Anda di halaman 1dari 71

SKRIPSI

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN


ANTROPOMETRI DI PUSKESMAS SENTOSA BARU
KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN TAHUN 2016

Oleh:
HARVINDA ARYA PRATIWI
130100117

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN
ANTROPOMETRI DI PUSKESMAS SENTOSA BARU
KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN TAHUN 2016

SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran

Oleh:
HARVINDA ARYA PRATIWI
130100117

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Permasalahan gizi di Indonesia merupakan salah satu persoalan utama dalam


pembangunan manusia. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi
gizi kurang pada balita 18,4% tahun 2007 menurun menjadi 17,9% tahun 2010 kemudian
meningkat menjadi 19,6% tahun 2013. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk,
yaitu dari 5,4% pada tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% pada tahun 2013.
Puskesmas Sentosa Baru, merupakan salah satu puskesmas dari 39 Puskesmas di Kota
Medan yang memiliki kasus gizi buruk dan kurang pada balita masih tinggi. Pengukuran
status gizi yang standar dilakukan adalah antropometri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi balita berdasarkan


antropometri di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi penelitian adalah balita
usia 1-5 tahun. Sampel berjumlah 82 orang. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan
menggunakan kuesioner dan dianalisis secara univariat.

Hasil penelitian menunjukkan distribusi proporsi anak balita jenis kelamin


terbanyak permpuan (41,5%), umur 13-24 bulan (46,3%), berat badan 6-11kg (57,3%),
dan tinggi badan 76-86cm (47,6%). Proporsi status gizi balita berdasarkan BB/U yaitu
gizi buruk (2,4%), gizi kurang (48,8%), gizi baik (40,3%), dan gizi lebih (8,5%). Proporsi
balita berdasarkan BB/TB yaitu gizi sangat kurus (2,4%), gizi kurus (54,9%), gizi normal
(40,3%), dan gizi gemuk (2,4%). Distibusi karakteristik ibu berdasarkan umur, paling
banyak berumur 20-35 tahun (59,8%), pendidikan tamat SLTA (69,5%), pekerjaan ibu
rumah tangga (84,1%), pendapatan keluarga <Rp 2.037.000 (52,4%), dan jumlah anak 1-
2 orang (76,8%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi balita di Puskesmas Sentosa
Baru masih banyak terdapat gizi kurang dan buruk.

Kata Kunci : Status gizi Balita, Antropometri, Karakteristik Ibu.

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The nutritional problems in Indonesia were one of the problem of human


development. The prevalence rate of mild nutrition was 18,4% in 2007 decreased to
17,9% in 2010, then increased to 19,6% in 2013. Prevalence rate of severe nutrition was
5,4% in 2007, 4,9% in 2010, and 5,7% in 2013. Sentosa Baru Public Health Center is the
one of Public Health Center from 39 public health centers in Medan that the number of
children under five with sever-mild nutrition is still high. The measurement of nutritional
status that have standarized is antropometry.

The purpose of the study is to determine nutritional status of children under five
years’s proportion in Sentosa Baru Public Health Center in 2016. This study is a
descriptive study and the population are the children aged 1- 5 years. The sample are 82
children. Data obtained from interviews with the questonnaire and analyze univariate.

The results show that the ditributions of the children under five years are girls
(47,6%), aged 13-24 months (46,3%), weight of 9-11kg (57,3%), and height of 76-86cm
(47,6%). Proportions of nutrional status of children under five years are severe nutrition
(2,4%), mild nutrition (48,8%), good nutrition (40,3%), over nutrition (8,5%).
Proportions of nutritional status based weight/height are very thin (2,4%), thin (54,9%),
normal (40,3%), and overweight (2,4%). Distributions of mother’s characteristic based
of age were 20-35 years (59,8%), last education were High school (69,5%), housewife
proffession (84,1%), family’s economy < Rp 2.037.000 (52,4%) and the number of
children in family are 1-2 children (76,8%).

Results of the study shows that nutirtional status of children under five years in
Sentosa Baru Public Health Center ae Severe and mild nutrition.

Keywords : Nutritional status of Children under five, Antropometry, Characteristic


of mother

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas selesainya skripsi
yang berjudul “Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Antropometri di Puskesmas
Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2016” yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran.
Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Aldy S Rambe, SpS(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara dan Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan Saran
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K) selaku Dosen
Pembimbing I yang telah membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.
3. dr. Sri Amelia, Mkes selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing
dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. Muhammad Rusda, SpOG (K) selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. drg Hj. Usma Polita Nasution, Mkes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan
yangg telah memberikan izin penelitian kepada Penulis.
6. dr Yusuf Paska Ginting selaku Kepala Puskesmas Sentosa Baru beserta beberapa
staf ang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
7. Saudara, kerabat dan teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik
dari pembaca sangat diharapkan sebagai masukan penulisan selanjutnya. Semoga hasil
penelitian ini bermanfaat.

Medan, Desember 2016

Harvinda Arya Pratiwi

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................ i

ABSTRAK............................................................................................. ii

ABSTRACT.......................................................................................... iii

KATA PENGANTAR......................................................................... iv

DAFTAR ISI......................................................................................... v

DAFTAR TABEL................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR........................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ ix

DAFTAR SINGKATAN...................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1.Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3.Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
1.4.Manfaat Penelitian............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………..……............... 6


2.1. Status Gizi....................................................................................... 6
2.2. Penilaian Status Gizi....................................................................... 6
2.2.1. Jenis Parameter yang Digunakan.......................................... 7
2.2.2. Indeks Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri......... 8
2.2.3. Kelebihan dan Keterbatasan Pengukuran Antropometri...... 12
2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi Anak Balita.......... 12
2.4. Pola Asuh....................................................................................... 16
2.4.1. Pola Asuh Makan................................................................. 16
2.4.2. Pola Asuh Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan................. 19
2.5. Karakteristik Keluarga................................................................... 20
2.5.1. Pengetahuan Ibu................................................................... 20
2.5.2. Tingkat Pendidikan Ibu........................................................ 21

2.5.3. Tingkat Pendapatan Keluarga.............................................. 22


2.5.4. Jumlah Anggota Keluarga.................................................... 23

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP


PENELITIAN..................................................................................... 24
3.1. Kerangka Teori Penelitian............................................................. 24
3.2. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 25

Universitas Sumatera Utara


BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian.................................................................... 26
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 26
4.2.1. Waktu Penelitian................................................................. 26
4.2.2. Tempat Penelitian............................................................... 26
4.3. Populasi dan Sampel..................................................................... 26
4.3.1. Populasi............................................................................... 26
4.3.2. Sampel................................................................................. 26

4.4. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 27


4.4.1. Data Primer.......................................................................... 27
4.4.2. Data Sekunder...................................................................... 27
4.5. Definisi Operasional....................................................................... 28
4.6. Pengolahan dan Analisis Data....................................................... 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian............................................................................... 33


5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian................................................... 33
5.1.2. Sosio demografi................................................................... 34
5.1.3. Tenaga kesehatan................................................................. 34
5.2. Karakteristik Anak Balita............................................................... 34
5.3. Karakteristik Ibu Balita.................................................................. 36
5.4. Status Gizi...................................................................................... 37
5.4.1 Gambaran status gizi balita ................................................. 38
5.4.2. Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Balita..................... 38
5.4.3. Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Balita............... 41
5.5. Pembahasan.................................................................................... 42
5.5.1. Distribusi status gizi berdasarkan karakteristik balita......... 42
5.5.2. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Karakteristik
Ibu Balita ............................................................................. 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan..................................................................................... 47
6.2. Saran .............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 49

LAMPIRAN ......................................................................................... 51

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


2.1. Parameter Antropometri 7
2.2. Kelebihan dan Keterbatasan Pengukuran Antropometri 11
5.1. Karakteristik Balita Berdasarkan Jenis Kelamin 34
5.2. Karakteristik Berdasarkan Umur Balita 35
5.3. Karakteristik Berdasarkan Tinggi Badan Balita 35
5.4. Karakteristik Berdasarkan Berat Badan Balita 35
5.5 Karakteristik Berdasarkan Umur Ibu Balita 36
5.6. Karakteristik Berdasarkan Umur Ibu Balita 36
5.7. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita 36
5.8. Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Keluarga 37
5.9. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 37
5,10 Distribusi Berdasarkan Status Gizi Anak Balita 38
5.11 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin 38
5.12 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Umur Balta 39
5.13 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan 39
5.14. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan 40
5.15. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Balita 41

Vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar 2.1. Mekanisme Pengawasan Pertumbuhan Anak 11
Gambar 3.1. Kerangka Teori 24
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian 25

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
Lampiran 1. Kuesioner Gambaran Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Antropometri di
Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan
Lampiran 2. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua Subyek Penelitian
Lampiran 3. Surat Persetujuan Responden
Lampiran 4. Tabel SPSS
Lampiran 5. Surat-surat Penelitian

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

ASI = Air Susu Ibu


BB = Berat Badan
BB/TB = Berat Badan/Tinggi Badan
BB/U = Berat Badan/Umur
FFQ = Food Frequency Questionaire
ISPA = Infeksi Saluran Pernafasan Atas
KMS = Kartu Menuju Sehat
LIDA = Lingkar Dada
LIKA = Lingkar Kepala
LILA = Lingkar Lengan Atas
MDG’s = Millenium Development Goals
NCHS = National Centre For Health Statistics
SPSS = Statistical Product and Service Solution
SD = Standar Deviasi
TB = Tiinggi Badan
TB/U = Tinggi Badan/Umur
U = Umur
UNICEF = United Nation of Children and Education Federation
WHO = World Health Organization

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah
meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil
dan merata di seluruh wilayah Republik Indonesia.1
Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta
unsur–unsur mortalitas dan yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status
gizi. Keadaan gizi yang baik adalah syarat utama untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas dalam pembangunan kesehatan. Menurut UNICEF
(United Nation of Children and Education Federation), masalah gizi dalam
pembangunan kependudukan masih dianggap menjadi masalah utama dalam
tatanan kependudukan dunia.2 Oleh karena itu, persoalan ini merupakan salah satu
butir penting yang menjadi kesepakatan global dalam MDG’s (Milleneum
Development Goals). Setiap negara secara bertahap harus mampu mengurangi
jumlah balita bergizi buruk atau gizi kurang mencapai 15,5 % pada tahun 2015.3
Dalam Program Lanjutan MDG’s yaitu SDG’s (Sustainable Development
Goals), salah satu perhatian khusus di bidang kesehatan adalah meningkatkan
gizi. Salah satu tujuan SDG’s pada tahun 2030 ialah mengakhiri segala bentuk
malnutrisi, termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting
dan wasting pada balita menjadi <5%.4
Kekurangan gizi dapat memberikan konsekuensi buruk dimana manifestasi
terburuk dapat menyebabkan kematian. Masalah gizi buruk dan gizi kurang
tampaknya belum dapat teratasi dengan baik dalam skala internasional maupun
nasional, dimana pada tahun 2013 tercatat 101 juta anak di dunia dibawah lima
tahun menderita kekurangan gizi.5
Permasalahan gizi di Indonesia juga merupakan salah satu persoalan utama
dalam pembangunan manusia. Sebagai salah satu negara dengan kompleksitas

