahun. Tanaman
gambir memiliki daerah penanaman di Indonesia terutama di Sumatera Barat,
Indragiri, Kepulauan Riau, Pantai Timur Sumatera, Pulau Bangka Belitung, dan
Kalimantan Barat.32,33
Gambir ini berasal dari getah yang mengandung catechin dan dl- catechin (3-
35%), asam katechutannat (24%), quarsetin, asam gallat, asam elagat, katekol, fixed
oil (1-2 %), dan wax (1-2%). Hasil dari getah gambir biasanya dapat diekstrak.
Ekstrak gambir sendiri mengandung beberapa komponen flavonoid yaitu catechin (7-
33%), pirocatechol (20-30%), quarsetin (2-4%). Komponen flavonoid mempunyai
sifat sebagai antioksidan yang bersifat melindungi timbulnya penyakit jantung dan
dapat menurunkan lipidperoksidase serum. D-catechin murni yang merupakan
kandungan dari esktrak gambir merupakan bahan baku untuk pembuatan obat-obatan
antihepatitis B, anti diare, dan obat kumur. Biasanya gambir ini dimanfaatkan belum
optimal karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkannya. Gambir
selama ini sebagian dimanfaatkan untuk zat pewarna dalam industri batik, industri
penyamak kulit, ramuan makan sirih, bahan baku pembuatan permen dalam acara
adat di India dan sebagai penjernih pada industri air.32,33

Universitas Sumatera Utara


15

Gambar 4. Gambir34
4. Kapur sirih ( calcium hydroxida)
Kapur termasuk dalam golongan basa kuat yang dapat menetralkan atau
menurunkan kandungan asam.35 Kapur ini dapat dijadikan kapur sirih dari hasil
olahan cangkang kerang yang dihancurkan kemudian dipanaskan dan didiamkan
beberapa hari. Kapur sirih ini sejak dulu oleh masyarakat digunakan untuk berbagai
pengobatan tradisional dan berbagai penyakit. Untuk pengobatan herbal kapur sirih
ini digunakan untuk mengobati penyakit encok, menghilangkan gatal, pada
tenggorokan atau mengeluarkan dahak, menyembuhkan sakit perut, dan kapur sirih
ini biasanya digunakan bersamaan dengan bahan lain untuk mengatasi gusi bengkak,
bisul, masalah haid, digigit serangga, penyakit kulit seperti panu, kurap dan kutil.36
Kapur sirih atau calcium hydroxida juga dipakai untuk menghilangkan
jerawat, menghilangkan bau badan dan memutihkan ketiak, memutihkan pangkal
paha dan memutihkan bulu. Penggunaan larutan dari kapur juga memiliki keuntungan
yaitu dalam perendaman bahan pangan karena kapur yang termasuk dalam elektrolit
kuat akan mudah larut dalam air.37

Gambar 5. Kapur Sirih34

Universitas Sumatera Utara


16

5. Tembakau (tobacco)
Tembakau merupakan jenis tanaman sejarah dan terlindungi. Tembakau juga
memiliki peranan penting sebagai bahan baku rokok dan kretek. Salah satu senyawa
tembakau yang terkenal adalah nikotin.37 Nikotin adalah senyawa kimia organik yang
termasuk dalam golongan alkaloid, senyawa ini dihasilkan secara alami pada berbagai
macam tumbuhan. Tembakau memiliki aroma dan cita rasa yang khas dan kondisi
daun tembakau juga menjadi salah satu nilai dalam penjualan.37
Tembakau yang bermutu tinggi ditandai dengan aroma yang harum, rasa isap
yang enteng, menyegarkan dan tidak memiliki ciri-ciri negatif seperti rasa pahit,
pedas, dan menggigit. Nikotin yang terdapat dalam tembakau dapat berdampak buruk
bagi manusia juga sangat beracun untuk serangga sehingga nikotin ini dapat
dimanfaatkan manusia sebagai bioinsektisida. Bahaya dari nikotin yang lain adalah
dapat merangsang pembentukan kanker dan karsinogenesis paru-paru karena variasi
genetik pada CYP2B6. Lebih dari 80% nikotin yang diserap mengalami metabolisme
di hati. Absorpsi nikotin dalam tubuh akan baik bila nikotin tidak terionkan dan
apabila terjadi pada pH basa. Metabolisme nikotin sebagian besar terjadi di hati dan
lebih sedikit di ginjal dan paru-paru38

Gambar 6. Tembakau23

Universitas Sumatera Utara


17

2.3.3 Efek Samping Menyirih di Rongga Mulut


1. Mukosa Penyirih (Betel Chewer’s Mucose)
Lesi pada mukosa penyirih (betel chewer’s mucose) disebabkan oleh
komposisi bahan-bahan menyirih atau efek trauma pada saat mengunyah sirih atau
kedua-duanya. Lesi pada Mukosa penyirih cenderung untuk mengelupas atau
terjadinya deskuamasi dan biasanya dirasakan dan dilihat dengan jelas. Lapisan
bawah terlihat mengkerut, dan terjadi pengerasan pada daerah tersebut dengan
warna kuning atau merah kecokelatan. Biasanya ditemukan pada lokasi dimana
penyirih meletakkan sirih dan bisanya terletak pada mukosa pipi dan sulkus.39
Pada daerah gigi geligi mukosa penyirih juga akan terlihat stein berwarna
antara merah hingga kehitaman, tergantung pada lama dari seseorang melakukan
kebiasaaan menyirih.39
2. Oral Leukoplakia
Insiden leukoplakia meningkat sehubungan dengan kebiasaan menyirih.
Leukoplakia oral adalah gangguan mukosa mulut yang paling berpotensi keganasan.
Oral leukoplakia sebagai patch atau plak putih yang tidak dapat dinyatakan secara
klinis atau patologis seperti penyakit lainnya. Leukoplakia rongga mulut dapat
dijadikan indikator adanya kanker rongga mulut pada individu. Dari 2-12% lesi ini
akan mengalami keganasan hanya dalam rentang beberapa tahun.40,41 Oral
leukoplakia diklasifikasikan dalam dua tipe utama yaitu tipe homoge-neous yang
tampak seperti lesi putih yang datar, dan tipe non-homogen yang meliputi leukoplakia
berbintik, nodular, dan verukosa.42,43
Leukoplakia homogen adalah suatu bentuk putih yang berubah bentuk dan
tipis. Untuk jenis lesi putih dan merah biasanya permukaan didominasi berwarna
putih. Jenis leukoplakia lainnya seperti leukoplakia verukosa proliferus yaitu yang
dicirikan oleh evolusi agresif, penampilan multifokal, resistensi terhadap pengobatan,
dan tingkat kekambuhan dan tingkat transformasi yang berakibat keganasan. Lokasi
yang paling sering terkena seperti lidah dan mukosa bukal.42,43

Universitas Sumatera Utara


18

3.Oral Lichen Planus


Oral lichen planus adalah penyakit yang hingga saat ini etiologi tidak dapat
diidentifikasi secara pasti. Lesi ini biasa terlihat juga pada seseorang yang menyirih.
Selain itu biasanya penyakit ini terjadi karena penggunaan obat-obatan seperti anti
hipertensi dan obat antiretroviral. Secara klinis lesi ini tampak berbentuk striae
berwarna putih, papula, plak dengan eritema, atau erosi pada mukosa mulut. Tingkat
keparahan yang terjadi mengalami gejala yang bervariasi dari sensasi terbakar, rasa
sakit, hingga terganggunya fungsi rongga mulut. Lokasi yang paling sering adalah
mukosa bukal dan gingiva cekat namun daerah lain juga dapat terkena dan oral lichen
planus ini bersifat unilateral.44
4. Submucous Fibrosis
Submucous fibrosis didefinisikan sebagai penyakit kronis yang ditandai
dengan kekakuan dan berbahaya yang mempengaruhi rongga mulut dan kadang-
kadang pharynx. Selain itu berhubungan dengan dengan reaksi inflamasi yang diikuti
oleh perubahan elastis fibro pada lamina propria dengan atrofi epitel yang
menyebabkan kekakuan rongga mulut menuju trismus dan berpotensi menjadi kanker
rongga mulut. Submucous fibrosis terkenal pada populasi Asia Selatan.45 Patogenesis
untuk penyakit ini belum ditetapkan secara pasti karena penyebab yang
multifaktorial. Gejala utama untuk penyakit ini termasuk trismus, sensasi terbakar
dan kesulitan untuk makan. Submucous fibrosis disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu akibat kebiasaan menyirih, makanan pedas dan panas, mengonsumsi alkohol
dan merokok. Biasanya pengobatan yang diberikan hanya untuk meredakan gejala-
gejala ringan saja. Namun, untuk perawatan lain bisa dilakukan anestesi untuk
koreksi trismus, dan bedah rekonstruktif.45
5. Kanker Rongga Mulut
Kanker rongga mulut merupakan penyakit lesi genetik yang biasanya terletak
didaerah bibir mukosa, anterior dua pertiga lidah, mukosa bukal, dasar mulut,
palatum keras, alveolus bawah dan atas,gingiva dan trigonum retromolar. Kanker
rongga mulut disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah dari zat kimia yang
terkandung dalam komponen menyirih seperti tanin, dan beberapa polifenol seperti

