SKRIPSI
Oleh :
CICI WULANDARI
170100154
SKRIPSI
Oleh :
CICI WULANDARI
170100154
Pembimbing
NIP. 198304202008012009
(Dr. dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH, Sp.ParK) (Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K))
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmartullahiwabarakatuh…..
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
berkat dan rahmatnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Anestesi dan Peran Dokter Anestesi di Kota Kisaran Tahun 2020”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Kedokteran untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Cut Meliza Zainumi, M.Ked(An), Sp.An selaku dosen pembimbing
saya yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan dan
memberikan bimbingan terutama selama penelitian dan penyelesaian
skripsi ini.
3. dr. Raka Jati Prasetya, M.Ked(An), Sp.An yang telah bersedia menjadi
dosen penguji pertama dan memberi banyak masukan untuk penyelesaian
skripsi ini.
4. Dr.dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ(K) yang bersedia menjadi dosen
penguji kedua saya dan memberi banyak masukan untuk penyelesaian
skripsi ini.
5. Dra. Merina Panggabean, M.Med,Sc selaku dosen pembimbing akademik
saya yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam penyelesaian
akademik selama perkuliahan di FK USU.
6. Ayahanda H.Suyanto dan Ibunda Hj.Ngatemi yang telah memberikan
dukungan penuh terhadap pendidikan pebulis baik secara moril maupun
materi.
ii
Universitas Sumatera Utara
7. Abang dan kakak Reni Syahfirda, dr.Winda Sari, Bagas Kurniawan, Amir
Rusli, Ofan Dirza, dan keluarga besar lainnya yang turut memberi
semangat serta bantuan saat pengerjaan skripsi.
8. Seluruh staff pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang telah membagi ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan
menjadi ilmu beranfaat hingga akhir hayat kelak.
9. Keluarga besar FK USU angkatan 2017 atas kebersamaannya selama ini,
semoga persahabatan kita tidak akan pernah hilang. Terutama sahabat-
sahabat saya yang tanpa lelah membantu pada penelitian ini, Ramadhani
Dinda Depari, Amelia Hasanah, Riza Fakhira, Meilani Mariza, Nadya
Riqqoh, Siti Raudhah Nadira, yang telah banyak membantu dalam
pengerjaan skrips ini.
10. Sahabat saya yang sangat saya cintai, Emyninta Karina, Helen Sarah, Indri
Fazria, Clara Laurensia, Karina Ridha, dan Rudi Alamsyah yang telah
membantu dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi pengetahuan ilmu pengetahuan.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah banyak membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat dalam
pengembangan ilmu.
Wassalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh.
Cici Wulandari
170100154
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
E : Emergency
viii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang. Dokter Spesialis Anestesi tidak hanya bertanggungjawab untuk Anestesi dan
manajemen medis secara keseluruhan selama operasi, tetapi juga membantu dalam
mengoptimalkan kondisi komorbiditas pasien untuk hasil yang aman dan pasien dalam periode
perioperative. Beberapa studi menunjukkan bahwa masyarakat umum masih memiliki
pengetahuan yang kurang tentang anestesi dan peran dokter anestesi. Suatu tindakan operasi
tidak akan berjalan tanpa adanya peran dokter Anestesi, dengan demikian peran dokter anestesi
banyak bekerja di belakang layar yang sangat jarang diketahui oleh pasien maupun masyarakat
umum. Saat ini kebanyaka masyarakat umum menganggap bahwa tindakan pembiusan sebelum
operasi dilakukan oleh dokter Bedah ataupun perawat yang membantu dokter dalam operasi
tersebut. Tujuan. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Masyarakat umum di Kota Kisaran
tentang Anestesi dan Peran dokter Anestesi. Metode. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
desain penelitian cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus samapai Oktober 2020.
Sampel dari penelitian ini adalah Masyarakat di Kota Kisaran dengan jumlah 95 orang yang
diambil dengan teknik Probability Sampling secara Simple Random Sampling. Faktor yang
dianalisis adalah tingkat pengetahuan masyarakat umum dinilai dengan melihat hasil pengisian
kuesioner. Hasil. Secara umum, masarakat mengetahui bahwa anestesiologist adalah seorang
dokter, dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang peran dokter anestesi memiliki pengetahuan
yang baik (44,4%) namun tingkat pengetahuan masyarakat tentang ilmu anestesi, setengah dari
responden memiliki pengetahuan yang kurang (54,6%) Kesimpulan. Secara keseluruhan, tingkat
pengetahuan masyarakat tentang anestesi dan peran dokter anestesi masih kurang (52,8%).
ix
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Background. The Anesthetist is not only responsible for anesthesia and overall medical
management during the operation, but also helps in optimizing the patient's comorbid conditions
for a safe outcome and for the patient in the perioperative period. Several studies show that the
general public still lacks knowledge about anesthesia and the role of anesthetists. An operation
will not run without the role of an anesthetist doctor, thus the role of anesthetist works behind the
scenes which is rarely known by patients and the general public. Currently, most of the general
public think that preoperative anesthesia is performed by a surgeon or a nurse who assists the
doctor in the operation. Objective. To find out the level of knowledge of the general public in
Kisaran City about Anesthesia and the Role of Anesthesia doctors. Method. This research is
descriptive with a cross-sectional research design conducted from August to October 2020. The
sample of this research is General Public in Kisaran City with a total of 95 people who were
taken by simple random sampling technique Probability Sampling. The factor analyzed was the
level of public knowledge assessed by looking at the results of filling out the questionnaire. Result.
In general, the public knows that an anesthesiologist is a doctor, and public knowledge about the
role of anesthetist has good knowledge (44.4%) but public knowledge about anesthesia, half of the
respondents have less knowledge (54.6%). Conclusion. Overall, the level of public knowledge
about anesthesia and the role of doctors is still lacking (52.8%).
x
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak pertama kali ditemukan oleh William Thomas Green Morton pada
tahun 1846, anestesi terus berkembang pesat hingga sekarang. Saat itu ia hanya
menggunakan dietil eter untuk menghilangkan kesadaran dan rasa nyeri pada
pasien yang ditanganinya. Ia berhasil melakukan pembedahan tumor rahang
pada seorang pasien tanpa memperlihatkan gejala kesakitan. Karena pada saat
itu eter merupakan obat yang cukup aman, memenuhi kebutuhan, mudah
digunakan, tidak memerlukan obat lain, cara pembuatan mudah, dan harganya
murah. Oleh karena itu eter terus dipakai, tanpa ada usaha untuk mencari obat
yang lebih baik. Setelah mengalami stagnasi dalam perkembangannya selama
100 tahun setelah penemuan gas oleh Morton barulah kemudian banyak dokter
tertarik untuk memperlajari bidang anestesiologi, dan barulah obat-obat anestesi
generasi baru muncul satu-persatu (Mangku dan Senapathi, 2017).
Anestesi pada saat ini jauh lebih aman dan lebih menyenangkan bagi pasien,
dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu. Faktor yang mempengaruhi kemajuan
tersebut adalah mulai dimengertinya fisiologi dan farmakologi dengan baik,
sehingga persiapan preoperatif dan persiapan pasien yang dianestesi dapat
dilakukan dengan baik, apalagi dengan tersedianya teknik anestesi yang baru,
seperti pemakaian relaksan otot, intubasi endotrakea dan penggunaan gas eter
sebagai anestesi. (Dobson,2012).
Pesatnya perkembangan ilmu anestesi memberikan pertimbangan dalam
pemberian jenis anestesi yang digunakan, terutama pada pemberian anestesi
dengan prosedur pembedahan. Pemberian jenis anestesi pada pasien yang
menjalani pembedahan dapat dilakukan dengan anestesi umum (general anestesi),
dan dengan anestesi pada sebagian tubuh (regional anestesi)
(Hamin et al.,2017).
ahli anestesi di luar ruang operasi, yaitu unit perawatan intensif (ICU) (15%),
analgesia persalinan ( LA) (10%), pusat trauma (2%), klinik kecelakaan dan nyeri
(masing-masing 1%). Tetapi yang mengejutkan kami, sejumlah besar pasien
(38%) menyadari bahwa ahli anestesi memiliki peran yang sangat besar dalam
mengelola rasa sakit pasca operasi. (Uma dan Hanji,2013). Studi lain yang
dilakukan di korea, hasilnya menunjukkan bahwa masyarakat korea tidak
memiliki pengetahuan yang memadai tentang spesialisasi anestesiologi dan peran
ahli anestesi di dalam dan di luar ruang operasi. Dimana mereka yang memiliki
pengalaman anestesi sebelumnya lebih cenderung percaya bahwa ahli bedah
bertanggung jawab untuk beberapa manajemen intraoperatif dan bahwa perawat
bertanggung jawab atas pemulihan dari anestesi dan mengelola rasa sakit pasca
operasi daripada mereka yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya. Hasil ini
mungkin disebabkan oleh fakta bahwa ahli bedah menjelaskan operasi untuk
pasien sebelum operasi dan mengunjungi mereka pasca operasi, membuat mereka
percaya bahwa ahli bedah memainkan peran kunci di sebagian besar wilayah
operasi, termasuk anestesi. (Lee et al.,2014).
Di Indonesia sendiri, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
tentang anestesi dan peran dari Dokter spesialis anestesi, dimana kebanyakan
masyarakat menganggap bahwa kegiatan pembiusan yang dilakukan selama
operasi dikerjakan oleh perawat ataupun Dokter bedah. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
masyarakat terhadap anestesi dan peran Dokter spesialis anestesi.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat umum terhadap anestesi dan peran dokter spesialis anestesi.
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang ilmu anestesi,
secara umum.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang peran dokter
spesialis anestesi yang meliputi tanggung jawab dokter Spesialis Anestesi
yaitu Penanggulangan Nyeri, Kedokteran Perioperatif dan Kedokteran
Gawat Darurat.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANESTESI
2.1.1. Definisi
Kata anestesia diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes yang
menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian
obat dengan tujuan menghilangkan nyeri pembedahan. Analgesia ialah pemberian
obat untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien.
Anestesiologi ialah ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi
menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama dan sesudah
pembedahan. Definisi Anestesiologi berkembang terus sesuai dengan
perkembagan ilmu kedokteran. Definisi yang ditegakkan oleh The American
Board of Anesthesiology pada tahun 1989 ialah mencakup semua kegiatan profesi
atau praktek yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Menilai, merancang, menyiapkan pasien untuk anestesia.
2. Membantu pasien menghilangkan nyeri pada saat pembedahan, persalinan
atau pada saat dilakukan tindakan diagnostik-terapeutik.
3. Memantau dan memperbaiki homeostatis pada pasien periopertif dan pada
pasien dalam keadaan kritis.
4. Mendiagnosis dan mengobati sindroma nyeri.
5. Mengelola dan mengajarkan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
6. Membuat evaluasi fungsi pernapasan dan mengobati gangguan
pernapasan.
7. Mengajarkan, memberi supervisi dan mengadakan evaluasi tentang
penamapilan personel paramedik dalam bidang anestesia, perawatan
pernapasan dan perawatan pasien dalam keadaan kritis.
c) Balance Anesthesia
Merupakan teknik anestesi dengan menggunakan kombinasi
obat-obatan baik anestesi intravena maupun obat anestesi
inhalasi atau kombinasi teknik general anestesi dengan
analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara optimal
dan berimbang, yaitu :
(1) Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat
hipnotikum atau obat anestesi umum yang lain.
(2) Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat
analgetik opiat atau obat general anestesi atau denga cara
anestesia regional.
(3) Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat
pelumpuh otot atau general anestesi, atau dengan cara
analgesia regional.
b. Anestesi Regional
Anestesi regional atau “blok saraf” adalah bentuk anestesi yang hanya
sebagian dari tubuh dibius (dibuat mati rasa). Hilangnya sensasi di daerah
tubuh yang dihasilkan oleh pengaruh obat anestesi untuk semua saraf yang
dilewati persarafannya. (Kemenkes,2015).
Indikasi anestesi regional antara lain:
Bedah ekstremitas bawah
Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum-perineum
Bedah obstetri-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Pada bedah abdomen atas dan bedah anak biasanya
dikombinasikan dengan anestesi umum ringan.
2. Anestesi Epidural
Anestesi epidural merupakan teknik neuroaksial dimana
aplikasinya lebih luas dibandingkan dengan anestesi spinal. Pada
anestesi epidural, suntikkan dapat dilakukan di beberapa daerah yaitu
lumbal, thoraks, ataupun servikal. Anestesi epidural sering digunakan
untuk anestesi obstetri, anestesi pembedahan, chronic pain
management, dan postoperative pain mangement. Pada anestesi
3. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural karena
kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat
ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sacralis. Hiatus sacralis
ditutup oleh ligament sacrococcygeal. Ruang kaudal berisi saraf sakral,
pleksus spinosus, felum terminale dan kantong dura. Teknik ini
biasanya dilakukan pada pasien anak-anak karena bentuk anatominya
yang lebih mudah ditemukan dibandingkan pada orang dewasa.
Anestesi kaudal biasanya diindikasikan bedah darah sekitar perineum
dan anorektal, misalnya hemoroid dan fistula perianal (Pramono,2019).
c. Anestesi Lokal
Analgesia atau anestesi lokal adalah anestesia yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan obat anestetika lokal pada daerah atau di sekitar lokasi
pembedahan yang menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang
bersifat temporer (Mangku dan Senapathi, 2017).
10
Penilaian medis sebelum anestesi paling baik dilakukan oleh ahli anestesi.
Dokter ahli lain mungkin dapat menganjurkan jenis terapi untuk perbaikan fungsi
fisiologis, tetapi ahli anestsi adalah dokter yang tepat untuk menilai kemungkinan
efek anestesi atau pembedahan (Lunn,2015).
Menurut panduan Kemenkes (2015) setiap tindakan anestesia baik anestesia
umum maupun regional memerlukan evaluasi pra-anestesia yang dilakukan
sebelum tindakan induksi anestesia dan bertujuan untuk:
1. Menilai kondisi pasien.
2. Menentukan status fisis dan resiko.
3. Menentukan status teknik anestesia yang akan dilakukan.
4. Memperoleh persetujuan tindakan anestesia (infoemed consent).
5. Persiapan tindakan anestesia.
Langkah-langkah evaluasi pre-anestesia sebagai berikut :
a) Pemeriksaan pra anestesi
Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, sesuai
indikasi serta konsultasi dokter spesialis lain bila diperlukan.
Dokter anestesia dapat menunda atau menolak tindakan
anestesia bila hasil evaluasi pra-anestesia dinilai belum dan
atau tidak layak.
b) Menentukan status fisik pasien
Status fisik mengacu pada klasifikasi ASA
Evaluasi jalan napas
11
c) Informed consent
Menjelaskan rencana tindakan anestesia, komplikasi dan resiko
anestesia.
Memperoleh izin tertulis dari pasien atau keluarga pasien.
d) Medikasi Pra Anestesi
Medikasi pra anestesi dapat diberikan sesuai kebutuhan, antara
lain obat golongan sedative-tranquilizer, analgetic opioid, anti
emetik, H-2 antagonis.
Jalur pemberian obat dapat diberikan melalui oral, IV, IM,
rektal, intranasal.
e) Rencana pengelolaan pasca bedah
Menjelaskan teknik dan obat yang digunakan untuk
penanggulangan nyeri pasca bedah.
Menjelaskan rencana perawatan pasca bedah (ruang rawat biasa
atau ruang rawat khusus).
f) Dokumentasi (pencatatan dan pelaporan)
Hasil evaluasi pra anestsia didokumentasikan/dicatat secara lengkap di
rekam medik pasien.
Sistem Klasifikasi Status Fisik ASA telah digunakan selama lebih dari 60
tahun. Tujuan dari sistem ini adalah untuk menilai dan mengkomunikasikan
komorbiditas medis pra-anestesi pasien. Sistem klasifikasi saja tidak memprediksi
risiko perioperatif, tetapi digunakan dengan faktor-faktor lain (misalnya, jenis
operasi, kelemahan, tingkat dekondisi), dapat membantu dalam memprediksi
risiko perioperative (ASA,2018).
Definisi dan contoh yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini adalah pedoman
untuk dokter. Untuk meningkatkan komunikasi dan penilaian di institusi tertentu,
departemen anestesiologi dapat memilih untuk mengembangkan contoh spesifik
institusi untuk melengkapi contoh yang disetujui ASA.
12
13
2.3.1. Definisi
14
pasca anestesia serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi antara lain terapi
intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri.
Dokter spesialis anestesiologi yaitu dokter yang telah menyelesaikan
pendidikan program studi dokter spesialis anestesiologi di institusi pendidikan
yang diakui atau lulusan luar negeri dan yang telah mendapat SIP dan STR
(Kemenkes,2011).
Dalam ditetapkannya anestesi sebagai spesialis medis, sejumlah ketrampilan
anestesi juga berkembang sesuai dengan kebutuhan. Keahlian ini pada dasarnya
adalah merawat dan menjaga pasien yang dianestesi, tetapi juga disadari bahwa
ini penting untuk dokter yang berhubungan dengan pasien yang tidak sadar dan
kritis, dan terutama penting bagi mereka yang bertugas di rumah sakit kecil yang
bertanggung jawab atas keselamatan pasien (Dobson,2012).
15
A. PENANGGULANGAN NYERI
Nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan, berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan atau
cenderung akan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang
menunjukkan kerusakan jaringan (Mangku dan Senapathi,2017).
Berdasarkan batasan tersebut diatas, terdapat 2 asumsi perihal nyeri,
yaitu :
a) Sensasi nyer yang tidak menyenangkan, berkaitan dengan
pengalaman emosional menyusul dengan adanya kerusakan
jaringan yang nyata (pain with nociception). Keadaan nyeri
seperti ini disebut dengan nyeri akut.
Penanggulangan nyeri akut akibat trauma bedah, dilakukan
untuk memperpendek fase akut/katabolik pada pasca trauma
atau bedah sehingga pasien segera memasuki fase anabolik dan
proses penyembuhan luka lebih cepat.
b) Perasaan yang sama dapat juga terjadi tanpa disertai dengan
kerusakan jaringan yang nyata (pain without nociception).
Keadaan nyeri seperti ini disebut dengan nyeri kronis.
Penanggulangan nyeri kronis, baik yang bersifat cancer
maupun non cancer, dilakukan dalam upaya untuk memberikan
suasana nyaman bagi pasien.
B. KEDOKTERAN PERIOPERATIF
Kedokteran perioperatif merupakan pelayanan anestesia yang
mengevaluasi, memantau dan mengelola pasien pra, intra dan pasca
anesthesia (Kemenkes,2011).
a) Evaluasi pra-anestesi
Evaluasi praanestesia adalah langkah awal yang direncanakan
untuk menjalankan tindakan operatif, dengan tujuan:
16
17
18
2.4. PENGETAHUAN
2.4.1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
19
raba dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoadmodjo,2010).
Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan dominan
yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang dari
pengalaman dan penelitian yang didasari oleh pengetahuan.
20
21
a. Pertanyaan subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pernyataan esay
digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai,
sehingga hasil niai akan berbeda dari waktu ke waktu.
b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul
salah dan pertanyaan menjodohkan dapat di nilai secara pas oleh penilai.
Menurut Arikunto (2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat
dikategorikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
1) Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan
benar dari total jawaban pertanyaan.
2) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan
benar dari total jawaban pertanyaan.
3) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total
jawaban pertanyaan.
22
Tingkat pengetahuan
Anestesi
23
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2020 sampai Oktober 2020.
Penelitian ini akan dimulai ketika sudah mendapatkan izin penelitian dan surat
persetujuan komisi etik.
Sampel merupakan bagian kecil dari populasi yang diangap dapat mewakili
populasi (Notoatmodjo,2012). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
24
teknik Probability Sampling secara Simple Random Sampling dimana tiap subyek
dalam populasi (terjangkau) mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih
atau untuk tidak terpilih sebagai sampel penelitian (Sastroasmoro,2017).
Keterangan:
Zα = Tingkat kemaknaan 1,96
P = Proporsi tingkat pengetahuan masyarakat tentang anestesi yang sudah
diketahui nilainya dari kepustakaan (dari jurnal 55,6% 0,556)
(Sumber: Singh et al.,2018)
Q = (1-P) 0,444
D = kesalahan prediksi yang masih bisa di terima (ditetapkan sebesar 10%) 0,1
25
1. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner
yang diisi sendiri oleh responden.
2. Peneliti akan menyebarkan link yang berisi form kuesioner online melalui
media sosial antara lain Whatsapp, Line dan Telegram.
26
menghilangkan
rasa sakit ketika
dilakukan
prosedur
pembedahan
dan berbagai
prosedur medis
lainnya yang
dapat
menimbulkan
rasa sakit.
(Sabiston,2011)
Peran Ruang lingkup (-) (-) (-) (-)
dokter pelayanan
Anestesi medis yang
dicakup cabang
ilmu kedokteran
Anestesi
meliputi:
1.Penanggulang
an nyeri
2.Kedokteran
perioperatif
3.Kedokteran
gawat darurat.
(Mnangku dan
Senopathi,2017)
Usia Berusia 15 Kuesioner Responden Masa remaja awal Ordinal
tahun sampai 50 menjawab (12-16 tahun)
tahun dengan dengan
tingkat menulisakan Masa remaja
pendidikan usia di lembar akhir
terakhir SMP kuesioner (17-25 tahun)
sampai
perguruan tinggi Masa dewasa
awal
(26-35 tahun)
Masa dewasa
akhir
(36-45 tahun)
27
Dalam penelitian ini, karakteristik jenis kelamin pada responden adalah laki-
laki dan perempuan. Karakterisrik umur pada responden adalah Masa remaja
awal (12-16 tahun), masa reaja akhir (17-25 tahun), masa dewasa awal (26-35
tahun), masa dewasa akhir (36-45 tahun), dan masa lansia awal (46-55 tahun).
Dan karaktristik status pendidikan pada resonden adalah tingkat SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi.
Berdasarkan data yang didapat pada tabel 4.1 mengenai karakteristik jenis
kelamin, diperoleh kelompok responden terbanyak pada jenis kelamin perempuan,
yaitu sebanyak 83 orang (76,9%) dan kelompok responden jenis kelamin laki-laki
sebanyak 25 orang (23,1%).
28
29
Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Anestesi dan Peran Dokter Anestesi
Pengetahuan N (orang) Persentase (%)
Baik 26 24,1
Cukup 25 23,1
Kurang 57 52,8
30
masyarakat tentang anestesi dan peran dokter anestesi di kota kisaran dari total
108 responden 52,8% mempunyai pengetahuan kurang, 23,1% mempunyai
pengetahuan cukup, dan 24,1% responden mempunyai pengetahuan yang baik.
Hal ini diduga oleh peneliti karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
sosok dokter anestesi yang bekerja dibelakang layar, dan dengan penyebaran
dokter anestesi yang kurang merata di daerah tersebut serta kurangnya sosialisasi
mengenai anestesi di rumah sakit. hal ini yang membuat masyarakat tidak
mengetahui apa itu anestesi dan peran dokter anestesi. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu obyek tertentu (Notoadmodjo,2007).
Hasil yang serupa juga didapati dalam penelitian yang dilakukan di ghana,
dimana terdapat pengetahuan responden yang buruk mengenai anestesi dan peran
doker anetstesi (Djagbletey et al., 2017). Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Verma, et al (2015) dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa jam kerja
seorang dokter anestesi yang tidak teratur menyebabkan kurangnya kesadaran
masayarakat terhadap peran dokter anestesi dalam tindakan medis.
Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Tentang Ilmu Anestesi dan Peran Dokter Anestesi
Pengetahuan Responden N (orang) Persentase (%)
Tentang Ilmu anestesi
Baik 14 13,0
Cukup 35 32,4
Kurang 59 54,6
Tentang Peran Dokter Anestesi
Baik 48 44,4
Cukup 15 13,9
Kurang 45 41,7
31
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, terlihat bahwa dari 108 responden sebagian besar
infromasi mengenai dokter anestesi dengan membaca disuatu tempat yaitu
sebanyak 44 responden (40,7%). Dimana responden mengetahui anestesi dengan
membaca di suatu poster di rumah sakit, dan sebagian lainnya mengaku
mengetahui anestesi dari beberapa film. Sedangkan yang paling kecil adalah
responden tidak mengetahui bahwa anestesiologist merupakan seorang dokter
(14,8%).
32
33
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-
bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
5.2 SARAN
Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa
saran yang perlu untuk dipertimbangkan, saran-saran tersebut antara lain:
34
35
Universitas Sumatera Utara
36
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :
38
Universitas Sumatera Utara
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2017-Sekarang)
Riwayat Organisasi :
Riwayat Pelatihan :
Riwayat Kepanitiaan :
39
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Lembar Orisinalitas
40
Cici Wulandari
41
42
A. Demografi
Nama
Usia
Jenis kelamin
Status pendidikan
- SMP
- SMA
- PERGURUAN TINGGI
43
44
45
Ethical Clearance
46
47
48
49
50
51
52
53
54
JENIS_KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
55
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
P1
56
P3
P4
57
P6
P7
58
P9
P10
59
P12
P13
60
PENGETAHUAN_TENTANG_ANESTESI
PENGETAHUAN_TENTANG_DOKTER_ANESTESI
61
Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent
62