SKRIPSI
Oleh :
Pembimbing :
Indra Basar Siregar, drg., M. Kes
DepartemenBedahMulut
Tahun 2013
TIM PENGUJI
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini selesai disusun dalam rangka memenuhi
kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Indra Basar Siregar, drg., M. Kes yang telah
meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis demi selesainya
proposal ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada wali penulis, Sarjit
Singh yang telah memberikan kasih saying, doa dan dukungan serta segala bantuan
baik moril maupun materil yang tidak terbatas kepada penulis. Selanjutnya, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Eddy A Ketaren., Sp. BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala
saran dan bantuan.
2. Indra Basar Siregar, drg., M. Kes., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan,
dan motivasi tanpa jemu selama proses penyusunan proposal sampai selesai.
3. Seluruh staf pengajar dan laboran Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
saran dalam menyelesaikan proposal ini.
4. Siti Salmiah, drg.,Sp.KGA, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalankan akademik.
5. Teman- teman terbaikku Melodie Andrea, Jaashpreet dan senior-senior yang
telah banyak memberi dukungan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan proposal ini.
Penulis,
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………….... ii
KATA PENGANTAR . .................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. x
BAB 5 PEMBAHASAN…………………………………………... 37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 42
LAMPIRAN………………………………………………………..
Gambar Halaman
1. Perubahan patologis epitel normal menjadi karsinoma
cell squamosa………………………………………………. 9
2. Gambaran histopatologi Squamous Cell Carcinoma………. 10
3. Gambaran histopatologi karsinoma verukosa……………… 10
4. Gambaran histopatologi karsinoma sel skuamosa basaloid
dengan focal nekrotik dan kadar mitosis yang tinggi………. 11
5. Sel spindle memiliki nuclei reaktif besar
dan aktivitas mitosis………………………………………... 12
6. Gambaran histopatologi papillary squamous cell carcinoma 12
7. Gambaran histopatologi adenosquamous carcinoma………. 13
8. Gambaran histopatologi carcinoma cuniculatum…………... 13
9. Karsinoma sell skuamosa well differentiated………………. 18
10. Karsinoma sell skuamosa moderately differentiated..……... 18
11. Karsinoma sell skuamosa poorlydifferentiated...………….. 18
Tabel Halaman
1. Pemeriksaan kelenjar getah bening…………………............ 20
2. Klasifikasi ukuran dari tumor………………………………. 22
3. Klasifikasi penyebaran tumor ke kelenjar getah bening…… 23
4. Klasifikasi tumor ganas bermetastase ke bagian tubuh
yang lain……………………………………………………. 23
5. Klasifikasi stadium tumor ganas rongga mulut…………….. 24
6. Variable dan definisi variable………………………............ 30
7. Distribusi Squamous Cell Carcinoma Pada Rongga
Mulut Di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2014-2016
Berdasarkan Usia…………………………………………... 34
8. Distribusi Squamous Cell Carcinoma Pada Rongga Mulut
Di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2014-2016
Berdasarkan Jenis Kelamin………………………………... 35
9. Distribusi Squamous Cell Carcinoma Pada Rongga Mulut
Di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2014-2016
Berdasarkan Pendidikan……………………………………. 36
PENDAHULUAN
Tumor ganas adalah jenis tumor yang berkembang cepat dibandingkan tumor
jinak dan memiliki kemampuan untuk menyebardan menghancurkan jaringan
sekitarnya. Hal ini disebabkan karena tumor ganas dapat berpisah dari tumor
induknya dan menyebar ke bagian lain melalui sirkulasi darah denganproses yang
dikenal sebagai metastasis. Setelah menyerang jaringan sehat di daerah baru, sel-sel
tumor akan terus bertambah dalam ukuran dan jumlahnya.1
Salah satu tumor ganas pada rongga mulut berasal dari jaringan epitel. Tumor
ganas dari jaringan epitel adalah squamous cell carcinoma.2Menurut hasil penelitian,
lebih dari 90 % tumor ganas mulut adalah squamous cell carcinoma.2,3Faktor risiko
terpenting untuk sel skuamosa oral adalah penggunaan tembakau atau sirih dan
minuman beralkohol. Namun, infeksi dengan risiko tinggi diet rendah buah-buahan
segar dan sayuran juga baru-baru ini terlibat dalam patogenesis sel skuamosa oral.
Insiden tertinggi dan prevalensi sel skuamosa oral ditemukan di benua India di mana
risiko mengembangkan sel skuamosa oral meningkat dengan kebiasaan yang sangat
umum dari mengunyah tembakau dan sirih. Efek tembakau, alkohol, sirih atau
pinang-pinang tergantung pada dosis, pada frekuensi dan durasi penggunaan, dan
dipercepatkan oleh penggunaan bersamaan dari dua atau lebih agen ini.2
Tumor ganas rongga mulut di Asia Tenggara merupakan salah satu dari tiga
jenis tumor ganasyang paling sering terjadi.6 Dinegara-negara tertentu seperti Sri
Lanka, India, Pakistan, dan Bangladesh,tumor ganas mulut merupakan tumor ganas
dengan tingkat prevalensi yang paling tinggi.3,4,7,8 Di India, tumor ganas mulut
mencapai lebih dari 50% dari semua jenis tumor ganas.4 Hal ini menunjukkan bahwa
negara-negara di rantau Asia Tenggara mempunyai tingkat prevalensi kejadian tumor
ganas rongga mulut terbesar dibandingkan negara-negara lain.Sekitar 100.000 kasus
baru diperkirakan terjadi setiap tahun pada daerah seperti Burma, Kamboja,
Malaysia, Nepal, Singapura, Thailand, dan Vietnam.5
Tumor ganas rongga mulut dianggap sebagai penyakit yang terjadi terutama
pada orang tua. Walaupun sebagian besar kasus tumor ganas rongga mulut sering
terjadi pada golongan berusia antara 50 hingga 70 tahun, namun tumor ganas ini
masih bisa dijumpai pada anak-anak sedini 10 tahun tanpa adanya faktor-faktor risiko
yang jelas. Usia rata-rata yang sering menderita dengan tumor ganasrongga mulut
biasanya antara 51 hingga 55 tahun di beberapa negara maju, tetapi bisa mengenai
individu berusia 64 tahundi negara Thailand. Sejak kebelakangan ini, telah terjadi
pergeseran prevalensi squamous cell carcinomadi mulut mengenai golonganberusia
muda.Sekitar 17% dari pasien yang lebih muda di bawah 40 tahun atau setidaknya
TINJAUAN PUSTAKA
Squamous cell carcinoma (SCC) adalah suatu neoplasma invasif pada jaringan
epitel rongga mulut dengan berbagai tingkat diferensiasi.12 SCC muncul pada
tempat- tempat seperti jaringan mukosa mulut, alveolar, gingiva, dasar mulut, lidah
dan orofaring.11,13
Dari hasil penelitian oleh Navone dkk tahun 2004 didapatkan bahwa
pemeriksaan sitopatologi dapat meningkatkan keakuratan pemeriksaan histopatologi
di rongga mulut untuk lesi-lesi jinak dan menjadi sarana screening untuk menentukan
lesi-lesi ganas. Dibandingkan eksisi atau insisi biopsi, proses pengambilan sediaan
sitopatologi secara eksfoliasi tidak menimbulkan luka atau jejas yang besar, karena
luka yang besar akan menyulitkan evaluasi progresivitas penyakit. Metode ini juga
dapat mengambil permukaan yang lebih luas dibandingkan insisi atau eksisi terhadap
lesi di permukaan mukosa. Struktur sel terkadang dapat dilihat lebih jelas dibanding
histopatologis karena pengerutan minimal, dan suatu sel dapat dilihat secara tiga
dimensi. Selain itu teknik ini juga dapat diwarnai dengan pewarnaan
imunositokimia.31
2.6.6 Pemeriksaan Radiologi
Computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging(MRI) adalah
jenis radiologis yang paling tepat untuk menetapkan stadium pra-terapi tumor
kepalakarena mereka memberikan informasi tentang sejauh manalesi, infiltrasi
pembuluh darah besar dan metastasisdi nodus limpa.22
Computed Tomography (CT) umumnya digunakan untuk daerah
maksilofasial. CT sangat sensitif untuk mendeteksi daerah kecil kortikal invasi
tulang. Peningkatan kontras yodium digunakan untuk studi CT. Bagian scanning
terdiri dari dasar tengkorak ke clavical. Ukuran, bentuk, nekrosis dan ekstrakapsular
penyebarankelenjar getah bening dievaluasi. Penilaian invasistruktur penting, yaitu
2.7 Stadium
Tujuan dari pementasan tumor ganas kepala dan leher adalah penting karena
ia menentukan rencana perawatandan memberikan terminologi umum dalam
pelaporan hasil akhir atau prognosis.17Selain itu kategori didasarkan hampir
2.8.1 Bedah
Bedah adalah pilihan pengobatan pertama untuk squamous cell carcinoma
yang kecil.2Eksisi bedah lokal dapat digunakan untuk tumor ganas rongga mulut yang
berukuran 2cm dan dapat dikerluarkandengan teknik transoral. Ketika mandibula
terlibat, radiocurability adalah tidak mungkin, dan reseksi tumor primer dengan
teknik mandibula proksimal dan pembedahan leher dibutuhkan.24Namun, stadium
lanjut squamous cell carcinoma biasanya diobati dengan program pengobatan
gabungan dari bedah, kemoterapi, dan radioterapi. Reseksi bedah karsinoma oral
dengan margin bebas tumor kurang dari 5 mm dapat diikuti denganpertumbuhan
kembali tumor ganas dan mungkin dengan metastasis yang lebih besar, dan biasanya
memerlukan administrasi pasca-operasi kemoradioterapi.2
Papillary
Squamous
Cell
Carcinoma
Adenousquamous
Cell Carcinoma
Carcinoma
Cuniculatum
Usia
Prevalensi
Jenis kelamin
Squamous Cell
Carcinoma
Pendidikan
Prevalensi Squamous Cell Carcinoma rongga mulut di RSUP H. Adam Malik pada
2014 – 2016
Populasi
Pasien yang mengunjungi RSUP H. Adam Malik yang didiagnosa Squamous Cell
Carcinomadi rongga mulut
Sampel
Pasien yang mengalami Squamous Cell Carcinomadi rongga mulut di RSUP H.
Adam Malik pada tahun 2014 hingga 2016.
Variabel
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
Rekam medis
Data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik
Hitung prevalensi Squamous Cell Carcinomadi rongga mulut pada tahun 2014 –
HASIL PENELITIAN
0-17. 7 5.83%
18-65. 87 72.5%
66-79 23 19.16%
80-99 3 2.5%
>100 0 0%
Total 120 100%
Laki-laki 46 38%
Perempuan 74 62%
Dari 120 kasus yang diperoleh, jumlah tertinggi yang didiagnosa Squamous
Cell Carcinoma pada rongga mulut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
berdasarkan pendidikan adalah Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas (SLTA) sebanyak
44,17%, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 30,83%, Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama
(SLTP) sebanyak 13,30%, Sarjana sebanyak 10%, dan persentase terendah adalah
yang tidak bersekolah sebanyak 1,67%.
SD 37 30.83%
SLTP 16 13.30%
SLTA 53 44.17%
Sarjana 12 10%
Tidak Sekolah 2 1.67%
total 120 100%
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
pasien yang didiagnosa squamous cell carcinoma pada rongga mulut pada tahun
2014 hingga 2016 adalah sebanyak 120 pasien. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa
pasien mengalami squamous cell carcinoma di rongga mulut terjadi hampir pada
seluruh rentang usia dari yang paling muda yaitu 2 tahun dan yang paling tua
91tahun. Persentase pasien yang mengalami squamous cell carcinoma di rongga
mulut pada usia 18-65 tahun sebanyak 72,5%, pada usia 66-79 tahun sebanyak
19,16%, pada usia 0-17 tahun sebanyak 5,3, Persentase terendah adalah pada usia 80-
99 tahun sebanyak 2,5%. Hasil ini telah membuktikan teori dari pada literatur
Cawson RA dan Odell EW menyatakan bahwa usia yang sering terkena squamous
cell carcinoma adalah di atas 40 tahun yaitu sebanyak 98%.13Pada penelitian di Asia
oleh Rao SVK dkk pada tahun 2013 menyatakan bahwa 17% pada usia di bawah 40
tahun mengalami squamous cell carcinoma.10 Peningkatan kejadian kanker dengan
usia lanjut sebagian mungkin disebabkan oleh peningkatan tingkat reaksi radikal
bebas seiring dengan pertambahan usia. Selain itu, ada yang mengatakan bahwa
kemampuan sistem kekebalan tubuh berkurang untuk menghilangkan sel yang
berubah karena toleransi kekebalan tubuh, sehingga efektivitas pengawasan kanker
oleh sel kekebalan berkurang dengan usia lanjut.33 Seterusnya,ditemuipasien yang
berusia 60 tahun ke atas paling tidak sadar bahwa lesi merah dan / atau putih adalah
tanda awal kanker mulut. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa orang tua
merasakan perubahan mukosa oral mereka sebagai bagian dari proses biologi alami
penuaan.8
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa pasien mengalami squamous cell carcinoma
di rongga mulut berdasarkan jenis kelamin dimana didapatkan rasio terjadinya
squamous cell carcinoma di rongga mulut pada laki-laki dan perempuan adalah lebih
kurang sama yaitu 1:1,6. Hasil ini berbeda dengan teori yang terdapat pada
beberapa literatur. Pada literatur Neville BW juga menyatakan bahwa rasio terjadinya
Pada penelitian di Yaman oleh Halboub ES dkk pada tahun 2012 dari 541
kasus kematian pasien akibat squamous cell carcinoma di rongga mulut ditemukan
50,3% pada laki-laki dan 49,7% pada perempuan dan rasio laki-laki terhadap
perempuan adalah 1:1.26 Pada penelitian di Nigeria oleh Lawal AO dkk pada tahun
2013 menyatakan bahwa beberapa laporan lain dari India, Singapura, Hawaii dan di
Denmark tidak menemukan perbedaan dalam kejadian kanker mulut pada pria dan
wanita sementara Van Wyk dkk. (1993) menemukan kecenderungan wanita yang
lebih tinggi di India Selatan dengan rasio antara laki-laki dan perempuan 1:1,6.
Mereka menghubungkan fakta ini dengan fakta bahwa mengunyah pinang lebih
umum dilakukan pada wanita India dan Afrika Selatan daripada pria.33 Hasil ini
adalah sama dengan hasil yang diperoleh di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan.
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa pasien mengalami squamous cell carcinoma
dirongga mulut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik berdasarkan
pendidikan adalah Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas (SLTA) sebanyak 44,17%,
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 30,83%, Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama (SLTP)
sebanyak 13,30%, Sarjana sebanyak 10%, dan persentase terendah adalah yang tidak
bersekolah sebanyak 1,67%. Persentase tertinggi kasus squamous cell carcinoma
adalah pada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 44,17%. Hasil ini membuktikan teori
literature dari India oleh Chaudhary VKM dkk yang menyatakan bahwa persentasi
squamous cell carcinoma di rongga mulut adalah lebih tinggi pada status pendidikan
yang rendah. Hal ini adalah karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pelbagai
6.1 Kesimpulan
1. Prevalensi squamous sel karsinoma pada rongga mulut di Rumah sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014-2016 sebesar 120 orang.
2. Prevalensi squamous cell carcinoma di rongga mulut terjadi hamper pada
seluruh rentang usia dari yang paling muda yaitu 2 tahun dan yang paling tua
91 tahun.
3. Prevalensi squamous cell carcinoma pada rongga mulut di Rumah sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014-2016 diperoleh
persentase yang tertinggi pada usia 18-65 tahun sebanyak 72,5%.
4. Prevalensi squamous cell carcinoma pada rongga mulut di Rumah sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan terjadi pada laki-laki sebesar 38% dan
pada perempuan sebesar 62%.
5. Rasio terjadinya squamous cell carcinoma di rongga mulut pada laki laki dan
perempuan adalah sebesar 1:1,6.
6. Prevalensi squamous cell carcinoma di rongga mulut ditemui persentasi
paling tinggi pada pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas (SLTA)
sebanyak 44,17%.
6.2 Saran
1. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa usia lebih dari 40 tahun mengalami
squamous cell carcinoma yang lebih tinggi dari pada usia lain. Maka, tenaga
medis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik harus memberi
penyuluhan dan edukasi kepada kelompok usia tersebut.
1. Bisen PS. Khan Z. Bundela S. Biology of oral cancer key apoptotic regulators.
Boca Raton: CRC Press, 2014; 39-40
2. Feller L; Lemmer J. Oral squamous cell carcinoma: Epidemiology, clinical
presentation and treatment. Journal of Cancer Therapy 2012; 3: 263-268
3. Agar NJM. Patel RS. Early detection, causes and screening of oral cancer.
JSM Dent 2014; 2(3): 1- 5
4. Scully C. Cancers of the oral mucosa.
http://emedicine.medscape.com/article/1075729-overview#a6 (20 November
2016)
5. Ogbureke. KUE & Bingham C. Overview at oral cancer, oral cancer. 1st ed.
Rijeka: Intech; 2012:3-20
7. Ghani WMNA, Doss JG, Jamaluddin M. Oral cancer awareness and its
determinants among a selected Malaysian population. Asian Pacific Journal of
Cancer Prevention, 2013;14: 157 -163.
8. Lorade DM, Hislop TG. Elwood JM. Oral cancer just the fact. JCAD 2006;
74: 262-272.
9. Rao SVK. Mejia G. Logan R. Epidemiology of oral cancer in Asia in the past
decade - An update. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 2013;14:
5567- 5577
10. Kasthuri M. Aravindha BN. Masthan KMK. Toludine blue staining in the
diagnosis of oral precancer and cancer : Stains, technique and its uses - A
review. Biomed & Pharmacol. 2015; 8: 519-522