Universitas Sumatera Utara


19

safrole, hydroxychavicol, dan katekin. Pasien yang menderita penyakit kanker rongga
mulut dilakukan pengobatan utama yaitu operasi. Namun penggunaan radioterapi
dan kemoterapi dapat dilakukan pada persentase penyakit dini.46

2.4 Remaja
Remaja adalah masa ketika seseorang anak tumbuh ke tahap untuk menjadi
seseorang yang dewasa yang tidak dapat ditetapkan secara pasti.47 Batasan usia
remaja menurut Departemen kesehatan RI, masa remaja akhir dimulai pada umur 17
tahun sampai dengan umur 25 tahun. Kata „‟remaja‟‟ berasal dari bahasa Latin
adolescence yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang
memberikan definisi dari remaja seperti DeBrun mendefiniskan remaja sebagai
periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut Papalia dan
Olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun.48
Remaja menurut WHO secara konseptual :
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual (kriteria biologis)
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa. (kriteria sosial-psikologis)
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (kriteria sosial–ekonomi)
Berikut ciri-ciri dari remaja yaitu:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Dalam periode remaja semua perkembangan dapat menimbulkan penyesuaian
mental serta perlunya untuk membentuk sikap, nilai dan minat yang baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Dalam tahap ini, remaja bukan lagi seseorang anak dan bukan juga seseorang
yang sudah dewasa. Remaja akan mampu diajari berperilaku sesuai dengan umurnya.
Dalam fase ini remaja dapat diberikan waktu jika ingin untuk mencoba gaya hidup

Universitas Sumatera Utara


20

yang berbeda dan untuk menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai
bagi dirinya.
3. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok
masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun, mereka mulai
akan mendambakan identitas diri dan tidak ingin sama lagi dengan teman-temannya
dalam segala hal seperti sebelumnya. Status dilema mereka yang akan membuat
mereka mengalami krisis identitas atau masalah-masalah identitas ego pada remaja.
4. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Dalam tahap remaja terkadang suka berbuat semaunya sendiri dan kadang
berperilaku merusak, dan kadang menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
5. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekati usia kematangan, para remaja terkadang merasa gelisah
dan kadang mereka memberi kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Untuk
berpakaian, bertindak terkadang belum cukup. Oleh karena itu, remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti
merokok, minum-minuman keras dan kegiatan lainnya yang meresahkan. Mereka
menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan citra yang sesuai
dengan yang mereka harapkan.48
6. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi
dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan
fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
7. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun
masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi baik oleh anak laki-
laki maupun perempuan. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri

Universitas Sumatera Utara


21

masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan
bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
8. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna
merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan
dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan
dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi
keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan
ciri dari masa awal remaja.48

Universitas Sumatera Utara


22

2.5 Kerangka konsep

Remaja suku Karo

Usia 17-25 tahun

Kebiasaan menyirih Pengetahuan tentang dampak Perilaku


- Lama menyirih menyirih pemeliharaan
- Waktu menyirih kesehatan
- Menyirih baik untuk
- Bahan menyirih rongga mulut
kesehatan rongga mulut
- Faktor pendorong
- Menyirih menyebabkan
menyirih
masalah pada gigi
- Menyirih menyebabkan
perubahan warna pada
gigi
- Menyirih menyebabkan
kecanduan
- Menyirih menyebabkan
masalah pada lidah
- Kandungan pinang
memiliki dampak
lansung pada tubuh
- Menyirih berpotensi
sebagai pemicu penyakit
kanker rongga mulut
- Menyirih memiliki
manfaat pada tubuh
- Menyirih termasuk
dalam kebiasaan yang
baik

Universitas Sumatera Utara


23

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan desain cross
sectional. Metode penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data yang
menyangkut tentang pengetahuan dan kebiasaan menyirih pada remaja penyirih suku
Karo usia 17-25 tahun.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sanggar Sang sekar Rudang Mayang Kecamatan
Merdeka Kabupaten Karo Kota Berastagi.

3.3.3 WaktuPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 sampai Selesai.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah remaja suku Karo berusia 17-25 tahun yang melakukan
kebiasaan menyirih di Kecamatan Merdeka Berastagi yaitu sebanyak 200 orang.

3.3.2 Sampel
Dengan perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
rumus penelitian yaitu:

Universitas Sumatera Utara


24

Keterangan :
n = Besar sampel
P = Proporsi penelitian yang digunakan 46% = 0,46{proporsi perilaku kebiasaan
menyirih pada remaja), Paulino et al., 2017}5
(1-P) = 1,0 - p
Z1-α/2 = Nilai Z derajat kemaknaan yang dikehendaki adalah 95%
d = Presisi ditetapkan sebesar10 %
Jumlah sampel minimal yang diambil peneliti adalah 96 sampel
Besar sampel minimum yang didapatkan melalui perhitungan rumus tersebut
adalah sebanyak 96 sampel. Peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel untuk
menghindari kekurangan sampel sehingga jumlah sampel yang akan dipakai untuk
penelitian ini adalah sebesar 106 sampel.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah memiliki kebiasaan menyirih
minimal 1 tahun.

3.4.2Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
1. Remaja yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
2. Remaja yang melakukan kebiasaan menyuntil.

Universitas Sumatera Utara


25

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Definisi Cara/Alat
Variabel Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional Ukur
1. Kebiasaan Kebiasaan yang Kuesioner Distribusi Nominal
menyirih meliputi: frekuensi
1. Lama menyirih:
a. 1-5 tahun
b. 6-10 tahun
c. > 10 tahun

2. Waktu menyirih:
a. Setiap hari
b. Sewaktu
pesta/upacara
adat
c. Lain-lain

3. Bahan menyirih
a. Sirih
b. Pinang
c. Kapur
d. Tembakau
e. Gambir
4. Faktor pendorong
menyirih:
a. Anggota
keluarga juga
menyirih
b. Memberikan
energi
c. Teman-teman
menyirih
d.Menghilangkan
stres
e. Kecanduan

Universitas Sumatera Utara


26

Lanjutan Tabel Definisi Operasional

Definisi Cara/Alat
Variabel Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional Ukur
2. Pengetahuan Setiap jawaban yang Kuesioner Kategori Ordinal
benar diberi nilai pengetahuan:
(1) dan jawaban Baik, Bila
yang salah diberi jumlah skor ≥
nilai 0 dengan nilai 80% dari skor
maksimal 9 max (skor 7-9)
dan nilai minimal 0.
Sedang, bila
Pengetahuan jumlah skor 60-
responden tentang 79% dari skor
dampak kebiasaan max (skor 5-7)
menyirih meliputi:
1. Menyirih tidak Buruk, bila
baik untuk rongga jumlah skor
mulut <60% dan skor
2. Menyirih dapat max (skor<5)
menyebabkan
masalah pada gigi
3. Menyirih dapat
menyebabkan
Perubahan warna
pada gigi
4. Menyirih dapat
menyebabkan
kecanduan
5.Menyirih dapat
menyebabkan
masalah pada lidah
6. Kandungan
pinang dapat
menyebabkan
dampak langsung
pada tubuh

Universitas Sumatera Utara


27

Lanjutan Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
7. Menyirih dapat
berpotensi sebagai
pemicu penyakit
Kanker rongga
mulut

8. Menyirih tidak
memiliki manfaat
pada tubuh

9. Menyirih tidak
termasuk dalam
kebiasaan yang
baik
3. Perilaku Perilaku Kuesioner Membersihkan Nominal
pemeliharaan pemeliharaan rongga mulut
kesehatan rongga mulut setelah
yang dilakukan menyirih:
rongga mulut
setelah menyirih a.Ya, selalu
meliputi cara dan b. Kadang-
dan pemeriksaan kadang
kesehatan gigi ke c. Tidak
dokter gigi pernah
Cara
pemeliharaan
kesehatan
rongga mulut:
a.Berkumur-
kumur dengan
air
b. Menyikat
gigi
c. Memakai
obat kumur
Pemeriksaan
kesehatan gigi
ke dokter gigi:
a.Ya, pernah

Universitas Sumatera Utara


28

Lanjutan Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
b.Kadang-
kadang
c.Tidak
pernah

3.6 Prosedur Penelitian


Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mendatangi lokasi penelitian.
2. Peneliti memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi untuk kemudian
dijadikan sebagai responden.
3. Peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, tujuan dan alasan peneliti
melakukan penelitian yang berjudul pengetahuan dan kebiasaan menyirih pada
masyarakat remaja suku karo usia 17-25 tahun di Kecamatan Merdeka Berastagi.
4. Pada masyarakat remaja suku Karo yang setuju sebagai responden maka
terlebih dahulu diminta untuk membaca dan mengisi lembar informed consent (surat
persetujuan) Sebagai tanda kesediaan untuk menjadi responden penelitian dengan
jaminan kerahasiaan atas jawaban yang diberikan.
5. Kuesioner dibagikan kepada responden penelitian yang telah dipilih.
Kuesioner diisi sendiri oleh responden penelitian dengan didampingi oleh peneliti.
6. Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner setelah diisi oleh responden untuk
diperiksa kelengkapannya dalam pengisian kuesioner.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Data yang terkumpul selanjutnya akan dilakukan editing, coding, dan entry data.
Pengolahannya dilakukan dengan komputerisasi yaitu data dimasukkan kedalam
program computer untuk dianalisis. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui
persentase, tingkat pengetahuan, dan perilaku pada remaja suku Karo yang

Universitas Sumatera Utara


29

melakukan kebiasaan menyirih. Disajikan dalam bentuk tabel distribusi. Analisa data
dilakukan dengan membahas hasil penelitian sesuai dengan teori yang ada.

3.8 Etika Penelitian


3.8.1 Kelayakan Etik (Ethical Clearance)
Peneliti mengajukan surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan
proposal penelitian yang ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran
(KEPK) di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8.2 Lembar Persetujuan (Surat Izin)


Peneliti memberi lembar penjelasan dan persetujuan kepada subjek penelitian.
Peneliti kemudian menjelaskan tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta
manfaat yang akan diperoleh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Jika
subjek penelitian bersedia, subjek penelitian diminta untuk menandatangani
lembarpersetujuan dan berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

3.8.3 Kerahasiaan (Confidentially)


Sampel pada penelitian ini akan diberi jaminan atas data yang diberikan agar
identitas subjek pada sampel penelitian ini dapat dirahasiakan dan tidak akan
dipublikasikan tanpa izin dari subjek penelitian

Universitas Sumatera Utara


30

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden


Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden perempuan
sebanyak 59,4%, lebih banyak daripada responden laki-laki 40,6%, dengan kisaran
usia responden terbanyak 21-22 tahun yaitu 67,0% dan tidak sekolah sebanyak
60,4%, (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik responden remaja di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi


(n=106)
Karakteristik
n %
Responden
Umur (tahun)
17-20 35 33,0
21-25 71 67,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 43 40,6
Perempuan 63 59,4
Tingkat Pendidikan
SMA 5 4,7
Perguruan Tinggi 37 34,9
Tidak Sekolah 64 60,4

4.2 Karakteristik Kebiasaan Menyirih


Tabel 2 menunjukkan karakteristik kebiasaan menyirih bahwa sebagian
remaja menyirih antara 1-5 tahun (57,5%), 6-10 tahun sebanyak 25,2%, lebih dari 10
tahun sebanyak 13,2%. Kebiasaan menyirih ini sebagian dilakukan setiap hari 62,3%.
komposisi bahan menyirih yang paling banyak digunakan yaitu daun sirih, pinang,
kapur, gambir dan tembakau 42,5%. Faktor pendorong remaja suku Karo dalam
melakukan kebiasaan menyirih sebagian besar karena kecanduan 31,3% ( Tabel 2).

Universitas Sumatera Utara


31

Tabel 2. Karakteristik kebiasaan menyirih pada remaja suku Karo di Kecamatan


Merdeka Kota Berastagi (n= 106)
Kebiasaan menyirih n %
Lama menyirih (tahun)
1-5 61 57,5
6-10 31 29,2
>10 14 13,2
Waktu menyirih
Setiap hari 66 62,3
Kadang-kadang 40 37,7
(Sewaktu pesta)
Bahan menyirih
Sirih, Pinang, Kapur 30 28,3
Sirih, Pinang, Kapur, Gambir 31 29,2
Sirih, Pinang, Kapur, Gambir, 45 42,5
dan Tembakau
Faktor Pendorong Menyirih
Anggota keluarga 51 19,7
Menambah energi 30 12,0
Teman menyirih 62 23,9
Menghilangkan stress 34 13,1
Kecanduan 81 31,3

4.3 Persentase Pengetahuan Remaja mengenai Dampak Kebiasaan Menyirih di


Rongga Mulut
Hasil penelitian menunjukkan remaja seluruhnya 100% menjawab dengan
benar bahwa menyirih baik untuk kesehatan rongga mulut dan hampir seluruhnya
>90% menjawab dengan benar bahwa kebiasaan menyirih dapat menyebabkan
perubahan warna pada gigi dan menimbulkan kecanduan. Sedangkan remaja yang
menyatakan bahwa menyirih berdampak terhadap masalah gigi hanya 29,2% yang
menjawab benar. Sebagian besar remaja 70% menjawab tidak tahu bahwa kebiasaan
menyirih dapat berdampak pada lidah dan penyebab terjadinya kanker rongga mulut.
Hanya 25,5% remaja yang menjawab benar bahwa kebiasaan menyirih memiliki
manfaat terhadap rongga mulut dan hanya 3,8% remaja yang menjawab benar
bahwa menyirih termasuk dalam kebiasaan yang baik.(Tabel 3).

Universitas Sumatera Utara


32

Tabel 3. Persentase distribusi pengetahuan dampak menyirih akibat kebiasaan


menyirih oleh remaja suku Karo di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi
(n=106)
Pengetahuan dampak menyirih N %
Menyirih baik untuk kesehatan rongga mulut
a. Ya 0 0
b.Tidak 106 100
c.Tidak tahu 0 0
Menyirih menyebabkan masalah pada gigi
a.Ya 31 29,2
b.Tidak 37 34,9
c.Tidak tahu 38 35,8
Menyirih menyebabkan perubahan warna pada gigi
a.Ya 103 97,2
b.Tidak 2 1,9
c.Tidak tahu 1 0,9
Menyirih menyebabkan kecanduan
a.Ya 105 99,1
b.Tidak 1 0,9
c.Tidak tahu 0 0
Menyirih menyebabkan masalah pada lidah
a.Ya 9 8,5
b.Tidak 20 18,9
c.Tidak tahu 77 72,6
Kandungan pinang memiliki dampak langsung pada tubuh
a. Ya 27 25,5
b.Tidak 36 34,0
c.Tidak tahu 43 40,6
Menyirih berpotensi sebagai pemicu penyakit kanker rongga
mulut
a.Ya 19 17,9
b.Tidak 7 6,6
c.Tidak tahu 80 75,5
Menyirih memiliki manfaat pada tubuh
a.Ya 27 25,5
b.Tidak 78 73,6
c.Tidak tahu 1 0,9
Menyirih termasuk dalam kebiasaan yang baik
a.Ya 4 3,8
b.Tidak 9 8,5
c.Tidak tahu 93 87,7

Universitas Sumatera Utara


33

Tabel 4 menunjukkan kategori pengetahuan remaja mengenai dampak


kebiasaan menyirih pada rongga mulut termasuk dalam kategori buruk 62,3%,
kategori sedang 33,0%, sedangkan kategori baik hanya 4,7% (Tabel 4).