Universitas Sumatera Utara


kependudukan yang sangat beraneka ragam, Indonesia dihadapkan oleh dinamika
persoalan gizi buruk.6
Masa balita merupakan masa keemasan kedua bagi anak. Pertumbuhan balita
pada masa ini tidak bertumbuh sepesat saat masa bayi, tetapi kebutuhan nutrisi
mereka tetap merupakan prioritas utama dalam perkembangan seorang anak.7
Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting. Menurut Soegeng,
ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, anak usia di bawah lima tahun
merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi.8 Jika gizi kurang
terjadi dan tidak segera ditangani maka dikhawatirkan akan berkembang menjadi
gizi buruk.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi gizi kurang
pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4% tahun
2007 menurun menjadi 17,9% tahun 2010 kemudian meningkat menjadi 19,6%
tahun 2013. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk, yaitu dari 5,4% pada
tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% pada tahun 2013. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap tahun selama periode 2010-2013 ada peningkatan
jumlah gizi kurang dan gizi buruk.9
Provinsi Sumatera Utara yang terdiri atas 33 kabupaten/kota memiliki angka
prevalensi balita gizi buruk dan kurang masih tinggi. Prevalensi balita gizi buruk
dan kurang berdasarkan analisis antropometri pada tahun 2013 sebesar 22,4%
yang terdiri dari 8,3% gizi buruk dan 14,1% gizi kurang. Angka ini lebih tinggi
2,8% dengan angka prevalensi gizi buruk dan kurang secara nasional, yaitu
19,6%. Dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara, 17 kabupaten/kota memiliki
prevalensi gizi buruk dan kurang diatas angka prevalensi provinsi, yaitu berkisar
antara 22,6% di Kabupaten Serdang Bedagai sampai 41,4% di Kabupaten Padang
Lawas. Angka prevalensi gizi buruk dan kurang tertinggi terdapat pada 3 (tiga)
kabupaten, yaitu Kabupaten Padang Lawas sebesar 41,4%, Nias Utara sebesar
40,7% dan Nias Barat sebesar 37,5%, sedangkan berdasarkan sasaran MDG’s
2015 prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita sebesar 15,5%.10
Satu hal penting yang perlu diperhatikan untuk mempertajam identifikasi akar
masalah gizi buruk dan kurang, yaitu adanya fakta bahwa kasus gizi buruk dan

Universitas Sumatera Utara


kurang tidak selalu terjadi pada keluarga miskin atau yang tinggal di lingkungan
miskin. Balita yang tinggal di lingkungan baik juga dapat mengalami gizi buruk
dan kurang. Terdapat juga beberapa faktor-faktor yang memengaruhi gizi balita
seperti karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan serta faktor dari keluarga seperti jumlah anggota keluarga.
Kota Medan merupakan salah satu bagian wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang berdasarkan analisis antropometri di Kota
Medan tahun 2013 sebesar 19,3% yang terdiri dari 4,2% gizi buruk dan 15,1%
gizi kurang. Angka prevalensi ini mendekati angka nasional, yaitu sebesar
19,6%.10
Puskesmas Sentosa Baru, Kecamatan Medan Perjuangan merupakan salah
satu puskesmas dari 39 Puskesmas di Kota Medan yang memiliki kasus gizi buruk
dan kurang pada balita masih tinggi. Berdasarkan hasil pemantauan status gizi di
Puskesmas Sentosa Baru tahun 2014, ditemukan kasus gizi buruk dan gizi kurang
sebanyak 58 balita, terdiri dari 3 balita gizi buruk dan 55 balita gizi kurang. Tahun
2015 kasus gizi buruk dan gizi kurang sebanyak 48 balita, terdiri dari 5 balita gizi
buruk dan 43 balita gizi kurang meskipun Kecamatan Medan Perjuangan
merupakan wilayah perkotaan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan kajian tentang
“Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Antropometri di Puskesmas Sentosa
Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2016”.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah gambaran status gizi balita berdasarkan antropometri di
Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran status gizi balita berdasarkan
Antropometri di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan.

Universitas Sumatera Utara


1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui Umur (U), Berat Badan (BB), dan Tinggi Badan
(TB) anak balita di Puskesmas Sentosa Baru, Kecamatan Medan
Perjuangan.
2. Untuk mengetahui karakteristik ibu balita, yaitu umur, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di Puskesmas
Sentosa Baru, Kecamatan Medan Perjuangan.
3. Untuk mengetahui status gizi berdasarkan indeks Antropometri,
yaitu Berat Badan/Umur (BB/U), dan Berat Badan/Tinggi Badan
Badan (BB/TB) pada anak balita di Puskesmas Sentosa Baru,
Kecamatan Medan Perjuangan.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Kota Medan
Sebagai informasi kepada Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas di
Kota medan, khususnya Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan.
2. Masyarakat
Sebagai bahan informasi tentang status gizi balita.
3. Peneliti
a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari perkuliahan ke dalam
kehidupan sosial sekaligus dapat mengetahui status gizi subjek secara
langsung dari data primer.
b. Menambah wawasan peneliti tentang Ilmu Gizi secara khusus dan Ilmu
Kedokteran secara umum.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Gizi


Status gizi berarti keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang
ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu.11
Menurut Supariasa, status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel
tertentu dan merupakan indeks yang statis.12
Menurut Depkes RI, status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang
akibat keseimbangan antara pemasukan dan penggunaan zat gizi yang berasal dari
pangan yang dikonsumsi pada suatu saat didasarkan pada kategori dan indikator
yang digunakan.13 Menurut Suharjo, status gizi adalah keadaan kesehatan individu
atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik dan energi serta zat
gizi lainnya yang diperoleh dari pangan, makanan dan fisiknya dapat diukur
secara antropometri.14 Menurut Almatsier, status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makan dan penggunaan zat-zat gizi dan gangguan gizi
terjadi baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih.15
Status gizi balita yang tidak seimbang menyebabkan pertumbuhan seorang
anak akan terganggu, misalnya anak tersebut mengalami gizi kurang
(underweight), kurus (wasted), pendek (stunted) atau gizi lebih (overweight).

2.2. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi, secara garis besar dibedakan atas 2 jenis yaitu: (1)
penilaian status gizi secara langsung yang terdiri dari: biokimia, klinis,
antropometri, dan biofisik, (2) penilaian status gizi secara tidak langsung terdiri
dari: survei konsumsi makanan, statistik vital dari faktor ekologi, penggunaan
metode penilaian status gizi dengan pertimbangan tujuan unit sampel, jenis
informasi tingkat reliabilitas dan akurasi, ketersediaan fasilitas dan peralatan,
tenaga dan waktu penilaian.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Siagian, penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan
adalah dengan cara penilaian antropometri. Secara umum, antropometri
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk
melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.16
Menurut Gibson, salah satu metode untuk menilai status gizi secara langsung
adalah dengan antropometri. Antropometri berarti ukuran tubuh manusia,
sehingga antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.17
Indeks antropometri yang direkomendasikan antara lain: berat badan menurut
umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), tinggi badan menurut
umur (TB/U), lingkar lengan atas (LILA), lingkar dada menurut umur (LIDA),
lingkar kepala (LIKA), tebal lemak bawah kulit menurut umur dan rasio lingkar
panggul dengan pinggul.

2.2.1. Jenis parameter yang digunakan


Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter antropometri merupakan ukuran tunggal dari
tubuh manusia.12 Parameter tersebut terdiri dari :
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan kesalahan interpretasi status gizi.
b. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang paling sering digunakan
pada bayi baru lahir. Berat badan menggambarkan jumlah protein dan lemak, air
serta mineral pada tulang.
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter penting untuk menggambarkan riwayat
keadaan yang lalu dengan keadaan sekarang.
d. Lingkar Lengan Atas
e. Lingkar Kepala

Universitas Sumatera Utara


f. Lingkar Dada
g. Jaringan Lunak

Parameter yang didapat sangat dipengaruhi oleh berat badan lahir, etnis, faktor
keluarga, dan lingkungan. Parameter antropometri terdiri dari tinggi atau panjang
badan; berat badan; lingkar kepala; ketebalan kulit, baik pinggang maupun lengan
atas; lingkar lengan atas; dan lingkar betis.18
Berdasarkan parameter antropometri yang telah disebutkan sebelumnya, ada
beberapa parameter antropometri yang utama. Pengukuran tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Parameter Antropometri

Parameter Jaringan Utama yang


Komponen
Pengukuran Diukur
Stature/tinggi badan Kepala, os. vertebralis, Tulang
os. sacralis, ekstremitas
bawah
Berat badan Seluruh tubuh Seluruh jaringan:
khususnya lemak, otot,
tulang, dan air
Lingkar lengan Lemak bawah kulit Lemak (lebih sering
digunakan secara teknik
di negara maju)
Otot, tulang Otot (secara teknik lebih
sedikit digunakan di
negara maju)
Lipatan lemak Lemak bawah kulit, kulit Lemak
Sumber: Jellife DB & Jellife EFP, 1989. Community Nutritional Assessment. Oxford University
Press dalam Syafiq, A et al, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Rajagrafindo, Jakarta. Hlm
265.

2.2.2. Indeks pengukuran status gizi dengan antropometri


Menurut Depkes RI, status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB).19 Variabel BB dan TB anak ini disajikan dalam
bentuk 3 indikator antropometri yaitu : berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap

Universitas Sumatera Utara


balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (z-score) dengan
menggunakan antropometri menurut WHO.20 Selanjutnya berdasarkan nilai score
masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan
sebagai berikut:
a. Berdasarkan Indikator BB/U
Kategori gizi buruk Z-score < -3,0
Kategori gizi kurang Z-score ≥ -3,0 sampai dengan Z-score < -2,0
Kategori gizi baik Z-score ≥ -2,0 sampai dengan Z-score ≤ 2,0
Kategori gizi lebih Z-score > 2,0
b. Berdasarkan Indikator TB/U
Kategori sangat pendek Z-score < -3,0
Kategori pendek Z-score ≥ -3,0 sampai dengan Z-score <-2,0
Kategori normal Z-score ≥ -2,0 sampai dengan Z-score ≤ 2,0
Kategori tinggi Z-score > 2,0
c. Berdasarkan Indikator BB/TB
Kategori sangat kurus Z-score < -3,0
Kategori kurus Z-score ≥ -3,0 sampai dengan Z-score < -2,0
Kategori normal Z-score ≥ -2,0 sampai dengan Z-score ≤ 2,0
Kategori gemuk Z-score > 2,0

Menurut Depkes RI, status gizi balita berdasarkan indikator BB/U memberikan
gambaran tentang status gizi bersifat umum dan tidak spesifik.21 Tinggi rendahnya
prevalensi gizi buruk atau gizi kurang mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi
pada balita, namun tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut
bersifat akut atau kronis.
Status gizi yang didasarkan pada indikator BB/TB menggambarkan status gizi
bersifat akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang
pendek seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare.
Dalam keadaan demikian, berat badan anak akan cepat turun sehingga tidak
proporsional dengan tinggi badannya dan anak menjadi kurus. Selain
mengindikasikan masalah gizi bersifat akut, juga dapat digunakan sebagai
indikator kegemukan. Dalam hal ini berat badan akan melebihi proporsi normal

Universitas Sumatera Utara


terhadap tinggi badan. Besarnya masalah kekurusan (kurus dan sangat kurus) pada
balita yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat adalah jika
prevalensi kekurusan >5%. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius
bila prevalensi kekurusan antara 10,1% -15,0% dan dianggap kritis bila prevalensi
kekurusan sudah diatas 15,0%.22
Status gizi berdasarkan indikator TB/U menggambarkan status gizi bersifat
kronis, sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan,
perilaku pola asuh yang kurang baik, sering menderita penyakit secara berulang
karena higiene dan sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menggunakan BB/U sebagai metode
pengukuran status gizi buruk dan BB/TB sebagai penentu status gizi anak.
Dengan alasan yang hampir sama, yaitu perubahan berat badan menunjukkan
gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat.23 Ini dapat diakibatkan oleh
penurunan nafsu makan, sakit (misalnya diare), ataupun kurang cukupnya makan.
Adapun hambatan pertambahan tinggi badan menunjukkan gangguan
pertumbuhan dalam waktu yang lama.13 Hal ini seperti dituliskan pada Gambar
2.1.

Universitas Sumatera Utara


Timbang
Anak

ISI Kartu KMS

Bila BB/U >60% atau >-3 DS Bila BB/U < 60% atau
<-2 DS < -3 DS

ANAK : BB KURANG (kecuali Tentukan status gizi dengan


ada edema → Gizi Buruk BB/TB

Bila BB/TB ≥ 70% Bila BB/TB < 70%


median NCHS atau ≥ -3 median NCHS atau
DS Skor Z < -3 DS Skor Z

Anak : Kurus atau Anak : Gizi Buruk


Gizi Kurang (sangat kurus)

Gambar 2.1. Mekanisme Pengawasan Pertumbuhan Anak


Sumber : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2007. Buku Bagan Tata Laksana Anak
Gizi Buruk I, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Medan. Hlm.18. BB/U= berat badan
menurut umur, BB/TB= berat badan menurut tinggi badan, DS= Deviasi Standar, NCHS=
National Centre for Health Statistics.

Berdasarkan rujukan tersebut, maka acuan yang dipakai untuk mengetahui


status gizi anak balita pada penelitian ini adalah BB/U dan BB/TB.

Universitas Sumatera Utara


2.2.3. Kelebihan dan keterbatasan pengukuran antropometri
Kelebihan dan keterbatasan pengukuran antropometri dapat dilihat pada Tabel
2.2.

Tabel 2.2. Kelebihan dan Keterbatasan Pengukuran Antropometri

Kelebihan Keterbatasan
Relatif murah. Membutuhkan data referensi yang
relevan
Cepat, sehingga dapat dilakukan pada Kesalahan yang muncul, seperti
populasi yang besar kesalahan pada peralatan (belum
dikalibrasi) dan kesalahan pada
observer (kesalahan pengukuran dan
pencatatan)
Objektif Hanya mendapatkan data
pertumbuhan, obesitas, malnutrisi
karena kurang energi dan protein
Gradabel, artinya dapat dirangking Tidak mendapatkan informasi
mengenai defisiensi zat gizi mikro
Tidak menimbulkan rasa sakit pada
responden
Sumber: Rangkuman Jellife DB & Jellife EFP, 1989. Community Nutritional Assessment. Oxford
University Press dalam Syafiq, A et al, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Rajagrafindo,
Jakarta. Hlm 265

Berdasarkan kelebihan dan keterbatasan pengukuran antropometri serta


adanya faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan, maka peneliti
menggunakan metode pengukuran antropometri. Faktor-faktor lain tersebut adalah
tujuan pengukuran, yaitu melihat fisik anak balita; unit sampel yang diukur, yaitu
kelompok masyarakat rawan gizi; ketersediaan fasilitas peralatan, tenaga, waktu
dan dana.12

2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi Anak Balita


Akar masalah faktor penyebab gizi kurang adalah krisis ekonomi, politik dan
sosial. Hal tersebut menyebabkan terjadinya berbagai masalah pokok dalam
masyarakat, seperti: (a) pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan,
(b) kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya
masyarakat serta (c) kurang pendidikan, pengetahuan dan keterampilan. Masalah-

Universitas Sumatera Utara


masalah pokok pada masyarakat menyebabkan 3 hal sebagai penyebab tidak
langsung kurang gizi, yaitu (1) tidak cukup persediaan pangan, (2) pola asuh anak
tidak memadai, dan (3) sanitasi dan air bersih, pelayanan kesehatan dasar tidak
memadai. Timbulnya ketiga masalah tersebut mengakibatkan makanan tidak
seimbang serta menimbulkan penyakit infeksi sebagai penyebab langsung kurang
gizi.5
Menurut Suhardjo, faktor-faktor yang memengaruhi status gizi adalah : (1)
faktor pertanian yang meliputi seluruh usaha pertanian mulai dari penanaman
sampai dengan produksi dan pemasaran; (2) faktor ekonomi, yaitu besarnya
pendapatan keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan
keluarga; (3) faktor sosial budaya meliputi kebiasaan makan, anggapan terhadap
suatu makanan yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan tertentu, kesukaan
terhadap jenis makanan tertentu; (4) faktor fisiologi, yaitu metabolisme zat gizi
dan pemanfaatannya oleh tubuh, keadaan kesehatan seseorang, adanya keadaan
tertentu misalnya hamil dan menyusui; dan (5) faktor infeksi, yaitu adanya suatu
penyakit infeksi dalam tubuh.14
Faktor lain yang berpengaruh terhadap status gizi selain faktor-faktor diatas
adalah besar keluarga, pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan seseorang.14 Besar
keluarga meliputi banyaknya jumlah individu dalam sebuah keluarga, pembagian
makan dalam keluarga dan jarak kelahiran anak.
Pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan sehari-
hari dalam menyediakan kebutuhan pangan, sedangkan tingkat pendidikan
seseorang akan memengaruhi daya nalar seseorang dalam interpretasi terhadap
suatu hal. Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang
erat dengan pendidikan. Anak dari ibu dengan latar belakang pendidikan yang
tinggi mungkin akan dapat kesempatan untuk hadir dan tumbuh kembang dengan
baik. Membesarkan anak sehat tidak hanya dengan kasih sayang belaka namun
seorang ibu perlu keterampilan yang baik. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
akan kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari
merupakan penyebab kejadian gangguan kurang gizi.24

Universitas Sumatera Utara


Beberapa variabel yang merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian kurang gizi pada anak balita sebagai berikut:
a. Asupan Zat Gizi
Status gizi terutama ditentukan oleh ketersediaan zat-zat gizi pada tingkat sel
dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi yang tepat yang diperlukan tubuh
untuk tumbuh, berkembang dan berfungsi normal. Makanan yang ideal harus
mengandung cukup energi dan semua zat gizi esensial (komponen bahan makanan
yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sendiri tetapi diperlukan bagi kesehatan dan
pertumbuhan) harus tersedia dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan
sehari-harinya. Jumlah energi dan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan
normal tergantung dari kualitas zat gizi yang dikonsumsi, bagaimana zat gizi
dicerna, bagaimana zat gizi diserap dan penggunaan oleh tubuh itu sendiri.25
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting dalam
peningkatan kualitas fisik, mental dan kecerdasan. Oleh karena itu asupan pangan
masih perlu dipelajari karena berhubungan dengan keadaan kesehatan dan gizi
masyarakat atau individu di suatu wilayah.26 Status gizi buruk pada anak balita
akibat dari asupan gizi yang buruk, cenderung meningkat seiring dengan
menurunnya kemampuan masyarakat untuk memperoleh pangan.27
Menurut Siagian, salah satu metode dalam menilai kebiasaan asupan adalah
FFQ (Food Frequency Questionaire) merupakan salah satu metode yang cocok
untuk penilaian kebiasaan asupan pangan dalam kajian epidemiologis. Dengan
modifikasi, metode ini dapat menyediakan data asupan kebiasaan zat gizi. FFQ
sering dirancang untuk mendapatkan informasi yang spesifik, seperti asupan zat
gizi makro dan mikro.16
Penelitian Preston et al, pada anak sekolah di Puerto Rico, menunjukkan
bahwa validasi dengan menggunakan metode FFQ adalah tepat digunakan untuk
mengestimasi asupan energi pada anak sekolah di Puerto Rico, serta mikronutrien
pada anak sekolah menengah atas. Hasil dari penelitian ini kini menjadi instrumen
terbaru yang digunakan pada studi dietary pada anak di Puerto Rico.28

Universitas Sumatera Utara


b. Penyakit Infeksi
Faktor lain yang secara langsung memengaruhi status gizi adalah adanya
infeksi. Infeksi berat dapat memperburuk keadaan gizi melalui gangguan masukan
makanan dan meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya
malnutrisi ringan akan berpengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh, sehingga
dapat menyebabkan infeksi.25
Pada umumnya baik infeksi umum maupun infeksi lokal mendapat respon
metabolik bagi penderitanya yang disertai dengan kekurangan zat gizi. Penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa kurang gizi dapat menyebabkan gangguan
pada pertahanan tubuh. Di lain pihak, penyakit infeksi akan memberikan efek
berupa gangguan pada tubuh yang dapat menyebabkan kekurangan gizi. Penyakit
infeksi dapat menyebabkan kurang gizi, sebaliknya kurang gizi juga menyebabkan
penyakit infeksi. Ada tendensi di mana, adanya penyakit infeksi dan malnutrisi
(gizi lebih dan gizi kurang) yang terjadi secara bersamaan di mana akan saling
berhubungan secara sinergis.12
Beberapa penyakit infeksi yang sering diderita anak-anak antara lain;
a. Diare
Bayi dan balita dinyatakan menderita diare, apabila buang air besar tidak
normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali.
Diare yang bersifat akut dapat berubah menjadi kronis. Diare akut, yaitu diare
yang berlangsung secara mendadak, tanpa gejala gizi kurang dan demam serta
berlangsung beberapa hari. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai lebih
dari 2 minggu, biasanya disertai dehidrasi. Diare umumnya disebabkan oleh
infeksi virus, parasit atau racun dari bakteri. Diare dapat juga merupakan gejala
dari penyakit seperti disentri, kolera atau botulisme.29
b. ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut. Istilah ISPA
meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pemafasan dan akut. Salah satu
penyebab kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh ISPA yang diakibatkan
oleh penyakit pneumonia. Pemeliharaan gizi anak harus diperhatikan sebagai
upaya pencegahan terhadap penyakit infeksi. Pemberian imunisasi terhadap

Universitas Sumatera Utara


beberapa penyakit seperti penyakit tuberkulosa, campak, polio dan sebagainya
harus dilakukan sesuai waktu. Di samping itu, pemeliharaan higiene dan sanitasi
lingkungan sangat penting sebagai upaya pencegahan infeksi.
c. Tuberkolosis Paru (TB Paru)
Penyakit tuberkulosis atau lazim disebut TBC merupakan suatu penyakit
menular yang dapat menyerang semua kelompok masyarakat. Semua orang dari
berbagai golongan umur, status sosial ekonomi, ras maupun suku bangsa dan
tempat tinggal memiliki risiko untuk terkena penyakit TBC. Infeksi tuberkulosis
jauh lebih berat pada anak-anak yang menderita kekurangan gizi. Hal ini
disebabkan oleh memburuknya keadaan sosial ekonomi dan kesehatan individu
seperti kemiskinan dan nutrisi yang kurang memadai.

2.4. Pola Asuh


Pola asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak termasuk
pangan dan gizi, kesehatan dasar, imunisasi, penimbangan, pengobatan,
pemukiman yang layak, higiene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang dan
rekreasi. Pola asuh yang memadai pada bayi adalah pemenuhan kebutuhan fisik
dan biomedis anak terpenuhi secara optimal. Hal ini dilakukan melalui pemberian
gizi yang baik berupa pemberian ASI, pemberian makanan pendamping air susu
ibu (MP-ASI) tepat waktu dan bentuknya, melanjutkan menyusui sampai anak
berumur 2 tahun, kecukupan waktu ibu dalam merawat bayi, imunisasi dan
pemantauan status gizi melalui kegiatan penimbangan.11
Menurut Azwar, pola asuh adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan
waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang
dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pola pengasuhan anak
merupakan sikap dan praktik ibu atau pengasuh lain dalam kedekatannya dengan
anak, cara merawat, cara memberi makan serta memberi kasih sayang.30

2.4.1. Pola asuh makan


Pola asuh makan adalah cara seseorang, kelompok orang dan keluarga dalam
memilih jenis dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu

Universitas Sumatera Utara


orang atau lebih dan mempunyai khas untuk satu kelompok tertentu. Penanaman
pola makan yang beraneka ragam makanan harus dilakukan sejak bayi dan ibu
harus tahu serta mampu menerapkan pola makan sehat. Pola asuh makan balita
berkaitan dengan kebiasaan makan yang telah ditanamkan sejak awal
pertumbuhan.31
Kasus gizi buruk banyak terjadi pada kelompok balita sehingga dikatakan
sebagai kelompok rentan karena pada usia tersebut merupakan masa pertumbuhan
yang pesat di mana memerlukan zat gizi yang optimal. Sampai saat ini masalah
kesehatan dan gizi masih diprioritaskan untuk kelompok balita karena rentan
terhadap masalah kesehatan dan gizi. Pada masa ini proses tumbuh kembang
berlangsung sangat cepat disebut dengan masa keemasan (golden age), di mana
pada masa ini otak berkembang sangat cepat dan akan berhenti saat anak berusia
tiga tahun. Balita yang sedang mengalami proses pertumbuhan dengan pesat
memerlukan asupan zat makanan relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih
baik dan bergizi.32
Menurut Kemenkes RI 2011, pola makan yang baik bagi bayi dan balita
adalah sebagai berikut :
a. Usia 0-6 bulan
Usia 0-6 bulan pertama kehidupan bayi merupakan usia dimana bayi hanya
diberikan ASI saja. Yang harus diperhatikan oleh ibu adalah
1. Memberikan ASI yang pertama keluar (kolostrum).
2. Berikan hanya ASI (ASI eksklusif).
3. Tidak memberikan makanan maupun minuman lain selain ASI
4. Menyusui bayi sesering mungkin.
5. Memberikan ASI sekehendak keinginan bayi, minimal delapan kali
sehari.
6. Apabila bayi tidur lebih dari tiga jam, membangunkannya untuk
kemudian menyusukannya
7. Menyusui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian.
8. Menyusui sampai payudara terasa kosong, baru kemudian pindah ke
payudara sisi yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara


b. Usia 6-8 bulan
Pada usia 6-8 bulan, bayi sudah dapat diperkenalkan dengan makanan
pendamping ASI. Yang harus diperhatikan ibu adalah :
1. Tetap meneruskan pemberian ASI sesering mungkin
2. Mulai memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) seperti bubur
susu dan makanan lumat (bubur lumat, sayuran, daging, dan buah yang
dilumatkan, biskuit, dan lain-lain) sebanyak 2-3 kali sehari.
3. Memberikan MP-ASI secara bertahap sesuai umur anak, pada tahap awal
2-3 sendok makan kemudian secara bertahap ditambah hingga mencapai
setengah gelas atau 125 cc setiap kali makan.
4. Memberikan ASI terlebih dahulu kemudian MP-ASI.
5. Memberikan makanan selingan seperti jus buah dan biskuit 1-2 kali dalam
sehari
6. Memberikan tambahan 1-2 gelas susu perhari pada bayi yang tidak
mendapat ASI karena alasan medis.

c. Usia 9-11 bulan


Hal-hal yang harus diperhatikan ibu dalam memberi makan anak usia 9-11
bulan adalah:
1. Tetap meneruskan pemberian ASI.
2. Memberikan MP-ASI dalam bentuk makanan lunak seperti nasi tim atau
makanan yang dicincang kecil sehingga mudah ditelan anak dengan
frekuensi pemberian 3-4 kali sehari.
3. Memberikan makanan dengan porsi setengah gelas/mangkuk atau
sebanyak 125 cc perkali makan.
4. Memberikan makanan selingan yang dapat dipegang anak diantara waktu
makan lengkap sebanyak 1-2 kali sehari.
5. Memberikan tambahan 1-2 gelas susu perhari pada bayi yang tidak
mendapat ASI karena alasan medis.

Universitas Sumatera Utara


d. Usia 1-2 tahun (12-24 bulan)
1. Mulai memperkenalkan anak dengan makanan keluarga yang terdiri dari
¾ gelas nasi (200 cc), 1 potong kecil ikan/daging/ayam/telur, 1 potong
kecil tempe/tahu atau 1 sdm kacang-kacangan, ¼ gelas sayur, dan 1
potong buah dengan frekuensi 3-4 kali sehari.
2. Memberikan makanan selingan seperti bubur dan kue dua kali sehari.
3. Meneruskan pemberian ASI apabila memungkinkan.

e. Usia 2-5 tahun (24-60 bulan)


1. Memberikan anak makanan orang dewasa dengan frekuensi tiga kali
sehari.
2. Memberikan anak ½ porsi makanan orang orang dewasa yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah.
3. Memberikan makanan selingan seperti bubur kacang hijau, biskuit, dan
kue dua kali sehari di antara waktu makan.
4. Tidak memberikan makanan manis dekat dengan waktu makan, karena
dapat mengurangi nafsu makan anak.33

2.4.2. Pola asuh kesehatan dan pelayanan kesehatan


Asuh kesehatan berdasarkan aspek pola asuh meliputi praktik kebersihan dan
sanitasi lngkungan dan perawatan anak balita dalam keadaan sakit seperti
pencarian pelayanan kesehatan. Anak balita adalah kelompok usia yang rentan
terserang penyakit, terkait dengan interaksi dengan sarana dan prasarana di rumah
tangga dan sekelilingnya. Jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit,
penanganan anak balita sakit dan status imunisasi adalah faktor yang
memengaruhi tingkat kesehatan anak balita dan status gizi anak balita.
Perilaku ibu dalam menghadapi anak balita yang sakit dan pemantauan
kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan kesehatan yang sangat
memengaruhi status gizi anak balita. Anak balita yang mendapatkan imunisasi
akan lebih rendah mengalami risiko penyakit. Anak balita yang dipantau status

Universitas Sumatera Utara


gizinya di Posyandu melalui kegiatan penimbangan akan lebih dini mendapatkan
informasi akan adanya gangguan status gizi. Sakit yang lama, berulang akan
mengurangi nafsu makan yang berakibat pada rendahnya asupan gizi.

2.5. Karakteristik Keluarga


2.5.1. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan yang erat
dengan pendidikan. Anak dari ibu dengan latar belakang pendidikan yang tinggi
mungkin akan dapat kesempatan untuk hadir dan tumbuh kembang dengan baik.
Membesarkan anak sehat tidak hanya dengan kasih sayang belaka namun seorang
ibu perlu keterampilan yang baik. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan
kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan
penyebab kejadian gangguan kurang gizi.24
Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang makanan yang bergizi, cenderung
mempunyai anak dengan status gizi yang baik. Tingkat pengetahuan gizi ibu akan
berpengaruh terhadap sikap perawatan anak serta dalam perawatan memilih
makanan. Menurut Suharjo, suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya
pengetahuan gizi didasarkan pada :
a. Tingkat pengetahuan sangat penting dalam meningkatkan status gizi yang
optimal. Status gizi yang cukup merupakan syarat penting untuk kesehatan.
b. Pengetahuan gizi seseorang akan mempengaruhi status gizinya jika makanan
yang dimakan dapat menyediakan zat-zat gizi yang nantinya diperlukan untuk
pertumbuhan tubuh.
c. Dengan adanya ilmu gizi masyarakat dapat belajar menggunakan pangan
untuk perbaikan gizi.14
Pengetahuan ibu tentang gizi seimbang sangatlah penting. Mengingat peran
ibu dalam keluarga sebagai pengelola makanan. Ibu yang tidak mengetahui gizi
makanan akan menghidangkan makanan yang tidak seimbang gizinya. Berbagai
faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada balita adalah ketidaktahuan akan hubungan makananan dan kesehatan,
prasangka buruk terhadap bahan makananan tertentu, adanya kebiasaan atau

Universitas Sumatera Utara


pantangan yang merugikan, kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis
makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang
rapat.
Ketidaktahuan ibu balita akan kebutuhan gizi balita bisa mengakibatkan
asupan gizi pada anak tidak terpenuhi dengan baik sehingga proses tumbuh
kembang anak akan terhambat dan anak dapat mengalami kekurangan gizi. Anak
yang mengalami defisiensi gizi pada usia muda, kemungkinan besar akan
mengalami hambatan pada pertumbuhan dan kapasitas intelektualnya rendah.34

2.5.2. Tingkat pendidikan ibu


Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku
hidup sehat. Tinggi rendahnya pendidikan yang ditempuh ibu sangat berkaitan
dengan pengetahuan terhadap gizi.35 Pengetahuan ibu tentang gizi berpengaruh
pada perilaku ibu dalam menyedikan makanan bagi anaknnya. Ibu yang memiliki
pengetahuan gizi baik diharapkan mampu menyediakan makanan dengan jenis
dan jumlah yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.36
Tingkat pendidikan gizi yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau
masyarakat untuk menyerap informasi dan menerapkan dalam perilaku dan gaya
hidup sehari-hari khususnya dalam kesehatan dan gizi. Dengan demikian,
pendidikan ibu yang relatif rendah akan berkaitan dengan sikap dan tindakan ibu
dalam menangani masalah kurang gizi pada anak balitanya.37
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orangtua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang
baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya.
Pendidikan ibu merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan
untuk mengembangkan diri. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam
merespon sesuatu yang datang dari luar, seperti sikap atau penerimaan anjuran
atau nasihat. Orang berpendidikan tidak akan memberikan respon yang lebih
rasional dibandingkan orang yang berpendidikan rendah maupun yang tidak
berpendidikan. Semakin tinggi pendidikan semakin mudah mengembangkan

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan keluarga.
Menurut Adisasmito, unsur pendidikan ibu berpengaruh pada kualitas
pengasuhan anak, apabila ibu berpendidikan lebih baik maka ia mengerti cara
pemberian makan, menggunakan pelayanan kesehatan, menjaga kebersihan
lingkungan bebas dari penyakit. Ibu yang berpendidikan lebih baik kemungkinan
menggunakan perawatan kesehatan dan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan
yang ada daripada ibu yang tidak memiliki pendidikan.38
2.5.3. Tingkat pendapatan keluarga
Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam kualitas dan
kuantitas pada makanan. Pendapatan yang meningkat maka berpengaruh terhadap
perbaikan kesehatan dan keadaan gizi. Sebaliknya, pendapatan yang rendah akan
mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga tidak memungkinkan untuk
mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu secara efektif terutama
untuk anak mereka.24
Indikator dari masalah gizi dapat diketahui dari taraf ekonomi keluarga dan
ukuran yang dipakai adalah garis kemiskinan. Stabilitas keluarga dengan ukuran
frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan di lingkungan keluarga
yang tidak stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi kurang, dan kurangnya
pengetahuan, pendidikan, dan keterampilan di bidang memasak, konsumsi anak
keragaman jenis makanan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.8
Kemiskinan sebagai penyebab kurang gizi menduduki posisi pertama pada
kondisi yang umum, sehingga perlu mendapat perhatian yang serius karena
kemiskinan berpengaruh besar terhadap konsumsi makanan. Warga masyarakat
yang tergolong miskin adalah mereka yang mempunyai keterbatasan kemampuan
dan akses pada sumber daya dan dalam memperoleh pelayanan serta prasarana
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Masyarakat harus mengerti bahwa anak
mereka membutuhkan makanan dengan cukup zat gizi demi masa depan mereka
sehingga anak tersebut tidak terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
gizi. Kelompok anak balita merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara


badan yang pesat. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering
menderita akibat kekurangan gizi.34

2.5.4. Jumlah anggota keluarga


Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi terlihat nyata pada
masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin
akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus dilayani
jumlahnya sedikit. Besar keluarga mungkin berpengaruh terhadap distribusi
makanan dalam keluarga. Keadaan demikian juga dapat mengakibatkan perhatian
ibu terhadap perawatan anak menjadi berkurang, karena perhatian ibu dalam
merawat dan membesarkan anak balita dapat terpengaruh bila banyak anak yang
dimiliki. Bila besar keluarga bertambah maka porsi makanan untuk setiap anak
berkurang.24
Keadaan ekonomi yang lemah dalam keluarga besar dapat menyebabkan anak-
anak menderita karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga, tentunya akan semakin bervariasi
aktivitas, pekerjaan dan seleranya, sehingga jumlah anggota keluarga berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan gizi yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan.
Dalam hal ini faktor selera dari masing-masing anggota keluarga sangat
berpengaruh, karena tidak semua anggota keluarga menyukai jenis makanan yang
sama.14

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Status Gizi

 Pendidikan ibu
 Pekerjaan ibu
 Pendapatan keluarga
 Jumlah anggota
keluarga

Langsung Tidak Langsung

Biokimia Klinis Antropometri Biofisik Survei Statistik


Konsumsi Vital
Makanan

BB/U TB/U BB/TB

Gizi buruk Sangat Pendek Sangat Kurus


Gizi kurang Pendek Kurus
Gizi baik Normal Normal
Gizi lebih Tinggi Gemuk

Gambar 3.1. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


3.2. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka sebagai kerangka konsep penelitian
tentang status gizi pada balita di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan sebagai berikut:

Pengukuran Antropometri Status Gizi Anak Balita

a. Indikator BB/U a.Gizi buruk


b.Gizi kurang
c.Gizi baik
d.Gizi lebih

a. Sangat kurus
b. Indikator BB/TB b. Kurus
c. Normal
d. Gemuk

Karakteristik Ibu balita


a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Pendapatan
e. Jumlah anggota Keluarga
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cross sectional untuk mengetahui gambaran status gizi
anak balita berdasarkan Antropometri di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan
Medan Perjuangan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


4.2.1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan
November 2016.
4.2.2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena kecamatan ini merupakan
salah satu kecamatan yang memiliki anak balita dengan status gizi buruk dan
kurang yang relatif masih tinggi di Kota Medan.

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita di Puskesmas Sentosa Baru
Kecamatan Medan Perjuangan. Berdasarkan data Puskesmas Sentosa Baru,
jumlah populasi anak balita pada saat penelitian adalah sebanyak 13.541 anak
balita.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anak balita yang memiliki ibu dengan usia
balita 1-5 tahun. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sampel
Cross Sectional, sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Z 2 pq
n
d2

Keterangan : n = Jumlah Sampel


Zα2= 1,96 pada α = 0,05

P = Perkiraan proporsi 0,69


q =1–p
d = presisi (10%)
1,962 x 0,69 x (1  0,69)
n
0,12
n = 82,17 orang. Jadi, jumlah sampel minimal dibulatkan menjadi 82 orang.

Kriteria inklusi pemilihan sampel sebagai berikut :


a. Balita yang memiliki ibu dengan usia balita 1-5 tahun
b. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru
c. Ibu balita yang datang ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru
d. Bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi, yaitu tidak bersedia mengikuti penelitian (menolak
menandatangani Informed Consent).

4.4. Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder.
4.4.1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari ibu balita melalui wawancara
langsung dengan menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh berupa data umur
balita, berat badan balita, tinggi badan balita dan karakteristik ibu balita (umur,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga) serta status gizi
balita.

Universitas Sumatera Utara


4.4.2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas Sentosa Baru
berupa profil puskesmas dan KMS anak balita.

4.5. Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan penjelasan variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga akhirnya mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Adapun definisi operasional dari
variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran Antropometri
a. Definisi : pengukuran pada dimensi tubuh manusia.
b. Cara ukur : melakukan variabel pengukuran BB, TB, dan umur kemudian
dilakukan perhitungan BB/TB dan BB/U.
c. Alat ukur : timbangan untuk mengukur BB, microtoise/papan pengukur
untuk mengukur TB, serta data balita untuk mengetahui umur balita.
d. Skala pengukuran : numerik.
2. Berat Badan Balita
a. Definisi : berat badan balita saat dilakukan penelitian.
b. Cara ukur : pastikan timbangan injak diletakkan di lantai yang datar, lihat
posisi jarum harus menunjuk ke angka 0 (nol), anak sebaiknya memakai
baju yang tipis dan tidak memegang atau mengantongi sesuatu. Kemudian
anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegang. Kemudian baca angka
yang ditunjukkan oleh jarum. Balita yang belum dapat berdiri
menggunakan timbangan bayi (baby scale). Timbangan bayi diletakkan
pada bidang datar. Pastikan posisi jarum menunjuk ke angka 0 (nol).
Kemudian letakkan balita di atas timbangan dan baca angka yang
ditunjukkan oleh jarum.
c. Alat ukur : balita yang belum dapat berdiri diukur dengan baby scale
(timbangan bayi), sedangkan untuk balita yang telah dapat berdiri
digunakan timbangan injak.
d. Skala pengukuran : numerik.

Universitas Sumatera Utara


3. Umur Balita
a. Definisi : usia balita saat dilakukan penelitian.
b. Cara ukur : Umur dihitung dalam bulan yang ditentukan
i. Pembulatan ke atas dilakukan bila lebih dari 15 hari dan sebaliknya.
ii. Bila tidak ingat tanggal lahir maka tanggal lahir ditentukan pada
tanggal 15.
iii. Bila tidak ingat bulan lahir maka bulan lahir ditentukan pada bulan ke
6
c. Alat ukur : data balita.
d. Skala ukur : numerik.
4. Tinggi Badan Balita
a. Definisi : tinggi badan balita saat dilakukan penelitian.
b. Cara ukur : bagi balita yang telah dapat berdiri dilakukan pengukuran
dengan microtoise. Posisikan badan dengan berdiri tegak menghadap ke
depan, tumit menempel pada dinding. Turunkan batas atas pengukur
sampai menempel di ubun-ubun, kemudian baca angka pada batas
tersebut. Pastikan anak tidak memakai sandal atau sepatu. Bagi balita
yang belum dapat berdiri dilakukan pengukuran dengan papan pengukur.
Alat diletakkan pada permukaan yang rata. Lepaskan tutup kepala bayi
misalnya topi, hiasan rambut, dan kaos kaki bayi. Letakkan bayi dengan
kepala menempel pada bagian kepala atau head board. Luruskan tubuh
bayi sejajar dengan bidang papan pengukur. Luruskan tungkai bayi bila
dengan cara lutut bayi secara lembut agar lurus. Dorong bagian kaki atau
foot board sehingga menempel dengan tumit bayi.
c. Alat Ukur : balita yang telah dapat berdiri diukur dengan microtoise,
sedangkan balita yang belum dapat berdiri digunakan papan pengukur.
d. Skala pengukuran : numerik.
5. Status Gizi Anak Balita
a. Definisi : keadaan fisik anak balita yang ditentukan dengan melakukan
pengukuran antropometri.

Universitas Sumatera Utara


b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri yaitu berat badan
menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
kemudian diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS
menggunakan indikator BB/U dan BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/U dan BB/TB.
d. Skala pengukuran : ordinal.
6. Gizi buruk
a. Definisi : status kondisi seseorang dengan nutrisinya di bawah standar
rata-rata (Z-score < -3,0).
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/U kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/U.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/U.
d. Skala pengukuran : ordinal.
7. Gizi kurang
a. Definisi : status kondisi menunjukkan kekurangan gizi dengan nilai
standar Z-score ≥ -3,0 sampai dengan Z-score <-2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/U kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/U.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/U.
d. Skala pengukuran : ordinal.
8. Gizi Baik
a. Definisi : status kondisi yang menunjukkan keseimbangan nutrisi dengan
nilai standar Z-score ≥-2,0 sampai dengan Z-score ≤ 2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/U kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator BB/U.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/U.
d. Skala pengukuran : ordinal.

Universitas Sumatera Utara


9. Gizi Lebih
a. Definisi : status kondisi yang menunjukkan dengan lebih dari normal dan
nilai standar Z-score > 2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/U kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/U.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/U.
d. Skala pengukuran : ordinal.
10. Sangat Kurus
a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score < -3,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/TB kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/TB.
d. Skala pengukuran : ordinal.
11. Kurus
a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score ≥ -3,0 sampai
dengan Z-score < -2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/TB kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/TB.
d. Skala pengukuran : ordinal.
12. Normal
a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score ≥ -2,0 sampai
dengan Z-score ≤ 2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/TB kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/TB.
d. Skala pengukuran : ordinal.

Universitas Sumatera Utara


13. Gemuk
a. Definisi : Keadaan gizi balita dengan nilai standar Z-score > 2,0.
b. Cara ukur : melakukan pengukuran antropometri BB/TB kemudian
diintepretasikan berdasarkan standar WHO-NCHS dengan indikator
BB/TB.
c. Alat ukur : Grafik WHO-NCHS berdasarkan BB/TB
d. Skala pengukuran : ordinal.
14. Karakteristik Ibu Balita
a. Definisi: Umur ibu balita, pendidikan ibu balita, pekerjaan ibu balita,
pendapatan, jumlah anggota keluarga.
b. Cara ukur : wawancara.
c. Alat ukur : kuisioner.
d. Kategori :
I. Pendidikan ibu
i. Tamat SD
ii. Tamat SMP
iii. Tamat SMA
iv. Tamat D3
v. Tamat S1
II. Pekerjaan ibu
i. Ibu rumah tangga
ii. PNS
iii. Pegawai swasta
iv. Wiraswasta/berdagang
v. Bertani/berkebun
III. Pendapatan
i. < Rp 2.037.000,00
ii. ≥ Rp 2.037.000,00
IV. Jumlah anak dalam keluarga
i. 1-2 orang
ii. >2 orang

Universitas Sumatera Utara


V. Skala pengukuran : ordinal.

4.6. Pengolahan dan Analisis Data


Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisa univariat, yaitu
analisis data dalam bentuk distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya, yaitu
umur balita, berat badan balita, tinggi badan balita dan karakteristik ibu balita
(umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga) serta status
gizi balita. Selanjutnya analisis statistik akan dilakukan dengan bantuan program
SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan kemudian data-data yang
telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru yang
terletak di Jalan Sentosa Baru No. 22 Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan,
dengan Wilayah
a. Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung dan Medan Timur
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tembung
c. Sebelah Barat : Kecamatan Medan Area dan Medan Kota
d. Sebelah Timur : Kecamatan Medan Timur
Wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru meliputi 9 (sembilan) kelurahan yaitu:
a. Kelurahan Sei Kera Hilir 1
b. Kelurahan Sei Hilir II
c. Kelurahan Sei Kera Hulu
d. Kelurahan Pahlawan
e. Kelurahan Pandan Hilir
f. Kelurahan Sidorame Barat I
g. Kelurahan Sidorame Barat II
h. Kelurahan Tegal Rejo
i. Kelurahan Sidorame Timur
Wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru terdapat 2 buah Puskesmas
Pembantu (Pustu), yaitu Pustu Sidorame Timur terletak di Jalan Permai Lorong
Kerto dan Pustu Sei Rengas terletak di jalan Madung Lubis. Sedangkan untuk
Posyandu terdapat 64 posyandu dengan jadwal pelaksanaan setiap hari Senin
sampai Kamis yang pelaksanaannya didampingi oleh petugas kesehatan dari
Puskesmas.

Universitas Sumatera Utara


5.1.2. Sosio demografi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru berjumlah 151.795 jiwa,
yang terdiri dari atas 23.779 Kepala Keluarga.

5.1.3. Tenaga kesehatan


Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru berjumlah 32 orang yang
terdiri dari:
a. Dokter Umum 4 orang
b. Dokter Gigi 2 orang
c. Sarjana Kesehatan Masyarakat 2 orang
d. Perawat 2 orang
e. SPK 4 orang
f. SPRG 1 orang
g. SPRA 1 orang
h. Akper 5 orang
i. DIII Gizi 2 orang
j. LCPK 1 orang
k. DIII Bidan 5 orang
l. DIII Analisis 2 orang
m. DIV Bidan 1 orang

5.2. Karakteristik Anak Balita


Karakteristik anak balita pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur,
berat badan dan tinggi badan.
1. Jenis kelamin Balita
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan jenis kelamin lebih banyak
perempuan, yaitu sebanyak 48 orang (58,5%).
Tabel 5.1. Karakteristik Balita Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 34 41,5
Perempuan 48 58,5
Total 82 100

Universitas Sumatera Utara


2. Umur Balita
Umur balita tertinggi adalah 59 bulan dan terendah 13 bulan.
Berdasarkan umur balita, lebih banyak umur 13-24 bulan sebanyak 38
orang (46,3%).
Tabel 5.2. Karakteristik Berdasarkan Umur Balita
Umur (Bulan) Jumlah Persentase (%)
13-24 38 46,3
25-36 22 26,8
37-48 15 18,4
49-59 7 8,5
Total 82 100

3. Berat Badan Balita


Hasil penelitan menunjukkan berat badan tertinggi adalah 16,5 Kg dan
terendah adalah 6,0 Kg. Berdasarkan berat badan balita, lebih banyak
pada kelompok 9-11 Kg yaitu sebanyak 47 orang (57,3 %).
Tabel 5.3. Karakteristik Berdasarkan Berat Badan Balita
Berat Badan (Kg) Jumlah Persentase (%)
6-8 23 28,1
9-11 47 57,3
12-14 11 13,4
15–17 1 1,2
Total 82 100

4. Tinggi Badan Balita


Tinggi badan balita tertinggi adalah 107,5 Cm dan terendah adalah 65
Cm. Berdasarkan tinggi badan balita, lebih banyak pada kelompok 76-
86 Cm yaitu sebanyak 39 orang (47,6%).
Tabel 5.4. Karakteristik Berdasarkan Tinggi Badan Balita
Tinggi Badan (Cm) Jumlah Persentase (%)
65-75 15 18,2
76-86 39 47,6
87-97 24 29,3
98-108 4 4,9
Total 82 100

Universitas Sumatera Utara


5.3. Karakteristik Ibu Balita
Karakteristik ibu pada penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan jumlah anak dalam keluarga.

1. Umur ibu balita


Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita dengan umur terbanyak
30-35 tahun, yaitu sebanyak 49 orang (59,8%).

Tabel 5.5. Karakteristik Berdasarkan Umur Ibu

Umur Jumlah Persentase (%)


< 20 tahun 2 2.4
20-35 tahun 49 59,8
< 35 tahun 31 37,8
Total 82 100

2. Pendidikan ibu balita

Pada tabel 5.6 dapat dilihat pendidikan ibu balita lebih banyak tamat
SLTA, yaitu sebanyak 57 orang (69,5%)

Tabel 5.6 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Ibu Balita

Pendidikan Jumlah Persentase (%)


Tamat SD 2 2,4
Tamat SLTP 14 17,1
Tamat SLTA 57 69,5
Akademi/S1 9 11,0
Total 82 100

3. Pekerjaan ibu balita


Berdasarkan pekerjaan, pekerjaan ibu balita lebih banyak sebagai Ibu
Rumah Tangga (IRT), yaitu sebanyak 69 orang (84,1%).

Tabel 5.7 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


Ibu Rumah Tangga 69 84,1
PNS 3 3,7
Pegawai Swasta 6 7,3
Wiraswasta/Pedagang 4 4,9
Total 82 100

Universitas Sumatera Utara


4. Pendapatan keluarga
Dari hasil penelitian, pendapatan keluarga lebih banyak < Rp
2.037.000 (UMK Kota Medan), yaitu sebanyak 43 orang (52,4%).

Tabel 5.8 Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Keluarga

Pendapatan Keluarga Jumlah Persentase (%)


< Rp 2.037.000 43 52,4
≥ Rp 2.037.000 39 47,6
Total 82 100

5. Jumlah anak
Berdasarkan jumlah anak dalam keluarga lebih banyak 1-2 orang, yaitu
sebanyak 63 orang (76,8%).
Tabel 5.9. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota Jumlah Persentase (%)
Keluarga
1-2 orang 63 76,8
> 2 orang 19 23,2
Total 82 100

5.4. Status Gizi


Parameter yang digunakan dalam penilaian status gizi menggunakan indeks
antropometri, yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U) dan Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) sesuai dengan tabel standar WHO/NHCS.
5.4.1 Gambaran status gizi balita
Gambaran status gizi balita berdasarkan BB/U ditemukan terbanyak dengan
status gizi kurang yaitu 47 orang (57,3%) dan gambaran status gizi balita
berdasarkan BB/TB ditemukan terbanyak dengan status gizi kurus yaitu 45 orang
(54,9%). Distribusi berdasarkan status gizi anak balita dapat dilihat pada tabel
5.10.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.10. Distribusi Berdasarkan Status Gizi Anak Balita
Indeks Antropometri Kategori Jumlah Perentase
(%)
BB/U Gizi Buruk 2 2,4
Gizi Kurang 47 57,3
Gizi Baik 32 39,0
Gizi Lebih 1 1,3
BB/TB Sangat Kurus 2 2,4
Kurus 45 54,9
Normal 33 40,3
Gemuk 2 2,4
Jumlah 82 100

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru,


penilaian status gizi dengan indeks BB/U secara umum terdapat jumlah penderita
gizi buruk dan kurang masih tinggi. Hal ini sesuai dengan latar belakang yang
dikemukan sebelumnya. Puskesmas Sentosa Baru merupakan daerah perkotaan
dengan tingkat ketersediaan pangan yang tinggi. Pengaruh ketersediaan pangan
tidak memberikan jaminan terhadap risiko penderita gizi buruk dan kurang di
Kota Medan.

5.4.2. Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Balita


Hasil penelitian didapatkan berdasarkan jenis kelamin, status gizi balita indeks
BB/U ditemukan perempuan lebih banyak mengalami status gizi kurang 28 orang
dibandingkan laki-laki 19 orang dan berdasarkan indeks BB/TB ditemukan secara
klinis perempuan lebih banyak tampak kurus dibanding laki-laki.

Tabel 5.11. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Status Gizi Jumlah
Buruk Kurang Baik Lebih
n % n % n % n % n %
Laki-Laki 0 0,0 19 55,9 14 41,2 1 2,9 34 100,0
Perempuan 2 4,2 28 58,3 18 37,5 0 0,0 48 100,0
Sangat Kurus Normal Gemuk
Kurus
Laki-laki 0 0,0 16 47,1 17 50,0 1 2,9 34 100,0
Perempuan 2 4,3 29 60,4 16 33,3 1 2,1 48 100,0

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan umur, status gizi balita indeks BB/U ditemukan kelompok umur
13-24 bulan yaitu sebanyak 16 orang yang lebih banyak mengalami status gizi
kurang dan berdasarkan indeks BB/TB secara klinis tampak kurus.

Tabel 5.12 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Umur Balta


Umur (Bulan) Status Gizi Jumlah
BB/U Buruk Kurang Baik Lebih
n % n % n % n % n %
13-24 2 5,3 16 42,1 20 52,6 0 0,0 38 100,0
25-36 0 0,0 14 63,6 8 36,4 0 0,0 22 100,0
37-48 0 0,0 12 80,0 2 13,3 1 6,7 15 100,0
49-59 0 0,0 5 71,4 2 28,6 0 0,0 7 100,0
BB/TB Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Jumlah
13-24 1 2,6 20 52,6 17 44,7 0 0,0 38 100,0
25-36 0 0,0 10 45,5 11 50,0 1 4,5 22 100,0
37-48 0 0,0 11 73,3 3 20,0 1 6,7 15 100,0
49-59 1 14,3 4 57,1 2 28,6 0 0,0 7 100,0

Berdasarkan berat badan, status gizi balita BB/U, ditemukan kelompok berat
badan 9-11 kg lebih banyak mengalami status gizi kurang yaitu sebanyak 26
orang dan berdasarkan indeks BB/TB secara klinis lebih banyak tampak kurus

Tabel 5.13. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan


Berat Badan Status Gizi Jumlah
(Kg)
BB/U Buruk Kurang Baik Lebih
n % n % n % N % n %
6-8 2 8,7 17 73,9 4 17,4 0 0,0 23 100,0
9-11 0 0,0 26 55,3 21 44,7 0 0,0 47 100,0
12-14 0 0,0 4 36,4 6 54,5 1 9,1 11 100,0
15-17 0 0,0 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0
Sangat Kurus Normal Gemuk Jumlah
Kurus
BB/TB
6-8 1 4,3 19 82,6 3 13,0 0 0,0 23 100,0
9-11 0 0,0 24 51,1 22 46,8 1 2,1 47 100,0
12-14 1 9,1 2 18,2 7 63,6 1 9,1 11 100,0
15-17 0 0,0 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0

Berdasarkan tabel 5.14 tinggi badan pada status gizi balita indeks BB/U
ditemukan kelompok dengan tinggi badan 76-86 Cm terbanyak mengalami status
gizi kurang sebanyak 18 orang dan berdasarkan indeks BB/TB secara klinis lebih
banyak tampak kurus.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.14 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan
Tinggi Badan (Cm) Status Gizi Jumlah
Buruk Kurang Baik Lebih
n % n % n % % n %
BB/U
65-75 1 6,7 11 73,3 3 20,0 0 0,0 15 100,0
76-86 1 2,6 18 46,2 19 48,7 1 2,6 39 100,0
87-97 0 0,0 16 66,7 8 33,3 0 0,0 24 100,0
98-109 0 0,0 2 50,0 2 50,0 0 0,0 4 100,0
Sangat Kurus Normal Gemuk Jumlah
Kurus
BB/TB
65-75 1 6,7 11 73,3 3 20,0 0 0,0 15 100,0
76-86 1 2,6 18 46,2 19 48,7 1 2,6 39 100,0
87-97 0 0,0 16 66,7 8 33,3 0 0,0 24 100,0
98-108 0 0,0 2 50,0 2 50,0 0 0,0 4 100,0

Universitas Sumatera Utara


5.4.3. Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Balita
Tabel 5.15 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Balita
Karakteristik Ibu Status Gizi Jumlah
Balita Buruk Kurang Baik Lebih
n % n % n % n % n %
BB/U
Umur
<20 tahun 0 0,0 1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0
20-35 tahun 1 2,1 32 65,3 15 30,6 1 2,0 49 100,0
>35 tahun 1 3,2 14 22,6 16 51,6 0 0,0 31 100,0
Pendidikan
Tamat SD 0 0,0 1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0
SLTP 0 0,0 10 71,4 3 21,4 1 7,2 14 100,0
SLTA 1 1,8 30 52,6 26 45,6 0 0,0 57 100,0
Akademi/S1 1 11,1 6 66,7 2 22,2 0 0,0 9 100,0
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 1 1,4 43 62,3 24 34,7 1 10,1 69 100,0
PNS 0 0,0 1 33,3 2 66,7 0 0,0 3 100,0
Pegawai Swasta 1 16,7 1 16,7 4 66,6 0 0,0 6 100,0
Wiraswasta/Pedagang 0 0,0 2 50,0 2 50,0 0 0,0 4 100,0
Pendapatan
< Rp 2.037.000 0 0,0 31 72,1 12 27,9 0 0,0 43 100,0
≥ Rp 2.037.000 2 4,1 16 42,0 20 51,3 1 2,6 39 100,0
Jumlah anak
1-2 orang 2 3,2 33 52,4 28 44,4 0 7,9 63 100,0
>2 orang 0 0,0 14 73,7 4 21,1 1 5,3 19 100,0
Sangat Kurus Normal Gemuk Jumlah
Kurus
n % N % n % n % n %
BB/TB
Umur
<20 tahun 0 0,0 1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0
20-35 tahun 1 2,0 27 55,1 20 40,8 1 2,0 49 100,0
>35 tahun 1 3,2 17 54,8 12 38,7 1 3,2 31 100,0
Pendidikan
Tamat SD 0 0,0 1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0
SLTP 0 0,0 10 71,4 3 21,4 1 7,1 14 100,0
SLTA 1 1,8 29 50,9 26 45,6 1 1,8 57 100,0
Akademi/S1 1 11,1 5 55,6 3 33,3 0 0,0 9 100,0
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 2 2,9 40 57,9 25 36,3 2 2,9 69 100,0
PNS 0 0,0 1 33,3 2 66,7 0 0,0 3 100,0
Pegawai Swasta 0 0,0 2 33,3 4 66,7 0 0,0 6 100,0
Wiraswasta/Pedagang 0 0,0 2 50,0 2 50,0 0 0,0 4 100,0
Pendapatan
< Rp 2.037.000 1 2,3 25 58,1 16 37,2 1 2,3 43 100,0
> Rp 2.037.000 1 2,6 20 40,1 17 34,7 1 2,6 39 100,0
Jumlah anak
1-2 orang 1 1,6 30 47,6 30 47,6 2 3,2 63 100,0
>2 orang 1 5,3 15 78,9 3 57,9 0 0,0 19 100,0

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 5.15, umur dengan jumlah responden terbanyak adalah 20-
35 tahun dengan status gizi balitanya indeks BB/U termasuk gizi kurang sebanyak
32 orang dan secara klinis termasuk kurus. Pendidikan ibu balita lebih banyak
tamat SLTA dengan status gizi balita kurang sebanyak 30 orang dan secara klinis
kurus. Pekerjaan ibu balita lebih banyak sebagai Ibu Rumah Tangga dengan status
gizi kurang sebanyak 43 orang dan secara klinis tampak kurus. Pendapatan
keluarga lebih banyak < Rp 2.037.000 dengan status gizi balita kurang sebanyak
31 orang dan klinis tampak kurus. Jumlah anak lebih banyak 1-2 orang dengan
status gizi balita baik sebanyak 33 orang dengan klinis tampak normal.

5.5. Pembahasan
5.5.1. Distribusi status gizi berdasarkan karakteristik balita
Berdasarkan jenis kelamin, status gizi balita indeks BB/U ditemukan
perempuan lebih banyak mengalami status gizi kurang dibandingkan laki-laki dan
berdasarkan indeks BB/TB ditemukan secara klinis perempuan lebih banyak
tampak kurus dibanding laki-laki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri
(2014) dimana proporsi balita perempuan lebih besar (52%) dibandingkan jenis
kelamin laki-laki (48%). Hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah anak balita
perempuan yang berdasarkan data puskesmas memang lebih banyak dibandingkan
anak balita laki-laki di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru. Hal ini
mengindikasikan bahwa baik anak balita laki-laki maupun perempuan,
mempunyai kemungkinan relatif sama mengalami status gizi kurang. Pada hasil
penelitian sebelumnya juga ditemukan balita jenis kelamin paling banyak
mengalami gizi buruk dan kurang karena di kehidupan sehari-hari masih banyak
keluarga yang memberikan porsi lebih banyak kepada laki-laki daripada
perempuan dan mengutamakan makanan terlebih dahulu pada anak balita laki-laki
setelah itu baru perempuan.38
Berdasarkan umur, status gizi balita indeks BB/U ditemukan kelompok umur
13-24 bulan lebih banyak mengalami status gizi kurang dan berdasarkan indeks
BB/TB secara klinis lebih banyak tampak kurus. Hal ini dapat terjadi karena anak
balita dengan umur 13-24 bulan adalah anak balita termasuk dalam kelompok

Universitas Sumatera Utara


masa pertumbuhan yang cepat sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling
banyak dibandingkan dengan masa-masa selanjutnya.39 Umur balita bukan
merupakan faktor risiko gizi kurang pada anak balita. Namun demikian, hal ini
dapat mempengaruhi tumbuh kembang.40 41
Berdasarkan berat badan, status gizi balita BB/U, ditemukan kelompok
berat badan 9-11 Kg lebih banyak mengalami status gizi kurang dan berdasarkan
indeks BB/TB secara klinis lebih banyak tampak kurus. Status gizi balita
berdasarkan indikasi BB/U lebih mencerminkan status gizi anak saat ini (current
nutritional status) bersifat umum dan tidak spesifik.21 Berat badan
menggambarkan jumlah protein dan lemak, air serta mineral pada tulang yang
sangat sensitif terhadap perubahan mendadak, seperti terserang penyakit infeksi,
penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Hal ini menunjukkan balita
mengalami gangguan pertumbuhan yang serius, yaitu balita menglami
ketidakseimbangan asupan protein dan energi, namun tidak memberikan indikasi
apakah masalah kekurangan gizi tersebut bersifat akut atau kronis. Oleh karena
itu, setiap gangguan kesehatan terutama memperlihatkan adanya gejala muntah,
diare, atau turunnya selera makan anak, segera bawa ke pelayanan terdekat.
Berdasarkan tinggi badan pada status gizi balita indeks BB/U ditemukan
kelompok dengan tinggi badan 76-86 Cm banyak mengalami status gizi kurang
dan berdasarkan indeks BB/TB secara klinis lebih banyak tampak kurus. Status
gizi yang didasarkan pada indikator BB/TB menggambarkan status gizi bersifat
akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek
seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit. Dalam keadaan demikian, berat
badan anak akan cepat turun, sehingga tidak proporsional dengan tinggi badannya
dan anak menjadi kurus. Besarnya masalah kekurusan (kurus dan sangat kurus)
pada balita yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat adalah jika
prevalensi kekurusan >5%. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius
bila prevalensi kekurusan antara 10,1% -15% dan dianggap kritis bila prevalensi
kekurusan sudah diatas 15%.22

Universitas Sumatera Utara


5.5.2. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Balita
Umur ibu balita, lebih banyak pada umur 20-35 tahun. Berdasarkan
pengukuran indeks BB/U ditemukan anak balita lebih banyak status gizi kurang
dan berdasarkan indeks BB/U secara klinis lebih banyak tampak kurus. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu balita lebih banyak pada kategori usia produktif.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi, kemampuan untuk menerapkan informasi
dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu penyebab kejadian gangguan
kurang gizi.24
Ketidaktahuan ibu balita akan kebutuhuan gizi balita bisa mengakibatkan
asupan gizi pada anak tidak terpenuhi dengan baik, sehingga proses tumbuh
kembang anak akan terhambat dan anak dapat mengalami kekurangan gizi. Anak
yang mengalami defisiensi gizi pada usia muda, kemungkinan besar akan
mengalami hambatan pertumbuhan dan kapasitas intelektualnya rendah. 34
Pendidikan ibu balita lebih banyak SLTA. Berdasarkan pengukuran indeks
BB/U ditemukan anak balita lebih banyak status gizi kurang dan secara klinis
lebih banyak tampak kurus. Hal ini sesuai dengan penelitian Sri (2014) dimana
gizi kurang terjadi banyak pada pendidikan terakhir SLTA. Tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Pendidikan orang
tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala
informasi dari luar. Menurut pendapat Notoatmodjo bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuan seseorang juga semakin tinggi.24
Dari hasil penelitian sebelumnya ,dikatakan bahwa status gizi kurang dapat terjadi
pada pendidikan tinggi dikarenakan bahwa faktor status gizi balita tidak hanya
dipengaruhi pendidikan ibu.36
Pekerjaan ibu balita, lebih banyak sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
Berdasarkan pengukuran indeks BB/U ditemukan anak balita lebih banyak status
gizi kurang dan secara klinis lebih banyak tampak kurus. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Ihsan (2012) dimana proporsi ibu balita tidak bekerja lebih
besar yaitu 90,6%. Tidak bekerjanya ibu membuat ibu lebih memiliki waktu untuk

Universitas Sumatera Utara


merawat dan mengasuh anak balitanya. Hasil penelitian ini tidak menunjukkan
bahwa ibu yang tidak bekerja memilki faktor risiko gizi kurang yang cendeung
sedikit. Hal ini disebabkan adanya faktor lain seperti pendapatan keluarga.
Dengan adanya ibu yang bekerja, maka dapat menambah pendapatan keluarga
sehingga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi anak
dana anggota keluarga lainnya.40
Pendapatan keluarga, lebih banyak <Rp 2.037.000 (UMK Kota Medan).
Berdasarkan pengukuran indeks BB/U ditemukan anak balita lebih banyak status
gizi kurang dan berdasarkan indeks BB/TB secara klinis lebih banyak tampak
kurus. Wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru sebagian besar pekerjaan kepala
keluarga berprofesi sebagai buruh harian (tukang becak, buruh pekerja bangunan,
tukang jahit, pekerja pabrik), sehingga hal ini terkait dengan pendapatan keluarga.
Pendapatan yang meningkat maka berpengaruh terhadap perbaikan kesehatan dan
keadaan gizi. Sebaliknya, pendapatan yang rendah akan mengakibatkan lemahnya
daya beli.
Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam kualitas
dan kuantitas pada makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhardjo
menyatakan bahwa pendapatan yang meningkat maka berpengaruh terhadap
perbaikan kesehatan dan keadaan gizi serta kemiskinan sebagai salah satu
determinan sosial ekonomi merupakan penyebab gizi kurang yang pada umumnya
menduduki posisi pertama.14
Jumlah anak dalam keluarga, lebih banyak 1-2 orang. Berdasarkan
pengukuran indeks BB/U ditemukan anak balita lebih banyak status gizi kurang
dan secara klinis lebih banyak tampak kurus. Hal ini sesuai penelitian Sri (2014)
dengan proporsi gizi kurang lebih besar terjadi pada jumlah anak 1-2 orang.
Besar keluarga mungkin berpengaruh terhadap distribusi makanan dalam
keluarga. Keadaan demikian juga dapat mengakibatkan perhatian ibu dalam
merawat dan membesarkan anak balita dapat terpengaruh bila jumlah anak yang
dimilki besar. Bila besar keluarga ditambah, maka porsi makanan untuk setiap
anak berkurang.24 Hasil penelitian ini tidak menggambarkan bahwa semakin
banyak jumlah anggota keluarga semakin rendah risiko terjadinya gizi kurang.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan penelitian Saputra dan Rizka (2012), kondisi ini dapat terjadi akibat
ada indikasi anak dilibatkan dalam membantu ekonomi rumah tangga sehingga
total pendapatan rumah tangga menjadi meningkat yang selanjutnya berpengaruh
dalam peningkatan pola konsumsi. Pola konsumsi yang meningkat dapat membuat
rendahnya risiko terjadinya gizi kurang.3

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Umur balita dengan jumlah tertinggi adalah 13-24 bulan dengan jumlah
sebanyak 38 orang (46,3%), berat badan balita 9-11 Kg, yaitu sebanyak 47
orang (57,3%), dan tinggi badan balita 76-86 Cm, yaitu Sebanyak 39
orang (47,6%).
2. Karakteristik ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru,
sebanyak 49 orang (59,8%) berumur 30-35 tahun, pendidikan sebanyak 57
orang (69,5%) SLTA, pekerjaan sebanyak 69 orang (84,1%) Ibu rumah
tangga (IRT), pendapatan keluarga sebanyak 43 orang (62,4%) < Rp
2.037.000 (UMK Kota Medan), dan jumlah anggota keluarga sebanyak 63
orang (76,8%) 1-2 orang.
3. Gambaran status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru
berdasarkaan Berat Badan/Umur (BB/U), sebanyak 2 orang (2,4%) gizi
buruk, sebanyak 47 orang (57,3%) gizi kurang, sebanyak 32 orang
(39,0%) gizi baik, dan sebanyak 1 orang (1,3%) gizi lebih.
4. Gambaran status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru
berdasarkan Berat Badan/Tinggi Badan (BB/TB), sebanyak 2 orang
(2,4%) sangat kurus, sebanyak 45 orang (54,9%) kurus, sebanyak 33 orang
(40,3%%) normal, dan sebanyak 2 orang (2,4%) gemuk.

6.2. Saran
1. Bagi pihak Puskesmas Sentosa Baru
a. Mengupayakan peningkatan pengetahuan tentang gizi pada ibu balita
dengan menyesuaikan bahasa yang mudah dipahami oleh penduduk
setempat dan meningkatkan pemantauan status gizi anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru.

Universitas Sumatera Utara


b. Mengupayakan pemberian makanan tambahan (PMT) yang bervariasi
dan mengandung unsur gizi yang dibutuhkan balita.
2. Bagi ibu balita
Mengupayakan untuk memperhatikan asupan gizi anak, baik asupan
energi maupun protein.
3. Bagi institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi
dan bahan bacaan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-


2025. Jakarta: Depkes RI;2009.
2. UNICEF. Achieving MDGs through RPJMN. Nutrition Workshop. Jakarta:
UNICEF; 2009.
3. Saputra W, Nurrizka R. Faktor Demografi dan Faktor Risiko Gizi Buruk dan
Gizi Kurang. Makara Kesehatan. 2012 Desember:16(2):95-101.
4. Kemenkes RI. Kesehatan dalam Kerangka Sustainablee Development Goals
(SDGs). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
5. UNICEF. Improving Child Nutrition. New York: Division of communication
UNICEF; 2013.
6. Aries, Muhammad, Hardiansyah, Hendratno T. Determinan Gizi Kurang dan
Stunting Anak Umur 0-36 bulan Berdasarkan Data Program keluarga
Harapan. 2007:7(1):19-26.
7. Sutani. Memahami Kebutuhan Anak. Rosdakarya:Jakarta;2008. Hal. 18
8. Soegeng, S. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT Rineka Cipta;2009. Hal.71
9. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta;Kemenkes
RI;2013.
10. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara. Medan:Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara; 2014.
11. Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi; 2009. Hal. 17
12. Supariasa, I Dewa Nyoman, Baliwati, Hartriyanti. Penilaian Status Gizi.
Jakarta:EGC;2002. Hal. 1-3.
13. Depkes RI. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Depkes RI; 2002.
14. Suharjo. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta:Universitas Indonesia;2003. Hal
256.
15. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2009. Hal. 243, 245.
16. Siagian, A. Epidemiologi Gizi. Jakarta:Erlangga;2010. Hal. 43
17. Gibson, S. Principles of Nutrional Assesments. USA; Oxford University
Press;2005. p 478-485, 711-720.
18. Hammond, Dietary and clinical Assesment In : Mahan, L.K. and Stump, S.E.
Krause’s food, Nutrition and Diet Therapy. USA: 2004. p 407-431.
19. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pengembangan.
Jakarta; Depkes RI; 2008.
20. World Health Organization. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: WHO; 2006.
21. Depkes RI. Gizi dalam Angka Dirjen Bina Masyarakat Direktorat Gizi
Masyarakat. Jakarta:Depkes RI; 2005.
22. UNHCR. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta; 2008.
23. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Buku Bagan Tata Lakasana Anak
Gizi Buruk:Program Perbaikan Gizi Masyarakat. 2007.
24. Notoadmojo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka
Cipta;2007. Hal. 145-147.

Universitas Sumatera Utara


25. Pudjiadi, S Ilmu Gizi Klinis Anak. Jakarta: FK UI; 2005. Hal. 421.
26. Prihatini. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah dan Faktor-Faktor Yang
Memengaruhinya. Depok;2011.
27. Aritonang, L. Penyebab Gizi Buruk dan Kematiaan pada Anak Balita. Jurnal
Nutrisia, Media Informasi Gizi Ilmiah. 2004:5(1):p 1-42.
28. Preston. Validation and Reproductibility of a Semi Quantitative Food
Frequency Qustionnaire for Use in Puerto Rican Children. P.R. Health Scince
Journal.2011:30(2):58-64.
29. Sandjaja, dkk. Kamus Gizi:Pelengkap kesehatan Keluarga. Bandung:Shinta
Dharma;2009.
30. Azwar, A. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. Widya Karya
Pangan dan Gizi Nasional. 2004.
31. Widjaja. Standar antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia;2007.
32. Sutomo, B. Menu Sehat Alami Untuk Balita dan Batita. Jakarta:PT.
Agromedia Pustaka;2010. Hal. 24-27
33. Kemenkes RI. Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan Bagi Balita Gizi
Kurang. Jakarta:Kemenkes RI; 2011.
34. Sediautama, AD. Ilmu Gizi Jilid I. Jakarta:Dian Rakyat;2008. Hal. 297.
35. Faiza ,Elnovriza D, Syafiznti. Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk pada Anak
(12-59 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur
Kota Padang . Media Gizi dan Keluarga. Padang; 2007.
36. Astari, LD. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Stunting
Balita Usia 6-12 bulan di Kabupaten Bogor. Institut Pertanian Bogor : Bogor;
2008.
37. Atmarita, Fallah. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Widya-
karya Nasional pangan dan gizi VIII. LIPI : Jakarta; 2004.
38. Adisasmito, W. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Radja Grafindo Persado;
2007. Hal. 55
39. Universitas Indonesia, Buku Kuliah Ilmu kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: Infomedika:2007
40. Kristiani D, Suriadi, Parjo. Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan Ibu
dengan Status Gizi Balita di TK Salomo Pontianak. Pontianak:2013.
41. Soetjiningsih, A. Buku Ajar Tumbuh kembang Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta : Sagung Seto;2007.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1
KUESIONER
GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA BEDASARKAN ANTROPOMETRI
DI PUSKESMAS SENTOSA BARU
KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN

A. Identitas Ibu Balita


1. Umur :......... tahun
2. Pendidikan : 1. Tamat SD
2. SLTP
3. SLTA
4. DIII
5. S-1
3. Pekerjaan : 1. IRT
2. PNS
3. Pegawai swasta
4. Wiraswasta/Berdagang
5. Bertani/ berkebun
4. Pendapatan : 1. ≥ UMK Kota Medan (Rp.2.037.000)
2. < UMK Kota Medan (Rp.2.037.000)
5. Jumlah Anggota Keluarga : ................ orang

B. Identitas Balita
1. Tanggal Lahir :
2. Jenis kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
3. Anak ke :

C. Hasil Pengukuran Antropometri :

Berat Badan :........ kg a. BB/U: buruk/kurang/baik/lebih*)

Tinggi/Panjang Badan:......cm b.BB/TB-PB:sangat kurus/kurus/normal/gemuk*)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA SUBYEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan Hormat,

Nama Saya Harvinda Arya Pratiwi, sedang menjalani pendidikan kedokteran di


Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang
berjudul “Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Antropometri Di
Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2016”.

Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari


berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri merupakan salah satu
metode untuk mengetahui status gizi seseorang. Dalam Antropometri, dilakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dibandingkan dengan umur.
Kemudian hasil perbandingan akan disesuaikan dengan tabel standar WHO untuk
mengetahui kategori/klasifikasi status gizi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran dari
status gizi balita yang berada di wilayah Puskesmas Sentosa Baru. Adapun
manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data maupun
informasi mengenai status gizi balita di Puskesmas Sentosa Baru.

Saya akan melakukan pengukuran berat badan balita dengan menggunakan


timbangan/Baby Scale dan mengukur tinggi badan balita dengan papan
pengukur/microtoise. Pengukuran tidak akan menimbulkan rasa sakit dan tidak
memiliki efek samping. Kemudian, saya akan memberikan kuesioner kepada ibu
balita yang berisi beberapa pertanyaan untuk diisi.

Universitas Sumatera Utara


Partisipasi Saudara bersifat sukarela dan tanpa paksaan dan dapat mengundurkan
diri sewaktu-waktu. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan
dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian Anda tidak akan
dikenakan biaya apapun. Bila Saudara membutuhkan penjelasan, maka dapat
menghubungi saya:

Nama : Harvinda Arya Pratiwi


Alamat : Jl. Selamat Pulau No. 24 Simpang Limun Medan
No. HP : 082165812724

Terima kasih saya ucapkan kepada Saudara yang telah ikut berpartisipasi pada
penelitian ini. Keikutsertaan Saudara dalam penelitian ini akan menyumbangkan
sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan


Saudara bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.

Medan, 2016
Peneliti

( Harvinda Arya Pratiwi)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama lengkap responden :
Alamat :

Dengan balita,
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :

Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi responden dalam penelitian


yang dilakukan oleh Harvinda Arya Pratiwi, mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran status
gizi balita berdasarkan antropometri di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan
Medan Perjuangan.
Surat persetujuan ini saya buat dengan kesadaran saya sendiri tanpa tekanan atau
paksaan dari mana pun.

Medan, 2016

( )

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 34 41,5 41,5 41,5
Valid Perempuan 48 58,5 58,5 100,0
Total 82 100,0 100,0

Kategoriumur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
13-24 38 46,3 46,3 46,3
25-36 22 26,8 26,8 73,2
Valid 37-48 15 18,3 18,3 91,5
49-59 7 8,5 8,5 100,0
Total 82 100,0 100,0

KatBB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
6-8 23 28,0 28,0 28,0
9-11 47 57,3 57,3 85,4
Valid 12-14 11 13,4 13,4 98,8
15-17 1 1,2 1,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

KatTB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
65-75 15 18,3 18,3 18,3
76-86 39 47,6 47,6 65,9
Valid 87-97 24 29,3 29,3 95,1
98-108 4 4,9 4,9 100,0
Total 82 100,0 100,0

Gizi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Buruk 2 2,4 2,4 2,4
kurang 47 57,3 57,3 59,8
Valid baik 32 39,0 39,0 98,8
lebih 1 1,2 1,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Kurus 2 2,4 2,4 2,4
Kurus 45 54,9 54,9 57,3
Valid Normal 33 40,2 40,2 97,6
Gemuk 2 2,4 2,4 100,0
Total 82 100,0 100,0

JenisKelamin * GiziBBTB Crosstabulation


GiziBBTB Total
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
Count 0 16 17 1 34
% within 0,0% 47,1% 50,0% 2,9% 100,0%
JenisKelamin
Laki-laki
% within 0,0% 35,6% 51,5% 50,0% 41,5%
GiziBBTB
% of Total 0,0% 19,5% 20,7% 1,2% 41,5%
JenisKelamin
Count 2 29 16 1 48
% within 4,2% 60,4% 33,3% 2,1% 100,0%
JenisKelamin
Perempuan
% within 100,0% 64,4% 48,5% 50,0% 58,5%
GiziBBTB
% of Total 2,4% 35,4% 19,5% 1,2% 58,5%
Count 2 45 33 2 82
% within 2,4% 54,9% 40,2% 2,4% 100,0%
JenisKelamin
Total
% within 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
GiziBBTB
% of Total 2,4% 54,9% 40,2% 2,4% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


Kategoriumur * Gizi Crosstabulation
Gizi Total
Buruk kurang baik lebih
Count 2 16 20 0 38
% within Kategoriumur 5,3% 42,1% 52,6% 0,0% 100,0%
13-24
% within Gizi 100,0% 34,0% 62,5% 0,0% 46,3%
% of Total 2,4% 19,5% 24,4% 0,0% 46,3%
Count 0 14 8 0 22
% within Kategoriumur 0,0% 63,6% 36,4% 0,0% 100,0%
25-36
% within Gizi 0,0% 29,8% 25,0% 0,0% 26,8%
% of Total 0,0% 17,1% 9,8% 0,0% 26,8%
Kategoriumur
Count 0 12 2 1 15
% within Kategoriumur 0,0% 80,0% 13,3% 6,7% 100,0%
37-48
% within Gizi 0,0% 25,5% 6,3% 100,0% 18,3%
% of Total 0,0% 14,6% 2,4% 1,2% 18,3%
Count 0 5 2 0 7
% within Kategoriumur 0,0% 71,4% 28,6% 0,0% 100,0%
49-59
% within Gizi 0,0% 10,6% 6,3% 0,0% 8,5%
% of Total 0,0% 6,1% 2,4% 0,0% 8,5%
Count 2 47 32 1 82
% within Kategoriumur 2,4% 57,3% 39,0% 1,2% 100,0%
Total
% within Gizi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 2,4% 57,3% 39,0% 1,2% 100,0%

Kategoriumur * GiziBBTB Crosstabulation


GiziBBTB Total
Sangat Kurus Normal Gemuk
Kurus
Count 1 20 17 0 38
% within Kategoriumur 2,6% 52,6% 44,7% 0,0% 100,0%
13-24
% within GiziBBTB 50,0% 44,4% 51,5% 0,0% 46,3%
% of Total 1,2% 24,4% 20,7% 0,0% 46,3%
Count 0 10 11 1 22
% within Kategoriumur 0,0% 45,5% 50,0% 4,5% 100,0%
25-36
% within GiziBBTB 0,0% 22,2% 33,3% 50,0% 26,8%
% of Total 0,0% 12,2% 13,4% 1,2% 26,8%
Kategoriumur
Count 0 11 3 1 15
% within Kategoriumur 0,0% 73,3% 20,0% 6,7% 100,0%
37-48
% within GiziBBTB 0,0% 24,4% 9,1% 50,0% 18,3%
% of Total 0,0% 13,4% 3,7% 1,2% 18,3%
Count 1 4 2 0 7
% within Kategoriumur 14,3% 57,1% 28,6% 0,0% 100,0%
49-59
% within GiziBBTB 50,0% 8,9% 6,1% 0,0% 8,5%
% of Total 1,2% 4,9% 2,4% 0,0% 8,5%
Count 2 45 33 2 82
% within Kategoriumur 2,4% 54,9% 40,2% 2,4% 100,0%
Total
% within GiziBBTB 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 2,4% 54,9% 40,2% 2,4% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


Kategoriumur * GiziBBTB Crosstabulation
GiziBBTB Total
Sangat Kurus Normal Gemuk
Kurus
Count 1 20 17 0 38
% within Kategoriumur 2,6% 52,6% 44,7% 0,0% 100,0%
13-24
% within GiziBBTB 50,0% 44,4% 51,5% 0,0% 46,3%
% of Total 1,2% 24,4% 20,7% 0,0% 46,3%
Count 0 10 11 1 22
% within Kategoriumur 0,0% 45,5% 50,0% 4,5% 100,0%
25-36
% within GiziBBTB 0,0% 22,2% 33,3% 50,0% 26,8%
% of Total 0,0% 12,2% 13,4% 1,2% 26,8%
Kategoriumur
Count 0 11 3 1 15
% within Kategoriumur 0,0% 73,3% 20,0% 6,7% 100,0%
37-48
% within GiziBBTB 0,0% 24,4% 9,1% 50,0% 18,3%
% of Total 0,0% 13,4% 3,7% 1,2% 18,3%
Count 1 4 2 0 7
% within Kategoriumur 14,3% 57,1% 28,6% 0,0% 100,0%
49-59
% within GiziBBTB 50,0% 8,9% 6,1% 0,0% 8,5%
% of Total 1,2% 4,9% 2,4% 0,0% 8,5%
Count 2 45 33 2 82
% within Kategoriumur 2,4% 54,9% 40,2% 2,4% 100,0%
Total
% within GiziBBTB 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 2,4% 54,9% 40,2% 2,4% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Harvinda Arya Pratiwi

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 14 Juni 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. Selamat Pulau No. 24 Simpang Limun Medan

Nama Orang Tua : dr. Abdul Halim, SpOG

dr. Linda Pusri Winarni, M.Kes

Riwayat Pendidikan : 1. TK Nurul Fajar Binjai

2. SD Swasta Eria Medan

3. SMP Negeri 1 Medan

4. SMA Negeri 1 Medan

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera


Utara

Riwayat Organisasi : SCORA PEMA FK USU

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai