SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
ABSTRAK
Pendahuluan: Sirkumsisi adalah suatu tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh kulup
(prepusium) penis dengan tujuan tertentu. Tindakan sirkumsisi sangat penting untuk
kesehatan karena dapat menurunkan timbulnya infeksi saluran kemih, mengurangi resiko
terjadinya penyakit menular seksual, dan lain-lain. Namun, masih banyak juga orang tua yang
belum mengetahui apa saja yang harus dilakukan setelah anak mereka menjalani sikumsisi,
terutama tentang perawatan untuk penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan tindakan perawatan luka paska
sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan tahun 2016.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan desain penelitian
studi potong lintang (cross-sectional study). Sampel penelitian berjumlah 114 orang yang
diambil dengan menggunakan metode total sampling dan memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orangtua memiliki tingkat pengetahuan
cukup tentang sirkumsisi (50,9%), kurang (29,8%), dan baik (19,3%). Sedangakan orangtua
yang memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar lebih banyak
(67,5%) dan yang salah (32,5%).
Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orangtua dengan
sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki (p=0,000).
ii
ABSTRACT
Introduction: Circumcision is a throwing action from one part or entire preputium with a
certain purpose. Circumsision action is really important for health because can reduce the
incidence of urinary tract infections, reduce the risk of sexually transmitted diseases, and
others. But, there are still many parents who do not know what to do after their child had
been circumcised, especially about treatment for wound healing. This research aims to know
the correlation measure between parental knowledge with wound treatment after
circumcision on boys in Gunung Hasahatan and Ujunggurap
villages in 2016.
Method: This research is the research which is analyctical with the research design cross-
sectional study. This research has 114 people to be the sample which was taken with the total
sampling method and accordance with inclusion and exclusion criteria. Result: The results
showed that the average parent has a enough level of knowledge about circumcision (50,9%),
less (28,9%), and good (19,3%). Whereas parents who have an attitude in maintaining the
wound on circumsision that the right (67,5%) and wrong (32,5%).
Discussion: There is a significant relationship between the level of parental knowledge with
wound treatment after circumcision on boys (p=0,000).
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang
begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Orangtua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan Tahun 2016”. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki
seorang dokter umum, skripsi ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan
pendidikan program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
2. dr. Bambang Prayugo, Sp.B dan dr. Riyadh Ikhsan, Sp.KK, M.Ked (D.V) selaku Dosen
Pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan
penulis mulai dari perencanaan penulisan sampai dengan selesainya hasil penelitian ini.
3. Dosen penguji yakni dr. Vita Camelia, Sp.KJ dan Dr.med. Yahwardiah Siregar yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.
5. Kepala Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan yang telah
membantu memberikan data dan mengizinkan penulis melakukan penelitian di Desa Gunung
Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.
6. Rasa sayang dan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang
tua saya, Ayahanda Robby Sugianto Leo dan Ibunda Nur
iv
Milawati Harahap yang selama ini telah membesarkan, mendidik, memberi kasih sayang,
serta dukungan yang begitu besar kepada saya sehingga saya menjadi seperti ini dan dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Adinda tersayang Elsy Emalia dan Rika Destiny yang telah memberikan dukungan dan
mendoakan penulis selama mengerjakan karya tulis ilmiah ini.
8. Teman-teman sejawat seperjuangan stambuk 2013 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas solidaritas, bantuan, dan dukungannya kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan karya tulis
ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari
segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca karya tulis ilmiah ini
Yeni Saswita
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB 2
vi
BAB 3
BAB 4
vii
BAB 5
BAB 6
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
2.1. Prevalensi Sirkumsisi Berdasarkan Data WHO Tahun 2007 ................ 9 4.1. Defenisi
Operasional Penelitian ............................................................ 25
Judul Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Kuesioner
Data Output
Surat Persetujuan Etik Penelitian Surat Izin Penelitian
xi
1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN
Sirkumsisi (sunat atau khitan) adalah suatu tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh
1
kulup (prepusium) penis dengan tujuan tertentu. Sirkumsisi merupakan prosedur
pembedahan yang paling umum dilakukan pada laki-laki, karena sirkumsisi rutin pada bayi
2,3
untuk alasan agama dan budaya.
Berdasarkan sejarah, banyak sekali kebudayaan yang telah melakukan sunat untuk alasan
kesehatan, sebagai tanda peralihan menuju kedewasaan, sebagai tanda identitas budaya (mirip
dengan tato), atau sebagai ritual korban kepada dewa. Ritual sirkumsisi ini telah lama
dipraktekkan dan telah membudaya pada daerah timur tengah. Pada akhir abad 19, ritual ini
2
telah menjadi suatu praktek dengan alasan medis.
Angka kejadian sirkumsisi dalam setiap negara bervariasi sesuai dengan agama, etnis, status
sosial-ekonomi dengan alasan medis, agama, sosial, dan budaya. Di seluruh dunia 30% laki-
laki usia 15 tahun ke atas telah melakukan sirkumsisi dengan prevalensi 69% Muslim
(terutama di Asia, Timur Tengah, dan Afrika Selatan), 0,8% Yahudi, dan 13% non-Muslim
4
dan non-Yahudi.
Indonesia merupakan negara bagian timur yang mayoritas penduduknya adalah Muslim,
dimana sirkumsisi dilakukan paling sering pada usia 5-12 tahun. Banyaknya anak laki-laki di
4
Indonesia yang telah melakukan sirkumsisi adalah 75% Muslim dan 25% non-Muslim.
Banyak sekali keuntungan yang bisa diambil dari tindakan ini, seperti menurunkan timbulnya
infeksi saluran kemih, mengurangi resiko terjadinya penyakit menular seksual, kanker penis,
5
dan infeksi traktus urin. Terbukti penis laki-laki yang telah disunat lebih higienis.
Tahun 2006 lalu, sebuah penelitian menunjukkan pria yang disunat terbukti jarang tertular
infeksi melalui hubungan seksual dibanding yang tidak
disunat. Penelitian yang sama tentang sirkumsisi dan hubungannya dengan HIV/AIDS juga
pernah dipaparkan dalam International Conference ke-25 tentang HIV/AIDS di Bangkok.
Hasilnya sama, sirkumsisi bisa mengurangi tingkat HIV/AIDS, sifilis, dan borok pada alat
4,6
kelamin.
Tindakan sirkumsisi sangat penting untuk kesehatan. Prepusium atau kulit penutup depan
penis yang menjadi tempat berkumpulnya sisa-sisa air seni dan kotoran lain yang membentuk
zat warna putih disebut smegma, ini sangat potensial sebagai sumber infeksi. Tindakan
membuang kulit atau prepusium maka resiko terkena infeksi dan penyakit lain menjadi lebih
5
kecil.
Namun, masih banyak juga orang tua yang belum mengetahui apa saja yang harus dilakukan
setelah anak mereka menjalani sikumsisi, terutama tentang perawatan untuk penyembuhan
luka. Keluarga khususnya di daerah pedesaan belum mengerti pentingnya nutrisi untuk
penyembuhan luka. Mereka beranggapan bahwa makan makanan seperti tahu, tempe, telur
dan makanan yang mengandung protein akan membuat luka khitan menjadi gatal. Sehingga
pantangan makan membudaya dikalangan masyarakat. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai budaya tertentu, maka sangat mungkin masyarakat disekitarnya melakukan
budaya tersebut.
Angka kejadian paska sirkumsisi yang melakukan pantangan terhadap makanan di Inggris
dan Kanada dari jumlah penduduk 227,65 juta jiwa tahun 2008 dengan luas wilayah
2
9.970.610 km ditemukan sebanyak 5-15%. Negara Indonesia tahun 2006 angka kejadian
7
pantangan terhadap makanan 35-45%. Provinsi Jawa Timur tahun 2000 angka kejadian
8
paska sirkumsisi 39,6% yang pantangan terhadap makanan. Data ini menunjukkan bahwa
pantang makanan masih banyak dilakukan oleh masyarakat.
Kepercayaan untuk berpantang makan setelah proses sirkumsisi atau khitan dengan tujuan
luka khitan menjadi cepat sembuh masih banyak dianut oleh masyarakat terutama oleh para
orang tua. Pantangan terhadap makanan sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh anak paska
sirkumsisi karena dapat memperlambat proses penyembuhan luka sirkumsisi, dan dalam
proses penyembuhan luka sangat membutuhkan protein, maka setelah disirkumsisi
1
dianjurkan untuk makan dalam pola yang benar sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya.
Kejadian ini disebabkan karena kuatnya pengaruh sosial budaya terhadap kebiasaan sehari-
hari. Adat dan tradisi tersebut yang mendasari masyarakat pedesaan dalam memilih dan
menyajikan makanan. Selain tarak, sebagian orang tua di desa menyuruh anaknya yang sudah
dikhitan untuk memakai pakaian yang erat, mereka beranggapan agar alat kelamin tidak
berubah posisi selama di perban. Kondisi ini bertentangan dengan teori bahwa disebutkan
setelah dikhitan hendaknya memakai pakaian yang longgar agar tidak terjadi gesekan dan
1
mempercepat luka kithan kering. Ada juga orang tua yang beranggapan ketika ingin
membuka luka perban, anaknya disuruh untuk berendam terlebih dahulu agar perban mudah
dilepas. Anggapan tentang perawatan khitan itu masih banyak muncul dikalangan masyarakat
desa.
Secara teori proses penyembuhan luka justru membutuhkan nutrisi ekstra untuk
menumbuhkan jaringan baru. Dalam proses penyembuhan luka memerlukan diit kaya protein,
9
karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti ferrum (Fe), zinc (Zn). Begitu juga
dengan luka paska sirkumsisi. Persepsi keluarga dalam arti orang tua sangat berpengaruh
pada proses penyembuhan luka sirkumsisi anaknya. Anak biasanya menuruti apa yang di
katakan oleh orang tuanya.
Hendaknya orang tua mengetahui hal-hal yang harus dilakukan setelah anaknya disirkumsisi,
baik perawatan maupun nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka.
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka
paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan tahun 2016
1.3.2. Tujuan Khusus
sirkumsisi.
penelitian ini.
sadar tentang pentingnya sirkumsisi dan bisa melakukan perawatan paska sirkumsisi
dengan baik dan benar.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan
“what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat
10
menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Menurut KBBI, pengetahuan adalah segala sesuatu
11
yang diketahui berkenaan dengan hal.
2.1.2.
1.
Cara Tradisional
a. Trial and Error
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Pada waktu itu seseorang apabila
menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain.
b. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
c. Kekuasaan (Otoritas)
d. Pengalaman
Pengalaman digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal
ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperolah dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
e. Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut
berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih
populer disebut metodologi penelitian (research methodology).
1) Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik.
8
Menurut Depkes RI, kategori umur terbagi atas :
1. Masa balita
2. Masa kanak-kanak
3. Masa remaja awal
4. Masa remaja akhir
5. Masa dewasa awal
6. Masa dewasa akhir
7. Masa lansia awal
8. Masa lansia akhir
9. Masa manula
: 0-5 tahun
: 5-11 tahun : 12-16 tahun : 17-25 tahun : 26-35 tahun : 36-45 tahun : 46-55 tahun : 56-65
tahun : >65 tahun
2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan berfokus pada proses mengajar, dengan tujuan agar
terjadi perubahan perilaku yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
3) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari
jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila
dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain.
4) Sumber Informasi
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk
media massa seperti televisi, koran, majalah, internet yang mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
10
Pengetahuan memiliki 6 tingkatan, yaitu: a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere berarti
“memotong”. Sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau
12
seluruh kulit penutup depan dari penis.
Sirkumsisi adalah memotong kulit luar (preputium / prepuce / foreskin / kulup) pada penis
yang melingkupi kepala penis (glans penis). Sirkumsisi adalah prosedur kedaruratan dimana
13
prepusium (foreskin) dari penis dipisahkan dari glans dan porsio dieksisi.
2.2.2. Epidemiologi
Dalam bidang kesehatan, tidak ada ketetapan batasan umur untuk melakukan sirkumsisi.
Sering kali usia melakukan sirkumsisi dipengaruhi oleh agama maupun budaya setempat. Di
Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7 tahun, di Mesir antara 5-6 tahun, di India 5-9
tahun, dan di Iran biasanya 4 tahun. Di Indonesia lazimnya melakukan sirkumsisi anak
14
sekitar 5-15 tahun.
Negara
Spanyol
Afrika Selatan Amerika Serikat Indonesia
Arab Saudi Inggris
Jerman
Filipina Australia
8.13
Persen
Bisa dilihat dari tabel 2.1, Sirkumsisi paling umum dilakukan di negara dengan mayoritas
penduduk Muslim. Seperti sebagian dari Asia Tenggara (Indonesia, Filipina) dan Afrika
Selatan, Amerika Serikat, dan Arab Saudi. Sebaliknya, jarang dilakukan di Eropa dan
sebagian besar Asia.
Penis merupakan organ tubuler yang dilewati oleh uretra. Penis berfungsi sebagai saluran
kencing dan saluran untuk menyalurkan semen kedalam vagina selama berlangsungnya
hubungan seksual. Penis dibagi menjadi tiga regio: pangkal penis, korpus penis, dan glans
penis. Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simfisis pubis. Korpus
penis merupakan bagian yang di dalamnya terdapat saluran, sedangkan glans penis adalah
bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra eksterna. Corona radiata merupakan
bagian leher yang terletak antara korpus penis dan glans penis. Kulit yang menutupi penis
menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot polos dan jaringan areolar yang
memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak struktur dibawahnya. Lapisan
10
15s
subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena dan pembuluh limfe superficial.
Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat kumparan jaringan elastis yang merupakan struktur
internal penis. Sebagian besar korpus penis terdiri dari jaringan erektil, corpora cavernosa dan
16
corpus spongiosum. Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut prepusium.
Prepusium pertama kali terbentuk pada minggu ke delapan dalam masa janin. Dalam 16
minggu, prepusium akan menutupi glans penis. Pada tahapan ini lapisan epidermis prepusium
yang menutupi glans akan menyatu dengan epidermis glans dan disebut frenulum. Kedua
lapisan epidermis tersebut terdiri dari epitel squamous. Prepusium dan glans penis menutupi
suatu celah yang kemungkinan akan menjadi kantong pada prepusium. Akhirnya ruang yang
terbentuk pada prepusium adalah hasil dari suatu proses desquamation, dan prepusium
17
perlahan-lahan akan terpisah dengan glans.
Pada saat lahir, kebanyakan proses desquamation belum sempurna, dan prepusium tidak
dapat ditarik karena masih menyatu dengan glans penis. Pada umumnya pemisahan
prepusium dengan glans penis terjadi saat pubertas. Kelenjar-kelenjar preputium yang
terdapat di sepanjang kulit dan mukosa preputium mensekresikan smegma. Smegma
merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan bakteri. Inflamasi dan infeksi sering
terjadi di daerah ini, khususnya bila higienitasnya tidak dijaga dengan baik. Salah satu cara
17
untuk mengatasi masalah ini adalah dengan sirkumsisi.
2.2.4. Indikasi
a. Agama
Sunat bagi laki-laki sebelum menginjak pubertas (remaja) adalah tradisi
dalam beberapa agama. Terutama agama Islam, Yahudi dan juga sebagian kelompok agama
18
Kristen.
11
b.
Medis 1. Fimosis
Pada usia 3 tahun, hanya 10% anak laki-laki yang tidak dapat menarik secara penuh
prepusiumnya, pada saat remaja 98-99% prepusium dapat tertarik sampai glans. Fimosis
terjadi akibat kurang menjaga kebersihan, balanitis kronis, dan menarik paksa prepusium
berulang-ulang yang berakhir pada pembentukan cincin fibrosis yang menutup orificium dari
prepusium dan menyebabkan terjadinya fimosis. Fimosis tidak menyebabkan obstruksi
traktus urinarius, namun tanpa higienitas akan berisiko terjadinya iritasi kulit, infeksi,
balanitis, dan jika menarik paksa prepusium dapat mentidakibatkan parafimosis. Seseorang
2
yang mengalami fimosis akan mengalami rasa sakit saat berhubungan seksual.
2. Parafimosis
Parafimosis adalah keadaan dimana prepusium dapat ditarik ke
belakang, tetapi tidak dapat kembali ke depan dan akhirnya menjepit penis sehingga
menyebabkan pembengkakan. Hal ini merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan dalam
bidang urologi. Jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan vena tersumbat dan
edema pada glans dan prepusium yang akan menyebabkan sumbatan terhadap arteri sehingga
terjadi iskemi dan kehilangan sebagian atau seluruh glans penis. Parafimosis terjadi akibat
orang tua atau perawat menarik prepusium dengan kuat untuk membersihkan penis atau pada
2
percobaan kateterisasi dan prepusium tidak kembali ke posisi semula.
infeksi dari prepusium. Pada postitis, tanda dan gejala yang dapat
12
4.
ditemukan adalah eritema, pembengkakan, panas, dan nyeri tekan pada kulit prepusium. Pada
balanitis, tanda dan gejala yang ditemukan adalah eritema, pembengkakan, panas, dan nyeri
tekan pada glans penis. Bau yang tidak enak, eksudat yang sedikit, dan seropurulen
merupakan tanda yang jelas. Balanitis, postitis, atau keduanya (balanopostitis) merupakan
2
akibat dari kurang menjaga kebersihan.
Kondiloma Akuminata
Kondiloma Akuminata adalah papiloma multiple yang tumbuh pada
kulit genitalia eksterna. Bentuknya seperti kulit, multiple dan permukaan kasar. Faktor
predisposisinya adalah perawatan kebersiahan genitalia yang buruk. Bila lesi meliputi
permukaan glands penis atau permukaan dalam (mukosa) prepusium, maka tindakan terpilih
20
adalah sirkumsisi untuk mencegah perluasan dan kekambuhan.
Alasan Kesehatan
Di negara maju mayoritas non-muslim seperti Amerika Serikat, sunat dianjurkan karena
alasan kebersihan dan untuk mencegah infeksi saluran kemih dan kanker serviks. Penis yang
disunat menghasilkan smegma lebih sedikit atau tidak ada sama sekali sehingga lebih mudah
20
dijaga kebersihannya.
Meskipun ada beberapa keuntungan dilakukannya sirkumsisi, juga terdapat risiko dari
prosedur ini, yaitu perdarahan, infeksi, dan hasil yang jelek.
Infeksi saluran kemih (ISK) umumnya lebih sering mengenai bayi laki-laki daripada
bayi perempuan. Dari hasil penelitian tentang hubungan antara sirkumsisi dan ISK
menunjukkan peningkatan rasio ISK pada bayi yang tidak disirkumsisi, khususnya
2
bayi yang berumur <1 tahun.
yang tidak disirkumsisi adalah lapisan bagian dalam prepusium tidak memiliki keratin
sehingga mudah untuk mengalami trauma kecil pada saat
13
berhubungan dan mempermudah patogen masuk. Lingkungan yang hangat dari prepusium
2
membuat mikroorganisme tumbuh subur dalam smegma yang terkumpul di tempat ini.
Bukti kuat yang mendukung hubungan antara sirkumsisi dengan penurunan risiko PMS yaitu
transmisi penyakit ulkus genital dan HIV. Delapan penelitian melaporkan peningkatan
signifikan risiko penyakit ulkus genital (sifilis dan chancroid) yaitu 2-7 kali pada laki-laki
yang tidak disirkumsisi. Efek proteksi parsial dari sirkumsisi adalah sekitar 60% menurunkan
2,6
risiko terinfeksi HIV.
onkogen. HPV non-onkogen (genotip 6 dan 11) menyebabkan kutil pada genitalia wanita dan
pria. HPV onkogen (genotip 16, 18, 31, 33) menyebabkan kanker serviks, vulva, vagina,
anus, dan penis. Sirkumsisi menurunkan secara signifikan infeksi HPV terhadap pria dan
2
kanker serviks pada wanita pasangannya akibat sering berganti-ganti pasangan.
2.2.5. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk sirkumsisi adalah prematur, anomali penis (misalnya chorde, atau
kelainan kelengkungan penis), hipospadia, epispadia, mikropenis, dan memiliki 2 genital.
Kelainan perdarahan bukan merupakan kontraindikasi absolut untuk sirkumsisi, tetapi
2
sirkumsisi sebaiknya dihindari pada kasus seperti ini.
Setelah dilakukan tindakan sirkumsisi, perlu diperhatikan perawatan paska sirkumsisi. Ada
beberapa perawatan yang harus dilakukan paska sirkumsisi, yaitu:
14
lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara
1
1-1 /2 jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya,
21
maka dapat tergantikan dengan obat Analgetik.
Obat antibiotik juga sebaiknya diminum secara teratur (umumnya diberikan untuk 5-10 hari)
21
agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan luka khitan.
21
2. Menjaga daerah alat kelamin tetap bersih dan kering
1. a) Menggunakan celana yang longgar untuk menghindari gesekan.
2. b) Membersihkan uretra eksternal secukupnya secara perlahan setiap
4. d) Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh
dibersihkan dengan air hangat dengan cara masukkan kassa steril ke dalam air
hangat lalu peras dan bersihkan secara perlahan bekas darah sampai bersih.
atas) terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri
oleh tubuh dan kempes dalam waktu 5-7 hari. Jika dirasakan mengganggu, dapat
dibantu dengan cara mengompresnya selama 5-10 menit dengan kasa yang dicelupkan
air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Dilakukan 2 hari setelah sirkumsisi
21
dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.
4. Mengatur makanan
Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus
untuk pasien sirkumsisi. Ikan, telur, dan daging bukan suatu larangan untuk dimakan
karena hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang di
masyarakat. Sebaliknya kandungan vitamin dan
15
protein yang terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses
9,21
penyembuhan luka agar lebih cepat kering.
Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap
makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali mengkonsumsi makanan tersebut maka
menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung
21
lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses khitan saja.
Adapun pedas, minuman bersoda atau softdrink sebaiknya memang dihindari karena dapat
mengganggu kesehatan secara umum, misalnya menimbulkan gangguan pencernaan atau
radang tenggorokan yang dapat menurunkan kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut
akan menghambat proses penyembuhan luka sirkumsisi karena konsentrasi kekebalan tubuh
21
jadi terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain.
sirkumsisi menggunakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan. Hal ini justru
sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi
bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah sirkumsisi sebaiknya mandi
dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu luka khitan sudah kering maka
diperbolehkan mandi dengan air seperti biasanya. Gunakanlah sabun secukupnya dan
21
tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan.
bengkak (oedem) yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa
seperlunya. Yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti
melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan sampai
21
penisnya sembuh total, yaitu sekitar satu setengah bulan.
16
perkembangan luka khitan. Jika anda sudah mahir hal tersebut dapat dilakukan sendiri di
21
rumah. Jika merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter.
Lakukan kontrol rutin ke dokter yang melakukan sirkumsisi pada hari ketiga dan pada hari
kelima-ketujuh. Apabila luka sirkumsisi sudah betul-betul kering maka perban bisa
dilepaskan secara total. Sebelumnya lakukan pemberian air hangat, baby oil atau minyak
kelapa pada perban dengan cara meneteskan secukupnya. Hal ini berguna untuk melunakkan
kulit luka dan perban, sehingga mudah dilepaskan. Jika diperlukan, pelepasan perban dapat
21
dibantu dengan penggunaan anastesi spray untuk mengurangi nyeri.
2.2.7. Komplikasi
Walaupun sirkumsisi secara teknis tidak sulit dilakukan, tindakan ini dapat mentidakibatkan
berbagai komplikasi ringan hingga berat. Prevalensi komplikasi sirkumsisi keseluruhan
22
belum diketahui secara pasti dan berkisar 1- 15%.
1. Nyeri
Nyeri adalah hal yang paling sering dan biasanya terjadi. Setelah efek anestesinya
berakhir yang didahului dengan rasa panas pada daerah genitalia. Pada saat
pelaksanaan khitan pertimbangkan penambahan obat penghilang rasa sakit (analgesik)
yang dimasukkan lewat dubur. Setelah pelaksanaan khitan segera minum analgesik
yang diberikan oleh dokter, biasanya analgesik bisa diminum tiap 6 jam bila sakit,
16
atau menurut petunjuk dokter.
2. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi awal yang paling umum terjadi
beberapa jam setelah sirkumsisi. Perdarahan terjadi jika dokter lupa
17
mengidentifikasi dan mengikat pembuluh darah yang cukup besar. Bila perdarahan sedikit,
cukup dibersihkan dengan kasa steril yang sudah dibubuhi povidone iodine. Bisa juga dibalut
dengan perban (kasa steril) untuk menekan sumber perdarahan (blood compressing). Jika
perdarahan banyak dan terus terjadi, biasanya dilakukan tindakan untuk mencari dan
16,23
mengikat sumber perdarahan.
3. Bengkak (edema)
Bengkak merupakan kejadian yang normal. Pada penderita alergi
dan hipersensitivitas kulit sering terjadi lamanya penyebuhan luka kadang disertai
pembengkakan tetapi tidak disertai tanda radang seperti nyeri dan kemerahan pada
23
sekitar luka. Bekas suntikan obat anastesi di pangkal penis terkadang dapat
menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes
dalam waktu 5-7 hari. Jika dirasakan mengganggu, dapat dibantu dengan cara
mengompresnya dengan air hangat. Usahakan air tersebut tidak mengenai luka
16
khitan.
4. Infeksi
Infeksi terjadi karena kontaminasi dari peralatan ataupun lingkungan
yang kurang steril. Ditandai dengan edema (bengkak), adanya nanah pada bekas
khitan, tubuh demam, mengeluh nyeri di sekitar genetalia. Penatalaksanaannya
dengan pemberian obat antibiotik dan obat antiinflamasi dari dokter. Karena itu obat
yang diberikan harus dihabiskan, kemudian dikontrol ke dokter yang mengkhitan
untuk mengevaluasi luka khitan. Rawat luka dengan mengompres dengan rivanol atau
16
menurut petunjuk dokter dan jaga kebersihan luka.
16
Kejadian ini umumnya terjadi pada metode khitan konvensional.
6. Syok anafilaktik
Syok anafilaktik diakibatkan reaksi alergi tipe cepat, terjadi segera atau beberapa saat
setelah masuknya alergen, misalnya obat. Pasien
18
pancarannya saat buang air kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya sumbatan pada
muara saluran kemih luar oleh bekuan darah. Dapat diatasi dengan membersihkan
sumbatan, bisa dengan menggunakan kasa steril dan air hangat atau jika lukanya
sudah kering bisa berendam dengan air hangat yang sudah dibubuhi PK (kalium
16
permanganat) untuk meluruhkan bekuan atau kotoran.
yang tidak menutup dengan baik, bahkan terbuka kembali sehingga luka lama untuk
kering. Hal ini terjadi oleh karena pemotongan prepusium terlalu panjang pada
metode khitan smartclamp atau electrocouter yang tidak dijahit. Sehingga setelah
klem dibuka, pada saat ereksi bekas luka iris khitan membuka kembali. Oleh karena
itu, metode khitan smartclamp tidak disarankan pada pasien diatas usia 14 tahun atau
dewasa. Sedangkan pada khitan metode electrocouter disarankan dilakukan jahitan di
atas usia 3 tahun. Pada keadaan ini, usahakan luka tetap kering, tidak boleh lembab
atau kena air. Luka akan kering dan sembuh, walaupun membutuhkan waktu lebih
lama. Sebaiknya dikonsulkan kembali kepada dokter yang mengkhitan untuk
16
mendapatkan obat yang mempercepat proses penyembuhan luka.
glans penis. Hal ini disebabkan pemotongan kulit dan mukosa prepusium
19
24
untuk dikhitan kembali. 10. Meatal stenosis
Adanya pengerutan pada saluran kemih, saluran kemih menutup. Jika terjadi hal ini, rujuk
24
kepada Bedah Urologi untuk dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.
jaringan parut pada batang penis dengan pengerasan kulit lapisan dalam dan menimbulkan
24
proses penyembuhan luka yang lama akibat infeksi pada bagian dalam penis.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan kerangka teori
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
- Kurang
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Sumber informasi
Indikasi
Pengetahuan
Sirkumsisi
Komplikasi
Kontraindikasi
21
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan kerangka konsep
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan
luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik tentang hubungan tingkat
pengetahuan orang tua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak
laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan. Desain
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional. Desain cross-sectional
merupakan jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali
25
pada satu saat.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. Lokasi penelitian adalah Desa
Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa
Ujunggurap Padangsidimpuan yang anaknya sudah dilakukan sirkumsisi.
4.2.2. Sampel
Pada penelitian ini pengambilan sampel ditentukan dengan cara total sampling, dimana
seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel. Besarnya sampel adalah seluruh orang
tua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yang ditentukan.
23
a. Orang tua yang memiliki anak laki-laki berusia 0-18 tahun yang sudah disirkumsisi
maupun belum disirkumsisi.
b. Orang tua yang bertempat tinggal di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan.
a. Orang tua yang memiliki anak laki-laki berusia 0-18 tahun yang sedang dalam
keadaan sakit.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data diperoleh dengan
cara memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diisi oleh responden.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program sistem komputerisasi dengan
perangkat lunak SPSS (Statistic Product and Service Solutions) untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan orang tua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada
anak laki-laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan. Uji
hipotesis yang akan digunakan adalah uji chi-square. Hasil disajikan dalam bentuk narasi
diperjelas dengan tampilan tabel.
Untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel dalam penelitian, maka
setiap variabel harus dirumuskan secara operasional. Adapun defenisi operasional dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
24
Variabel
Defenisi
Segala sesuatu yang diketahui ayah dan/atau ibu tentang sirkumsisi, perawatan luka dan
komplikasinya. Hal-hal yang dilakukan setelah sirkumsisi
Hasil Ukur
Skala Ordinal
Angket
Kuesioner
Nominal
25
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.
Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap adalah desa yang terdapat di Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua dengan jumlah penduduk 2.843 orang. Sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh orangtua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan yang memenuhi pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi yang ditentukan.
Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat memberikan deskripsi
frekuensi karakteristik responden penelitian. Total sampel yang diambil adalah sebanyak 119
orang, tetapi hanya 114 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
dimana dari Desa Gunung Hasahatan sebanyak 40 orang dan Desa Ujunggurap sebanyak 74
orang. Berikut adalah tabel-tabel yang mendeskripsikan karakteristik responden dalam
penelitian ini.
Frekuensi (n) 57
52
5
114
Persentase (%) 50
45,6
4,4
100
Tabel 5.1. menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah berusia <40 tahun yaitu
sebanyak 57 orang (50%), diikuti oleh responden berusia 40-60 tahun
26
sebanyak 52 orang (45,6%), sedangkan berusia >60 tahun sebanyak 5 orang (4,4%).
Frekuensi (n) 55
59
114
Tabel 5.3. menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah responden dengan pendidikan
terakhir SMA yaitu sebanyak 54 orang (47,4%). Diikuti dengan pendidikan terakhir SD
sebanyak 26 orang (22,8%). Pendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang (13,2%).
Pendidikan S1 sebanyak 14 orang (12,3%), dan yang paling sedikit adalah D3 yaitu hanya 5
orang (4,4%).
27
Frekuensi (n) 83
31
114
Frekuensi (n) 22
58
34
114
28
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Perawatan Luka
Paska Sirkumsisi
Salah Total
Frekuensi (n)
77
37 114
Persentase (%)
Penelitian yang telah dilakukan terhadap 114 orang responden adalah dengan menggunakan
metode cross-sectional dan instrumen kuesioner yang mengandung 22 soal. Data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisis dengan uji hipotesis chi-square. Berikut deskripsi frekuensi
tingkat pengetahuan dan tindakan perawatan luka paska sirkumsisi dari responden penelitian.
29
5.1.5.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi
Tabel 5.8. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi
Sikap terhadap Perawatan Tingkat Pengetahuan Luka Paska Sirkumsisi Baik Cukup Kurang
Total P
Benar 22 51 4 77 Salah 0 7 30 37 Total 22 58 34 114
Berdasarkan analisis bivariat dengan uji analisis fisher’s exact diperoleh p- value 0,001
(p<0,05) yang berarti menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-
laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan tahun 2016.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan usia responden, responden dengan usia <40 tahun (50%) paling banyak dan
diikuti oleh usia 40-60 tahun (45,6%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil
20
penelitian Yosefin (2015) dimana responden berusia 35-55 tahun sebanyak 52%.
Ditinjau dari agama responden, seluruh responden beragama Islam. WHO mencatat bahwa
4
69% laki-laki di dunia beragama Muslim telah melakukan sirkumsisi. Dari hasil penelitian
ini, 83 orang responden telah melakukan sirkumsisi (72,8%) pada anak mereka. Apabila
terdapat variasi agama pada responden akan terjadi peningkatan atau penurunan pada jumlah
responden yang sudah ataupun belum melakukan tindakan sirkumsisi pada anak.
30
0,001
Universitas Sumatera Utara
5.2.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi
Sebagian responden dengan usia <40 tahun belum melakukan tindakan sirkumsisi terhadap
anak laki-lakinya. Penyebabnya ialah budaya pada negara bagian timur, sirkumsisi dilakukan
4
paling sering pada usia 5-12 tahun. Sementara pada usia <40 tahun umumnya memiliki anak
laki-laki yang masih di bawah lima tahun.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 114 orangtua di Desa Gunung Hasahatan dan Desa
Ujunggurap Padangsidimpuan dengan analisis hubungan tingkat pengetahuan orangtua
dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi dengan menggunakan uji analisis
fisher’s exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan orangtua dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi dengan nilai
p=0,001 (p<0,005). Terlihat dari hasil penelitian bahwa orangtua dengan tingkat pengetahuan
baik memiliki sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar dan orangtua
dengan tingkat pengetahuan kurang baik memiliki sikap terhadap perawatan luka paska
sirkumsisi yang salah. Sikap yang baik dan benar harus didasari pengetahuan yang baik. Pada
penelitian ini sebanyak 50,9% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 29,8%
memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Sebaliknya, responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik hanya 19,3%. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi orangtua tentang
sirkumsisi dan kurang pedulinya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan
terutama mengenai sirkumsisi kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Mavhu
W et al (2011) dari Universitas Zimbabwe yang memperoleh bahwa semakin baik tingkat
pengetahuan seseorang tentang sirkumsisi maka akan semakin mempengaruhi sikap dan
26
pentingnya tindakan sirkumsisi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Yosefin (2015) yang
memperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan
20
tindakan sirkumsisi. Perbedaan ini terjadi karena penelitian Yosefin (2015) meneliti
hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan, sedangkan penelitian ini meneliti hubungan
tingkat pengetahuan dengan sikap.
31
6.1. Kesimpulan
2. Sikap orangtua terhadap perawatan luka paska sirkumsisi yang benar 67,5%
terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung
Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan tahun 2016. Hasil analisis ini
bermakna dengan nilai p=0,001 (p<0,005).
6.2. Saran
1. Kepada orangtua yang belum melakukan tindakan sirkumsisi kepada anaknya agar
lebih banyak mencari informasi mengenai sirkumsisi dari berbagai sumber agar
memiliki sikap yang benar terhadap perawatan luka paska sirkumsisi.
2. Kepada petugas kesehatan agar berperan aktif dalam memberikan penyuluhan
mengenai sirkumsisi kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
from: http://emedicine.medscape.com/article/1015820-overview
http://dx.doi.org/10.1177/1097184x12469867
Eastern and Southern Africa. [Internet]. 2007 [cited 15 April 2016]. Available from:
http://www.who.int./hiv/pub/malecircumcision/entry_experiences_se_africa
_06.09.09.pdf
http://kbbi.web.id/tahu
33
14. Hermana A. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis, dan Praktis. Jakarta: Widya
Medika; 2000
15. David A. Surgical Guide to Circumcision. Publisher: Springer London; 2012
16. Kirubah P. Perawatan dan Komplikasi Paska Sirkumsisi pada Anak Laki- Laki
[Internet]. 2016 [cited 4 Mei 2016]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/56153
17. Gairdner D. Fate of the Foreskin. BMJ [Internet]. 1950 [cited 7 Mei 2016];
1(4650):439-440. Available from: http://dx.doi.org/10.1136/bmj.1.4650.439-b
18. Sabzehei M, Mousavibahar S, Bazmamoun H. Male Neonatal Circumcision- A
Review Article. Journal of Comprehensive Pediatrics [Internet]. 2012 [cited 9 Mei
2016];4(1):49-53. Available from: http://dx.doi.org/10.5812/jcp.6543
19. Johan F. Sirkumsisi Cara (Sunat/Khitan) [Internet]. 2014 [cited 9 Mei 2016].
Available from: https://scribd.com/doc/125748665/sirkumsisi
20. Yosefin A. Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi [Internet]. Repository.usu.ac.id.
2016 [cited 11 Mei 2016]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/55152
21. Nasution S. Pengetahuan Orang Tua tentang Sirkumsisi pada Anak Laki- Laki di
Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur Tahun 2010 [Internet].
Repository.usu.ac.id. 2011 [cited 16 Mei 2016]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23156
22. Seno DH, Nugroho D, Wahyudi I, Rodjani A. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Keluaran dan Komplikasi Sirkumsisi [Internet]. 2012 [cited 17 Mei 2016].
Available from: http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/issue/view/160
23. Indonesia T. Perawatan dan Komplikasi Paska Sunat atau Sirkumsisi pada Bayi dan
Anak [Internet]. DOKTER INDONESIA ONLINE. 2012 [cited 20 Mei 2016].
Available from: https://dokterindonesiaonline.com/2012/08/10/perawatan-dan-
komplikasi- paska-sunat-atau-sirkumsisi-pada-bayi-dan-anak/
24. Klinik Keluarga-Rumah Keluarga Sehat: Komplikasi Paska Khitan & Penanganannya
[Internet]. Klinikkeluarga.com. 2016 [cited 20 Mei 2016]. Available from:
http://www.klinikkeluarga.com/2014/04/komplikasi- penanganannya-paska-
khitan.html?m=1
25. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto; 2013:130
26. Mavhu W, Buzdugan R, Langhaug L, Hatzold K, Benedikt C, Sherman J et al.
Prevalence and Factors Associated with Knowledge of and Willingness for Male
Circumcision in Rural Zimbabwe. Tropical Medicine & International Health. 2011;
16(5):589-597.
34
Lampiran 1
Nama
Tempat/tanggal lahir
Riwayat Pendidikan
: Yeni Saswita
: Padangsidimpuan/11 Maret 1995
: Perempuan
: Indonesia
: Islam
: Jalan Kasuari (Taman Kasuari Indah Tahap 1 No.17C)
Medan
Riwayat Organisasi :
1. PEMA FK USU
2. PERMAKED TABAGSEL USU
Lampiran 2
Lembar Penjelasan Kepada Responden
Dengan hormat,
Saya yang bernama Yeni Saswita adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska
Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap
Padangsidimpuan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
proses belajar mengajar pada semester keenam dan ketujuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua
dengan sikap terhadap perawatan luka paska sirkumsisi pada anak laki-laki di Desa Gunung
Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan.
Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Ibu/Bapak untuk mengisikan lembar
kuesioner ini.
Partisipasi Ibu/Bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Data pribadi
dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk penelitian
ini. Jika Ibu/Bapak bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar
persetujuan. Atas perhatian dan kesediaan Ibu/Bapak saya ucapkan terimakasih.
Medan,
2016
Peneliti,
Lampiran 3
Telp/Hp :
()
Lampiran 4
Lembar Kuesioner
Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap terhadap Perawatan Luka Paska Sirkumsisi
pada Anak Laki-Laki di Desa Gunung Hasahatan dan Desa Ujunggurap Padangsidimpuan
Tahun 2016
:(
) Sudah
( ) Belum
Pilihlah jawaban benar dengan memberi tanda centang () pada pertanyaan di bawah ini.
10. Dimanakah pernyataan di bawah ini yang benar tentang penggunaan obat antibiotik
Berilah tanda centang () pada pernyataan di bawah ini yang menurut Anda benar. SS =
sangat setuju
S = setuju
R = ragu-ragu
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
No Sikap
SS S R
TS STS
Jika terjadi komplikasi pada anak Anda setelah dikhitan seperti perdarahan, bengkak,
1
kesulitan buang air kecil, dan sebagainya, yang Anda lakukan adalah membawa/periksakan
ke dokter.
2 Sebelum dikhitan, yang harus dilakukan pada anak Anda adalah membersihkan alat
kelaminnya termasuk mencukur bulu kemaluan jika ada.
3 Langkah pertama perawatan untuk anak yang telah dikhitan adalah segera memberi obat
penghilang nyeri (analgetik) yang telah diberikan dokter/orang yang mengkhitan.
4 Seetelah buang air kecil, bersihkan alat kelamin secukupnya secara perlahan tanpa
mengenai luka.
5 Penggantian perban dilakukan setiap 2- 3 hari.
Universitas Sumatera Utara
7 Sebelum perban dilepaskan, basahi perban secukupnya untuk melunakkan kulit luka dan
perban sehingga mudah dilepaskan.
8 Jika kelamin bengkak dalam 2-5 hari setelah dikhitan, yang Anda lakukan adalah
mengkompresnya dengan kasa steril dan air hangat.
9 Anak harus minum antibiotik yang diberikan dokter/orang yang mengkhitan selama 5-10
hari untuk mencegah terjadinya infeksi.
10 Setelah dikhitan, jangan memakai celana yang ketat.
1 Setelah dikhitan, anak tidak boleh bergerak terlalu aktif seperti melompat- lompat atau
1 berlari-larian untuk penyembuhan yang cepat dan total.
1 Kontrol ke dokter yang melakukan khitan untuk tindak lanjut setelah anak Anda dikhitan
2 pada hari ketiga.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5
Data Output
Sex
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Valid
Laki-Laki
55
48,2
48,2
48,2
Perempuan
59
51,8
51,8
100,0
Total
114
100,0
100,0
Kelompok Umur
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
57
50,0
50,0
50,0
52
45,6
45,6
95,6
4,4
4,4
100,0
Total
114
100,0
100,0
Agama
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Islam
114
100,0
100,0
100,0
Pendidikan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
D3
4,4
4,4
4,4
S1
14
12,3
12,3
16,7
SD
26
22,8
22,8
54 47,4
15 13,2
114 100,0 100,0
Kurang
Cukup-Baik
Total
Sikap
Salah Count
30
37
% within Sikap
Benar
Count
% within Sikap Count
% within Sikap
Chi-Square Tests
Value
df
a
68,763
,000
,000
,000
68,160
,000
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,04.
b
Continuity Correction Likelihood Ratio
114
Lampiran 7