Tabel 4. Kategori Pengetahuan Remaja tentang dampak kebiasaan menyirih pada


rongga mulut di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi (n = 106)
Kategori Pengetahuan n %
Baik (>7 ) 5 4,7
Cukup (5-7) 35 33,0
Buruk (<5) 66 62,3

4.4 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Rongga Mulut


Sebagian besar remaja penyirih hanya kadang-kadang saja membersihkan
rongga mulutnya yaitu 58,5%, yang selalu hanya 34%. Kebanyakan responden
melakukan perilaku pemeliharaan kesehatan rongga mulut dengan menyikat gigi
yaitu 56,6% (Tabel 5).

Tabel 5. Perilaku pemeliharaan kesehatan rongga mulut pada remaja suku Karo di
Kecamatan Merdeka Kota Berastagi yang memiliki kebiasaan menyirih
Perilaku pemeliharaan
n %
kesehatan rongga mulut
Membersihkan rongga mulut
setelah menyirih
Ya, selalu 36 34,0
Kadang-kadang 62 58,5
Tidak pernah 8 7,5

Cara pemeliharaan kesehatan


rongga mulut
Kumur-kumur 36 37,0
Menyikat gigi 58 59,0
Menggunakan Obat kumur 4 4,0

Universitas Sumatera Utara


34

Tabel 6 menunjukkan sebagian besar responden yang melakukan kebiasaan


menyirih hampir tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan rongga mulut ke
dokter gigi 47,2% (Tabel 6).

Tabel 6. Perilaku pemeriksaan ke dokter gigi pada remaja suku Karo di Kecamatan
Merdeka Kota Berastagi yang memiliki kebiasaan menyirih (n=106)
Perilaku pemeriksaan ke
n %
dokter gigi
Ya, selalu 32 30,2
Kadang-kadang 24 22,6
Tidak pernah 50 47,2

Universitas Sumatera Utara


35

BAB 5
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Merdeka Kota


Berastagi, menunjukkan lamanya kebiasaan menyirih pada masyarakat Karo
kebanyakan berada pada 1-5 tahun 57,5%. Sedangkan pada suku Papua di Manado
kebanyakan berada < 5 tahun 63,3%. Kebiasaan ini umumnya dimulai saat responden
duduk di bangku sekolah dasar. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan
diakibatkan karena kebiasaan menyirih yang dilakukan masyarakat Karo dimulai
pada kelompok usia remaja hingga dewasa awal.6 Hasil penelitian selanjutnya
memperlihatkan waktu menyirih kebanyakan dilakukan setiap hari 62,3% disebabkan
tradisi yang telah berlangsung lama dan masih membudaya hingga saat ini. Pada
acara-acara pertemuan keluarga, pesta perkawinan dan istirahat setelah bekerja
memberikan waktu yang lebih lama lagi bagi para penyirih untuk berbincang sambil
menyirih2 (Tabel 2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran menyirih yang paling banyak
digunakan responden yaitu sirih, pinang,kapur, gambir, dan tembakau 42,5%. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian di Desa Magelung
bahwa mayoritas responden menggunakan daun sirih, pinang, kapur, gambir, dan
tembakau 100%. Kesamaan penggunaan bahan dasar menyirih ini karena mudahnya
akses dalam mendapatkan bahan. Selain itu, harga dari bahan-bahan menyirih juga
terjangkau sehingga para penyirih tidak kesulitan dalam memenuhi bahan dasar untuk
menyirih20 (Tabel 2).
Faktor pendorong terbesar bagi responden untuk melakukan kebiasaan
menyirih yaitu faktor kecanduan 31,3% sedangkan karena faktor teman yang
menyirih sebanyak 23,9%. Faktor kecanduan merupakan faktor pendorong terbesar
bagi para responden dalam melakukan kebiasaan menyirih. Hal ini terjadi diakibatkan
kandungan dari bahan menyirih yaitu sirih dan pinang yang bersifat zat psikoaktif
yang mampu merangsang tubuh mencapai rasa kenyang, dan mencegah kelelahan
oleh karena itu apabila mereka tidak melakukannya dalam sehari mereka akan

Universitas Sumatera Utara


36

merasakan kegelisahan didalam diri mereka. Di samping itu, teman-teman menyirih


terjadi karena pengaruh dari lingkungan yang membuat mereka ingin mencoba-coba
hingga membuat mereka tidak bisa lepas lagi dari kegiatan menyirih tersebut.
Berbeda dengan hasil penelitian mahasiswa Papua di Manado di mana diperoleh
faktor pendorong kebiasaan menyirih terbanyak yaitu berasal dari keinginan sendiri
sebanyak 46,67%2 (Tabel 2).
Berdasarkan hasil penelitian seluruh responden 100% mengetahui bahwa
kebiasaan menyirih berdampak terhadap kesehatan rongga mulut. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Khan dkk. Yang melaporkan bahwa lebih dari setengah responden
mengetahui bahwa kebiasaan menyirih berbahaya bagi kesehatan 56,2%. Berdasarkan
hasil penelitian 29,2% responden mengetahui bahwa kebiasaan menyirih
menyebabkan masalah pada gigi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Khan bahwa
hanya 32,9% responden yang mengetahui bahwa kebiasaan menyirih menyebabkan
masalah pada gigi. Adanya masalah pada gigi tersebut menyebabkan 40% responden
mengalami masalah pada gigi. Hal ini terjadi karena kurangnya edukasi dan tingkat
kesadaran tentang dampak dari kebiasaan menyirih49 (Tabel 3).
Berdasarkan hasil penelitian, 97,2% responden mengetahui tentang
perubahan warna pada gigi terjadi akibat kebiasaan menyirih. Hasil penelitian ini
jauh lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan Reichart dkk. bahwa hanya 3,6%
yang mengetahui bahwa kebiasaan menyirih dapat menyebabkan perubahan warna
pada gigi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan tingkat kesadaran
bahwa kebiasaan ini dapat membuat noda hitam pada gigi yang terjadi akibat kapur
dan pinang yang dapat menyebabkan saliva berwarna merah kecokelatan. Selain itu,
seiring dengan kebiasaan menyirih yang berlangsung lama dengan tingkat profilaksis
yang rendah akan memudahkan terbentuknya plak yang dapat menempel pada gigi
yang berwarna cokelat kemerahan40 (Tabel 3).
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa 99,1% responden mengetahui
bahwa kebiasaan menyirih dapat menyebabkan kecanduan. Hasil penelitian ini lebih
tinggi dari penelitian yang dilakukan oleh Khan dkk. bahwa hanya 52,4% yang
mengetahui bahwa kebiasaan menyirih menyebabkan kecanduan. Faktor kecanduan

Universitas Sumatera Utara


37

ini mungkin disebabkan kandungan yang terkandung dalam pinang dengan campuran
sirih sehingga kebiasaan mengunyah sirih dan pinang dapat menyebabkan stimulan
yang merangsang tubuh untuk ketagihan. Selain itu, mungkin responden sudah
mencoba untuk berhenti dari kebiasaan tersebut. Walaupun demikian, masih sulit
diterapkan karena daerah tersebut masih rutin melakukan kebiasaan ini sehingga
kebiasaan ini sangat sulit untuk dihindarkan40(Tabel 3).
Hasil penelitian menunjukkan hanya 8,5% responden yang mengetahui
bahwa kebiasaan menyirih dapat menyebabkan masalah pada lidah. Hasil dari
penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian Khan dkk. Yang menunjukkan bahwa
25,4% responden mengetahui bahwa kebiasaan menyirih dapat berdampak terhadap
lidah. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya tingkat kesadaran dan
pengetahuan responden bahwa kandungan dari penggunaan bahan campuran
menyirih seperti tembakau dan daun sirih dapat menyebabkan timbulnya penyakit
pada lidah.50 Hasil penelitian menunjukkan hanya 25,5% responden yang mengetahui
tentang dampak dari bahan menyirih bagi kesehatan dalam tubuh. Hal ini mungkin
disebabkan kurangnya tingkat kesadaran dan pengetahuan yang diberikan sejak usia
dini sehingga masyarakat tidak memperdulikan adanya zat-zat berbahaya dalam
bahan campuran menyirih51 (Tabel 3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 17,9% responden yang
mengetahui bahwa kebiasaan menyirih dapat berpotensi pada kanker rongga mulut.
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran responden. Hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khan dkk. bahwa,
75% responden menyatakan menyirih dapat menyebabkan kanker rongga mulut
karena prevalensi topografi produk sirih yang terlihat di daerah Asia selatan dan Asia
Tenggara50 (Tabel 3).
Hanya 8,5% responden yang mengetahui bahwa kebiasaan menyirih bukan
termasuk kedalam kebiasaan yang baik. Hasil penelitian ini lebih rendah dari
penelitian yang dilakukan oleh Khan dkk, bahwa 80,8% responden mengakui bahwa
kebiasaan tersebut bukanlah kebiasaan yang baik. Hal ini mungkin disebabkan karena

Universitas Sumatera Utara


38

kurangnya pengetahuan responden bahwa kebiasaan menyirih berisiko terhadap


kesehatan50 (Tabel 3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan remaja mengenai
dampak kebiasaan menyirih pada rongga mulut termasuk dalam kategori buruk yaitu
sebesar 62,3%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dere dkk, yang
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran remaja tentang dampak
kebiasaan menyirih terhadap kesehatan rongga mulut dalam kategori buruk sebesar
87%. Hal ini mungkin disebabkan karena terbatasnya penyuluhan yang dilakukan
kepada masyarakat bahwa tradisi menyirih menimbulkan dampak merugikan dari
kebiasaan menyirih51 (Tabel 4).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden 58,5%
hanya kadang-kadang saja membersihkan rongga mulut.Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Tanwir dkk, bahwa sebagian responden memilih hanya
membersihkan rongga mulut hanya sesekali.Hal ini mungkin disebabkan karena
pengetahuan yang rendah dan tingkat kesadaran responden terhadap kesehatan
rongga mulut dan estetika gigi.52 Hasil penelitian menunjukkan cara membersihkan
rongga mulut yang paling dipilih adalah menyikat gigi 59,0%, hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Wahembam dkk yang menunjukkan 90,9% remaja
mengetahui menyikat gigi dua kali pada waktu pagi dan sore hari sebagai tindakan
membersihkan rongga mulut53 (Tabel 5).
Berdasarkan hasil penelitian, hampir sebagian responden (47,2%) tidak
melakukan pemeriksaan ke dokter gigi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Tanwir dkk. bahwa hampir 80% penyirih tidak pernah mengunjungi dokter gigi. Hal
ini menunjukkan dibutuhkannya motivasi dan rasa kesadaran hingga pengetahuan
bahwa kontrol berkala ke dokter gigi sangat penting untuk mencegah terjadinya
penyakit gigi dan mulut52 (Tabel 6).

Universitas Sumatera Utara


39

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Kebiasaan menyirih pada remaja Kecamatan Merdeka Kota Berastagi
dilakukan sebagian besar oleh wanita. Responden melakukan kebiasaan menyirih
mulai 1-5 tahun dan kebiasaan menyirih ini umumnya dilakukan setiap hari. Faktor
kecanduan,teman-teman, dan anggota keluarga sangat berperan sebagai faktor
pendorong kebiasaan ini.
2. Bahan utama yang sering digunakan dalam menyirih yaitu sirih, kapur,
tembakau, gambir, dan kadang-kadang menggunakan pinang.
3. Pengetahuan responden di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi dengan
kategori baik 80-100% meliputi tentang dampak kebiasaan menyirih pada kesehatan
rongga mulut, menyebabkan perubahan warna gigi dan kecanduan. Pengetahuan
responden yang kurang sebesar <60% adalah pengetahuan tentang dampak kebiasaan
menyirih terhadap timbulnya masalah pada gigi, lidah, potensi terhadap kanker
rongga mulut.
4. Perilaku pemeliharaan kesehatan rongga mulut pada remaja di Kecamatan
Merdeka Kota Berastagi hanya kadang-kadang saja dilakukan, dan sebagian
responden memilih dengan cara menyikat gigi. Responden umumnya tidak
melakukan pemeriksaan berkala ke dokter gigi.

6.2 Saran
1. Diharapkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara untuk menyusun
program penyuluhan tentang kebiasaan menyirih dan dampaknya terhadap kesehatan
rongga mulut, sampai kepada potensi terjadinya kanker rongga mulut.
2. Menyelenggarakan program penyuluhan tentang edukasi menyikat gigi
secara teratur yang benar dan melakukan pemeriksaan berkala ke dokter gigi.
3. Meningkatkan sistem pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat pada
puskesmas setempat.

Universitas Sumatera Utara


40

DAFTAR PUSTAKA

1. Iptika A. Keterkaitan kebiasaan dan kepercayaan mengunyah sirih pinang dengan


kesehatan gigi. J Airlangga 2014; 3(1): 64-9.
2. Wowor, Vonny NS, Supit A, Marbun DR. Gambaran kebiasaan menyirih dan lesi
mukosa mulut pada mahasiswa Papua di Manado. J e-Gigi 2013; 1(2): 1-8.
3. Hontong C, Mintjelungan CN, Zuliari K. Hubungan status gingiva dengan
kebiasaan menyirih pada masyarakat di Kecamatan Manganitu. J e-Gigi 2016;
4(2): 215-221.
4. Gupta PC, Ray CS. Epidemiology of betel quid usage. J Ann Acad Med 2004;
3(suppl): 31s-6s.
5. Paulino et al. Epidemiology of areca (betel) nut use in the Mariana Islands:
findings from the University of Guam/University of Hawai‟I Cancer Center
Partnership Program. Cancer Epidemiol 2017; 50: 1-12.
6. Siagian KV. Status kebersihan gigi dan mulut suku Papua pengunyah pinang di
Manado. Dentofasial 2012; 11(1): 1-6.
7. Khandelwal V, Nayak UA, Nayak PA, Khandelwal S. Sweetened areca- nut
chewing habit: A public health issue among school children of Indore, India.
South East Asia. J Public Health 2012; 2(2): 73-6.
8. Gupta PC, Ray CS, Sinha DN, Singh PK. Smokeless tobacco a major health
problem in the SEA region: A review. Indian J Public Health 2011; 55(3): 199-
209.
9. Yamada T, Hara K, Kadowaki T. Chewing betel quid and the risk of metabolic
disease, cardiovascular disease, and all-cause mortality: A meta-analysis. Plos one
2013; 8(8): 1-10.
10. Priebe SL, Aleksejuniene J, Dharamsi S, Zed C. Oral cancer and cultural factors
in Asia. Can J Dent 2008; 42(6): 291-295.
11. Bames L, Everson JW, Reichart. P. Pathology& genetics head and neck tumours.
2nd ed. Lyon: France: WHO Publication Center, 2005; 164-176.

Universitas Sumatera Utara


41

12. Hasibuan S. Lesi-lesi mukosa mulut yang dihubungkan dengan kebiasaan


menyirih di kalangan penduduk tanah Karo, Sumatera Utara. Tesis. Jakarta:
Bagian Ilmu Penyakit Mulut FKG UI, 2002: 5-37.
13. Aritonang M, Siagian MT, Tarigan FL. Pengaruh budaya makan sirih terhadap
status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo di Desa Tiga Juhar
Kabupaten Deli Serdang. J Maternitas 2019; 4(1): 1-10.
14. Kamisorei RV,Devy SR. Gambaran kepercayaan tentang khasiat menyirih pada
masyarakat Papua di Kelurahan Ardipura I Distrik Jayapura Selatan kota
Jayapura. J Promkes 2017; 5(2): 232-244.
15. Uamang S, Leman MA, Ticoalu SH. Gambaran status karies gigi pada mahasiswa
sal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado. J e-Gigi
2017; 5(1): 47-51.
16. Purnama SD. Perilaku menyirih dengan dan tanpa pinang dihubungkan dengan
peningkatan kadar nitric oxide saliva sebagai potensial karsinogenik pada
perempuan penyirih suku karo di Kecamatan Pancur Batu. Tesis. Medan: Bagian
Ilmu Kedokteran Gigi FKG USU, 2016: 42-101.
17. Parmar G, Sangwan P, Vashi P, Kulkarni P, Kumar S. Effect of chewing: A
mixture of areca nut and tobacco on periodontal tissues and oral hygiene status. J
Oral Sci 2008; 50(1): 57-62.
18. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
19. Notoadmojo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010: 27-58.
20. Musyafaatun, Arisdiani T, Hastuti YD. Gambaran karakteristik biografikal dan
budaya menyirih pada lansia wanita. J Ilmiah Permas 2017; 7(1): 16-24.
21. Putri MS, Asriati A, Indrayuda. Makna sirih dalam tari makan sirih di Tanjung
Batu Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun Kepulauan Riau. J Sendratasik
2014; 2(2): 61-70.
22. Ariyasa IG, Parianti NKW. Hubungan kebiasaan menyirih terhadap kejadian
karies gigi pada lanjut usia di Desa Batubalan Kangin. J Virgin 2015; 1(2): 200-8.

Universitas Sumatera Utara


42

23. Pattidar KA, Parwani R, Wanjari SP, Patidar A. Various terminologies associated
with areca nut and tobacco chewing: a review. J Oral and Maxillofacial pathology
2015; 19(1): 69-76.
24. Pramana KA, Darsono L, Slamet SE.Ekstrak daun sirih (Piper Betle Linn) dalam
mempercepat penyembuhan luka. Global Med and Health Communication 2014;
2(2): 49-53.
25. RE, Sugiarto L. Studi fisiologis daun sirih „temurose‟ (The Physialogical Study
Of ‘Temurose’ Betel Leaves). J Sains Dasar 2013; 2(1): 7-12.
26. Suliantari, Jenie B.S.L. Suhartono MT. Aktivitas antibakteri ekstrak sirih hijau
(Piper Betle L) terhadap bakteri patogen pangan. J Teknol dan Industri Pangan
2008; 19(1): 1-6.
27. Utami L, Lazulva. Pemanfaatan limbah kulit buah pinang (Areca Chatecu L)
sebagai biosorben untuk mengolah logam berat Pb(II). Al-Kimia 2017; 5(2): 109-
118.
28. Selvi A, Kartini L, Stefany Aw. Hubungan kebiasaan mengonsumsi sirih pinang
dengan kejadian anemia pada masyarakat Desa Fatukanutu tahun 2015. Cendana
Medical J 2016; 6(1).
29. Yernisa, Sa‟id EG, Syamsur K. Aplikasi pewarna bubuk alami dari ekstrak biji
pinang (Areca Catechu L) pada pewarnaan sabun transparan. J Teknologi Industri
Pertanian 2013; 23(3): 190-8.
30. Dalinatola R, Fifendy M, Hidayat Y. Daya hambat ekstrak biji buah pinang
(Areca Catechu L) terhadap pertumbuhan bakteri. http://jjm.stkip-pgri-
sumbar.ac.id . (21 Desember 2018)
31. Javed F et al. Systemic conditions associated with areca nut usage: A literature
review.Scandinavian J Public Health 2010; 38: 838-844.
32. Aditya M, Ariyanti PR. Manfaat gambir (Uncaria Gambir Roxb) sebagai
antioksidan. Majority 2016; 5(3): 129-133.
33. Isnawati A et al. Karakteristik tiga jenis ekstrak gambir (Uncaria Gambir Roxb)
dari Sumatera Barat. Balai Penelitian Kesehatan 2012; 40(4): 201-7.

Universitas Sumatera Utara


43

34. Samura JA. Pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan periodontal
pada masyarakat suku Karo di Desa Biru-biru Kabupaten Deli serdang. Tesis.
Medan: Ilmu kesehatan masyarakat FKM USU, 2009: 40-139
35. Indrawati R, Ratnawati GJ. Pengaruh perendaman larutan kapur sirih terhadap
kadar asam sianida pada biji karet. JLK 2017; 1(1): 58-66.
36. Aprilliani NF, Aniriani GW. Analisis uji mikrobiologi dan logam berat pada
scrub berbahan dasar kapur sirih. J Ilmiah Sains 2017; 17(2): 126-130
37. Taufik M, Wanto R, Athaillah,et al. Analisis nikotin dalam daun tembakau Deli
(Nicotiana Tabacum L).J STIKNA 2017; 1(2): 114-122.
38. Alegantina S. Penetapan kadar nikotin dan karakteristik ekstrak daun tembakau
(Nicotiana Tabacum L.). J Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan
2017; 1(2): 113-9.
39. Avon SL. Oral mucosal lesions associated with use of quid.J Can Dent Assoc
2004; 70(4): 244-248.
40. Anand R, Dhingra C, Prasad S, Menon I. Betel nut chewing and its deleterious
effects on oral cavity. J Cancer Research and Therapeutics 2014; 10(3): 499-505.
41. Sharan RN, Mehrotra R, Choudhury Y, Asotra K. Association of betel nut with
carcinogenesis : revisit with a clinical perspective. Plos one 2012; 7(8): 1-16.
42. Parlatescu I, Gheorghe C, Coculescu E, Tovaru S. Oral leukoplakia: An update.
Maedica 2014; 9(1): 88-93.
43. Carrard VC, Waal IVD. A clinical diagnosis of oral leukoplakia; A guide for
dentist. Med Oral Patol Cir Bucal 2018; 23(1): 59-64.
44. Apriasari ML. Oral lichenoid reaction pada pasien pengonsumsi obat hipertensi
angiontensin receptor blocker. J PDGI 2012; 61(3): 89-91.
45. Balabaskaran K. Treatement options for oral submucus fibrosis. IOSR-JDMS
2013; 10(5): 33-35.
46. Shah, Chaturvedi P, Vaishampayan S. Arecanut as an emerging etiology of oral
cancers in India.Indian J Med Paediatr Oncol 2012; 33(2): 71-8.
47. Sary YN. Perkembangan kognitif & emosi psikologi masa remaja awal.
JPENGMAS 2017; 1(1): 6-12.

Universitas Sumatera Utara


44

48. Putro KZ. Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja. J Aplikasi Ilmu-
Ilmu Agama 2017; 17(1): 25-32.
49. Reichart PA, Khongkhunthian P, Scheifele C, Lohsuwan P. Thai dental students
knowledge of betel quid chewing habit in Thailand European. J of dent education
2005; 3(3): 126-132.
50. Khan MS, Bawany FI, Shah SR, Hussain M, Arshad MH, Nisar N. Comparison
of knowledge, attitude and practices of betelnut users in two socio-economic
areas of Karachi. J Pak Med Assoc 2013; 63(10): 1319-1325.
51. Dere K, Choudhary P, Bhaskar V, Ganesh M, Ventaraghavan K, Shah S.
Prevalence and characteristics of chewing habit of areca nut, gutka and tobacco
among school children of rural areas in and around Gandhinagar District Gujarat.
J Adv Oral Res 2014; 5(2): 20-25.
52. Tanwir F, Altamash M, Gustafssun A. Influence of betel nut chewing, dental care
habits and attitudes on perceived oral health among adult Pakistanis. Oral health
prev dent 2008; 6(2): 89-94.
53. Wahengbam PP, Kishetrimyum N, Wahengbam BS, Nandkeoliar T, Lyngdoh D.
Assessment of oral health knowledge, attitude and self-care practice among
adolescents - a state wise cross- sectional study in Manipur, North Eastern India. J
Clin Diagnostic Res 2016; 10(6): zc65-zc70.
54. Pratt S. The challenge of betel nut consumption to economic development: A case
of Honiara Salomon islands. Asian Pac Dev J 2014; 21(2): 103-120.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN


GIGI PENCEGAHAN /KESEHATAN GIGI
MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENYIRIH PADA


REMAJA SUKU KARO USIA 17-25 TAHUN
DI KECAMATAN MERDEKA
KOTA BERASTAGI

Tanggal : ....../....../...... No Responden:


I. Data Responden
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Umur :
d. Tingkat pendidikan: a. Tidak sekolah
b. SMA
c. Kuliah
I PERTANYAAN SCREENING
1. Apakah Saudara melakukan kebiasaan menyirih?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, Sudah berapa lama Saudara menyirih?
a .≤ 1 tahun
b. ≥ 1 tahun
3. Apakah saudara melakukan kebiasaan menyuntil?
a. Ya
b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

II. Gambaran Kebiasaan Menyirih pada Remaja

1. Sudah berapa lama Saudara melakukan kebiasaan menyirih?


a. 1-5 tahun
b. 6-10 tahun
c. >10 tahun
2. Kapan saja kebiasaan menyirih saudara lakukan ?
a. Setiap hari
b. Sewaktu pesta / upacara adat
c. Lain-lain/sebutkan...........................

3.Apa saja bahan yang saudara pakai saat menyirih ? ( jawaban boleh lebih dari
satu)
a. Sirih
b. Pinang
c. Kapur
d. Tembakau
e. Gambir
f. Lain-lain,...........................
4. Apa yang mendorong saudara melakukan kebiasaan menyirih ?
a. Anggota keluarga juga menyirih
b. Memberikan energi
c. Teman-teman juga menyirih
d. Menghilangkan stres
e. Kecanduan
f. Lain-lain, Sebutkan...................

Universitas Sumatera Utara


III. PENGETAHUAN
1. Menurut Saudara, apakah kebiasaan menyirih baik untuk kesehatan rongga mulut?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
2. Menurut Saudara, apakah kebiasaan menyirih dapat menyebabkan masalah pada
gigi?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
3. Menurut Saudara, apakah kebiasaan menyirih dapat menyebabkan perubahan
warna pada gigi ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
4 Menurut Saudara, apakah kebiasaan menyirih dapat menyebabkan kecanduan?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

5. Apakah Saudara mengetahui kebiasaan menyirih dapat menyebabkan masalah


pada lidah?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

6. Apakah Saudara mengetahui bahwa salah satu kandungan dari pinang memiliki
dampak langsung pada tubuh?
a. Ya
b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


c. Tidak tahu

7. Apakah Saudara mengetahui bahwa kebiasaan menyirih berpotensi sebagai pemicu


penyakit kanker rongga mulut?

a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
8. Menurut Saudara, apakah kebiasaan menyirih memiliki manfaat pada tubuh?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
9. Apakah menurut Saudara, kebiasaan menyirih termasuk dalam kebiasaan yang
baik?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Total Skor Pengetahuan

Skor yang benar

Total Skor Pengetahuan

Kategori Pengetahuan

Baik (7-9)

Sedang (5-7)

Buruk (<5)

Universitas Sumatera Utara


IV Perilaku pemeliharaan Kesehatan Rongga Mulut
1. Apakah Saudara setelah menyirih selalu membersihkan rongga mulut ?
a. Ya, selalu
b. Kadang – Kadang
c. Tidak Pernah
2. Jika ya, bagaimana cara Saudara membersihkan rongga mulut ?
a. Berkumur-kumur dengan air
b. Menyikat gigi
c. Memakai obat kumur
d. Lain-lain, sebutkan........................
3. Apakah Saudara pernah melakukan pemeriksaan kesehatan gigi ke dokter gigi?
a. Ya, Pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
4. Apakah Saudara pernah merasakan efek menyirih di rongga mulut ?

a. Ya, Pernah

b. Tidak pernah

5. Efek apakah yang Saudara rasakan di rongga mulut akibat kebiasaan menyirih?

a. Mulut terasa terbakar

b. Kesulitan mengunyah

c. Menghilangkan bau mulut

d. Memperkuat gigi dan gusi

e. Lain-lain, sebutkan...................

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Perkenalkan, nama saya Nelly novianty br ginting .Saya mahasiswa Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.Bersama ini saya mohon kesediaan
saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya tentang Kebiasaan
menyirih dan pengetahuan mengenai dampaknya pada remaja Suku Karo
Usia 17-25 Tahun Di Kecamatan Merdeka Kota Berastagi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kebiasaan remaja
suku karo dalam melakukan kebiasaan menyirih, untuk mengetahui pengetahuan
mengenai dampak pada rongga mulut akibat kebiasaan menyirih dan perilaku
pemeliharaan kesehatan rongga mulut. Manfaat penelitian ini adalah memberikan
informasi tentang perilaku kebiasaan menyirih, terutama untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang kebiasaan menyirih pada remaja suku
karo usia 17-25 tahun di Kecamatan Merdeka Berastagi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, dimana
kuesioner diberikan secara langsung kepada responden dan diisi langsung oleh
responden.Kuesioner yang diberikan terdiri dari tiga bagian yaitu data responden,
pertanyaan yang berhubungan dengan kebiasaan remaja dalam menyirih, pertanyaan
yang berhubungan dengan pengetahuan remaja suku karo tentang pengetahuan
menyirih, dan pertanyaan tentang perilaku pemeliharaan kesehatan rongga mulut.
Kegiatan yang akan dilakukan tidak menimbulkan efek samping dan seluruh
biaya penelitian menjadi beban peneliti. Untuk melakukan penelitian ini, saya
membutuhkan bantuan remaja suku karo untuk mengisi kuesioner ini tentang
kebiasaan menyirih. Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan
tidak dipungut biaya serta tidak menimbulkan risiko karena penelitian saya hanya
mengumpulkan data dari kuesioner tanpa melakukan uji coba pada sampel
penelitian.Jika responden ingin mengundurkan diri dari penelitian ini, maka dapat
langsung menyampaikan kepada peneliti tanpa diberikan hukuman apapun.

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian ini, identitas responden akan disamarkan. Hanya saya dan
anggota komisi etik yang akan melihat data responden. Kerahasiaan data responden
sepenuhnya akan dijamin. Bila data dipublikasikan kerahasiaan akan tetap dijaga.
Setelah responden memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini,
diharapkan untuk dapat mengisi dan menandatangani lembar persetujuan.
Terima kasih saya ucapkan atas partisipasinya dalam penelitian ini.Jika
selama menjalankan penelitian ini ada keluhan yang terjadi dan hal-hal yang kurang
jelas, maka dapat langsung menghubungi saya:

Nama : Nelly novianty br ginting

No. Hp : 087769457205

Medan, 2019
Peneliti

(Nelly novianty br ginting)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Alamat :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan
didapatkan pada penelitian yang berjudul:

KEBIASAAN MENYIRIH DAN PENGETAHUAN MENGENAI


DAMPAKNYA PADA REMAJA SUKU KARO
USIA 17-25 TAHUN DI KECAMATAN
MERDEKA BERASTAGI

Maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini secara
sadardan tanpa paksaan.

Medan, 2019
Mahasiswa Peneliti, Responden Penelitian,

Nelly novianty br ginting ..............................

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7

MASTER DATA

NAMA GENDER UMUR TINGKAT SKOR KATEGORIK P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9


PENDIDIKAN PENGETAHUAN

helmiyani 1 20 3 6 2 2 1 1 1 1 1 3 1 3

Lena 2 20 3 6 2 2 1 1 1 1 1 2 1 3

julesanci 1 22 2 6 2 2 1 1 1 1 2 1 1 3

Desi 2 23 3 4 3 2 3 1 1 2 3 1 3 3

nurhayati 2 22 3 3 3 2 3 1 1 3 3 3 1 3

maulida 2 17 1 5 2 2 3 1 1 2 3 1 2 3

wati kbn 2 23 2 7 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2

Renoy 1 22 3 5 2 2 2 1 1 2 3 3 2 1

Sofia 2 19 2 8 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2

Novita 2 21 3 5 2 2 3 1 1 2 2 1 1 1

suryati 2 20 3 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

putriyani 2 21 3 5 2 2 3 1 1 2 2 1 2 3

adikara 1 22 2 8 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

Saskia 2 23 2 7 1 2 1 1 1 1 1 3 2 3

kemmi 1 21 3 6 2 2 1 1 1 2 1 3 2 2

duwiva 2 20 2 8 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2

Rio 1 17 1 5 2 2 3 1 1 2 2 1 2 3

kartika 2 25 2 6 2 2 1 1 1 3 1 3 2 3

Edo 1 25 3 5 2 2 2 1 1 3 2 1 2 3

Florida 2 22 3 5 2 2 2 1 1 3 3 1 2 3

Nella 2 23 3 5 2 2 3 1 1 3 2 1 2 3

Irza 1 22 3 4 3 2 2 1 1 2 3 2 1 3

Enita 2 22 3 5 2 2 3 1 1 3 2 1 2 3

Agitta 2 21 2 6 2 2 1 1 1 3 2 1 2 3

Pita 2 20 2 5 2 2 2 1 1 3 3 1 2 3

rosmiani 2 24 2 5 2 2 3 1 1 3 3 1 2 3

Universitas Sumatera Utara


Icha 2 23 3 4 3 2 2 1 1 2 3 2 2 3

Andy 1 20 3 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3

juliandri 1 24 3 6 2 2 1 1 1 3 1 3 2 3

Ferli 1 21 2 6 2 2 1 1 1 3 1 3 2 3

Rika 2 24 2 6 2 2 1 1 1 1 1 3 1 3

Ratna 2 20 3 4 3 2 2 1 1 3 3 2 2 3

Lidia 2 21 3 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

Reza 1 20 2 5 2 2 3 1 1 3 2 1 2 3

Ilkam 1 24 3 4 3 2 3 1 1 2 1 3 1 3

Tasya 2 22 3 4 3 2 3 1 1 2 2 3 2 3

Silva 2 24 2 4 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3

Janrio 1 23 2 4 3 2 3 1 1 2 2 3 2 3

Henna 2 23 3 4 3 2 2 1 1 2 3 3 2 3

Chindi 2 22 3 6 2 2 1 1 1 2 1 3 2 3

Lilis 2 21 3 6 2 2 1 1 1 2 1 3 2 3

Oka 1 20 3 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3

Sio 1 24 3 4 3 2 2 1 1 3 3 2 2 3

jenniwati 2 19 3 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3

Sima 2 21 3 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3

Inggrid 2 24 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 2

fertiana 2 23 3 5 2 2 1 1 1 3 1 3 1 3

zefanya 2 19 2 5 2 2 2 1 1 3 1 2 2 3

julianna 2 24 3 6 2 2 1 1 1 3 1 3 2 3

Sanica 2 18 1 4 3 2 1 1 1 3 2 3 1 3

Bania 1 20 2 4 3 2 1 1 1 3 3 3 1 3

Sherly 2 22 3 4 3 2 1 1 1 2 3 3 1 3

Riandi 1 22 3 4 3 2 1 1 1 3 3 3 1 3

Deo 1 25 3 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

Yati 2 19 2 6 2 2 1 1 1 3 1 3 2 3

Paisal 1 20 3 3 3 2 2 1 1 3 3 3 1 3

Universitas Sumatera Utara


immanuel 1 18 3 3 3 2 2 1 1 3 2 3 1 3

Andre 1 22 2 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

amanda 2 20 2 6 2 2 1 1 1 3 1 3 2 3

aldi P 1 17 1 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

Carlos 1 19 2 3 3 2 2 2 1 3 1 3 1 3

Kevin 1 20 2 3 3 2 3 3 1 3 1 3 1 3

Agung 1 21 3 4 3 2 2 1 1 3 2 3 2 3

Nadin 2 19 2 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

Sifrah 2 20 2 4 3 2 2 1 1 3 2 3 2 3

Anggi 2 25 3 3 3 2 3 1 1 3 3 3 1 3

Muthia 2 25 3 4 3 2 2 1 1 3 2 3 2 3

Aksa 1 24 2 5 2 2 1 1 1 2 1 3 1 3

Agilang 1 23 3 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

Bagus 1 22 3 4 3 2 1 1 1 3 3 3 1 2

menara 1 25 3 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3

Irwan 1 23 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 3

harland 1 17 1 2 3 2 3 2 1 3 2 3 1 3

Kikie 1 23 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 2

Aliyah 2 20 2 5 2 2 2 1 1 3 1 3 2 3

Gladys 2 19 2 6 2 2 2 1 1 3 2 1 2 1

Suban 1 20 2 4 3 2 1 1 1 3 3 3 1 3

pascalinus 1 19 3 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3

nurbayati 2 24 3 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 2

Ika 2 23 3 4 3 2 2 1 1 3 2 3 2 3

rapi 1 19 3 4 3 2 2 1 1 3 2 3 2 3

Steven 1 22 33 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3

Ternate 1 19 3 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

michael 1 23 2 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3

Daniel 1 25 3 3 3 2 3 1 1 3 3 3 1 3

Jason 1 24 3 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 3

Universitas Sumatera Utara


frederico 1 25 3 4 3 2 3 1 1 3 3 3 2 2

Alberto 1 20 3 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

sri karina 2 23 3 4 3 2 2 1 1 3 2 3 2 3

yuspida 2 25 3 2 3 2 2 1 2 3 2 3 1 3

Indah 2 24 2 5 2 2 1 1 1 3 1 3 1 3

Maria 2 23 2 6 2 2 1 1 1 3 1 3 2 3

Eva 2 22 2 6 2 2 1 1 1 3 1 3 2 3

Ezra 2 23 2 4 3 2 3 1 1 3 2 3 2 3

Brigita 2 21 2 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 3

Tere 2 23 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 3

christina 2 24 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 3

Sabet 2 22 2 4 3 2 2 1 1 2 3 3 2 3

Fanny 2 19 2 5 2 2 1 1 1 3 1 3 1 3

Meta 2 21 3 4 3 2 2 1 1 3 2 3 2 3

Osika 2 23 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 3

Fasika 2 22 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 3

Topan 2 20 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 3

Bunga 2 25 3 4 3 2 2 1 1 2 3 3 2 3

Angel 2 25 2 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 3

Paula 2 24 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 2 3

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8
Frequency Table
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 43 40,6 40,6 40,6
Perempuan 63 59,4 59,4 100,0
Total 106 100,0 100,0

umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-20 tahun 35 33,0 33,0 33,0

21-25 tahun 71 67,0 67,0 100,0

Total 106 100,0 100,0

pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 5 4,7 4,7 4,7
Sedang 35 33,0 33,0 37,7
Buruk 66 62,3 62,3 100,0
Total 106 100,0 100,0

P1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 106 100,0 100,0 100,0

P2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 31 29,2 29,2 29,2
Tidak 37 34,9 34,9 64,2

Universitas Sumatera Utara


P3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 103 97,2 97,2 97,2
Tidak 2 1,9 1,9 99,1
Tidak Tahu 1 ,9 ,9 100,0
Total 106 100,0 100,0
Tidak Tahu 38 35,8 35,8 100,0
Total 106 100,0 100,0

P4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 27 25,5 25,5 25,5
Tidak 36 34,0 34,0 59,4
Tidak Tahu 43 40,6 40,6 100,0
Total 106 100,0 100,0

P5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 105 99,1 99,1 99,1
Tidak 1 ,9 ,9 100,0
Total 106 100,0 100,0
P6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 9 8,5 8,5 8,5
Tidak 20 18,9 18,9 27,4
Tidak Tahu 77 72,6 72,6 100,0
Total 106 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


P7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 27 25,5 25,5 25,5
Tidak 78 73,6 73,6 99,1
Tidak Tahu 1 ,9 ,9 100,0
Total 106 100,0 100,0

P8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 19 17,9 17,9 17,9
Tidak 7 6,6 6,6 24,5
Tidak Tahu 80 75,5 75,5 100,0
Total 106 100,0 100,0

P9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 4 3,8 3,8 3,8
Tidak 9 8,5 8,5 12,3
Tidak Tahu 93 87,7 87,7 100,0
Total 106 100,0 100,0

Lama menyirih

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1-5 thn 61 57,5 57,5 57,5

6-10 thn 31 29,2 29,2 86,8

>10 thn 14 13,2 13,3 100,0

Total 106 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Waktu Menyirih

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Setiap hari 66 62,3 62,3 62,3

Sewaktu pesta 40 37,7 37,7 100,0

Total 106 100,0 100,0

Tindakan membersihkan rm

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya, selalu 36 34,0 34,0 34,0

Kadang-kadang 62 58,5 58,5 92,5

Tidak pernah 8 7,5 7,5 100,0

Total 106 100,0 100,0

Cek ke Dokter Gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya, pernah 32 30,2 30,2 30,2

Kadang-kadang 24 22,6 22,6 52,8

Tidak pernah 50 47,2 47,2 100,0

Total 106 100,0 100,0

Cara Membersihkan rm

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kumur-kumur dgn air 37 34,9 34,9 34,9

Menyikat gigi 60 56,6 56,6 91,5

Obat kumur 9 8,5 8,5 100,0

Total 106 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


faktor pendorong * jenis kelamin Crosstabulation

jenis kelamin

perempuan laki-laki Total

faktor pendorong Anggkeluarga menyirih Count 41 10 51

% within faktor pendorong 80,4% 19,6% 100,0%

% of Total 15,8% 3,9% 19,7%

Memberi energi Count 19 11 30

% within faktor pendorong 61,3% 38,7% 100,0%

% of Total 7,3% 4,6% 12,0%

teman menyirih Count 44 18 62

% within faktor pendorong 71,0% 29,0% 100,0%

% of Total 17,0% 6,9% 23,9%

Hilang stres Count 24 10 34

% within faktor pendorong 70,6% 29,4% 100,0%

% of Total 9,3% 3,9% 13,1%

Candu Count 50 31 81

% within faktor pendorong 61,7% 38,3% 100,0%

% of Total 19,3% 12,0% 31,3%


Total Count 178 81 258

% within faktor pendorong 68,7% 31,3% 100,0%

% of Total 68,7% 31,3% 100,0%

bahan_menyirih

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sirih, pinang, kapur 30 28,3 28,3 28,3

Sirih, pinang, kapur, gambir 31 29,2 29,2 57,5

Sirih, pinang, kapur, gambir


45 42,5 42,5 100,0
dan tembakau

Total 106 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai