SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
OLEH:
REEVANASH PORAVI
130600161
PEMBIMBING:
ABDULLAH, drg
Tahun 2017
Reevanash Poravi
Perilaku dokter gigi dalam Tindakan Pencabutan Gigi pada pasien Penyakit
Ginjal Kronis di Kecamatan Medan Petisah Periode Desember 2016 - Januari 2017.
xii + 64 halaman
Penyakit ginjal kronis merupakan salah satu penyakit kompromis medis yang
akan mempengaruhi prosedur pencabutan gigi karena merupakan penyakit yang
melibatkan kerusakan kedua-dua buah ginjal manusia. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran perilaku dokter gigi dalam tindakan pencabutan gigi pada
pasien penyakit ginjal kronis di Kecamatan Medan Petisah. Jenis penelitian ini adalah
survei deskriptif dengan populasi seluruh dokter gigi yang berpraktek di praktek
dokter gigi, puskesmas maupun rumah sakit di Kecamatan Medan Petisah, yaitu
sebanyak 86 orang. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik purposive
sampling, dimana sampel yang dipilih dari populasi harus termasuk dalam kriteria
inklusi dan terbebas dari kriteria eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak
100% dokter gigi mempunyai perilaku yang baik dalam melakukan pencabutan gigi
pada pasien penyakit ginjal kronis. Pada masa yang sama, perilaku dokter gigi
termasuk kategori cukup sebesar 42,86% dalam meresepkan obat penisilin,
klindamisin dan sefalosporin dan sebanyak 48,57% dalam melakukan modifikasi
dosis anestesi lokal bagi pasien penyakit ginjal kronis. Perilaku dokter gigi dalam
tindakan pencabutan gigi pada pasien penyakit ginjal kronis di Medan Petisah sudah
tergolong baik meskipun ada beberapa perilaku yang harus ditingkatkan agar
mendapatkan hasil yang lebih baik.
TIM PENGUJI
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga proposal ini selesai disusun dalam rangka
memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Abdullah Oes, drg, yang telah
meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis demi selesainya
proposal ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada wali penulis, Poravi
SPS Pillay dan Manokari Sokkalinggam yang telah memberikan kasih sayang, doa
dan dukungan serta segala bantuan baik moral maupun materil yang tidak terbatas
kepada penulis. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Eddy A Ketaren., Sp. BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala
saran dan bantuan.
3. Abdullah Oes, drg., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan motivasi tanpa jemu
selama proses penyusunan proposal sampai selesai.
4. Seluruh staf pengajar dan laboran Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
saran dalam menyelesaikan proposal ini.
5. Siti Salmiah, drg., Sp.KGA, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalankan akademik.
6. Teman- teman terbaikku Larissa Rosafina, Harjit Kaur dan senior-senior
Gunavathie dan Najeeha yang telah banyak memberi dukungan, bimbingan dan
saran kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis,
(Reevanash Poravi)
NIM: 130600161
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………....
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… ix
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….…… xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………….…………………… 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………….……………... 4
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………….……… 4
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………... 4
BAB 5 PEMBAHASAN…………………………………………………….. 53
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 62
LAMPIRAN
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Grafik Halaman
Lampiran
PENDAHULUAN
2.1 Perilaku
Pada tahun 1951, Nikolaas (Niko) Tinbergen, seorang etologis pernah
mengajukan pertanyaan tentang bagaimana hewan bisa berkelakuan seperti diri
hewan itu sendiri. Beliau kemudian menjawab pertanyaannya dengan mengajukan ide
bahwa perilaku atau behavior bisa dijelaskan berdasarkan 4 tingkat analisis: 5
a) Penyebab (Causation), bagaimana suatu tingkah laku terbentuk? Apakah
stimulus internal atau kondisi internal dari hewan tersebut sehingga
merangsang respons perilaku dari dirinya?
b) Fungsi (Function), apakah fungsi daripada perilaku tersebut? Bagaimana
perilaku ini dapat mempengaruhi kehidupan dan reproduksi daripada individu
yang melakukan perilaku ini?
c) Perkembangan (Development), bagaimana perilaku tersebut bisa berubah saat
hewannya tumbuh dan berkembang?
d) Evolusi (Evolution), bagaimana perilaku tersebut bisa dibandingkan dengan
spesies hewan lain yang masih berhubungan dari segi evolusi?
Perilaku manusia lebih kompleks daripada hewan tetapi bisa dijelaskan dalam
arti yang lebih luas berdasarkan interaksi antara komponen psikologikal dan fisiologis
seperti sistem endokrin dan sistem persarafan. Sementara keberadaan hormon masih
dalam penelitiannya, terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa
sifat-sifat fisik dan perilaku merupakan hasil daripada ketidakseimbangan zat-zat
tertentu dalam tubuh kita.5 Pada tahun 2006, penelitian oleh Ossorio menjelaskan
bahwa perilaku merupakan suatu bentuk percobaan individu dalam merealisasikan
sesuatu yang diinginkannya, mungkin karena ingin membawa perubahan dari suatu
hal ke hal yang lainnya, atau dengan tujuan memelihara suatu keadaan tanpa
perubahan. Departemen Psikologi Universitas Negeri Illinois, Amerika Serikat telah
menyimpulkan bahwa perilaku manusia merupakan suatu fenomena empiris
Sikap terhadap
perilaku
Niat untuk
melakukan Perilaku
perilaku
Norma-noma
subjektif
Niat untuk
Norma-norma
melakukan Perilaku
subjektif
perilaku
Persepsi terhadap
pengawasan
perilaku
Dari Gambar 2, tampak bahwa tiga komponen utama yang mempengaruhi niat
adalah sikap terhadap perilaku; evaluasi individu tentang positif/negatif dalam
melakukan perilaku tersebut, norma subjektif; persepsi individu terhadap tekanan
sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang bersangkutan, dan
persepsi terhadap pengawasan perilaku; pandangan individu berdasarkan tingkat
suatu perilaku itu mampu dilakukan oleh dirinya. Komponen ketiga ini dikatakan
menggambarkan faktor eksternal (dukungan sosial dan waktu) dan faktor internal
(kompetensi, kemampuan diri) dari individu tersebut. Selain itu, faktor ini juga bisa
secara langsung mempengaruhi sama ada perilaku tertentu itu adalah di bawah
kontrol individu itu sendiri.8
a) Gigi dengan karies yang luas sehingga tidak dapat direstorasi lagi. Kadang-
kadang giginya masih bisa direstorasi tetapi karena alasan kesulitan keuangan
bagi pasien maka tindakan pencabutan menjadi pilihan perawatan.
b) Gigi dengan nekrosis pulpa atau pulpitis ireversibel yang tidak dapat dirawat
secara endodontik.
c) Gigi yang mengalami penyakit periodontal yang luas. Penyakit periodontal
yang dialami oleh pasien begitu luas sehingga terjadinya kehilangan tulang
alveolar dan mobiliti gigi bersifat ireversibel.
d) Gigi yang harus dicabut karena alasan ortodontik. Pasien yang akan dilakukan
perawatan perbaikan ortodontik untuk gigi berjejal dengan kekurangan ruang
giginya, akan membutuhkan ruang melalui pencabutan gigi sebelahnya,
seringnya gigi premolar mandibula dan maksila.
e) Gigi malposisi. Gigi malposisi yang menyebabkan trauma pada jaringan lunak
dan tidak dapat dirawat secara ortodontik harus dicabut. Contohnya, gigi
molar tiga maksila, yang erupsi secara bukoversi dan mengakibatkan ulserasi
dan trauma pada jaringan lunak pipi.
Jika ada kondisi yang membutuhkan pencabutan gigi dilakukan, maka dalam
situasi tertentu, ada juga kondisi dimana gigi tidak harus dicabut karena faktor-
faktor tertentu. Secara umum, kontraindikasi pencabutan gigi bisa dibagikan
kepada dua kelompok yaitu: (1) sistemik dan (2) lokal. Kontraindikasi sistemik
termasuk penyakit sistemik yang dapat mengganggu hasil perawatan. Contohnya,
penyakit diabetes mellitus tidak terkontrol dan leukemia. Wanita hamil dan pasien
yang sedang mengkonsumsi obat-obatan sistemik juga tidak harus dicabut
giginya. Bagi kontraindikasi lokal, tindakan pencabutan gigi merupakan
kontraindikasi untuk pasien dengan riwayat radioterapi kanker, gigi yang berada
pada daerah tumor ganas, gigi impaksi yang ditutupi pericoronitis dan abses
dentoalveolar akut yang masih belum dirawat.10
2.3 Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ menyerupai kacang yang berwarna coklat
kemerahan. Organ ini merupakan sebagian daripada sistem saluran kemih yang
berfungsi menghasilkan urin dan mengekskresikannya dari tubuh. Selain itu, ginjal
Selain dari klasifikasi oleh KDOQI, terdapat klasifikasi Acute Kidney Injury
(AKI) yang menggunakan kriteria RIFLE dalam mengelompokkan pasien penyakit
ginjal akut (tabel 2). Klasifikasi RIFLE terbagi kepada 5 kelompok dan merupakan
akronim yang mengindikasikan resiko gagal ginjal (Risk), injuri terhadap ginjal
(Injury), kegagalan dalam fungsi ginjal (Failure), kehilangan dalam fungsi ginjal
(Loss) dan gagal ginjal tahap akhir (ESKD – end stage kidney disease). Klasifikasi ini
diperkenalkan oleh lembaga Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI) sebagai
klasifikasi standar gagal ginjal akut pada tahun 2004.18
Indikator
Pemeriksaan Nilai referensi (normal) kemerosotan Indikator Gagal
laboratorium ginjal Ginjal (Tahap V)
(Tahap II-IV)
Urin
Creatinine 85-125 mL/min (wanita) 50-90 mL/min Sedang: 10-50
clearance 97-140 mL/min (pria) mL/min; Berat:
<10 mL/min
Laju filtrasi 100-150 mL/min 15-89 mL/min Sedang: <15
glomerulus mL/min; Berat:
<10 mL/min
Serum darah
Blood urea 8-18 mg/dL 20-30 mg/Dl Sedang: 30-50
nitr mg/dL; Berat: >50
ogen mg/dL
Kreatinin 0,6-1,20 mg/dL 2-3 mg/dL Sedang: 3-6
mg/dL; Berat: >6
mg/dL
Serum 8,2-11,2 mg/dL Kurang
kalsium Meningkat
Serum fosfat 2,7-4,5 mg/dL Meningkat
Serum kalium 3,8-5 mmol/L
c. Antibiotik profilaksis
Infeksi endokarditis, dikatakan hanya bisa terjadi pada jaringan otot jantung
yang sehat tetapi penelitian oleh Leonard dan teman-teman telah menunjukkan bahwa
infeksi ini bisa juga terjadi pada pasien hemodialisis. Di negara-negara seperti
Amerika Serikat dan New Zealand, dokter gigi disarankan memberikan antibiotik
profilaksis sebelum melakukan tindakan pencabutan gigi khususnya untuk pasien
yang mendapat perawatan dialisis dan transplan ginjal, karena adanya resiko infeksi
endokarditis atau infeksi pada lokasi akses vaskular. Namun, pada masa yang sama,
panduan dari The British Society for Antimicrobial Chemotherapy (BSAC) tidak
menyarankan pemberian antibiotik profilaksis kepada pasien penyakit ginjal yang
membutuhkan perawatan dental, karena kurang resiko terjadinya bakteremia.
Penelitian oleh Klassen dan Krasko pada tahun 2002 pula mengatakan bahwa
kesehatan mulut yang baik dapat mengurangkan resiko terjadinya infeksi oral dan
secara tidak langsung, mengurangkan resiko septikemia, endokarditis atau endarteritis
pada daerah akses vaskular.3
f. Pemberian obat-obatan
Sebelum dan setelah tindakan pencabutan gigi dilakukan, dokter gigi
kemungkinan besar akan memberikan beberapa obat antibiotik dan analgesik kepada
• Anamnesis
• Tindakan prekausa di dental
chair
• Tindakan hemostasis
• Pemberian obat-obatan
• Anestesi lokal dan umum
• Pemeriksaan tekanan darah
pasien
Kriteria Eksklusi:
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi ( 86 )
54,809
=
0,2125 + 0,6372
P = F / N x 100 %
P = Persentase
F = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah soal
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Total Responden dalam Pencabutan Gigi pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronis
Skor Total Frekuensi Persentase (%)
(Maksimum 45) (Jumlah Responden)
33 1 1,43
34 1 1,43
35 6 8,57
36 7 10,00
37 12 17,14
38 6 8,57
39 9 12,86
40 3 4,29
41 11 15,71
42 4 5,71
43 5 7,14
44 2 2,86
45 3 4,29
TOTAL 70 100
12
10
6 Frekuensi Responden
0
Skor total
0 10 20 30 40 50
Perilaku
Baik
Cukup
Kurang
6.1 Kesimpulan
1. Perilaku responden tentang pencabutan gigi pada pasien penyakit ginjal
≥ 68,9%)
kronis termasuk kategori baik (skor total melebihi 30 atau secara
keseluruhan. Perilaku sebagian besar dokter gigi di Medan Petisah baik dalam hal
menanyakan riwayat medis sebelum pencabutan gigi, sering meminta hasil
pemeriksaan darah pasien, sering menanyakan apakah pasien menjalani dialisis atau
dilakukan transplantasi ginjal, tidak pernah merencanakan pencabutan gigi pada hari
perawatan hemodialisis pasien, sering merawat kondisi patologis sistemik pasien,
sering menjelaskan resiko infeksi kepada pasien transplantasi ginjal, sering
memberikan profilaksis antibiotik, sering menempatkan pasien pada posisi 45 derajat
pada kursi dental, sering memakai masker dan sarung tangan sebelum mencabut gigi,
sering melakukan pemeriksaan koagulasi darah, sering menghindari dari meresepkan
obat antiinflamasi non steroid dan obat antibiotik seperti tetrasiklin serta
aminoglikosida dan sering menunda pencabutan gigi jika kadar tekanan darah pasien
tinggi atau tidak terkontrol. Sedangkan mayoritas perilaku responden termasuk
kategori cukup dalam hal meresepkan obat antibiotik jenis penisilin, klindamisin dan
sefalosporin dan melakukan modifikasi dosis anestesi lokal untuk pasien penyakit
ginjal kronis.
2. Perilaku semua dokter gigi di Medan Petisah terdapat pada kategori baik
yaitu sebesar 100%, dengan tidak ada dokter gigi yang berperilaku cukup atau kurang
dalam pencabutan gigi pada pasien penyakit ginjal kronis.
1. Little JW. Falace DA. Little and Falace’s dental management of the medically
compromised patient. 8th ed. St Louis: Elsevier Mosby, 2013; 1-3, 186-187
2. Pedlar J. Frame JW. Oral and maxillofacial surgery, an objective-based
textbook. 2nd ed. St Louis: Elsevier Mosby, 2007; 253-255
3. Proctor R. Kumar N. Stein A. Moles D. Porter S. Oral and dental aspects of
chronic renal failure. J Dent Res 2005; 84(3): 199-205
4. Tjekyan RMS. Prevalensi dan faktor risiko penyakit ginjal kronik di RSUP
Dr.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2012. MKS 2014; 46(4): 276-282
5. Neave N. Hormones and behaviour, a psychological approach. 1st ed.
Cambridge: Cambridge University Press, 2008; 53-55
6. Bergner RM. What is behavior? And so what? New Ideas in Psychol 2011;
29: 147-155
7. Morris, J. Marzano, M. Dandy, N and O’Brien, L. 2012. Forestry, sustainable
behaviours and behaviour change – setting the scene. Summary report. Forest
Research, Franham. http://www.forestry.gov.uk/fr/INFD-923FBR (25
September 2016)
8. Ramseier CA. Suvan JE. Health behavior change in the dental practice. 1st ed.
Ames: John Wiley & Sons, 2010; 24-28
9. Andersson L. Kahnberg KE. Pogrel MA. Oral and maxillofacial surgery. 1st
ed. Oxford: Blackwell Publishing, 2010; 181-185
10. Hupp JR. Ellis E. Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery.
6th ed. St Louis: Elsevier Mosby, 2014; 91-92
11. Sherwood L. Human physiology: From cells to systems. 7th ed. Belmont:
Brooks/Cole, 2010; 511-529
12. Glick M. Burket’s oral medicine. 12th ed. Shelton: People’s Medical
Publishing House – USA, 2015; 411-418
Salam hormat,
Saya yang bernama Reevanash Poravi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
USU, ingin melakukan penelitian tentang “PERILAKU DOKTER GIGI DALAM
TINDAKAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL
KRONIS DI KECAMATAN MEDAN PETISAH PERIODE DESEMBER 2016
S/D JANUARI 2017”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran
mengenai perilaku dokter gigi dalam tindakan pencabutan gigi pada pasien penyakit
ginjal kronis di Kecamatan Medan Petisah.
Penanganan masalah kesehatan gigi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis
sangatlah kompleks. Pasien dengan penyakit ginjal kronis memiliki resiko tinggi
dalam perawatan dental, terutama karena tidak adanya kontrol medis yang adekuat.
Permasalahan yang mungkin timbul adalah bagaimana seorang dokter gigi dapat
melakukan perawatan dengan aman dan dengan risiko sekecil mungkin. Untuk itu,
seorang dokter gigi harus mempunyai pemahaman yang memadai mengenai penyakit-
penyakit atau kelainan sistemik, perlu mengetahui dengan pasti kesehatan umum
pasien dan kondisi pasien apakah cukup aman untuk dilakukan tindakan, khususnya
yang menyangkut tindakan pembedahan.
Proses penelitian memerlukan kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu untuk
meluangkan sedikit waktunya. Saya akan memberikan kuesioner mengenai perilaku
dalam tindakan pencabutan gigi pada pasien penyakit ginjal kronis. Bapak/Ibu
diperlukan menjawab soal-soal pada kuesioner yang diberikan. Ini hanya
membutuhkan waktu kira-kira 10 menit untuk menjawab.
Pertama Bapak/Ibu akan ditanya mengenai identitas Bapak/Ibu. Setelah itu,
Bapak/Ibu akan menjawab 16 soal pada kuesioner mengenai perilaku dalam tindakan
Peneliti,
Reevanash Poravi
Medan,.............................
Yang menyetujui,
Subjek penelitian
(..................................)
Nomor :
Tanggal :
Nama :
Alamat Praktek :
PETUNJUK PENGISIAN:
11. Jika ada infeksi pada rongga mulut pasien penyakit ginjal kronis,
apakah anda meresepkan obat antibiotik jenis penisilin, klindamisin
dan sephalosporin untuk pasien?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
14. Apakah anda melakukan modifikasi dosis anestesi lokal pada pasien
penyakit ginjal kronis sebelum tindakan pencabutan gigi?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
15. Apakah anda menunda pencabutan gigi jika kadar tekanan darah
pasien tinggi (melebihi 180/110 mm Hg) atau tidak terkontrol?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
TOTAL Rp 1,805,000
CATATAN :
JADWAL KEGIATAN
Waktu Penelitian
No Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulusuran
Kepustakaan
2 Pembuatan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 Analisis Data
7 Penulisan Laporan
Penelitian
8 Diskusi Tim
9 Perbaikan dan
Penyerahan Laporan