Anda di halaman 1dari 87

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP


PERAWATAN LUKA PASKA SIRKUMSISI PADA ANAK LAKI- LAKI DI DESA
GUNUNG HASAHATAN DAN DESA UJUNGGURAP PADANGSIDIMPUAN TAHUN
2016

Oleh : YENI SASWITA 130100061

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


2017

Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP


PERAWATAN LUKA PASKA SIRKUMSISI PADA ANAK LAKI- LAKI DI DESA
GUNUNG HASAHATAN DAN DESA UJUNGGURAP PADANGSIDIMPUAN TAHUN
2016

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

YENI SASWITA 130100061

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


2017
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i

ABSTRAK

Pendahuluan: Sirkumsisi adalah suatu tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh kulup
(prepusium) penis dengan tujuan tertentu. Tindakan sirkumsisi sangat penting untuk
kesehatan karena dapat menurunkan timbulnya infeksi saluran kemih, mengurangi resiko
terjadinya penyakit menular seksual, dan lain-lain. Namun, masih banyak juga orang tua yang
belum mengetahui apa saja yang harus dilakukan setelah anak mereka menjalani sikumsisi,
terutama tentang perawatan untuk penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan tindakan perawatan luka paska
sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan tahun 2016.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan desain penelitian
studi potong lintang (cross-sectional study). Sampel penelitian berjumlah 114 orang yang
diambil dengan menggunakan metode total sampling dan memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orangtua memiliki tingkat pengetahuan
cukup tentang sirkumsisi (50,9%), kurang (29,8%), dan baik (19,3%). Sedangakan orangtua
yang memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar lebih banyak
(67,5%) dan yang salah (32,5%).

Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orangtua dengan
sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki (p=0,000).

Kata Kunci : pengetahuan, sirkumsisi, perawatan luka

Universitas Sumatera Utara

ii

Key Words : knowledge, circumcision, wound healing

ABSTRACT

Introduction: Circumcision is a throwing action from one part or entire preputium with a
certain purpose. Circumsision action is really important for health because can reduce the
incidence of urinary tract infections, reduce the risk of sexually transmitted diseases, and
others. But, there are still many parents who do not know what to do after their child had
been circumcised, especially about treatment for wound healing. This research aims to know
the correlation measure between parental knowledge with wound treatment after
circumcision on boys in Gunung Hasahatan and Ujunggurap
villages in 2016.
Method: This research is the research which is analyctical with the research design cross-
sectional study. This research has 114 people to be the sample which was taken with the total
sampling method and accordance with inclusion and exclusion criteria. Result: The results
showed that the average parent has a enough level of knowledge about circumcision (50,9%),
less (28,9%), and good (19,3%). Whereas parents who have an attitude in maintaining the
wound on circumsision that the right (67,5%) and wrong (32,5%).
Discussion: There is a significant relationship between the level of parental knowledge with
wound treatment after circumcision on boys (p=0,000).

Universitas Sumatera Utara

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang
begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Orangtua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan Tahun 2016”. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki
seorang dokter umum, skripsi ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan
pendidikan program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.

2. dr. Bambang Prayugo, Sp.B dan dr. Riyadh Ikhsan, Sp.KK, M.Ked (D.V) selaku Dosen
Pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan
penulis mulai dari perencanaan penulisan sampai dengan selesainya hasil penelitian ini.

3. Dosen penguji yakni dr. Vita Camelia, Sp.KJ dan Dr.med. Yahwardiah Siregar yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa


kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).

5. Kepala Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan yang telah
membantu memberikan data dan mengizinkan penulis melakukan penelitian di Desa Gunung
Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.

6. Rasa sayang dan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang
tua saya, Ayahanda Robby Sugianto Leo dan Ibunda Nur

iv

Universitas Sumatera Utara

Milawati Harahap yang selama ini telah membesarkan, mendidik, memberi kasih sayang,
serta dukungan yang begitu besar kepada saya sehingga saya menjadi seperti ini dan dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Adinda tersayang Elsy Emalia dan Rika Destiny yang telah memberikan dukungan dan
mendoakan penulis selama mengerjakan karya tulis ilmiah ini.
8. Teman-teman sejawat seperjuangan stambuk 2013 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas solidaritas, bantuan, dan dukungannya kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan karya tulis
ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari
segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca karya tulis ilmiah ini

Medan, Desember 2016 Penulis

Yeni Saswita

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Pengesahan ........................................................................................ i


Abstrak ............................................................................................................. ii

Abstract ............................................................................................................. iii Kata


Pengantar ................................................................................................ iv

Daftar Daftar Daftar Daftar

BAB 1

Isi ........................................................................................................... vi Tabel


..................................................................................................... ix Gambar
................................................................................................ x Lampiran
............................................................................................. xi

PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1. 1.1.  Latar Belakang ......................................................................... 1


2. 1.2.  Rumusan Masalah .................................................................... 3
3. 1.3.  Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.3.1. Tujuan Umum ............................................................... 4

1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................. 4

4. 1.4.  Manfaat Penelitian ................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5 2.1.


Pengetahuan ............................................................................. 5

1. 2.1.1.  Defenisi ........................................................................ 5


2. 2.1.2.  Cara Memperoleh Pengetahuan ................................... 5
3. 2.1.3.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ....... 6
4. 2.1.4.  Tingkat Pengetahuan ................................................... 7

2.2. Sirkumsisi ................................................................................ 9

1. 2.2.1.  Defenisi ........................................................................ 9


2. 2.2.2.  Epidemiologi ............................................................... 9
3. 2.2.3.  Anatomi Penis ............................................................. 10

BAB 2

Universitas Sumatera Utara

vi

BAB 3

BAB 4

2.2.4. Indikasi ........................................................................ 11 2.2.5.


Kontraindikasi ............................................................. 14 2.2.6. Perawatan Paska
Sirkumsisi ........................................ 14 2.2.7.
Komplikasi .................................................................. 17

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP................... 21

1. 3.1.  Kerangka Teori ........................................................................ 21


2. 3.2.  Kerangka Konsep ..................................................................... 22
3. 3.3.  Hipotesis .................................................................................. 22

METODE PENELITIAN ............................................................... 23

1. 4.1.  Rancangan Penelitian ............................................................... 23 4.1.1. Jenis


Penelitian ............................................................. 23 4.1.2. Waktu dan Tempat
Penelitian ...................................... 23
2. 4.2.  Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 23 4.2.1.
Populasi ........................................................................ 23 4.2.2.
Sampel .......................................................................... 23 4.2.3. Kriteria
Inklusi .............................................................. 24 4.2.4. Kriteria
Eksklusi ........................................................... 24
3. 4.3.  Metode Pengumpulan Data ...................................................... 24
4. 4.4.  Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 24
5. 4.5.  Defenisi Operasional ................................................................ 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 26 5.1. Hasil


Penelitian ........................................................................ 26 5.1.1. Deskripsi Lokasi
Penelitian .......................................... 26 5.1.2. Deskripsi Karakteristik
Responden .............................. 26 5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan
Responden ................. 28

vii

BAB 5

Universitas Sumatera Utara

BAB 6

4. 5.1.4.  Deskripsi Sikap terhadap Perawatan Luka Paska


Sirkumsisi ..................................................................... 29
5. 5.1.5.  Hasil Analisis Statistik ................................................. 29

5.1.5.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka


Paska Sirkumsisi ..... 30

5.2. Pembahasan .............................................................................. 30

1. 5.2.1.  Karakteristik Responden ............................................... 30


2. 5.2.2.  Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap
terhadap Luka Paska Sirkumsisi .................................. 31

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 32 6.1.


Kesimpulan .............................................................................. 32 6.2.
Saran ........................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33 LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

viii

DAFTAR TABEL
Nomor
2.1. Prevalensi Sirkumsisi Berdasarkan Data WHO Tahun 2007 ................ 9 4.1. Defenisi
Operasional Penelitian ............................................................ 25

1. 5.1.  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ............................. 26


2. 5.2.  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 27
3. 5.3.  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan .................... 27
4. 5.4.  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama .......................... 28
5. 5.5.  Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Sirkumsisi Anak . 28
6. 5.6.  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan .... 28
7. 5.7.  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap terhadap

Perawatan Luka Paska Sirkumsisi ......................................................... 29

8. 5.8.  Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan

Luka Paska Sirkumsisi ........................................................................... 30

Judul Halaman

Universitas Sumatera Utara

ix

Nomor Gambar 2.1. Gambar 3.1. Gambar 3.2.

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman Anatomy of Prepuce .................................................................. 10 Kerangka


Teori .......................................................................... 21 Kerangka
Konsep ...................................................................... 22

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup


Lembar Penjelasan Kepaada Responden Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar Kuesioner
Data Output
Surat Persetujuan Etik Penelitian Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara

xi
1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN

Sirkumsisi (sunat atau khitan) adalah suatu tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh
1
kulup (prepusium) penis dengan tujuan tertentu. Sirkumsisi merupakan prosedur
pembedahan yang paling umum dilakukan pada laki-laki, karena sirkumsisi rutin pada bayi
2,3
untuk alasan agama dan budaya.

Berdasarkan sejarah, banyak sekali kebudayaan yang telah melakukan sunat untuk alasan
kesehatan, sebagai tanda peralihan menuju kedewasaan, sebagai tanda identitas budaya (mirip
dengan tato), atau sebagai ritual korban kepada dewa. Ritual sirkumsisi ini telah lama
dipraktekkan dan telah membudaya pada daerah timur tengah. Pada akhir abad 19, ritual ini
2
telah menjadi suatu praktek dengan alasan medis.

Angka kejadian sirkumsisi dalam setiap negara bervariasi sesuai dengan agama, etnis, status
sosial-ekonomi dengan alasan medis, agama, sosial, dan budaya. Di seluruh dunia 30% laki-
laki usia 15 tahun ke atas telah melakukan sirkumsisi dengan prevalensi 69% Muslim
(terutama di Asia, Timur Tengah, dan Afrika Selatan), 0,8% Yahudi, dan 13% non-Muslim
4
dan non-Yahudi.

Indonesia merupakan negara bagian timur yang mayoritas penduduknya adalah Muslim,
dimana sirkumsisi dilakukan paling sering pada usia 5-12 tahun. Banyaknya anak laki-laki di
4
Indonesia yang telah melakukan sirkumsisi adalah 75% Muslim dan 25% non-Muslim.

Banyak sekali keuntungan yang bisa diambil dari tindakan ini, seperti menurunkan timbulnya
infeksi saluran kemih, mengurangi resiko terjadinya penyakit menular seksual, kanker penis,
5
dan infeksi traktus urin. Terbukti penis laki-laki yang telah disunat lebih higienis.

Tahun 2006 lalu, sebuah penelitian menunjukkan pria yang disunat terbukti jarang tertular
infeksi melalui hubungan seksual dibanding yang tidak

Universitas Sumatera Utara

disunat. Penelitian yang sama tentang sirkumsisi dan hubungannya dengan HIV/AIDS juga
pernah dipaparkan dalam International Conference ke-25 tentang HIV/AIDS di Bangkok.
Hasilnya sama, sirkumsisi bisa mengurangi tingkat HIV/AIDS, sifilis, dan borok pada alat
4,6
kelamin.

Tindakan sirkumsisi sangat penting untuk kesehatan. Prepusium atau kulit penutup depan
penis yang menjadi tempat berkumpulnya sisa-sisa air seni dan kotoran lain yang membentuk
zat warna putih disebut smegma, ini sangat potensial sebagai sumber infeksi. Tindakan
membuang kulit atau prepusium maka resiko terkena infeksi dan penyakit lain menjadi lebih
5
kecil.
Namun, masih banyak juga orang tua yang belum mengetahui apa saja yang harus dilakukan
setelah anak mereka menjalani sikumsisi, terutama tentang perawatan untuk penyembuhan
luka. Keluarga khususnya di daerah pedesaan belum mengerti pentingnya nutrisi untuk
penyembuhan luka. Mereka beranggapan bahwa makan makanan seperti tahu, tempe, telur
dan makanan yang mengandung protein akan membuat luka khitan menjadi gatal. Sehingga
pantangan makan membudaya dikalangan masyarakat. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai budaya tertentu, maka sangat mungkin masyarakat disekitarnya melakukan
budaya tersebut.

Angka kejadian paska sirkumsisi yang melakukan pantangan terhadap makanan di Inggris
dan Kanada dari jumlah penduduk 227,65 juta jiwa tahun 2008 dengan luas wilayah
2
9.970.610 km ditemukan sebanyak 5-15%. Negara Indonesia tahun 2006 angka kejadian
7
pantangan terhadap makanan 35-45%. Provinsi Jawa Timur tahun 2000 angka kejadian
8
paska sirkumsisi 39,6% yang pantangan terhadap makanan. Data ini menunjukkan bahwa
pantang makanan masih banyak dilakukan oleh masyarakat.

Kepercayaan untuk berpantang makan setelah proses sirkumsisi atau khitan dengan tujuan
luka khitan menjadi cepat sembuh masih banyak dianut oleh masyarakat terutama oleh para
orang tua. Pantangan terhadap makanan sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh anak paska
sirkumsisi karena dapat memperlambat proses penyembuhan luka sirkumsisi, dan dalam
proses penyembuhan luka sangat membutuhkan protein, maka setelah disirkumsisi

Universitas Sumatera Utara

1
dianjurkan untuk makan dalam pola yang benar sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya.
Kejadian ini disebabkan karena kuatnya pengaruh sosial budaya terhadap kebiasaan sehari-
hari. Adat dan tradisi tersebut yang mendasari masyarakat pedesaan dalam memilih dan
menyajikan makanan. Selain tarak, sebagian orang tua di desa menyuruh anaknya yang sudah
dikhitan untuk memakai pakaian yang erat, mereka beranggapan agar alat kelamin tidak
berubah posisi selama di perban. Kondisi ini bertentangan dengan teori bahwa disebutkan
setelah dikhitan hendaknya memakai pakaian yang longgar agar tidak terjadi gesekan dan
1
mempercepat luka kithan kering. Ada juga orang tua yang beranggapan ketika ingin
membuka luka perban, anaknya disuruh untuk berendam terlebih dahulu agar perban mudah
dilepas. Anggapan tentang perawatan khitan itu masih banyak muncul dikalangan masyarakat
desa.

Secara teori proses penyembuhan luka justru membutuhkan nutrisi ekstra untuk
menumbuhkan jaringan baru. Dalam proses penyembuhan luka memerlukan diit kaya protein,
9
karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti ferrum (Fe), zinc (Zn). Begitu juga
dengan luka paska sirkumsisi. Persepsi keluarga dalam arti orang tua sangat berpengaruh
pada proses penyembuhan luka sirkumsisi anaknya. Anak biasanya menuruti apa yang di
katakan oleh orang tuanya.

Hendaknya orang tua mengetahui hal-hal yang harus dilakukan setelah anaknya disirkumsisi,
baik perawatan maupun nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah “Bagaimana
hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska
sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan tahun 2016.”

Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka
paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan tahun 2016
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orangtua tentang sirkumsisi.


2. Untuk mengetahui sikap orangtua terhadap perawatan luka paska

sirkumsisi.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian.


2. Sebagai bahan dasar dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya serta dapat
memperbaiki kekurangan yang ada dalam

penelitian ini.

3. Sebagai bahan penyuluhan bagi petugas kesehatan sehingga orangtua

sadar tentang pentingnya sirkumsisi dan bisa melakukan perawatan paska sirkumsisi
dengan baik dan benar.

Universitas Sumatera Utara

2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan
“what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat
10
menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Menurut KBBI, pengetahuan adalah segala sesuatu
11
yang diketahui berkenaan dengan hal.

2.1.2.
1.

Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara Tradisional
a. Trial and Error

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Pada waktu itu seseorang apabila
menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain.
b. Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
c. Kekuasaan (Otoritas)

Kekuasaan yang dimaksud adalah kebiasaan-kebiasaan yang biasanya diwariskan turun-


temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan- kebiasaan ini seolah-olah diterima
dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan
pada pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan.

Universitas Sumatera Utara

d. Pengalaman
Pengalaman digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperolah dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
e. Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut
berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih
populer disebut metodologi penelitian (research methodology).

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik.

8
Menurut Depkes RI, kategori umur terbagi atas :

1. Masa balita
2. Masa kanak-kanak
3. Masa remaja awal
4. Masa remaja akhir
5. Masa dewasa awal
6. Masa dewasa akhir
7. Masa lansia awal
8. Masa lansia akhir
9. Masa manula

: 0-5 tahun
: 5-11 tahun : 12-16 tahun : 17-25 tahun : 26-35 tahun : 36-45 tahun : 46-55 tahun : 56-65
tahun : >65 tahun

Universitas Sumatera Utara

2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan berfokus pada proses mengajar, dengan tujuan agar

terjadi perubahan perilaku yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

3) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari

jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila
dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain.
4) Sumber Informasi

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk
media massa seperti televisi, koran, majalah, internet yang mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.

2.1.4. Tingkat Pengetahuan

10
Pengetahuan memiliki 6 tingkatan, yaitu: a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

Universitas Sumatera Utara

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Sirkumsisi 2.2.1. Defenisi

Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere berarti
“memotong”. Sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau
12
seluruh kulit penutup depan dari penis.
Sirkumsisi adalah memotong kulit luar (preputium / prepuce / foreskin / kulup) pada penis
yang melingkupi kepala penis (glans penis). Sirkumsisi adalah prosedur kedaruratan dimana
13
prepusium (foreskin) dari penis dipisahkan dari glans dan porsio dieksisi.

2.2.2. Epidemiologi

Dalam bidang kesehatan, tidak ada ketetapan batasan umur untuk melakukan sirkumsisi.
Sering kali usia melakukan sirkumsisi dipengaruhi oleh agama maupun budaya setempat. Di
Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7 tahun, di Mesir antara 5-6 tahun, di India 5-9
tahun, dan di Iran biasanya 4 tahun. Di Indonesia lazimnya melakukan sirkumsisi anak
14
sekitar 5-15 tahun.

Tabel 2.1 Prevalensi Sirkumsisi Berdasarkan Data WHO Tahun 2007

Negara

Spanyol
Afrika Selatan Amerika Serikat Indonesia
Arab Saudi Inggris
Jerman
Filipina Australia

Jumlah Penduduk (Juta) 45.2


24.22 315.56 213.37
25
61
82.3
14,87 20.82

Sudah Melakukan Sirkumsisi


Jumlah (Juta)

8.13

23.1 246.13 170.69 23.9 22.8 8.97 14.2 4.16

Persen

18 95.5 78 80 95.7 37.5 10.9 95 20


Universitas Sumatera Utara

Bisa dilihat dari tabel 2.1, Sirkumsisi paling umum dilakukan di negara dengan mayoritas
penduduk Muslim. Seperti sebagian dari Asia Tenggara (Indonesia, Filipina) dan Afrika
Selatan, Amerika Serikat, dan Arab Saudi. Sebaliknya, jarang dilakukan di Eropa dan
sebagian besar Asia.

2.2.3. Anatomi Penis

Gambar 2.1 Anatomy of Prepuce

Penis merupakan organ tubuler yang dilewati oleh uretra. Penis berfungsi sebagai saluran
kencing dan saluran untuk menyalurkan semen kedalam vagina selama berlangsungnya
hubungan seksual. Penis dibagi menjadi tiga regio: pangkal penis, korpus penis, dan glans
penis. Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simfisis pubis. Korpus
penis merupakan bagian yang di dalamnya terdapat saluran, sedangkan glans penis adalah
bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra eksterna. Corona radiata merupakan
bagian leher yang terletak antara korpus penis dan glans penis. Kulit yang menutupi penis
menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot polos dan jaringan areolar yang
memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak struktur dibawahnya. Lapisan

10

Universitas Sumatera Utara

15s
subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena dan pembuluh limfe superficial.

Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat kumparan jaringan elastis yang merupakan struktur
internal penis. Sebagian besar korpus penis terdiri dari jaringan erektil, corpora cavernosa dan
16
corpus spongiosum. Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut prepusium.

Prepusium pertama kali terbentuk pada minggu ke delapan dalam masa janin. Dalam 16
minggu, prepusium akan menutupi glans penis. Pada tahapan ini lapisan epidermis prepusium
yang menutupi glans akan menyatu dengan epidermis glans dan disebut frenulum. Kedua
lapisan epidermis tersebut terdiri dari epitel squamous. Prepusium dan glans penis menutupi
suatu celah yang kemungkinan akan menjadi kantong pada prepusium. Akhirnya ruang yang
terbentuk pada prepusium adalah hasil dari suatu proses desquamation, dan prepusium
17
perlahan-lahan akan terpisah dengan glans.

Pada saat lahir, kebanyakan proses desquamation belum sempurna, dan prepusium tidak
dapat ditarik karena masih menyatu dengan glans penis. Pada umumnya pemisahan
prepusium dengan glans penis terjadi saat pubertas. Kelenjar-kelenjar preputium yang
terdapat di sepanjang kulit dan mukosa preputium mensekresikan smegma. Smegma
merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering
terjadi di daerah ini, khususnya bila higienitasnya tidak dijaga dengan baik. Salah satu cara
17
untuk mengatasi masalah ini adalah dengan sirkumsisi.
2.2.4. Indikasi

a. Agama
Sunat bagi laki-laki sebelum menginjak pubertas (remaja) adalah tradisi

dalam beberapa agama. Terutama agama Islam, Yahudi dan juga sebagian kelompok agama
18
Kristen.

11

Universitas Sumatera Utara

b.

Medis 1. Fimosis

Fimosis adalah keadaan di mana prepusium tidak dapat di tarik ke belakang


(proksimal)/membuka. Kadang-kadang lubang pada prepusium hanya sebesar ujung jarum,
sehingga sulit untuk keluar. Pada 95% bayi, kulup masih melekat pada glans penis sehingga
19
tidak dapat di tarik ke belakang dan hal ini tidak dikatakan fimosis.

Pada usia 3 tahun, hanya 10% anak laki-laki yang tidak dapat menarik secara penuh
prepusiumnya, pada saat remaja 98-99% prepusium dapat tertarik sampai glans. Fimosis
terjadi akibat kurang menjaga kebersihan, balanitis kronis, dan menarik paksa prepusium
berulang-ulang yang berakhir pada pembentukan cincin fibrosis yang menutup orificium dari
prepusium dan menyebabkan terjadinya fimosis. Fimosis tidak menyebabkan obstruksi
traktus urinarius, namun tanpa higienitas akan berisiko terjadinya iritasi kulit, infeksi,
balanitis, dan jika menarik paksa prepusium dapat mentidakibatkan parafimosis. Seseorang
2
yang mengalami fimosis akan mengalami rasa sakit saat berhubungan seksual.

2. Parafimosis
Parafimosis adalah keadaan dimana prepusium dapat ditarik ke

belakang, tetapi tidak dapat kembali ke depan dan akhirnya menjepit penis sehingga
menyebabkan pembengkakan. Hal ini merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan dalam
bidang urologi. Jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan vena tersumbat dan
edema pada glans dan prepusium yang akan menyebabkan sumbatan terhadap arteri sehingga
terjadi iskemi dan kehilangan sebagian atau seluruh glans penis. Parafimosis terjadi akibat
orang tua atau perawat menarik prepusium dengan kuat untuk membersihkan penis atau pada
2
percobaan kateterisasi dan prepusium tidak kembali ke posisi semula.

3. Balanitis atau Postitis


Balanitis adalah infeksi dari glans penis,sedangkan postitis adalah

infeksi dari prepusium. Pada postitis, tanda dan gejala yang dapat

12

Universitas Sumatera Utara


c.

4.

ditemukan adalah eritema, pembengkakan, panas, dan nyeri tekan pada kulit prepusium. Pada
balanitis, tanda dan gejala yang ditemukan adalah eritema, pembengkakan, panas, dan nyeri
tekan pada glans penis. Bau yang tidak enak, eksudat yang sedikit, dan seropurulen
merupakan tanda yang jelas. Balanitis, postitis, atau keduanya (balanopostitis) merupakan
2
akibat dari kurang menjaga kebersihan.

Kondiloma Akuminata
Kondiloma Akuminata adalah papiloma multiple yang tumbuh pada

kulit genitalia eksterna. Bentuknya seperti kulit, multiple dan permukaan kasar. Faktor
predisposisinya adalah perawatan kebersiahan genitalia yang buruk. Bila lesi meliputi
permukaan glands penis atau permukaan dalam (mukosa) prepusium, maka tindakan terpilih
20
adalah sirkumsisi untuk mencegah perluasan dan kekambuhan.

Alasan Kesehatan

Di negara maju mayoritas non-muslim seperti Amerika Serikat, sunat dianjurkan karena
alasan kebersihan dan untuk mencegah infeksi saluran kemih dan kanker serviks. Penis yang
disunat menghasilkan smegma lebih sedikit atau tidak ada sama sekali sehingga lebih mudah
20
dijaga kebersihannya.

Meskipun ada beberapa keuntungan dilakukannya sirkumsisi, juga terdapat risiko dari
prosedur ini, yaitu perdarahan, infeksi, dan hasil yang jelek.

Beberapa keuntungan dilakukannya sirkumsisi:

   Mencegah infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) umumnya lebih sering mengenai bayi laki-laki daripada
bayi perempuan. Dari hasil penelitian tentang hubungan antara sirkumsisi dan ISK
menunjukkan peningkatan rasio ISK pada bayi yang tidak disirkumsisi, khususnya
2
bayi yang berumur <1 tahun.

   Mencegah penyakit menular seksual (PMS)


Mekanisme yang menjelaskan peningkatan risiko PMS pada laki-laki

yang tidak disirkumsisi adalah lapisan bagian dalam prepusium tidak memiliki keratin
sehingga mudah untuk mengalami trauma kecil pada saat

13

Universitas Sumatera Utara

berhubungan dan mempermudah patogen masuk. Lingkungan yang hangat dari prepusium
2
membuat mikroorganisme tumbuh subur dalam smegma yang terkumpul di tempat ini.
Bukti kuat yang mendukung hubungan antara sirkumsisi dengan penurunan risiko PMS yaitu
transmisi penyakit ulkus genital dan HIV. Delapan penelitian melaporkan peningkatan
signifikan risiko penyakit ulkus genital (sifilis dan chancroid) yaitu 2-7 kali pada laki-laki
yang tidak disirkumsisi. Efek proteksi parsial dari sirkumsisi adalah sekitar 60% menurunkan
2,6
risiko terinfeksi HIV.

 Mencegah infeksi virus HPV dan kanker serviks


Human Papilloma Virus (HPV) dapat menjadi onkogen dan non-

onkogen. HPV non-onkogen (genotip 6 dan 11) menyebabkan kutil pada genitalia wanita dan
pria. HPV onkogen (genotip 16, 18, 31, 33) menyebabkan kanker serviks, vulva, vagina,
anus, dan penis. Sirkumsisi menurunkan secara signifikan infeksi HPV terhadap pria dan
2
kanker serviks pada wanita pasangannya akibat sering berganti-ganti pasangan.

2.2.5. Kontraindikasi

Kontraindikasi untuk sirkumsisi adalah prematur, anomali penis (misalnya chorde, atau
kelainan kelengkungan penis), hipospadia, epispadia, mikropenis, dan memiliki 2 genital.
Kelainan perdarahan bukan merupakan kontraindikasi absolut untuk sirkumsisi, tetapi
2
sirkumsisi sebaiknya dihindari pada kasus seperti ini.

2.2.6. Perawatan Paska Sirkumsisi

Setelah dilakukan tindakan sirkumsisi, perlu diperhatikan perawatan paska sirkumsisi. Ada
beberapa perawatan yang harus dilakukan paska sirkumsisi, yaitu:

1. Obat analgesik dan antibiotik


Setelah disirkumsisi sebaiknya segera meminum obat analgetik

(penghilang nyeri) untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat anestesi

14

Universitas Sumatera Utara

lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara
1
1-1 /2 jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya,
21
maka dapat tergantikan dengan obat Analgetik.

Obat antibiotik juga sebaiknya diminum secara teratur (umumnya diberikan untuk 5-10 hari)
21
agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan luka khitan.

21
2. Menjaga daerah alat kelamin tetap bersih dan kering
1. a)  Menggunakan celana yang longgar untuk menghindari gesekan.
2. b)  Membersihkan uretra eksternal secukupnya secara perlahan setiap

selesai buang air kecil tanpa mengenai luka sirkumsisi.


3. c)  Membersihkan penis dari bercak-bercak darah bekas sirkumsisi yang
menumpuk seperti borok yang dapat mengganggu kesehatan dengan

menggunakan iodine atau rivanol.

4. d)  Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh

dibersihkan dengan air hangat dengan cara masukkan kassa steril ke dalam air
hangat lalu peras dan bersihkan secara perlahan bekas darah sampai bersih.

3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal


Bekas suntikan obat anastesi/bius di pangkal penis (terutama bagian

atas) terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri
oleh tubuh dan kempes dalam waktu 5-7 hari. Jika dirasakan mengganggu, dapat
dibantu dengan cara mengompresnya selama 5-10 menit dengan kasa yang dicelupkan
air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Dilakukan 2 hari setelah sirkumsisi
21
dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.

4. Mengatur makanan
Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus

untuk pasien sirkumsisi. Ikan, telur, dan daging bukan suatu larangan untuk dimakan
karena hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang di
masyarakat. Sebaliknya kandungan vitamin dan

15

Universitas Sumatera Utara

protein yang terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses
9,21
penyembuhan luka agar lebih cepat kering.

Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap
makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali mengkonsumsi makanan tersebut maka
menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung
21
lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses khitan saja.

Adapun pedas, minuman bersoda atau softdrink sebaiknya memang dihindari karena dapat
mengganggu kesehatan secara umum, misalnya menimbulkan gangguan pencernaan atau
radang tenggorokan yang dapat menurunkan kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut
akan menghambat proses penyembuhan luka sirkumsisi karena konsentrasi kekebalan tubuh
21
jadi terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain.

5. Tidak perlu tindakan berlebihan


Biasanya orang yang terlalu khawatir akan penyembuhan luka paska

sirkumsisi menggunakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan. Hal ini justru
sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi
bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah sirkumsisi sebaiknya mandi
dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu luka khitan sudah kering maka
diperbolehkan mandi dengan air seperti biasanya. Gunakanlah sabun secukupnya dan
21
tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan.

6. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif


Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari

bengkak (oedem) yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa
seperlunya. Yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti
melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan sampai
21
penisnya sembuh total, yaitu sekitar satu setengah bulan.

16

Universitas Sumatera Utara

7. Kontrol dan melepas perban


Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung

perkembangan luka khitan. Jika anda sudah mahir hal tersebut dapat dilakukan sendiri di
21
rumah. Jika merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter.

Lakukan kontrol rutin ke dokter yang melakukan sirkumsisi pada hari ketiga dan pada hari
kelima-ketujuh. Apabila luka sirkumsisi sudah betul-betul kering maka perban bisa
dilepaskan secara total. Sebelumnya lakukan pemberian air hangat, baby oil atau minyak
kelapa pada perban dengan cara meneteskan secukupnya. Hal ini berguna untuk melunakkan
kulit luka dan perban, sehingga mudah dilepaskan. Jika diperlukan, pelepasan perban dapat
21
dibantu dengan penggunaan anastesi spray untuk mengurangi nyeri.

2.2.7. Komplikasi

Walaupun sirkumsisi secara teknis tidak sulit dilakukan, tindakan ini dapat mentidakibatkan
berbagai komplikasi ringan hingga berat. Prevalensi komplikasi sirkumsisi keseluruhan
22
belum diketahui secara pasti dan berkisar 1- 15%.

Berbagai komplikasi yang biasanya terjadi paska sirkumsisi, antara lain:

1. Nyeri

Nyeri adalah hal yang paling sering dan biasanya terjadi. Setelah efek anestesinya
berakhir yang didahului dengan rasa panas pada daerah genitalia. Pada saat
pelaksanaan khitan pertimbangkan penambahan obat penghilang rasa sakit (analgesik)
yang dimasukkan lewat dubur. Setelah pelaksanaan khitan segera minum analgesik
yang diberikan oleh dokter, biasanya analgesik bisa diminum tiap 6 jam bila sakit,
16
atau menurut petunjuk dokter.

2. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi awal yang paling umum terjadi
beberapa jam setelah sirkumsisi. Perdarahan terjadi jika dokter lupa

17

Universitas Sumatera Utara

mengidentifikasi dan mengikat pembuluh darah yang cukup besar. Bila perdarahan sedikit,
cukup dibersihkan dengan kasa steril yang sudah dibubuhi povidone iodine. Bisa juga dibalut
dengan perban (kasa steril) untuk menekan sumber perdarahan (blood compressing). Jika
perdarahan banyak dan terus terjadi, biasanya dilakukan tindakan untuk mencari dan
16,23
mengikat sumber perdarahan.

3. Bengkak (edema)
Bengkak merupakan kejadian yang normal. Pada penderita alergi

dan hipersensitivitas kulit sering terjadi lamanya penyebuhan luka kadang disertai
pembengkakan tetapi tidak disertai tanda radang seperti nyeri dan kemerahan pada
23
sekitar luka. Bekas suntikan obat anastesi di pangkal penis terkadang dapat
menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes
dalam waktu 5-7 hari. Jika dirasakan mengganggu, dapat dibantu dengan cara
mengompresnya dengan air hangat. Usahakan air tersebut tidak mengenai luka
16
khitan.

4. Infeksi
Infeksi terjadi karena kontaminasi dari peralatan ataupun lingkungan

yang kurang steril. Ditandai dengan edema (bengkak), adanya nanah pada bekas
khitan, tubuh demam, mengeluh nyeri di sekitar genetalia. Penatalaksanaannya
dengan pemberian obat antibiotik dan obat antiinflamasi dari dokter. Karena itu obat
yang diberikan harus dihabiskan, kemudian dikontrol ke dokter yang mengkhitan
untuk mengevaluasi luka khitan. Rawat luka dengan mengompres dengan rivanol atau
16
menurut petunjuk dokter dan jaga kebersihan luka.

5. Glans penis tersayat, tertusuk, atau terpotong


Komplikasi yang satu ini tentunya sangat erat kaitannya dengan

ketelitian, kecerobohan atau profesionalisme yang melakukannya.

16
Kejadian ini umumnya terjadi pada metode khitan konvensional.

6. Syok anafilaktik

Syok anafilaktik diakibatkan reaksi alergi tipe cepat, terjadi segera atau beberapa saat
setelah masuknya alergen, misalnya obat. Pasien

18

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan tanda-tanda syok, diantaranya pucat, keringat dingin, lemas, badan terasa
melayang, mual, bahkan dalam tahap lanjut penderita dapat pingsan diikuti hipotensi dan
bradikardi. Reaksi ini sifatnya individual dan atidak sulit diduga. Kebanyakan terjadi akibat
16
pemberian antibiotik atau efek samping pemberian obat anastesi.

7. Sukar buang air kecil


Setelah pelaksanaan sirkumsisi, pasien sukar atau terhambat

pancarannya saat buang air kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya sumbatan pada
muara saluran kemih luar oleh bekuan darah. Dapat diatasi dengan membersihkan
sumbatan, bisa dengan menggunakan kasa steril dan air hangat atau jika lukanya
sudah kering bisa berendam dengan air hangat yang sudah dibubuhi PK (kalium
16
permanganat) untuk meluruhkan bekuan atau kotoran.

8. Luka yang tidak menutup sempurna


Setelah proses penyembuhan luka sirkumsisi, ada beberapa luka

yang tidak menutup dengan baik, bahkan terbuka kembali sehingga luka lama untuk
kering. Hal ini terjadi oleh karena pemotongan prepusium terlalu panjang pada
metode khitan smartclamp atau electrocouter yang tidak dijahit. Sehingga setelah
klem dibuka, pada saat ereksi bekas luka iris khitan membuka kembali. Oleh karena
itu, metode khitan smartclamp tidak disarankan pada pasien diatas usia 14 tahun atau
dewasa. Sedangkan pada khitan metode electrocouter disarankan dilakukan jahitan di
atas usia 3 tahun. Pada keadaan ini, usahakan luka tetap kering, tidak boleh lembab
atau kena air. Luka akan kering dan sembuh, walaupun membutuhkan waktu lebih
lama. Sebaiknya dikonsulkan kembali kepada dokter yang mengkhitan untuk
16
mendapatkan obat yang mempercepat proses penyembuhan luka.

9. Prepusium tumbuh lagi


Prepusium tumbuh lagi sehingga menutup sebagian atau seluruh

glans penis. Hal ini disebabkan pemotongan kulit dan mukosa prepusium

19

Universitas Sumatera Utara

terlalu pendek. Untuk mengatasinya kembali ke dokter yang mengkhitan

24
untuk dikhitan kembali. 10. Meatal stenosis

Adanya pengerutan pada saluran kemih, saluran kemih menutup. Jika terjadi hal ini, rujuk
24
kepada Bedah Urologi untuk dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.

11. Peyronie Disseases


Pembengkokan pada batang penis terjadi karena terbentuknya

jaringan parut pada batang penis dengan pengerasan kulit lapisan dalam dan menimbulkan
24
proses penyembuhan luka yang lama akibat infeksi pada bagian dalam penis.
Universitas Sumatera Utara

20

BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

1.1. Kerangka Teori

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan kerangka teori
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kategori tingkat pengetahuan:


- Baik
- Cukup

- Kurang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:


- Umur

- Pendidikan
- Pekerjaan
- Sumber informasi

Indikasi

Pengetahuan
Sirkumsisi

Komplikasi

Gambar 3.1 Kerangka teori

Kontraindikasi

Perawatan paska sirkumsisi

Universitas Sumatera Utara

21

1.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan kerangka konsep
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Orang Tua tentang Sirkumsisi

Sikap terhadap Perawatan Luka dan Komplikasi Paska Sirkumsisi

1.3. Hipotesis

Gambar 3.2 Kerangka konsep

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan
luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan.

Universitas Sumatera Utara


22

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian 4.1.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik tentang hubungan tingkat
pengetahuan orang tua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak
laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan. Desain
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional. Desain cross-sectional
merupakan jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali
25
pada satu saat.

4.1.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. Lokasi penelitian adalah Desa
Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa
Ujunggurap Padangsidimpuan yang anaknya sudah dilakukan sirkumsisi.

4.2.2. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel ditentukan dengan cara total sampling, dimana
seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel. Besarnya sampel adalah seluruh orang
tua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yang ditentukan.

23

Universitas Sumatera Utara

3. 4.2.3.  Kriteria Inklusi

a. Orang tua yang memiliki anak laki-laki berusia 0-18 tahun yang sudah disirkumsisi
maupun belum disirkumsisi.

b. Orang tua yang bertempat tinggal di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan.

4. 4.2.4.  Kriteria Eksklusi

a. Orang tua yang memiliki anak laki-laki berusia 0-18 tahun yang sedang dalam
keadaan sakit.

2. Orang tua dengan anak yang memiliki kelainan kongenital.


3. Tidak berada di tempat saat penelitian.
4.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data diperoleh dengan
cara memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diisi oleh responden.

4.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program sistem komputerisasi dengan
perangkat lunak SPSS (Statistic Product and Service Solutions) untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan orang tua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada
anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan. Uji
hipotesis yang akan digunakan adalah uji chi-square. Hasil disajikan dalam bentuk narasi
diperjelas dengan tampilan tabel.

4.5. Defenisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel dalam penelitian, maka
setiap variabel harus dirumuskan secara operasional. Adapun defenisi operasional dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.

24

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 Defenisi Operasional Penelitian

Variabel

Pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi

Sikap terhadap Perawatan luka paska sirkumsisi

Defenisi
Segala sesuatu yang diketahui ayah dan/atau ibu tentang sirkumsisi, perawatan luka dan
komplikasinya. Hal-hal yang dilakukan setelah sirkumsisi

Cara Ukur Angket

Alat Ukur Kuesioner

Hasil Ukur

Baik: 7-10 benar Cukup: 4-6 benar Kurang: 0-3 benar

Benar: Skor 26-48 Salah: Skor 0-25

Skala Ordinal

Angket

Kuesioner
Nominal

Universitas Sumatera Utara

25

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.
Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap adalah desa yang terdapat di Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua dengan jumlah penduduk 2.843 orang. Sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh orangtua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan yang memenuhi pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi yang ditentukan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat memberikan deskripsi
frekuensi karakteristik responden penelitian. Total sampel yang diambil adalah sebanyak 119
orang, tetapi hanya 114 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
dimana dari Desa Gunung Hasahatan sebanyak 40 orang dan Desa Ujunggurap sebanyak 74
orang. Berikut adalah tabel-tabel yang mendeskripsikan karakteristik responden dalam
penelitian ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur


Umur <40 40-60 >60 Total

Frekuensi (n) 57
52
5
114

Persentase (%) 50
45,6
4,4
100
Tabel 5.1. menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah berusia <40 tahun yaitu
sebanyak 57 orang (50%), diikuti oleh responden berusia 40-60 tahun
26

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 52 orang (45,6%), sedangkan berusia >60 tahun sebanyak 5 orang (4,4%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total

Frekuensi (n) 55
59
114

Persentase (%) 48,2


51,8
100
Berdasarkan Tabel 5.2. dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah berjenis kelamin
perempuan yaitu 59 orang (51,8 %) sedangkan laki-laki didapatkan sebanyak 55 orang
(48,2%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi (n) SD 26 SMP 15 SMA 54


S1 14

Persentase (%) 422,8 13,2


47,4
12,3

D3 5 4,4 Total 114 100

Tabel 5.3. menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah responden dengan pendidikan
terakhir SMA yaitu sebanyak 54 orang (47,4%). Diikuti dengan pendidikan terakhir SD
sebanyak 26 orang (22,8%). Pendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang (13,2%).
Pendidikan S1 sebanyak 14 orang (12,3%), dan yang paling sedikit adalah D3 yaitu hanya 5
orang (4,4%).

27

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama


Agama Islam Total

Frekuensi (n) 114


114

Persentase (%) 100


100
Berdasarkan tabel 5.4. dapat diketahui bahwa seluruh responden beragama Islam.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Sirkumsisi Anak

Status Sirkumsisi Anak Sudah


Belum
Total

Frekuensi (n) 83
31
114

Persentase (%) 72,8% 27,2% 100


Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa orangtua yang anaknya sudah disirkumsisi
lebih banyak yaitu 83 orang (72,8%) sedangkan yang belum disirkumsisi didapatkan
sebanyak 31 orang (27,2%).

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Baik


Cukup Kurang
Total

Frekuensi (n) 22
58
34
114

Persentase (%) 19,3


50,9
29,8
100
Tabel 5.6. menunjukkan bahwa dari 114 responden, rata-rata orangtua memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup tentang sirkumsisi yaitu sebanyak 58 orang (50,9%). Memiliki
tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 34 orang (29,8%) dan yang memiliki tingkat
pengetahuan baik sebanyak 22 orang (19,3%).

28

Universitas Sumatera Utara

5.1.4. Deskripsi Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi Responden

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Perawatan Luka
Paska Sirkumsisi

Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi Benar

Salah Total

Frekuensi (n)

77

37 114

Persentase (%)

67,5% 32,5% 100


Berdasarkan tabel 5.7. dapat diketahui bahwa responden yang memiliki sikap terhadap
perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki yang benar lebih banyak, yaitu 77 orang
(67,5%). Sedangkan yang memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada
anak laki-laki yang salah sebanyak 37 orang (32,5%).

5.1.5. Hasil Analisis Statistik

Penelitian yang telah dilakukan terhadap 114 orang responden adalah dengan menggunakan
metode cross-sectional dan instrumen kuesioner yang mengandung 22 soal. Data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisis dengan uji hipotesis chi-square. Berikut deskripsi frekuensi
tingkat pengetahuan dan tindakan perawatan luka paska sirkumsisi dari responden penelitian.

Universitas Sumatera Utara

29

5.1.5.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi

Tabel 5.8. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi

Sikap terhadap Perawatan Tingkat Pengetahuan Luka Paska Sirkumsisi Baik Cukup Kurang

Total P
Benar 22 51 4 77 Salah 0 7 30 37 Total 22 58 34 114

Berdasarkan analisis bivariat dengan uji analisis fisher’s exact diperoleh p- value 0,001
(p<0,05) yang berarti menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-
laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan tahun 2016.

5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan usia responden, responden dengan usia <40 tahun (50%) paling banyak dan
diikuti oleh usia 40-60 tahun (45,6%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil
20
penelitian Yosefin (2015) dimana responden berusia 35-55 tahun sebanyak 52%.

Ditinjau dari agama responden, seluruh responden beragama Islam. WHO mencatat bahwa
4
69% laki-laki di dunia beragama Muslim telah melakukan sirkumsisi. Dari hasil penelitian
ini, 83 orang responden telah melakukan sirkumsisi (72,8%) pada anak mereka. Apabila
terdapat variasi agama pada responden akan terjadi peningkatan atau penurunan pada jumlah
responden yang sudah ataupun belum melakukan tindakan sirkumsisi pada anak.

30

0,001
Universitas Sumatera Utara

5.2.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi

Sebagian responden dengan usia <40 tahun belum melakukan tindakan sirkumsisi terhadap
anak laki-lakinya. Penyebabnya ialah budaya pada negara bagian timur, sirkumsisi dilakukan
4
paling sering pada usia 5-12 tahun. Sementara pada usia <40 tahun umumnya memiliki anak
laki-laki yang masih di bawah lima tahun.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 114 orangtua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa
Ujunggurap Padangsidimpuan dengan analisis hubungan tingkat pengetahuan orangtua
dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi dengan menggunakan uji analisis
fisher’s exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi dengan nilai
p=0,001 (p<0,005). Terlihat dari hasil penelitian bahwa orangtua dengan tingkat pengetahuan
baik memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar dan orangtua
dengan tingkat pengetahuan kurang baik memiliki sikap terhadap perawatan luka paska
sirkumsisi yang salah. Sikap yang baik dan benar harus didasari pengetahuan yang baik. Pada
penelitian ini sebanyak 50,9% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 29,8%
memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Sebaliknya, responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik hanya 19,3%. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi orangtua tentang
sirkumsisi dan kurang pedulinya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan
terutama mengenai sirkumsisi kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Mavhu
W et al (2011) dari Universitas Zimbabwe yang memperoleh bahwa semakin baik tingkat
pengetahuan seseorang tentang sirkumsisi maka akan semakin mempengaruhi sikap dan
26
pentingnya tindakan sirkumsisi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Yosefin (2015) yang
memperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan
20
tindakan sirkumsisi. Perbedaan ini terjadi karena penelitian Yosefin (2015) meneliti
hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan, sedangkan penelitian ini meneliti hubungan
tingkat pengetahuan dengan sikap.

31

Universitas Sumatera Utara

6.1. Kesimpulan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan


Orangtua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di
Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan Tahun 2016” serta seluruh
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan orangtua tentang sirkumsisi 19,3% baik, 50,9% cukup

baik, dan 29,8% kurang baik.

2. Sikap orangtua terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar 67,5%

dan yang salah 32,5%.

3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap

terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung
Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan tahun 2016. Hasil analisis ini
bermakna dengan nilai p=0,001 (p<0,005).

6.2. Saran

1. Kepada orangtua yang belum melakukan tindakan sirkumsisi kepada anaknya agar
lebih banyak mencari informasi mengenai sirkumsisi dari berbagai sumber agar
memiliki sikap yang benar terhadap perawatan luka paska sirkumsisi.
2. Kepada petugas kesehatan agar berperan aktif dalam memberikan penyuluhan
mengenai sirkumsisi kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


32

DAFTAR PUSTAKA

1. Karakata S, Bachsinar B. Sirkumsisi. 5th ed. Jakarta: Hipokrates; 1994


2. Angel CA. Circumcision: Background, Pathophysiologi, Epidemiology [Internet].
Emedicine.medscape.com. 2014 [cited 15 April 2016]. Available

from: http://emedicine.medscape.com/article/1015820-overview

3. Kennedy A. Book Review: American Academy of Pediatrics, Task Force on


Circumcision. 2012. “Circumcision Policy Statement.” Pediatrics: Official Journal of
the American Academy of Pediatrics. Men and Masculinities [Internet]. 2013 [cited
15 April 2016]; 16(2):270-272. Available from:

http://dx.doi.org/10.1177/1097184x12469867

4. World Health Organization. Male Circumcision and HIV Prevention: In

Eastern and Southern Africa. [Internet]. 2007 [cited 15 April 2016]. Available from:
http://www.who.int./hiv/pub/malecircumcision/entry_experiences_se_africa
_06.09.09.pdf

5. Pranata Y, Mahadhipta H, Sudjatmiko G. Sirkumsisi yang Aman & Efisien. Jakarta:


Sagung Seto; 2008
6. Ngo Tobhai. Male Circumcision Uptake, Postoperative Complications, and
Satisfaction Associated with Mid-Level Providers in Rural Kenya. HIV [Internet].
2012 [cited 17 April 2016]; 37. Available from: http://dx.doi.org/10.2147/hiv.s30357
7. Nugroho A. Persepsi Orang Tua tentang Perawatan Paska Sirkumsisi pada Anak Laki-
Laki Usia Sekolah di Desa Bulak Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan [Internet].
2015 [cited 17 April 2016]. Available from: eprints.umpo.ac.id/1164/4/BAB%201.pdf
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008.
[Internet]. 2008 [cited 17 April 2016]. Available from:
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/profil-
kesehatan-indonesia-2008.pdf
9. Kusnul Z. Kesehatan: Pola Pantang Makan Berhubungan dengan Proses
Penyembuhan Luka Sirkumsisi. [Internet]. 2012. [cited 17 April 2016]. Available
from: https://www.academia.edu/19993743/Kesehatan_Vol_4_No_1_Juni_2012
10. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
11. Setiawan E. Arti Kata Tahu-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online [Internet].
Kbbi.web.id.2016 [cited 27 April 2016]. Available from:

http://kbbi.web.id/tahu

12. Sabzehei M, Mousavibahar S, Bazmamoun H. Male Neonatal Circumcision-

A Review Article. Journal of Comprehensive Pediatrics [Internet]. 2012 [cited 29


April 2016];4(1):49-53. Available from: http://dx.doi.org/10.17795/compreped-6543
13. Mulia Y, Adiputra PA. Teknik Guillotine dan Gomco Clamp pada Sirkumsisi
[Internet]. 2013 [cited 29 April 2016]. Available from:
download.portalgaruda.org/article.php?article=14476&val=970

33

Universitas Sumatera Utara

14. Hermana A. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis, dan Praktis. Jakarta: Widya
Medika; 2000
15. David A. Surgical Guide to Circumcision. Publisher: Springer London; 2012
16. Kirubah P. Perawatan dan Komplikasi Paska Sirkumsisi pada Anak Laki- Laki
[Internet]. 2016 [cited 4 Mei 2016]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/56153
17. Gairdner D. Fate of the Foreskin. BMJ [Internet]. 1950 [cited 7 Mei 2016];
1(4650):439-440. Available from: http://dx.doi.org/10.1136/bmj.1.4650.439-b
18. Sabzehei M, Mousavibahar S, Bazmamoun H. Male Neonatal Circumcision- A
Review Article. Journal of Comprehensive Pediatrics [Internet]. 2012 [cited 9 Mei
2016];4(1):49-53. Available from: http://dx.doi.org/10.5812/jcp.6543
19. Johan F. Sirkumsisi Cara (Sunat/Khitan) [Internet]. 2014 [cited 9 Mei 2016].
Available from: https://scribd.com/doc/125748665/sirkumsisi
20. Yosefin A. Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi [Internet]. Repository.usu.ac.id.
2016 [cited 11 Mei 2016]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/55152
21. Nasution S. Pengetahuan Orang Tua tentang Sirkumsisi pada Anak Laki- Laki di
Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010 [Internet].
Repository.usu.ac.id. 2011 [cited 16 Mei 2016]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23156
22. Seno DH, Nugroho D, Wahyudi I, Rodjani A. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Keluaran dan Komplikasi Sirkumsisi [Internet]. 2012 [cited 17 Mei 2016].
Available from: http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/issue/view/160
23. Indonesia T. Perawatan dan Komplikasi Paska Sunat atau Sirkumsisi pada Bayi dan
Anak [Internet]. DOKTER INDONESIA ONLINE. 2012 [cited 20 Mei 2016].
Available from: https://dokterindonesiaonline.com/2012/08/10/perawatan-dan-
komplikasi- paska-sunat-atau-sirkumsisi-pada-bayi-dan-anak/
24. Klinik Keluarga-Rumah Keluarga Sehat: Komplikasi Paska Khitan & Penanganannya
[Internet]. Klinikkeluarga.com. 2016 [cited 20 Mei 2016]. Available from:
http://www.klinikkeluarga.com/2014/04/komplikasi- penanganannya-paska-
khitan.html?m=1
25. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto; 2013:130
26. Mavhu W, Buzdugan R, Langhaug L, Hatzold K, Benedikt C, Sherman J et al.
Prevalence and Factors Associated with Knowledge of and Willingness for Male
Circumcision in Rural Zimbabwe. Tropical Medicine & International Health. 2011;
16(5):589-597.

34

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1
Nama

Tempat/tanggal lahir

Jenis Kelamin Kewarganegaraan Agama


Alamat

Riwayat Pendidikan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

: Yeni Saswita
: Padangsidimpuan/11 Maret 1995
: Perempuan
: Indonesia
: Islam
: Jalan Kasuari (Taman Kasuari Indah Tahap 1 No.17C)

Medan

1. TK PERGURUAN SARIPUTRA PADANGSIDIMPUAN (2000-2001) 2. SD


PERGURUAN SARIPUTRA PADANGSIDIMPUAN (2001-2007) 3. SMP NEGERI 1
PADANGSIDIMPUAN (2007-2010)
4. SMA NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN (2010-2013)

5. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN (2013-


SEKARANG)

Riwayat Organisasi :

1. PEMA FK USU
2. PERMAKED TABAGSEL USU

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2
Lembar Penjelasan Kepada Responden

Dengan hormat,
Saya yang bernama Yeni Saswita adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
proses belajar mengajar pada semester keenam dan ketujuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua
dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung
Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.

Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Ibu/Bapak untuk mengisikan lembar
kuesioner ini.

Partisipasi Ibu/Bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Data pribadi
dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk penelitian
ini. Jika Ibu/Bapak bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar
persetujuan. Atas perhatian dan kesediaan Ibu/Bapak saya ucapkan terimakasih.

Medan,

2016

Peneliti,

(Yeni Saswita) Nim: 130100061

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :


Umur :
Alamat :

Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Hubungan Tingkat


Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi pada Anak
Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan” maka dengan
ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian
tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya. Padangsidimpuan,
2016

()

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4

Lembar Kuesioner
Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi
pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan
Tahun 2016

Nama : Umur : Pendidikan : Jenis Kelamin : Agama : Status Sirkumsisi Anak

:(

) Sudah

( ) Belum

Soal 1-10 Pengetahuan Tentang Sirkumsisi

Pilihlah jawaban benar dengan memberi tanda centang () pada pertanyaan di bawah ini.

1. Apa yang dimaksud dengan sirkumsisi/khitan ?

(a) Membuang sebagian dari kulit kelamin (b) Melukai kelamin


(c) Memotong kulit kelamin

2. Apa manfaat utama dari sirkumsisi/khitan ?


(a) Menjaga kelamin agar tetap bersih
(b) Memenuhi tuntutan sosial & agama
(c) Meningkatkan kenikmatan pada saat hubungan seksual
3. Apa alasan utama anak laki-laki dilakukan sirkumsisi/khitan ? (a) Agama dan medis
(b) Agama
(c) Medis

Universitas Sumatera Utara

4. Apa keuntungan dari sirkumsisi/khitan dari sudut pandang medis ?


(a) Mengurangi resiko penyakit menular seksual dan infeksi saluran kemih (b)
Meningkatkan kenikmatan pada saat hubungan seksual
(c) Mencegah terjadinya tumor kelamin
5. Apa yang menjadi alasan penundaan tindakan sirkumsisi/khitan ? (a) Ukuran kelamin
yang kecil
(b) Susah buang air kecil akibat penyempitan kulit kelamin
(c) Infeksi pada kulit kelamin
6. Apa saja makanan larangan setelah sirkumsisi/khitan ? (a) Makanan yang pedas
(b) Ikan, telur, dan daging
(c) Tidak ada
7. Kondisi apa saja yang bisa terjadi sesaat setelah tindakan sirkumsisi/khitan ? (a) Rasa
gatal di area kelamin
(b) Infeksi
(c) Perdarahan
8. Kondisi apa yang tidak boleh dilakukan tindakan sirkumsisi/khitan ?
(a) Penis yang kecil
(b) Kelainan bawaan lahir dimana lubang penis tidak berada di ujung batang penis (c)
Bayi baru lahir
9. Apa yang menjadi tujuan penggantian perban / perawatan luka berkala pada pasien
sirkumsisi/khitan ?
(a) Mencegah perdarahan
(b) Menghilangkan rasa nyeri

(c) Mencegah infeksi

10. Dimanakah pernyataan di bawah ini yang benar tentang penggunaan obat antibiotik

oral (diminum) setelah tindakan sirkumsisi/khitan ?


(a) Antibiotik harus dimakan 1 minggu setelah khitan
(b) Antibiotik diminum teratur dan sesuai anjuran dokter/aturan pakai (c) Harus selalu
diberikan setelah tindakan sirkumsisi/khitan

Universitas Sumatera Utara

Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi

Berilah tanda centang () pada pernyataan di bawah ini yang menurut Anda benar. SS =
sangat setuju
S = setuju
R = ragu-ragu

TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju

No Sikap

SS S R

TS STS
Jika terjadi komplikasi pada anak Anda setelah dikhitan seperti perdarahan, bengkak,
1
kesulitan buang air kecil, dan sebagainya, yang Anda lakukan adalah membawa/periksakan
ke dokter.
2 Sebelum dikhitan, yang harus dilakukan pada anak Anda adalah membersihkan alat
kelaminnya termasuk mencukur bulu kemaluan jika ada.
3 Langkah pertama perawatan untuk anak yang telah dikhitan adalah segera memberi obat
penghilang nyeri (analgetik) yang telah diberikan dokter/orang yang mengkhitan.
4 Seetelah buang air kecil, bersihkan alat kelamin secukupnya secara perlahan tanpa
mengenai luka.
5 Penggantian perban dilakukan setiap 2- 3 hari.
Universitas Sumatera Utara

6 Setelah dilakukan sirkumsisi/khitan, diwajibkan memakai perban.

7 Sebelum perban dilepaskan, basahi perban secukupnya untuk melunakkan kulit luka dan
perban sehingga mudah dilepaskan.
8 Jika kelamin bengkak dalam 2-5 hari setelah dikhitan, yang Anda lakukan adalah
mengkompresnya dengan kasa steril dan air hangat.
9 Anak harus minum antibiotik yang diberikan dokter/orang yang mengkhitan selama 5-10
hari untuk mencegah terjadinya infeksi.
10 Setelah dikhitan, jangan memakai celana yang ketat.

1 Setelah dikhitan, anak tidak boleh bergerak terlalu aktif seperti melompat- lompat atau
1 berlari-larian untuk penyembuhan yang cepat dan total.
1 Kontrol ke dokter yang melakukan khitan untuk tindak lanjut setelah anak Anda dikhitan
2 pada hari ketiga.
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5

Data Output

Sex

Cumulative

Frequency
Percent

Valid Percent

Percent

Valid

Laki-Laki

55

48,2

48,2

48,2
Perempuan

59

51,8

51,8

100,0

Total

114

100,0

100,0

Kelompok Umur
Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent
1

57

50,0

50,0

50,0

52

45,6

45,6
95,6

4,4

4,4

100,0

Total

114

100,0

100,0

Agama
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent
Valid

Islam

114

100,0

100,0

100,0

Pendidikan
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent
Valid

D3

4,4

4,4

4,4

S1

14

12,3
12,3

16,7

SD

26

22,8

22,8

SMA SMP Total

54 47,4

39,5 47,4 86,8 13,2 100,0

15 13,2
114 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara

Status Sirkumsisi Anak


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Sudah 83 72,8 72,8 72,8
Vali Belum 31 27,2 27,2 100,0
d
Total 114 100,0 100,0
Tingkat Pengetahuan
Valid
Frequency Percent Cumulative Percent
Percent
Kurang 34 29,8 29,8 29,8

Vali Cukup 58 50,9 50,9 80,7


d Baik 22 19,3 19,3 100,0
Total 114 100,0 100,0
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Salah 37 32,5 32,5 32,5
Vali Benar 77 67,5 67,5 100,0
d
Total 114 100,0 100,0

Sikap * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation


Tingkat Pengetahuan

Kurang

Cukup-Baik

Total
Sikap

Salah Count

30

37

% within Sikap

Benar

Count
% within Sikap Count
% within Sikap

81,1% 18,9% 4 73 5,2% 94,8% 34 80 29,8% 70,2%

100,0% 77 100,0% 114 100,0%


Total

Universitas Sumatera Utara

Chi-Square Tests

Value

df

Asymptotic Significance (2- sided)

Exact Sig. (2- sided)

Exact Sig. (1- sided)


Pearson Chi-Square

a
68,763

,000

Fisher's Exact Test

,000

,000

68,160

,000

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,04.

b
Continuity Correction Likelihood Ratio

Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

b. Computed only for a 2x2 table

65,185 1 ,000 71,595 1 ,000

114

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

Surat Persetujuan Etik Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7

Surat Izin Penelitian


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai