Anda di halaman 1dari 68

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Hubungan Trauma Karena Oklusi


dengan Tingkat Keparahan Periodontitis
pada Pasien di Instalasi Periodonsia
RSGM FKG USU

Budi, Immanuel

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1723
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN TRAUMA KARENA OKLUSI DENGAN
TINGKAT KEPARAHAN PERIODONTITIS PADA
PASIEN DI INSTALASI PERIODONSIA
RSGM FKG USU

SKRIPSI

Oleh :
IMMANUEL BUDI H.
NIM. 130600194

Pembimbing
Rini Octavia Nasution, drg., SH, M.Kes., Sp.Perio

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Periodonsia
Tahun 2017

Immanuel Budi H.

Hubungan Trauma Karena Oklusi Dengan Tingkat Keparahan Periodontitis

Pada Pasien di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU

xi + 35 halaman

Trauma karena oklusi dan periodontitis merupakan dua faktor yang dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan periodonsium. Hubungan trauma karena oklusi

dan periodontitis banyak diteliti dan masih menjadi perdebatan sejak awal abad ke-

20. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan trauma karena oklusi dengan

tingkat keparahan periodontitis secara kualitas dan mengetahui bagaimana gambaran

secara kuantitas kerusakan jaringan periodontal pada gigi periodontitis dengan trauma

karena oklusi.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross-

sectional. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Fakultas Kedokteran Gigi USU. Subjek penelitian ini 8 pasien dengan 52 gigi

pasien periodontitis dengan trauma karena oklusi dan 53 gigi pasien periodontitis

dengan kontak seimbang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Subjek diambil

dengan metode accidental sampling. Penentuan gigi periodontitis dengan trauma

karena oklusi dan gigi periodontitis dengan kontak seimbang digunakan kertas

artikulasi. Pengukuran kedalaman poket dan kehilangan perlekatan klinis dilakukan

Universitas Sumatera Utara


pada kedua kelompok tersebut untuk menentukan gambaran kerusakan jaringan

periodontal secara kuantitas. Kemudian dibandingkan serta dianalisis kualitas

hubungan trauma karena oklusi dan tingkat keparahan periodontitis berdasarkan

kehilangan perlekatan klinis.

Hasil penelitian ini terdapat perbedaan rata-rata yang lebih tinggi pada gigi

periodontitis dengan trauma karena oklusi dibandingkan gigi periodontitis dengan

kontak seimbang dengan perbedaan kedalaman poket (4,3±1,8 dan 3,7±1,98) dan

kehilangan perlekatan klinis (7,33±2,75 dan 5,5±2,44). Gigi-geligi pada kedua

kelompok kemudian dikategorikan menurut tingkat keparahan periodontitis (ringan,

sedang dan parah) berdasakan kehilangan perlekatan klinis. Hubungan yang

signifikan ditemukan antara trauma karena oklusi dengan tingkat keparahan

periodontitis. (p=0,001)

Daftar rujukan : 23 (1992-2016)

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 19 Oktober 2017

Pembimbing:

Rini Octavia Nasution, drg. M.Kes., SH. Sp Perio .........................

NIP : 19781002 200312 2 005

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 19 Oktober 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Rini Octavia Nasution, drg. M.Kes., SH. Sp Perio …...…………


NIP : 19781002 200312 2 005

ANGGOTA :

1. Zulkarnain, drg., M. Kes ……………...


NIP : 19551020 198503 1 001
2. Armia Syahputra, drg., Sp.Perio ……………..
NIP : 19830814 200912 1 004

Disetujui oleh :

Plt. Ketua Departemen

Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio


NIP : 19780130 200212 2 002 ……………….

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena berkat rahmat dan
karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan
hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda I.R. Hutabarat dan Ibunda W. Siregar, S.Pd atas segala doa
dan dukungan yang diberikan kepada penulis hingga saat ini dan juga kepada Rini
Octavia Nst. drg., M.Kes., SH., Sp.Perio selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan
motivasi tanpa jemu selama proses penyusunan skripsi sampai dengan selesai.
2. Dr. Trelia Boel, drg. M.Kes. Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Aini Hariani Nst. , drg., Sp.Perio selaku Ketua Departemen Periodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala saran,
dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Periodonsia yang sangat
banyak memberikan bantuan.
5. Kakak Irene Hutabarat, S.Pd, M.Hum dan Abang Igleysias Hutabarat,
S.Kel yang senantiasa mendukung dan penulis.
6. Teman-teman semasa perkuliahan dan tidak lupa teman-teman
seperjuangan bimbingan skripsi di Dept. Periodonsia. Semoga semuanya sukses.
7. Sahabat-sahabat dan teman-teman akrab yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis yang namanya tidak bias saya sebutkan satu-persatu.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Medan, 12 Oktober 2017

Penulis,

(Immanuel Budi H.)


NIM: 130600194

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK.......………………………………………………........

HALAMAN JUDUL......…………………………………….......... i

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................ ii

HALAMAN TIM PENGUJI........................................................... iii

KATA PENGANTAR.................................................................... iv

DAFTAR ISI………………………………………………………. vi

DAFTAR TABEL........................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………. Ix

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1


1.1 Latar Belakang………………………………………. .. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………….... 4
1.4 Hipotesis Penelitian…………………………………….
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………...... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 6


2.1 Definisi....…………………………………………… . 6
2.2 Klasifikasi Trauma Karena Oklusi ...............................
2.3 Tanda dan Gejala Trauma Karena Oklusi……..……... 8
2.4 Respon Jaringan Periodontal Terhadap Trauma Karena
Oklusi ........................................................................... 10
2.5 Peranan Trauma Karena Oklusi Sebagai Faktor Penye-
bab dan Dalam Perkembangan Penyakit Periodondal… 13
2.4 Kerangka Teori.............................................................. 18
2.5 Kerangka Konsep.......................................................... 19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................ . 20


3.1 Rancangan Penelitian………………………………...... 20
3.2 Lokasi Penelitian……………………………………….. 20
3.3 Waktu Penelitian……………………………………….. 20
3.4 Populasi dan Subjek Penelitian……………………….… 20
3.4.1 Populasi.......................................................................... 20
3.4.2 Subjek............................................................................. 20
3.5 Besar Sampel…………………….................................. 21
3.6 Variabel Penelitian......................................................... 22

vii

Universitas Sumatera Utara


3.7 Definisi Operasional....................................................... 22
3.8 Alat dan Bahan……………………………..…………... 23
3.8.1 Alat……………………………………………………... 23
3.8.2 Bahan……...................................................................... 23
3.9 Prosedur Penelitian……………………………………... 24
3.10 Alur Penelitian………………………………………….. 27
3.11 Etika Penelitian............................................................... 27
3.12 Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN.............................................................. 29


4.1 Data Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian…………… 29
4.2 Data Deskriptif Subjek Penelitian Berdasarkan Kedalam-
an poket………………………………………………….. 28
4.3 Data Deskriptif Subjek Penelitian Berdasarkan Kehilang-
an Perlekatan Klinis……..……………………………… 30
4.4 Data Deskriptif dan Analisis Hubungan Antara Trauma
Karena Oklusi dengan Tingkat Keparahan Periodontitis
Berdasarkan Kehilangan Perlekatan Klinis……………. 30

BAB 5 PEMBAHASAN...................................................................... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 35


6.1 Kesimpulan.................................................................... 35
6.2 Saran............................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Perubahan histologist pada jaringan setelah mengalami ce-
dera ....................................................................................... 11
2 Definisi operasional .............................................................. 22
3 Distribusi frekuensi subjek penelitian……………………… 29
4 Data deskriptif subjek penelitian berdasarkan kedalaman po-
ket……………………………………………………………. 29
5 Data deskriptif subjek penelitian berdasarkan kehilangan per-
Lekatan klinis ....................................................................... . 30
6 Data deskriptif dan analisis hubungan antara trauma karena
oklusi tingkat keparahan peridontitis berdasarkan kehilangan
perlekatan klinis .................................................................... 30

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Tekanan oklusal dapat terjadi pada A. Periodonsium


normal dengan ketinggian tulang normal. B. Periodonsium
normal dengan kehilangan tulang. C. Periodontitis marginal
dengan kehilangan tulang……………........................ ......... 8
2 Tanda klinis peridontitis dengan trauma karena oklusi.
Terlihat tanda keausan gigi (faset) seperti yang ditunjukkan
tanda panah............................................................................ 9
3 Gambaran radiografis periodontitis yang diperberat dengan
truma karena oklusi. A. Pelebaran ruang ligamen
Periodontal B. Penebalan lamina dura C. Diskontinuitas
lamina dura D.Kerusakan vertikal septum interdental yang
diikuti kerusakan infraboni E. Radiolusensi dan kondensasi
tulang alveolar………………………………… ................... 9
4 Tahap respon jaringan periodontal terhadap trauma karena
oklusi ..................................................................................... 12
5 Konsep Glickmann mengenai efek dari trauma karena oklusi dan
penyebaran lesi plak.A. Zona iritasi. B. Zona ko-destruksi. .......... 14
6 Lesi inflamasi pada zona iritasi pada gigi yang tidak
mengalami trauma karena oklusi menyebar ke arah tulang
alveolar (panah warna putih), dimana pada gigi yang
mengalami trauma karena oklusi, inflamasi berinfiltrasi
secara langsung ke daerah ligamen periodontal (panah
warna hitam). ........................................................................ 15
7 Pemeriksaan klinis rongga mulut subjek penelitian yang
sesuai dengan kriteria inklusi ................................................ 24
8 Pemeriksaan kontak oklusi dengan menggunakan kertas
artikulasi. ............................................................................... 24
9 Pengukuran kehilangan perlekatan klinis………………….. 24

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Inform Consent)

3. Lembar Pemeriksaan

4. Anggaran Biaya Penelitian

5. Jadwal Penelitian

6. Ethical Clearance

7. Data SPSS

8. Biodata Peneliti

xi

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma karena oklusi adalah cedera yang terjadi pada jaringan periodonsium
akibat tekanan oklusal yang diterima telah melampaui kemampuan kapasitas
adaptifnya.1-3 Tekanan oklusal yang normal dapat diterima dengan baik dari jaringan
pendukung gigi, sedangkan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan keadaan
yang patologis dari jaringan pendukung gigi. Tekanan oklusal ini dapat berupa
besarnya tekanan, arah, durasi dan frekuensi dari tekanan.3
Trauma karena oklusi primer berasal dari tekanan oklusal abnormal yang
terjadi pada jaringan periodontal yang sehat, sedangkan trauma karena oklusi
sekunder terjadi ketika kapasitas adaptif jaringan yang menahan tekanan oklusal
mengalami gangguan akibat kehilangan tulang karena proses inflamasi pada jaringan
periodontal.3 Kondisi tersebut akan mengurangi level perlekatan periodontal dan
mengubah pengaruh dari jaringan pendukung yang ada. Jaringan periodonsium
menjadi rentan terhadap cedera dan kemampuannya menahan tekanan oklusal yang
sebelumnya normal menjadi traumatik.2
Periodontitis didefinisikan sebagai penyakit inflamasi yang melibatkan
jaringan pendukung gigi, disebabkan oleh mikroorganisme atau kelompok
mikroorganisme tertentu, mengakibatkan kerusakan progresif ligamen periodontal
dan tulang alveolar diikuti dengan peningkatan kedalaman poket, resesi, atau
keduanya. Bentuk umum dari periodontitis adalah periodontitis kronis yang
dikaitkan dengan akumulasi plak dan kalkulus, memiliki laju perkembangan yang
lambat sampai sedang. Peningkatan laju perkembangan periodontitis kronis dapat
disebabkan oleh faktor-faktor lokal, sistemik, atau lingkungan yang dapat
mempengaruhi interaksi normal pejamu-bakteri.4
Respon inflamasi dan kolonisasi patogen spesifik intraoral telah banyak
diketahui sebagai agen penyebab dari penyakit periodontal. Namun, tidak berarti

Universitas Sumatera Utara


2

peranan tekanan oklusal sebagai faktor resiko dari proses terjadinya penyakit
periodontal dapat sepenuhnya dipahami.5 Trauma karena oklusi dan periodontitis,
keduanya menyebabkan cedera pada perlekatan periodonsium karena periodonsium
tidak mampu mengatasi proses patologis yang terjadi.6 Ketika inflamasi terjadi hanya
pada daerah gingiva, proses inflamasi tidak dipengaruhi oleh tekanan oklusal.
Namun, apabila inflamasi meluas dari gingiva ke jaringan periodontal pendukung
(ketika gingivitis berubah menjadi periodontitis), inflamasi yang diinduksi oleh plak
masuk kedalam daerah (zona) yang dipengaruhi oleh oklusi, dimana Glickman
menyebutnya sebagai zona ko-destruksi.2
Pengetahuan mengenai riwayat klinis pasien dan pemeriksaan klinis
merupakan dasar bagi penegakan diagnosis trauma karena oklusi yang tepat.3
Berbagai indikasi klinis dan radiografi saat ini digunakan untuk mendeteksi trauma
dari oklusi, seperti resesi gingiva, rasio mahkota akar yang tidak sesuai, mobilitas
gigi meningkat, mahkota dan/atau fraktur akar, pelebaran ruang ligamen periodontal,
kehilangan tulang angular dan perubahan dalam morfologi akar.7
Hubungan trauma karena oklusi dalam patogenesis penyakit periodontal
masih menjadi topik perdebatan sejak awal abad ke 20.7 Banyak penelitian yang
dilakukan pada hewan percobaan maupun penelitian klinis untuk menginvestigasi
peranan oklusi terhadap patogenesis periodontitis. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan kontak prematur dan tekanan oklusal yang berlebihan dapat menjadi
faktor etiologi dari perkembangan penyakit periodontitis melalui penyebaran
inflamasi ke daerah periodonsium yang lebih dalam. Berdasarkan penelitian tersebut,
resorbsi vertikal tulang alveolar dan poket infraboni ditemukan sebagai akibat dari
trauma karena oklusi.8
Nunn dan Harel melaporkan hasil studi retrospektif dari kelompok pasien
dengan periodontitis yang dianalisis berdasarkan kehilangan perlekatan dari setiap
gigi-geligi dan ada atau tidaknya hambatan oklusal. Penelitian ini menunjukkan
trauma karena oklusi ditandai dengan kehilangan perlekatan.9 Branschofsky dkk, juga
melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara trauma karena oklusi
sekunder terhadap keparahan periodontitis. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Universitas Sumatera Utara


3

mengkorelasikan kuantitas dan kualitas trauma karena oklusi sekunder dengan


keparahan periodontitis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa trauma karena
oklusi sekunder ditemukan pada pasien dengan periodontitis dan terdapat hubungan
yang signifikan antara jumlah gigi yang mengalami trauma karena oklusi dengan
keparahan periodontitis. Prevalensi trauma karena oklusi juga secara positif
berkolerasi dengan kehilangan perlekatan.5 Penelitian ini sesuai dengan penelitian
Nakatsu dkk. mengenai peranan trauma karena oklusi dalam mempercepat kehilangan
perlekatan melalui penelitian eksperimental periodontitis buatan pada tikus. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kehilangan perlekatan
dan jumlah osteoklas yang signifikan pada kelompok tikus yang mengalami trauma
karena oklusi dan inflamasi pada jaringan periodontal dibandingkan kelompok tikus
yang hanya menderita trauma karena oklusi atau inflamasi periodontal saja.10
Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Jin dan
Cao mengenai diagnosis klinis trauma karena oklusi dan hubungannya dengan tingkat
keparahan periodontitis. Penelitian ini dilakukan pada 32 pasien dengan tingkat
keparahan periodontititis yang berbeda dengan tujuan untuk menentukan reliabilitas
beberapa tanda trauma karena oklusi dan hubungannya dengan tingkat keparahan
periodontitis. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara trauma karena oklusi dengan peningkatan kehilangan perlekatan
periodontal.5,7 Philstrom dkk. juga menemukan hasil yang serupa dan menyimpulkan
bahwa tidak ada korelasi antara kontak oklusal sentrik; kontak kerja, kontak non-
kerja, atau posisi protrusi dengan tingkat keparahan periodontitis. Akan tetapi, Jin,
Cao, dan Philstrom dkk. menemukan pada gigi yang fremitus memiliki poket
periodontal lebih dalam, lebih banyak kehilangan perlekatan klinis dan ketinggian
tulang lebih rendah dibandingkan dengan gigi yang tanpa fremitus. Mereka tidak
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara trauma karena oklusi dan
periodontitis.5
Peranan trauma oklusi sekunder dan hubungannya dengan tingkat keparahan
periodontitis masih menjadi perdebatan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dan
dianggap perlu untuk mengklarifikasi peranan tekanan oklusal terhadap

Universitas Sumatera Utara


4

perkembangan dari penyakit periodontal. Dari beberapa penelitian terdapat perbedaan


pendapat antara kondisi dan tanda klinis trauma karena oklusi dan hubungannya
dengan tingkat keparahan periodontitis. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian tentang hubungan trauma karena oklusi dengan tingkat
keparahan periodontitis di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan trauma karena oklusi dengan tingkat keparahan


periodontitis.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan secara kualitas antara trauma karena oklusi
dengan tingkat keparahan periodontitis.

1.3.2 Tujuan Khusus


Untuk mengetahui gambaran secara kuantitas kerusakan jaringan periodontal
gigi periodontitis dengan trauma karena oklusi.

1.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan antara trauma oklusi dengan
tingkat keparahan periodontitis.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran gigi.

Universitas Sumatera Utara


5

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai penyakit periodontitis dan trauma karena oklusi
sebagai faktor yang dapat mempengaruhi penyakit periodontitis
2. Penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi dokter gigi dalam melakukan
perawatan bagi penderita periodontitis dengan trauma karena oklusi.

Universitas Sumatera Utara


6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah trauma karena oklusi digunakan untuk mendeskripsikan perubahan


patologis atau perubahan adaptif yang berkembang pada jaringan periodonsium
sebagai akibat tekanan oklusal yang tidak sesuai dihasilkan otot pengunyahan. Istilah
lain yang sering digunakan adalah trauma oklusi, trauma oklusal, traumatogenik
oklusi, kelebihan beban pengunyahan (occlusal overload), periodontal trauma,
ketidakharmonisan oklusal, ketidakseimbangan fungsi, dan distrofi oklusal 11,12

2.1 Definisi
Apabila tekanan oklusal melebihi kapasitas adaptif jaringan periodonsium
maka akan terjadi cedera yang dinamakan trauma karena oklusi.2,3 Trauma karena
oklusi merujuk kepada cedera jaringan, bukan kepada tekanan oklusal. Tekanan
oklusal yang menyebabkan cedera disebut oklusi traumatik.2,13
World Health Organization (WHO) mendefinisikan trauma karena oklusi
sebagai kerusakan pada jaringan periodonsium akibat tekanan pada gigi yang
disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh gigi pada rahang yang
berlawanan. American Academy of Periodontology (AAP) dalam Glossary of
Periodontics Terms mendefinisikan trauma karena oklusi sebagai cedera pada
jaringan pendukung yang disebabkan oleh tekanan oklusal yang berlebihan.11,12,13
Oleh karena itu, istilah trauma karena oklusi secara umum digunakan untuk
menjelaskan hubungannya dengan cedera pada jaringan periodonsium.2

2.2 Klasifikasi Trauma Karena Oklusi

Trauma karena oklusi dapat diklasifikasikan berdasarkan:2,3

1. Berdasarkan durasi penyebab diklasifikasikan atas trauma karena oklusi


akut dan kronis

Universitas Sumatera Utara


7

Trauma karena oklusi akut terjadi akibat tekanan oklusal yang


tiba-tiba seperti saat menggigit benda keras. Selain itu, restorasi atau
protesa yang mengganggu atau mengubah arah tekanan oklusal pada
gigi dapat menyebabkan trauma akut. Trauma akut menyebabkan nyeri
pada gigi, sensitivitas terhadap perkusi, dan meningkatnya mobilitas
gigi.2,3
Trauma kronis terjadi akibat perubahan bertahap pada oklusi
karena keausan gigi, gerakan drifting dan ekstrusi gigi dikombinasikan
dengan kebiasaan parafungsional seperti bruksism dan clenching.3

2. Berdasarkan sumber penyebab diklasifikasikan atas trauma karena oklusi


primer dan sekunder

Trauma karena oklusi primer disebabkan oleh perubahan tekanan


oklusal. Trauma oklusi primer terjadi jika trauma karena oklusi dianggap
sebagai faktor etiologi primer pada destruksi periodontal dan ketika hanya
perubahan lokal gigi yang terkena tekanan tersebut berasal dari oklusi.
Contohnya cedera periodontal di daerah sekeliling gigi yang sebelumya
memiliki jaringan periodonsium normal setelah a) tambalan yang terlalu
tinggi; b) penempatan protesa yang menyebabkan tekanan berlebihan pada
gigi penyangga atau antagonisnya; c) gerakan drifting atau ekstrusi gigi ke
ruang kosong karena adanya gigi hilang dan tidak diganti; d) pergerakan
ortodonti terhadap gigi sehingga menyebabkan perubahan posisi
fungsional gigi.2
Trauma karena oklusi sekunder terjadi ketika ketika kapasitas
adaptif jaringan yang menahan tekanan oklusal mengalami gangguan
akibat kehilangan tulang karena proses inflamasi pada jaringan
periodontal.2,3 Kondisi tersebut akan mengurangi level perlekatan
periodontal dan mengubah pengaruh dari jaringan pendukung yang ada.
Jaringan periodonsium menjadi rentan terhadap cedera dan

Universitas Sumatera Utara


8

kemampuannya menahan tekanan oklusal yang sebelumnya normal


menjadi traumatik.2
Ketiga kondisi yang berbeda dari tekanan oklusal yang berlebihan
dapat dijelaskan sebagai berikut :2 (Gambar 1)

1. Periodonsium normal dengan ketinggian tulang normal


2. Periodonsium normal dengan kehilangan tulang
3. Periodontitis marginal dengan kehilangan tulang

Gambar 1 Tekanan oklusal dapat terjadi pada A. Periodonsium normal dengan


ketinggian tulang normal. B. Periodonsium normal dengan kehilangan tulang. C.
Periodontitis marginal dengan kehilangan tulang.2

Gambar 1 menunjukkan kondisi pertama merupakan contoh dari


trauma karena oklusi primer, sedangkan kondisi kedua dan ketiga adalah
contoh trauma karena oklusi sekunder.2

2.3 Tanda dan Gejala Trauma Karena Oklusi


Tanda dan gejala trauma karena oklusi dapat ditentukan secara klinis dan
radiografis.12 Pada kondisi akut tanda dan gejala yang terlihat adalah rasa sakit yang
hebat, nyeri pada saat perkusi, dan meningkatnya mobilitas gigi.3,12 Gejala lain yang
terlihat adalah impaksi makanan, arthritis sendi temporomandibular yang traumatik,
nyeri otot, dan kehilangan gigi.
Pemeriksaan klinis pasien priodontitis yang diperberat oleh trauma karena
oklusi menunjukkan adanya mobiliti gigi, prematur kontak oklusal, tanda-tanda
keausan (faset) gigi (Gambar 2), migrasi patologis, poket infraboni, keterlibatan

Universitas Sumatera Utara


9

furkasi, gigi fraktur, dan sensitif terhadap rangsangan termal. Tes fremitus yang
positif juga dijumpai pada trauma karena oklusi.3,12,14 Pada kasus yang parah dapat
terjadi pembentukan abses periodontal dan kerusakan sementum.12

Gambar 2 Tanda klinis peridontitis dengan trauma karena oklusi. Terlihat tanda
keausan gigi (faset) seperti yang ditunjukkan tanda panah.6

Gambaran radiografis trauma karena oklusi meliputi pelebaran ruang ligamen


periodontal, penebalan lamina dura di sepanjang tepi lateral akar gigi, apikal dan area
bifurkasi, dan diskontinuitas lamina dura. Kelainan lain adalah destruksi vertikal
septum interdental yang diikuti kerusakan infraboni, radiolusensi dan kondensasi
pada tulang alveolar, dan resorbsi akar gigi.3,12 (Gambar 3)

Universitas Sumatera Utara


10

D C

E
A B

Gambar 3 Gambaran radiografis periodontitis yang diperberat dengan trauma karena


oklusi. A. Pelebaran ruang ligamen Periodontal B. Penebalan lamina dura C.
Diskontinuitas lamina dura D.Kerusakan vertikal septum interdental yang diikuti
kerusakan infraboni E. Radiolusensi dan kondensasi tulang alveolar.6

2.4 Respon Jaringan Periodontal Terhadap Trauma Karena Oklusi


Respon jaringan terhadap tekanan oklusal yang mengalami peningkatan,
secara histologi dijelaskan dalam 3 tahapan, yaitu:2,12,13

1. Tahap cedera/ injury


Pada saat gigi terkena tekanan oklusal yang berlebihan, jaringan
periodontal tidak dapat menahan, mendistribusikan, dan mempertahankan
stabilitas gigi. Hal ini akan menimbulkan reaksi pada tulang alveolar dan
ligamen periodontal. Tekanan berlebihan yang ringan akan menstimulasi
resorbsi tulang alveolar disertai terjadinya pelebaran ruang ligamen
periodontal. Tegangan berlebihan yang ringan juga menyebabkan
pemanjangan serat-serat ligamen periodontal serta aposisi tulang alveolar.
Pada area dimana terdapat peningkatan tekanan, jumlah pembuluh darah
berkurang dan ukurannya mengecil, sedangkan pada daerah yang
mengalami peningkatan tegangan pembuluh darah akan membesar.
Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
jaringan periodonsium dimulai dengan tekanan dari serat-serat yang
menimbulkan area hyalinisasi, peningkatan resorbsi tulang alveolar dan

Universitas Sumatera Utara


11

permukaan gigi. Tekanan yang berat menyebabkan pelebaran dan


mencederai ligamen periodontal.
Area dari periodonsium yang paling rentan terhadap cedera dari
tekanan berlebihan adalah pada daerah furkasi. Cedera pada periodonsium
menyebabkan tekanan temporer pada aktivitas mitosis dan nilai dari
proliferasi dan diferensiasi fibroblas, pembentukan kolagen, dan pada
pembentukan tulang. Cedera ini kembali ke level normal setelah tekanan
menghilang. Perubahan histologi pada tahap cedera/ injury ditunjukkan
oleh Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perubahan histologis pada jaringan periodontal setelah mengalami cedera. 11

a. Tekanan oklusal berlebihan yang ringan, a. Tegangan oklusal berlebihan yang


perubahan yang terjadi : ringan :
1. Pelebaran ligamen periodontal 1. Elongasi serat ligamen
2. Resorbsi tulang alveolar yang periodontal
disebut resorbsi tulang langsung 2. Aposisi tulang alveolar
3. Jumlah pembuluh darah meningkat 3. Ukuran pembuluh darah
tetapi ukurannya berkurang membesar dan jumlahnya sedikit

b. Tekanan yang besar, perubahan yang b. Tegangan besar/ parah :


terjadi : 1. Menyebabkan pelebaran ligamen
1. Penekanan pada serat-serat periodontal, trombosis,
menyebabkan area hyalinisasi pendarahan, cedera ligamen
2. Cedera pada sel yang mirip seperti periodontal.
fibroblas dan sel jaringan 2. Resorbsi tulang alveolar
penyambung menyebabkan
nekrosis dari daerah ligamen
3. Perubahan pada pembulu darah-
kerusakan dinding pembuluh darah
4. Peningkatan resorbsi tulang alveolar
5. Resorbsi permukaan gigi
c. Tekanan yang parah pada akar dan tulang menyebabkan nekrosis ligamen periodontal dan
tulang. Tulang diresorbsi melalui ligamen periodontal yang berdekatan dengan area
nekrosis dan dari sumsum dimana proses tersebut dinamakan resorbsi peruntuhan atau
resoprsi tulang tidak langsung. Daerah furkasi adalah daerah yang paling rentan cedera
karena tekanan oklusal berlebihan.

2. Tahap Perbaikan
Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium
yang normal dan trauma karena oklusi menstimulasi peningkatan aktivitas
perbaikan. Jaringan yang rusak dihilangakan, sel-sel dan serat-serat

Universitas Sumatera Utara


12

jaringan ikat, tulang dan sementum dibentuk dalam usaha untuk


menggantikan jaringan periodonsium yang rusak. Ketika tulang teresorbsi
oleh tekanan oklusal yang berlebihan, tubuh berusaha menggantikan
tulang trabekula yang tipis dengan tulang baru. Proses ini dinamakan
pembentukan tulang pautan (buttressing bone formation) untuk
mengkompensasi kehilangan tulang. Pembentukan tulang pautan ini
apabila terjadi pada rahang disebut pautan pusat dan jika pada permukaan
tulang disebut pautan perifer. Pada pautan pusat, sel endosteal mendeposit
tulang baru, dimana mengembalikan tulang trabekula dan mengurangi
ukuran dari ruang sumsum tulang. Pautan perifer terjadi pada permukaan
fasial dan lingual dari plat tulang alveolar. Berdasarkan tingkat
keparahannya, pautan perifer menyebabkan penebalan dari linggir alveolar
berbentuk seperti rak, disebut juga dengan lipping.
3. Tahap adaptasi perubahan bentuk jaringan periodonsium
Ketika proses perbaikan tidak dapat melindungi kerusakan yang
diakibatkan oklusi, jaringan peridonsium merubah bentuk dalam usaha
untuk menyesuaikan struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi
mencederai jaringan. Hasil dari proses ini adalah penebalan ligamen
periodontal yang mempunyai bentuk tumpul pada puncak dan kerusakan
tulang angular tulang tanpa pembentukan poket, terjadi mobiliti pada gigi
yang terlibat, kehilangan gigi, dan peningkatan vaskulariasai.

Fase cedera menunjukkan peningkatan pada daerah resorbsi dan penurunan


pada daerah formasi tulang, sedangkan fase perbaikan menunjukkan peningkatan
formasi dan penurunan resorbsi tulang. Setelah pengadaptasian perubahan bentuk
jaringan periodonsium, maka resorbsi dan formasi tulang akan kembali normal.2,12
Respon jaringan periodontal terhadap trauma karena oklusi di atas dijelaskan oleh
Gambar 4

Universitas Sumatera Utara


13

Gambar 4 Tahap respon jaringan periodontal terhadap trauma karena oklusi.13

2.5 Peranan Trauma Karena Oklusi Sebagai Faktor Penyebab dan


Dalam Perkembangan Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal merupakan penyakit multifaktorial dan merupakan
proses inflamasi yang mempengaruhi jaringan pendukung gigi. Akumulasi plak
bakteri pada permukaan gigi menyebabkan inflamasi pada daerah marginal, dikenal
sebagai gingivitis. Manifestasi klinis gingivitis berupa perdarahan saat probing sulkus
gingiva, pada kasus lanjut disertai eritema dan pembengkakan khususnya di papila
interdental. Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis yang sudah ada dengan
karakteristik yang mirip gingivitis, tetapi proses inflamasi berjalan lebih lanjut, yaitu
meluas ke struktur penyangga gigi yang lebih dalam. Epitel penyatu berdegenerasi
menjadi poket yang berproliferasi ke apikal dan lateral membentuk poket periodontal.
Destruksi kolagen menyebabkan gambaran klinis berupa hilangnya perlekatan
(clinical attachment loss), resorbsi tulang, kegoyangan gigi bahkan hilangnya gigi.15,
16

Etiologi penyakit periodontal adalah patogen primer yaitu bakteri virulen yang
dijumpai di dalam plak gigi dan di rongga mulut. Bakteri utama adalah
Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa), Porphyromonas gingivalis (Pg) dan
Tannerella forsythia (Tf). Bakteri harus ada untuk menginisiasi dan memperluas
periodontitis, tetapi tidak bertanggung jawab penuh terhadap terjadinya periodontitis.
Faktor pertahanan host dan kombinasi dengan faktor risiko lainnya (merokok, stres

Universitas Sumatera Utara


14

dan lain-lain) di dalam penelitian terkini, menunjukkan pengaruh yang bermakna


terhadap kerentanan, individu (misalnya tipe dan keparahan) serta perkembangan
periodontitis.16
Hubungan antara inflamasi periodontal dan trauma karena oklusi sudah sering
diteliti. Glickman menyatakan bahwa jalannya penyebaran inflamasi akibat plak
bakteri dipengaruhi oleh keberadaan trauma karena oklusi. Trauma karena oklusi
merubah pola vaskular sehingga lesi inflamasi melewati ruang ligamen periodontal
dibandingkan ke daerah puncak tulang alveolar.12,17 Jalur dari lesi inflamasi gingiva
dapat berubah jika tekanan yang abnormal mengenai gigi dengan plak subgingiva.
Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kerusakan progresif jaringan periodonsium
pada gigi yang mengalami trauma akan berbeda dengan karakteristik dari gigi yang
tidak mengalami trauma. Bahkan destruksi jaringan periodonsium dan tulang alveolar
pada daerah poket supraboni dan kehilangan tulang horizontal, dimana pada konsep
Glickman gigi yang tidak diperparah oleh adanya plak, namun terkena tekanan
oklusal yang berlebihan tetap dapat berkembang menjadi poket infraboni dan
kehilangan tulang angular.11,12
Konsep Glickman mengenai efek dari trauma karena oklusi pada penyebaran
lesi plak dapat dijelaskan secara detail dengan membagi struktur periodontal menjadi
2 bagian, yaitu : a) zona iritasi, dan b) zona ko-destruksi.11,12 (Gambar 5)

Gambar 5 Konsep Glickmann mengenai efek dari trauma karena oklusi dan penyebaran lesi
plak.A. Zona iritasi. B. Zona ko-destruksi.11

Universitas Sumatera Utara


15

Zona iritasi meliputi margin dan interdental gingiva. Jaringan lunak pada zona
ini dikelilingi oleh jaringan keras (gigi) hanya pada satu sisi dan tidak dipengaruhi
oleh tekanan oklusal. Hal ini menunjukkan bahwa inflamasi gingiva tidak
dipengaruhi oleh trauma karena oklusi tetapi hanya disebabkan oleh iritasi plak-
mikroba saja. Lesi yang dipengaruhi plak pada gigi yang non traumatik menyebar ke
arah apikal melalui tulang alveolar kemudian meluas ke daerah ligamen periodontal.
Hasil dari proses ini menyebabkan destruksi tulang horizontal.11,12
Zona ko-destruksi meliputi ligamen periodontal, sementum dan tulang
alveolar yang pada daerah koronal dibatasi oleh serat transeptal (interdental), serta
bundel serat kolagen dentoalveolar. Jaringan pada zona ini dapat menjadi tempat
terjadinya lesi akibat trauma karena oklusi. Bundel-bundel serat jaringan yang
memisahkan zona ko-destruksi dipengaruhi oleh 2 kondisi yang berbeda, yaitu : a)
lesi inflamasi yang dipertahankan oleh plak pada zona iritasi, dan b) perubahan akibat
trauma pada zona ko-destruksi.11,12
Melalui paparan dari 2 kondisi yang berbeda pada bundel serat periodonsium,
keduanya dapat bergabung dan/atau berorientasi pada arah paralel dari permukaan
akar. Penyebaran lesi inflamasi dari zona iritasi kemudian berjalan ke bawah menuju
daerah ligamen periodontal (tidak melalui tulang interdental) (Gambar 6). Perubahan
dari jalur normal dari penyebaran lesi plak kemudian menyebabkan perkembangan
dari defek tulang angular. Glickman menegaskan pada penelitiannya bahwa trauma
karena oklusi adalah faktor etiologi (faktor ko-destruksi) pada kondisi dimana terjadi
defek tulang angular dikombinasikan dengan poket infraboni yang ditemukan pada
satu atau beberapa gigi.11

Universitas Sumatera Utara


16

Gambar 6 Lesi inflamasi pada zona iritasi pada gigi yang tidak mengalami trauma karena
oklusi menyebar ke arah tulang alveolar (panah warna putih), dimana pada gigi yang
mengalami trauma karena oklusi, inflamasi berinfiltrasi secara langsung ke daerah ligamen
periodontal (panah warna hitam).12

Warhaug meneliti spesimen otopsi seperti yang dilakukan oleh Glickman dan
menunjukkan hasil bahwa kerusakan tulang angular dan poket infraboni umumnya
terjadi pada daerah yang tidak mengalami trauma karena oklusi. Penelitan Warhaug
didukung oleh penelitian oleh Prichard dan Manson yang menunjukkan pola
kehilangan tulang alveolar disebabkan oleh hubungan yang saling mempengaruhi
antara bentuk tulang alveolar dan perluasan ke apikal plak subgingiva pada
permukaan akar gigi. Penelitian ini tidak menudukung teori Glickman yang
menyatakan bahwa zona ko-destruksi pada jaringan periodonsium dipengaruhi oleh
kombinasi efek inflamasi pada daerah marginal dan trauma karena oklusi.17
Penelitian berikutnya oleh Lindhe dkk. mengenai efek jiggling trauma yang
bertumpang tindih pada kerusakan periodontitis yang progresif. Pada penelitian ini,
kerusakan peridontitis yang progresif pertama kali dilakukan pada anjing atau monyet
yang kemudian dilakukan efek jiggling trauma pada gigi tersebut. Jaringan
periodontal dengan zona kombinasi kerusakan akibat tekanan/tegangan telah
dijelaskan sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada daerah
intraalveolar terdapat beberapa tanda inflamasi seperti hiperemi, eksudasi, trombosis
dan migrasi sel-sel inflamasi. Sejumlah osteoklas berdifrensiasi pada permukaan

Universitas Sumatera Utara


17

tulang yang beredekatan dan tulang menjadi resorbsi. Proses ini secara umum
meningkatkan lebar ruang ligamen periodontal dan hasilnya gigi menjadi mobiliti.
Resorbsi tulang angular juga terlihat pada gambaran radiografi daerah yang terlibat.
Tekanan menjadi tidak ada dengan peningkatan ruang ligamen periodontal
dan pada saat tersebut resorbsi tulang berhenti. Jaringan peridonsium beregenerasi
menjadi jaringan yang normal dan dalam keadaan tersebut peningkatan kemungkinan
mobiliti gigi menjadi berhenti. Pada kondisi ini terjadi resorbsi tulang angular
menetap tetapi pemeriksaan histologis menunjukkan tidak terjadi lebih lanjut migrasi
epitel penyatu ke arah apikal. Hal ini menunjukkan tekanan oklusal telah dapat
diadaptasi oleh ligamen periodontal sehingga tidak menyebabkan inflamasi penyakit
periodontal lebih parah.
Namun, apabila jiggling trauma tersebut berlangsung dalam jangka waktu
lama dan jaringan periodonsium tidak dapat beradaptasi, cedera yang terjadi tetap
bertahan dan pada beberapa kasus menjadi permanen. Pada kasus tersebut, dimana
zona tekanan/tegangan menunjukkan adanya inflamasi yang berlanjut dan kerusakan
yang terjadi berlangsung lama. Osteoklas yang berada pada dinding tulang alveolar
menghasilkan resorbsi tulang berkelanjutan dan kerusakan tulang angular yang
menetap. Osteoklas juga mengubah secara bertahap pelebaran ruang ligamen
periodontal dan peningkatan mobiliti gigi yang progresif. Dalam kondisi ini, lesi
inflamasi pada daerah marginal bergabung dengan lesi trauma pada jaringan
periodonsium. Epitel penyatu berproliferasi ke arah apikal dan memperparah
kerusakan jaringan periodontal.17
Penelitian lain oleh Ericsson dan Lindhe dilakukan pada gigi anjing yang
diberi tekanan jiggling trauma secara terus menerus selama 10 bulan yang
diaplikasikan pada sejumlah gigi dengan periodontitis kronis tahap lanjut dan
dibandingkan dengan gigi lainnya sebagai kontrol yang juga menderita periodontitis
kronis namun tidak diberi tekanan jiggling trauma. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan terdapat peningkatan keparahan peridoontitis pada gigi yang
mengalami trauma dibandingkan gigi kontrol.

Universitas Sumatera Utara


18

2.4 Kerangka Teori

Plak Bakteri
Tingkat
Periodontitis Keparahan
Periodontitis
Trauma Karena
Oklusi

Universitas Sumatera Utara


19

2.5 Kerangka Konsep

Periodontitis dengan Trauma Karena Oklusi

Kuantitas Kualitas

Variabel tidak
terkendali :

 Usia
 Jenis kelamin
 Kedalaman poket
 Kebiasaan
 Kehilangan
 Cara menyikat
perlekatan klinis
gigi

Tingkat Keparahan
Periodontitis

Universitas Sumatera Utara


20

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini berjenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu kelompok kasus hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan
dan seluruh variabel diukur menurut keadaan dan status sewaktu diobservasi.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Instalasi Periodonsia, Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan.

3.3 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan bulan Juni sampai Juli 2017

3.4 Populasi dan Subjek


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien periodontitis di Instalasi
Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, Medan.

3.4.2 Subjek
Subjek penelitian ini adalah pasien periodontitis kronis generalisata dengan
trauma oklusi sekunder pada pasien yang dirawat di Instalasi Periodonsia Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi USU yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Subjek kontrol diambil dari gigi pasien periodontitis kronis dengan
tanpa trauma oklusi pada pasien yang sama. Subjek diambil dengan metode
accidental sampling.

Universitas Sumatera Utara


21

Kriteria inklusi :
1. Pasien periodontitis kronis generalisata dengan ada gigi yang mengalami trauma
karena oklusi sekunder
2. Belum pernah menerima perawatan periodontal selama 6 bulan terakhir.
Kriteria eksklusi:
1. Periodontitis agresif
2. Pasien memiliki kurang dari 20 gigi
3. Memiliki penyakit sistemik
4. Pernah menerima perawatan sendi temporomandibular
5. Memiliki disfungsi kraniomandibular
6. Memakai gigi tiruan
7. Sedang atau pernah menerima perawatan ortodonti

3.5 Besar Sampel


Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑍 √ 𝑃 − 𝑃 + 𝑍 √𝑃𝑎 − 𝑃𝑎
𝑛=
𝑃𝑎 − 𝑃
Keterangan :
n = jumlah subjek minimal pada penelitian ini
Zα = deviat baku alpa, untuk α sebesar 5%, maka Zα = 1,96
Zβ = deviat baku beta, untuk β sebesar 10%, maka Zβ = 1,282
P0 = proporsi kasus severe periodontitis pada penelitian sebelumnya sebesar
48%.7
Pa = proporsi kasus severe periodontitis yang diharapkan sebesar 6%.

, √ , − , + , √ , − ,
𝑛=

, . , + , . ,
=
,
, + , 2
=
,

Universitas Sumatera Utara


22

= 7,2 = 8 pasien
Pada 8 pasien diambil 52 gigi periodontitis dengan trauma karena oklusi dan
53 gigi periodontitis dengan kontak seimbang

3.6 Variabel Penelitian


1. Variabel bebas (independen) : Periodontitis dengan trauma karena oklusi
2. Variabel terikat (dependen) : Tingkat keparahan periodontitis, kedalaman
poket, kehilangan perlekatan klinis
3. Variabel tidak terkendali : Usia, jenis kelamin, kebiasaan, cara menyikat
gigi

3.7 Definisi Operasional


No Variabel Penelitian Definisi Skala Ukur
Operasional
1 Trauma Karena Oklusi
a. Kualitas Kondisi trauma Kategorik
karena oklusi
gigi-geligi dengan
melihat prematur
kontak yang
dideteksi dengan
melihat adanya
teraan pada
permukaan gigi
setelah digunakan
kertas artikulasi.
Dikategorikan
berdasarkan gigi
yang memiliki : a)
prematur
kontak/trauma
karena oklusi ; b)
kontak
seimbang/oklusi
normal. Lalu
dibandingkan
hubungan tingkat
keparahan
periodontitis
antara gigi dengan
kontak prematur/
trauma karena
oklusi dan kontak
seimbang/ oklusi

Universitas Sumatera Utara


23

normal.
b. Kuantitas Ukuran Rasio
kedalaman poket
dan kehilangan
perlekatan klinis
gigi yang
mengalami
trauma karena
oklusi pada satu
pasien.
2 Tingkat keparahan periodontitis Kondisi Kategorik
kehilangan
perlekatan klinis
yang
dikategorikan
menjadi tingkat
keparahan
periodontitis,
dimana : a)
kehilangan
perlekatan klinis
1-2 mm (katergori
ringan) b)
kehilangan
perlekatan klinis
3-4 mm (kategori
sedang) c)
kehilangan
perlekatan klinis
≥5 mm (kategori
berat)

3.8 Alat dan Bahan


3.8.1 Alat Penelitian
1. Kaca mulut
2. Pinset
3. Sonde
4. Prob periodontal UNC-16
5. Prob periodontal Nabers
6. Neirbekken

3.8.2 Bahan Penenitian


1. Handscoon disposable
2. Masker

Universitas Sumatera Utara


24

3. Celemek
4. Bahan antiseptik
5. Kertas artikulasi

3.9 Prosedur Penelitian

1. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta diminta
persetujuannya dengan menandatangani lembar informed consent.
2. Pemeriksaan umum kondisi klinis rongga mulut, dilakukan dengan mencatat
jumlah gigi dan kehilangan gigi setiap pasien, mencatat jumlah gigi yang
mengalami mobiliti dan jumlah gigi yang memiliki keterlibatan furkasi pada
setiap pasien. (Gambar 7)

Gambar 7. Pemeriksaan klinis rongga mulut subjek penelitian yang sesuai dengan
kriteria inklusi

3. Dengan menggunakan kertas artikulasi berbentuk U, ditentukan gigi dengan


prematur kontak/trauma karena oklusi dan kontak seimbang/ oklusi normal.
Kertas artikulasi diletakkan di dataran oklusal pada saat oklusi sentrik kemudian
pasien menggerakkan rahang ke depan dan lateral. Pada permukaan gigi dengan
prematur kontak/trauma karena oklusi terdapat teraan setelah digunakan kertas
artikulasi. (Gambar 8)

Universitas Sumatera Utara


25

A B
Gambar 8 A. Pemeriksaan kontak oklusi dengan menggunakan kertas artikulasi. B.
Terdapat teraan setelah digunakan kertas artikulasi pada gigi dengan trauma karena
oklusi

4. Pemeriksaan kedalaman poket, resesi gingiva dan kehilangan perlekatan klinis


menggunakan prob periodontal UNC-15. Pengukuran kehilangan perlekatan
dibagi menjadi 3 kategori yaitu:19,20 (Gambar 9)
a. Apabila kista gingiva bebas (KGB) berada setentang/berhimpitan dengan batas
semento enamel (BSE), maka kehilangan perlekatan diukur sama dengan
kedalaman poket.
b. Apabila KGB berada koronal dari BSE (karena gingiva bebas membesar),
maka pertama tama diukur kedalaman poket. Setelah itu diukur jarak dari KGB
ke BSE. Besarnya kehilangan perlekatan sama dengan kedalaman poket
dikurang dengan jarak dari KGB ke BSE.
c. Apabila BSE tersingkap karena KGB telah migrasi ke apikal. Kehilangan
perlekatan diukur dari jarak dasar poket ke BSE.

Universitas Sumatera Utara


26

Gambar 9 Pengukuran kehilangan perlekatan klinis. A. KGB berada


setentang/berhimpitan dengan BSE. Kehilangan perlekatan sama dengan kedalaman
poket. B. KGB berada koronal dari BSE. Kehilangan peleketan diukut dari
kedalaman poket dikurang jarak KGB-BSE. C. BSE tersingkap karena KGB
bermigrasi ke apikal. Kehilangan perlekatan diukur dari dasar poket ke BSE.20

5. Untuk menentukan kuantitas dari trauma karena oklusi, dihitung kedalaman


poket dan kehilangan perlekatan klinis pasien kemudian dikelompokkan
berdasarkan prematur kontak/ trauma karena oklusi dan kontak seimbang/
oklusi normal.
6. Untuk menentukan kualitas dari trauma karena oklusi, dikategorikan pasien
berdasarkan tingkat keparahan periodontitis berdasarkan kehilangan
perlekatan klinis. Periodontitis ringan kehilangan perlekatan klinis sebesar 1-2
mm, periodontitis sedang apabila kehilangan perlekatan klinis 2-4 mm, dan
periodontitis berat apabila kehilangan perlekatan klinis ≥ 5 mm. Kemudian
dikelompokkan gigi dengan prematur kontak/ trauma karena oklusi dan
kontak seimbang/ oklusi normal berdasarkan tingkat keparahan periodontitis
masing-masing gigi.
7. Dianalisis perbandingan rata-rata ukuran kedalaman poket dan kehilangan
perlekatan klinis gigi dengan trauma karena oklusi dan gigi oklusi normal

Universitas Sumatera Utara


27

untuk menentukan kuantitas, kemudian dianalisis berdasarkan uji statistik


hubungan trauma karena oklusi dengan tingkat keparahan periodontitis untuk
menentukan kualitas.

3.10 Alur Penelitian

Pemilihan subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Permintaan kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian dengan


memberikan lembar informed consent

Pemeriksaan kondisi trauma karena oklusi dan tingkat keparahan


periodontitis

Pencatatan hasil pemeriksaan

Pengolahan data

Hasil

3.11 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup :
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal – hal lain yang berkaitan
penelitian.

2. Ethical Clearence
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan No: 349/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2017

Universitas Sumatera Utara


28

3.12 Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh diolah menggunakan program komputer. Data yang
dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statstik melihat
perbandingan rata-rata kedalaman poket dan kehilangan perlekatan klinis antara
trauma karena oklusi dan oklusi normal. Dilakukan uji chi square untuk melihat
hubungan trauma karena oklusi dengan tingkat keparahan periodontitis pada pasien di
instalasi periodonsia RSGM FKG USU.

Universitas Sumatera Utara


29

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Instalasi Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi USU, subjek berjumlah 8 pasien dengan 52 gigi
periodontitis dengan trauma karena oklusi dan 53 gigi periodontitis dengan kontak
seimbang pada bulan Juni sampai Juli 2017. Data distribusi subjek penelitian
ditunjukkan oleh Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi subjek penelitian

n %

Trauma karena oklusi 52 49,5

Kontak seimbang 53 50,5

4.2 Data Deskriptif Subjek Penelitian Berdasarkan Kedalaman Poket


Data deskriptif subjek penelitian berdasarkan kedalaman poket ditunjukkan oleh
Tabel 4.2

Tabel 4.2 Data deskriptif subjek penelitian berdasarkan kedalaman poket

Minimum(mm) Maksimum(mm) Mean±SD


Trauma karena oklusi 1,17 11,67 4,30±2,18

Kontak seimbang 1,67 9 3,70±1,98

Tabel 4.2 menunjukkan kedalaman poket gigi periodontitis dengan trauma


karena oklusi dan kontak seimbang. Perbandingan rata-rata kedalaman poket gigi
dengan trauma karena oklusi terlihat lebih besar dibandingkan gigi dengan kontak

seimbang. (4,30±2,18 dan 3,70±1,98)

Universitas Sumatera Utara


30

4.3 Data Deskriptif Subjek Penelitian Berdasarkan Kehilangan


Perlekatan Klinis
Data deskriptif subjek penelitian berdasarkan kehilangan perlekatan klinis
ditunjukkan oleh Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data deskriptif subjek penelitian berdasarkan kehilangan perlekatan klinis.

Minimum (mm) Maksimum (mm) Mean±SD

Trauma karena oklusi 3,0 14,17 7,33±2,75


Kontak seimbang 1,67 11 5,55±2,44

Keterangan: * signifikan (p < 0.05)


Tabel 4.3 menunjukkan kehilangan perlekatan klinis gigi dengan trauma
karena oklusi dan kontak seimbang. Terdapat rata-rata perbedaan yang lebih besar
antara gigi dengan trauma karena oklusi dibandingkan kontak seimbang. (7,33±2,75
dan 5,55±2,44)
4.4 Data Deskriptif dan Analisis Hubungan Antara Trauma Karena
Oklusi dengan Tingkat Keparahan Periodontitis Berdasarkan Kehilangan
Perlekatan Klinis
Data deskriptif tingkat keparahan periodontitis dan analisis hubungan antara
trauma karena oklusi dan tingkat keparahan periodontitis ditunjukkan oleh Tabel 4.4
Tabel 4.4 Data deskriptif dan analisis hubungan antara trauma karena oklusi tingkat
keparahan peridontitis berdasarkan kehilangan perlekatan klinis

Tingkat Trauma Karena % Kontak % p


keparahan Oklusi (n) seimbang (n)
Ringan 0 0 7 13,2
Sedang 10 19,2 18 34 *
0,001
Parah 42 80,8 28 52,8
Keterangan: * signifikan (p < 0.05)
Tabel 4.4 menunjukkan tingkat keparahan peridontitis berdasarkan kehilangan
perlekatan klinis gigi dengan trauma karena oklusi dan kontak seimbang. Terdapat lebih
banyak periodontitis dengan tingkat yang lebih parah pada gigi dengan trauma karena oklusi
dibandingkan gigi dengan kontak seimbang. Hasil uji statistik menunjukkan berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


31

distribusi jumlah gigi trauma karena oklusi dan gigi kontak seimbang yang dihubungkan
dengan tingkat keparahan periodontitis, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
keparahan periodontitis dan trauma karena oklusi. (p=0,001)

Universitas Sumatera Utara


32

BAB 5

PEMBAHASAN

Trauma karena oklusi adalah kondisi cedera pada jaringan periodonsium


akibat tekanan oklusal yang diterima telah melampaui kapasitas adaptifnya dan
periodontitis merupakan kondisi inflamasi jaringan periodonsium akibat plakbakteri
yang mengakibatkan kerusakan ligamen periodontal, kerusakan tulang alveolar, serta
menyebabkan peningkatan kedalaman poket, resesi dan kehilangan perlekatan.1-4
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang multifaktorial dan etiologi
utama yang menjadi penyebab periodontitis merupakan plak bakteri. Tekanan
oklusal yang berlebihan dapat mempengaruhi keadaan periodontitis sesuai dengan
teori Glickman yang menyatakan penyebaran lesi inflamasi oleh plak bakteri dan
tekanan oklusal dapat saling mempengaruhi melalui zona iritasi dan zona ko-
destruksi.11-12
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan secara kualitas
trauma karena oklusi dengan tingkat keparahan periodontitis dan untuk mengetahui
gambaran secara kuantitas kerusakan jaringan periodontal gigi periodontitis dengan
trauma karena oklusi. Subjek dalam penelitian adalah gigi pasien periodontitis kronis
yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu gigi periodontitis kronis dengan trauma
karena oklusi dan kelompok gigi periodontitis kronis dengan kontak seimbang.
Peneliti mengambil sampel gigi pasien yang akan dijadikan subjek penelitian
berdasarkan kontak gigi-geligi yang terdapat pada rongga mulut pasien. Untuk
menentukan kuantitas dari trauma karena oklusi dilakukan perbandingan antara
ukuran kedalaman poket dan kehilangan perlekatan klinis antara dua kelompok dan
untuk menentukan kualitas dari trauma karena oklusi dilakukan perbandingan dua
kelompok berdasarkan tingkat keparahan periodontitis masing-masing gigi.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata perbedaan kedalaman poket
antara gigi dengan trauma karena oklusi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontak

Universitas Sumatera Utara


33

seimbang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Jin dan Cao dan Nunn dan
Harell yang menyatakan terdapat perbedaan kedalaman poket yang lebih tinggi pada
gigi trauma karena oklusi dibandingkan kontak seimbang.7 Akan tetapi, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Jin dan Cao menyatakan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada kedalaman poket antara gigi trauma karena oklusi dengan
kontak seimbang.21
Pada kehilangan perlekatan klinis, ditemukan rata-rata kehilangan perlekatan
klinis yang lebih tinggi pada kelompok trauma karena oklusi dibandingkan kelompok
kontak seimbang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Nakatsu dkk. yang melakukan penelitian eksperimen pada tikus yang dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu kelompok gigi dengan trauma, gigi dengan inflamasi, dan gigi
trauma dengan inflamasi. Hasil penelitian tersebut menyatakan terdapat kenaikan
nilai signifikan kehilangan perlekatan klinis antara kelompok gigi trauma dengan
inflamasi dibandingkan kelompok yang lainnya.10 Namun, hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jin dan Cao yang menyatakan
tidak ada perbedaan antara kehilangan perlekatan klinis gigi trauma karena oklusi
dengan gigi dengan kontak seimbang. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan
karena pada penelitian Jin dan Cao subjek yang diteliti hanya subjek dengan kategori
periodontitis sedang dan parah saja, tidak melibatkan pasien dengan periodontitis
ringan. 7
Hasil penelitian mengenai hubungan trauma karena oklusi dengan tingkat
keparahan periodontitis dilakukan dengan mengelompokkan masing-masing gigi
pada kedua kelompok dengan tingkat keparahan periodontitis. Hasil uji statisik
menyatakan bahwa terdapat hubungan keparahan yang signifikan antara gigi trauma
karena oklusi dibandingkan gigi dengan kontak seimbang. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Branchofsky dkk. yang juga menyatakan
terdapat hubungan antara keparahan periodontitis dengan trauma karena oklusi.5
Teori Glickman menyatakan peranan bakteri hanya terjadi pada zona iritasi
(margin gingiva) dan kombinasi peranan bakteri dan tekanan oklusal terjadi pada
zona ko-destruksi. Kedalaman poket diukur dari margin gingiva ke dasar poket

Universitas Sumatera Utara


34

dimana perubahan kedalaman poket hanya dipengaruhi oleh zona iritasi. Pada gigi
dengan trauma karena oklusi ditemukan resesi gingiva yang besar sehingga tekanan
oklusal yang terjadi tidak begitu mempengaruhi kedalaman poket yang terbentuk.
Pada kehilangan perlekatan klinis yang diukur dari batas semento-enamel ke dasar
poket dan keparahan periodontitis dipengaruhi oleh zona ko-destruksi dimana
terdapat kombinasi peran plak bakteri dan tekanan oklusal yang menyebabkan resesi
gingiva dan kehilangan perlekatan klinis yang lebih besar.
Walaupun trauma karena oklusi memiliki peran dalam menyebabkan
keparahan penyakit periodontal, namun plak bakteri merupakan faktor yang paling
berperan dalam mempengaruhi keparahan penyakit periodontal. Hal ini sesuai
dengan Consesus Report on Periodontal Disesase tahun 1999 yang menyatakan
trauma oklusal dapat menyebabkan cedera pada jaringan periodontal akibat dari
tekanan oklusal yang berlebihan akan tetapi tekanan oklusal saja tidak dapat
menyebabkan penyakit gingiva yang berhubungan dengan plak bakteri dan juga
kehilangan perlekatan pada periodontitis.22
Burgett dkk. melakukan penelitian uji terkontrol untuk mengevaluasi efek
penyelarasan oklusal setelah perawatan periodontal. Subjek pada penelitian ini dibagi
menjadi pasien dengan penyelarasan oklusal dan pasien tanpa penyelarasan oklusal.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara konsisten dan signifikan bahwa pasien
dengan penyelarasan oklusal memiliki penyembuhan yang baik dan perbaikan level
perlekatan dibandingkan subjek tanpa penyelarasan oklusal.23
Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan dan kesadaran dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyakit
periodontal dan trauma karena oklusi sebagai faktor yang dapat memperparah
penyakit periodontal. Prosedur perawatan yang tepat juga perlu diperhatikan oleh
dokter gigi dalam merawat pasien periodontitis yang diperparah dengan trauma
karena oklusi.

Universitas Sumatera Utara


35

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara trauma karena oklusi dengan tingkat keparahan periodontitis.
Berdasarkan gambaran secara kuantitas kerusakan jaringan periodontal pada gigi
periodontitis dengan trauma karena oklusi, disimpulkan bahwa :
a. Terdapat perbedaan kedalaman poket yang lebih tinggi pada gigi
periodontitis dengan trauma karena oklusi dibandingkan gigi periodontitis
dengan kontak seimbang.
b. Terdapat perbedaan kehilangan perlekatan klinis yang lebih tinggi pada
gigi periodontitis dengan trauma karena oklusi dibandingkan gigi
periodontitis dengan kontak seimbang.

6.2 Saran
1. Penelitian ini dapat dijadikan data dasar sehingga dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut.
2. Perlu diberikan masukan kepada instansi kesehatan terkait agar
memperhatikan penyakit periodontitis dan trauma karena oklusi sebagai
faktor yang dapat memperparahnya

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Ashraf T, Jan SM, Behal R, Khairat R. Role of Occlusion in the


etiopathogenesis of periodontal diseases - A review. IJCPHR 2016; 1(1): 35-
7.
2. Carranza FA. Periodontal Respons to External Forces. In : Newman MG,
Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Clinical periodontology. 11th ed.
Philadelphia: W.B Saunders Co, 2012; p: 151-56.
3. Sanadi MR., Chelani LR, Bhakkand SR., Sheth, JK. Role of trauma from
occlusion in periodontal disease- A controversy. IOSR-JDMS 2016;
15(9):118-22.
4. Hinrichs JE, Novak JM. Classfication of Diseases and Conditions Affecting
the Periodontium.In : Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA.
Clinical periodontology. W.B Saunders Co.,11th ed., Philadelphia, 2012; p:41-
4.
5. Branschofsky M, Beikler T, Schafer R, Thomas F, Lang H. Secondary trauma
from occlusion and periodontitis. Quintessence International 2011; 42(6):515-
22.
6. Davies SJ, Gray RJ, Linden GJ, James J. Occlusal considerations in
peridontics. Br Dent J. 2001;191(11):597-604.
7. Jin L, Cao C. Clinical diagnosis of trauma from occlusion and its relation with
severity of periodontitis. J Clin Periodontol 1992; 19(2): 92-7.
8. Cho Y, et al. Rescue of a periodontally compromised tooth by non-surgical
treatment: a case report. J Periodontal Implant Sci. 2016; 46(2): 129-34.
9. McDevitt MJ.Occlusal Evaluation and Therapy. In : Newman MG, Takei HH,
Carranza FA. Clinical periodontology. W.B Saunders Co., 12th ed.,
Philadelphia, 2015; p:535.
10. Nakatsu S, et al. Occlusal trauma accelerates attachment loss at the onset of
experimental periodontitis in rats. J Periodont Res 2014; 49: 314–22.

Universitas Sumatera Utara


11. Lindhe J, Neyman S, Ingvar E. Trauma from Occlusion : Periodontal Tissues.
In: Lindhe J, Lang NP, Karring T. Clinical Periodontology and Implant
Dentistry.Blackwell. 5th ed., Oxford, 2008; p:350-51.
12. Reddy S. Trauma from Occlusion. in: Essentials of Clinical Periodontology
and Periodontics. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd., 3rd ed., India,
2011; p: 94-9.
13. Bathla S. Trauma from Occlusion and Pathologic Tooth Migration. in : Bathla
S, Bathla M. Periodontics Revisited. Jaypee Brothers Medical Publisher (P)
Ltd., 1st ed., India, 2011; p: 200-2.
14. Parameter on occlusal traumatism in patients with chronic
periodontitis.American Academy of Periodontology. Periodontol.
2000;71(5/Supplement):873-74.
15. Shaddox LM, Walker CB. Treating chronic periodontitis: current status,
challenges, and future directions. Clin Cosmet Investig Dent. 2010;2:79-91.
16. Wolf HF, Hassel TM. Color Atlas of Dental Hygiene. Periodontology. New
York: Thieme. 2006:1-4, 22, 39-40, 95-8.
17. Eley BM, Manson JD. Periodontics. Wright. 5th ed., London, 2004; p:117.
18. Wiebe CB, Putnins EE. The Periodontal Disesase Classification System of the
American Academy of Periodontology-An Update. J Can Dent Assoc. 2000;
66:594-7.

19. Takei HH, Carranza FA.Clinical Diagnosis. In : Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR, Carranza FA. Clinical periodontology. 11th ed. Philadelphia:
W.B Saunders Co, 2012; p: 353.
20. Nield-Gehrig JS. Fundamentals of Periodontal Instrumentation and Advanced
Root Instrumentation. 7th ed.Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins,
2013; p: 453.
21. Harrel SK, Nunn ME. The association of occlusal contacts with the presence
of increased periodontal probing depth. J Clin Periodontol. 2009; 36: 1035-
1042.

Universitas Sumatera Utara


22. Meredyk K, Kostrzewa-Janicka J, Nedzi-Gora M. The Effect of Occlusal
Loading on the Periodontal Tissues. A Literature Review. Part I – Occlusion
and Periodontitis. Dent Med Probl 2015; 52: 215-221.
23. Harrel SK, Nunn ME, Hallmon WW. Is there an association between
occlusion and periodontal destruction?: Yes- occlusal forces can contribute to
periodontal destruction. J Am Dent Assoc 2006; 137: 1380-1392.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi ibu/bapak,


Perkenalkan nama saya Immanuel Budi Hutabarat. Saya mahasiswa yang
sedang menjalani pendidikan kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul
"Hubungan Trauma Karena Oklusi dengan Tingkat Keparahan Periodontitis pada
Pasien di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU”.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi kepada
Bapak/Ibu dan masyarakat tentang kondisi radang gusi yang diderita oleh Bapak/Ibu
sehingga Bapak/Ibu dapat mengobati penyakit gusi dan dapat menjadi dasar
pertimbangan bagi perubahan perilaku masyarakat. Penelitian ini juga dapat menjadi
masukan bagi instansi kesehatan dan pemerintah untuk meningkatkan angka
kesehatan gigi dan mulut.
Dalam penelitian ini, saya akan mewawancarai Bapak/Ibu. Setelah
wawancara selesai, selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan untuk melihat
kondisi gusi Bapak/Ibu. Kegiatan yang saya lakukan dapat menimbulkan efek
samping, tetapi saya akan bekerja dengan standar prosedur yang benar dan apabila
menimbulkan efek samping saya akan bertanggung jawab untuk mengobati kembali
rongga mulut Bapak/Ibu dan seluruh biaya pengobatan dibebankan pada peneliti.
Penelitian ini membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Bapak/Ibu berhak
menolak penelitian ini. Apabila Bapak/Ibu setuju Bapak/Ibu juga berhak
menghentikan penelitian ini apabila merasa tidak nyaman. Setelah penelitian ini
selesai, saya akan memberikan sikat gigi dan pasta gigi yang berguna untuk
Bapak/Ibu agar selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Selanjutnya, Bapak/Ibu akan mengisi lembar pernyatan yang saya berikan.
Jika Bapak/Ibu bersedia, lembar persetujuan dan kuesioner dapat diisi lalu

Universitas Sumatera Utara


ditandatangani dan dikembalikan. Data yang diperoleh nantinya akan saya simpan
dengan baik dan dijamin kerahasiaannya, begitu juga ketika hasil penelitian ini akan
saya publikasikan. Apabila setelah penelitian ini terjadi masalah, Bapak/Ibu dapat
menghubungi saya melalui kontak yang tertera dibawah lembar penjelasan ini.
Demikian mudah-mudahan keterangan saya di atas dapat dimengerti dan atas
kesediaan ibu/bapak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima
kasih.

Peneliti,

(Immanuel Budi Hutabarat)


Nama Peneliti : Immanuel Budi Hutabarat
Alamat : Jl Tuar Komp. Astra Blok II No. 36 Amplas
No. HP : 081370882406

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Tempat/Tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. Hp :

telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari, mengerti, dan


memahami tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian,
serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah dijawab dengan memuaskan
pada penelitian yang berjudul :

"HUBUNGAN TRAUMA KARENA OKLUSI DENGAN TINGKAT


KEPARAHAN PERIODONTITIS PADA PASIEN DI INSTALASI
PERIODONSIA RSGMP FKG USU”
Saya secara sadar dan tanpa paksaan bersedia berpatisipasi dalam penelitian ini, tanpa
tekanan atau paksaan siapapun, maka dengan surat ini saya menyatakan setuju
menjadi subjek penelitian ini.

Medan,

Saksi Peserta Penelitian

( ) ( )

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3
Nomor :

Tanggal : ………...

DEPARTEMEN PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Hubungan Trauma Karena Oklusi Dengan Tingkat Keparahan Periodontitis


Pada Pasien di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU”

LEMBAR PEMERIKSAAN

Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :

1. Mobiliti gigi (elemen gigi) :


Derajat I :
Derajat II :
Derajat III :
2. Pemeriksaan kedalaman saku :

Universitas Sumatera Utara


KP : Kehilangan Perlekatan
BK : Jarak BSE-KGB
KS : Kedalaman Saku

3. Lesi furkasi :
4. Poket Periodontal
a. Infraboni :
b. Supraboni :
5. Pemeriksaan fungsi :
a. Analisis fungsi TMJ : Normal/Dislokasi
b. Pemeriksaan Oklusi

KO : Kontak Oklusi (diisi TO: Trauma karena oklusi; ON : Oklusi normal)

6. Etiologi :

Universitas Sumatera Utara


7. Diagnosis :

8. Kategori :
a. Periodontitis Ringan
b. Periodontitis Sedang
c. Periodontitis Berat

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

1. Peralatan Penelitian

No Peralatan Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)


1 Prob Periodontal 1 unit Rp 185.000,- Rp 185.000,-
UNC 15
2 Probe Nabers 1 unit Rp 300.000,- Rp 300.000,-
2 Kaca mulut 2 unit Rp 31.000,- Rp 62.000,-
3 Sonde halfmoon 2 unit Rp 20.000,- Rp 40.000,-
4 Pinset 2 unit Rp 35.000,- Rp 70.000,-
5 Nierbeken 2 unit Rp 25.000,- Rp 50.000,-
Sub Total Rp 707.000,-

2. Bahan Penelitian

No Peralatan Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)


1 Sarung tangan 1 kotak Rp 56.000,- Rp 56.000,-
disposable
2 Masker 1 kotak Rp 24.000,- Rp 24.000,-
3 Celemek 2 pack Rp 50.000,- Rp 100.000,-
4 Alkohol 70% 1L Rp 30.000,- Rp 30.000,-
5 Larutan Desinfektan 500 mL Rp 65.000,- Rp 65.000,-
6 Kertas Artikulasi 2 pack Rp 20.000,- Rp 40.000,-
Sub Total Rp 315.000,-

3. Administrasi dan lain-lain

No Peralatan Kuantitas Harga Satuan Jumlah Harga (Rp)


(Rp)
1 Fotokopi lembar 50 set Rp 1.000,- Rp 50.000,-
pemeriksaan
2 Administrasi - - Rp 100.000,-
Ethical
Clearance
3 Penjilidan 8 set Rp 20.000 Rp 160.000,-
proposal
4 Penjilidan 8 set Rp 50.0000 Rp 400.000,-
skripsi
4 Alat tulis 1 kotak Rp 12.000,- Rp 12.000,-
Sub Total Rp 722.000,-

Universitas Sumatera Utara


4. Total Dana yang Dibutuhkan

No Keterangan Jumlah (Rp)


1 Peralatan Penelitian Rp 707.000,-
2 Bahan Penelitian Rp 315.000,-
3 Administrasi dan lain-lain Rp 722.000,-
4 Biaya Tak Terduga (10%) Rp 174.400,-
Total Rp 1.918.400,-

Total biaya penelitian : Rp 1.918.400,-


Terbilang : Satu Juta Sembilan Ratus Delapan Belas Ribu Empat Ratus Rupiah

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan WAKTU PENELITIAN

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL JUNI-JULI SEPTEMBER

1 Pembuatan
Proposal

2 Pelaksanaan
Penelitian

3 Pembuatan
laporanhasil
penelitian
4 Penggandaan
Laporan

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

BIODATA PENELITI

A. Identitas Diri
Nama Immanuel Budi Hutabarat
NIM 130600194
Pekerjaan Mahasiswa
Tempat/tanggal lahir Lhokseumawe/ 24 Juni 1995
Alamat Jl. Tuar Komp. Astra Blok II/36
No. Hp 081370882406

B. Riwayat Pendidikan
Tingkat SD SMP SMA Universitas
Pendidikan
Nama Sekolah SD St. Antonius SMP Methodist SMA Negeri 4 Universitas Sumatera
VI Medan 2 Medan Medan Utara
Tahun Masuk 2001 2007 2010 2013
Tahun Lulus 2007 2010 2013 -

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 8

Explore
KELOMPOK KP

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total

KELOMPOK N Percent N Percent N Percent

ratakp Kelompok TKO 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%

Kelompok normal 53 100.0% 0 0.0% 53 100.0%

Descriptives

KELOMPOK Statistic Std. Error


ratakp Kelompok TKO Mean 4.3013 .30239
95% Confidence Interval for Lower Bound 3.6942
Mean Upper Bound 4.9084

5% Trimmed Mean 4.1610


Median 3.7500
Variance 4.755
Std. Deviation 2.18058
Minimum 1.17
Maximum 11.67

Range 10.50
Interquartile Range 2.75

Skewness 1.091 .330

Kurtosis 1.287 .650


Kelompok normal Mean 3.7107 .27314

95% Confidence Interval for Lower Bound 3.1626


Mean Upper Bound 4.2588

5% Trimmed Mean 3.5292


Median 2.8333
Variance 3.954

Universitas Sumatera Utara


Std. Deviation 1.98852
Minimum 1.67

Maximum 9.00
Range 7.33

Interquartile Range 1.92


Skewness 1.453 .327

Kurtosis 1.256 .644

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

KELOMPOK Statistic df Sig. Statistic df Sig.


ratakp Kelompok TKO .129 52 .031 .917 52 .001
Kelompok normal .198 53 .000 .805 53 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Data tidak berdistribusi normal karena nilai p>0.05 (p=0.001) maka dilanjutkan dengan
melakukan uji mann whitney

Mann-Whitney Test
Ranks

KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks


ratakp Kelompok TKO 52 58.38 3036.00
Kelompok normal 53 47.72 2529.00
Total 105

a
Test Statistics

ratakp

Mann-Whitney U 1098.000
Wilcoxon W 2529.000
Z -1.796
Asymp. Sig. (2-tailed) .072

a. Grouping Variable: KELOMPOK

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok TKO dan kelompok
karena nilai p >0.05 (p=0.072)

Explore
Kelompok LP

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

kelompok N Percent N Percent N Percent


RATALP kelompok TKO 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%

kelompok normal 53 100.0% 0 0.0% 53 100.0%

Descriptives

kelompok Statistic Std. Error


RATALP kelompok TKO Mean 7.3301 .38169
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.5639
Mean Upper Bound 8.0964

5% Trimmed Mean 7.1944


Median 6.7500
Variance 7.576
Std. Deviation 2.75240
Minimum 3.00
Maximum 14.17

Range 11.17

Interquartile Range 3.42


Skewness .704 .330

Kurtosis .147 .650

kelompok normal Mean 5.5535 .33577

95% Confidence Interval for Lower Bound 4.8797


Mean Upper Bound 6.2272
5% Trimmed Mean 5.4747

Median 5.1667
Variance 5.975

Universitas Sumatera Utara


Std. Deviation 2.44442
Minimum 1.67

Maximum 11.00
Range 9.33

Interquartile Range 3.42


Skewness .497 .327

Kurtosis -.630 .644

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.


RATALP kelompok TKO .110 52 .164 .950 52 .030
*
kelompok normal .094 53 .200 .953 53 .037
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Data tidak berdistribusi normal karena nilai p<0.05 (p=0.030) maka dapat dilakukan
uji mann whitney

Mann-Whitney Test
Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


RATALP kelompok TKO 52 62.69 3260.00
kelompok normal 53 43.49 2305.00
Total 105

a
Test Statistics

RATALP

Mann-Whitney U 874.000
Wilcoxon W 2305.000
Z -3.232
Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Grouping Variable: kelompok

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan: Ada perbedaan antara rata-rata kelompok TKO dan kelompok normal
karena nilai p<0.05 (p=0.001)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent
kategori keparahan * kelompok 105 100.0% 0 0.0% 105 100.0%

kategori keparahan * kelompok Crosstabulation

kelompok
kelompok TKO kelompok normal Total
kategori keparahan ringan Count 0 7 7

% within kategori keparahan 0.0% 100.0% 100.0%


% within kelompok 0.0% 13.2% 6.7%
% of Total 0.0% 6.7% 6.7%
sedang Count 10 18 28
% within kategori keparahan 35.7% 64.3% 100.0%

% within kelompok 19.2% 34.0% 26.7%


% of Total 9.5% 17.1% 26.7%

parah Count 42 28 70
% within kategori keparahan 60.0% 40.0% 100.0%

% within kelompok 80.8% 52.8% 66.7%

% of Total 40.0% 26.7% 66.7%


Total Count 52 53 105

% within kategori keparahan 49.5% 50.5% 100.0%


% within kelompok 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 49.5% 50.5% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
Value df sided) sided) sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 12.077 2 .002 .002
Likelihood Ratio 14.831 2 .001 .001
Fisher's Exact Test 12.331 .001
Linear-by-Linear b
11.790 1 .001 .001 .000 .000
Association
N of Valid Cases 105

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.47.
b. The standardized statistic is -3.434.

Ada hubungan kategori keparahan pada kelompok TKO dan kelompok normal
dengan nilai p<0.05 (p=0.001)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai