Hubungan Keadaan Lingkungan Rumah Dengan Kepadatan Larva Nyamuk

HUBUNGAN KEADAAN LINGKUNGAN RUMAH
DENGAN KEPADATAN LARVA NYAMUK

DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT,
KECAMATAN MEDAN TEMBUNG, KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh :
YUSUF HARDI LUBIS

140100034
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
HALAMAN PENGESA
Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN KEADAAN LINGKUNGAN RUMAH
DENGAN KEPADATAN LARVA NYAMUK
DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT,
KECAMATAN MEDAN TEMBUNG, KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran
Oleh :
YUSUF HARDI LUBIS

140100034
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
HAN

ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Hubungan Keadaan Lingkungan Rumah dengan

Kepadatan Larva Nyamuk di Kelurahan Bandar Selamat,
Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.
Nama Mahasiswa : Yusuf Hardi Lubis
Nomor Induk : 140100034
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Medan, 11 Desember 2017

Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dra. Merina Panggabean, M.MedSc

NIP. 196305231992032001
Ketua Penguji Anggota Penguji
(dr. Yunita Sari Pane, M.Si) (dr. Tengku Helvi Mardiani, M.kes )
NIP 197106202002122001 NIP 197201072001122002

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
DR. Dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)

NIP: 1966052419920310

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wata’ala karena atas
rahmat dan berkat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Skripsi ini berjudul “Hubungan Keadaan Lingkungan Rumah dengan
Kepadatan Larva di Kelurahan Bandar Selamat, kecamtan Medan tembung, Kota
Medan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana
kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Ir. Husin Ibrahim,
M.T. dan Ibunda dr. Hafni Tanjung, atas dukungan moril, materil, kasih sayang,
dan doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini dapat diselesaikan atas dukungan dari banyak pihak. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. DR. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Dra. Merina Panggabean, M.MedSc selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga, serta memberikan arahan,
masukan, dan motivasi selama proses bimbingan skripsi ini.
3. dr. Yunita Sari Pane, M.Si dan dr. Tengku Helvi Mardiani, M.kes selaku Ketua
Penguji dan Anggota Penguji yang telah memberikan saran dan nasihat
dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmu yang diberikan dari
mulai awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh pihak Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung,
Medan dan Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian guna menyelesaikan
skripsi ini.

iv
6. Anggota grup penelitian, Luthfiah Gina Ariesti Siregar, M. Reza Restu

Fauzi, Nivashini Silvarajan, Robby Pandaibesi, Rodo Sibarani, dan
Zulhaina Syarifah, yang telah bersama-sama berjuang dan saling
memberikan semangat dalam pengambilan data penelitian guna
menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman sejawat Stambuk 2014 Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang memberi berbagai dukungan selama penyusunan
skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak
langsung, yang tidak mungkin penulis ucapkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis memohan maaf atas
kekurangan dan kesalahan selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan.

Penulis
Yusuf Hardi Lubis

v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Daftar Isi ...................................................................................................... v
Daftar Gambar.............................................................................................. vii
Daftar Tabel ................................................................................................. viii
Daftar Singkatan .......................................................................................... ix
Abstrak ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5
2.1 Kesehatan Lingkungan ............................................................. 5
2.2 Pembahasan Nyamuk ............................................................... 6
2.2.1 Morfologi Nyamuk ........................................................ 7
2.2.2 Siklus Hidup Nyamuk .................................................... 9
2.2.3 Habitat Perkembangbiakkan Nyamuk ........................... 10
2.2.4 Identifikasi Larva Nyamuk ............................................ 12
2.2.5 Pencegahan Larva Nyamuk ........................................... 16
2.3 Kerangka Teori ......................................................................... 19
2.4 Kerangka Konsep ..................................................................... 19
2.5 Hipotesis ................................................................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 20
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 20
3.2 Lokasi Penelitian ...................................................................... 20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 20
3.4 Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 21
3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 21
3.6 Variabel dan Definisi Operasional ........................................... 22
3.7 Metode Analisis Data ............................................................................. 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 29
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 29
5.2 Saran ......................................................................................... 29

vi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 31

LAMPIRAN................................................................................................ 34

vii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Morfologi Nyamuk Betina ........................................................... 8
2.2 Perbedaan Nyamuk Jantan dan Betina ......................................... 8
2.3 Ciri-Ciri Larva Nyamuk ............................................................... 15
2.4 Perbedaan Siklus Nyamuk ........................................................... 14

viii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Density Figure ............................................................................... 14
4.1 Keberadaan Larva ......................................................................... 24
4.2 Jenis-Jenis Larva yang Dijumpai .................................................. 25
4.3 TPA Tempat Larva Dijumpai ....................................................... 25
4.4 Kepadatan Larva ........................................................................... 26
4.5 Keadaang Lingkungan Rumah ...................................................... 26
4.6 Hubungan Keadaan Lingkungan Rumah dengan Kepadatan Larva 26

ix
DAFTAR SINGKATAN
CI : Container Indeks
HI : House Indeks
BI : Breteau Indeks
ABL : Angka Bebas Larva
DF : Density Figure
CS : Comb Scale
ST : Siphonic Tufts
SF : Sifon
PC : Pecten
SD : Saddle
MF : Midfrontal Hairs
IF : Innerfrontal Hairs

x
ABSTRAK
Latar Belakang. Nyamuk adalah vektor yang paling sering menularkan penyakit. Dalam siklus
hidupnya nyamuk mengalami metamorphosis dari telur-larva-pupa-nyamuk dewasa. Stadium yang
paling ideal untuk mencegah nyamuk bermetamorphosis menjadi nyamuk dewasa adalah stadium
larva. Biasanya siklus hidup nyamuk juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat perkembangbiakkan
nyamuk. Tujuan. Mengetahui hubungan keadaan lingkungan rumah dengan kepadatan larva
nyamuk. Metode. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan
desain cross-sectional yang menggunakan 120 sampel rumah warga di Kelurahan Bandar Selamat,
Kecamatan Medan Tembung, Medan. Kepadatan larva di ukur menggunakan density figure. Hasil.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan keadaan lingkungan rumah di Kelurahan Bandar Selamat
umumnya tidak bersih. Dan kepadatan larva umumnya sedang. Keadaan lingkungan rumah
memiliki hubungan yang bermakna dengan kepadatan larva (Chi Square, p = 0,027, CI 95%).
Kesimpulan. Terdapatnya hubungan keadaan lingkungan rumah dengan kepadatan larva nyamuk
di Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.
Kata kunci : Kepadatan Larva, Lingkungan Rumah, Nyamuk.

xi
ABSTRACT
Background. Mosquitoes are the most vector to transmit disease. In its life cycle, mosquitoes
undergo metamorphosis from egg-larva-pupa- and adult mosquitoe. the most ideal stage to prevent
mosquitoes from morphing into adult mosquitoes is the larval stage. Usually the life cycle of
mosquitoes is influenced by the environment where mosquito’s breeding. Aim. To know the
relationship of home environment with mosquito’s larvae density. Method. Type of research were
analytic observasional with cross sectional design, and using 120 sample houses in Bandar Selamat
subdistrict, Medan Tembung district, Medan city. Mosquito’s larva density were measured using
denstiy figure. Result. The results of this study indicate the state of the environment home in Bandar
Selamat subdistrict were generally not clean and the density of larvae is generally moderate. The
home environment has a significant relationship with the density larvae (Chi Square, p= 0.27
CI 95%). Conclusion. There are relationship of the home environment with density larvae in Bandar
Selamat subdistrict,Medan Tembung district, Medan city.
Key word : Mosquito’s Larva Density,The Home Environment, Mosquito

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vektor adalah makhluk hidup yang bisa menularkan penyakit menular antara
manusia atau hewan ke manusia. Dan nyamuk adalah vektor yang paling sering
menularkan penyakit. Nyamuk juga merupakan salah satu hewan yang paling
mematikan di dunia. Kemampuan nyamuk untuk membawa dan menyebarkan
penyakit kepada manusia itu menyebabkan jutaan kematian setiap kasusnya (WHO,
2016).
Nyamuk sebagai vektor dapat membawa penyakit yang disebabkan oleh virus
seperti: demam berdarah, chikungunya, demam kuning dan encephalitis. Serta
penyakit-penyakit yang disebabkan nematoda seperti filariasis. Dan protozoa
misalnya malaria. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, biasanya adalah
Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp, dan Mansonia sp (Sembel, 2009).
Pada tahun 2015, penyakit malaria saja di seluruh dunia menyebabkan

terjadinya 438.000 kematian. Sedangkan Untuk kejadian DBD (demam berdarah)
di seluruh dunia telah meningkat 30 kali lipat dalam 30 tahun terakhir (WHO,
2015). Angka kejadian di Indonesia untuk kasus demam berdarah pada tahun 2014
dilaporkan sebanyak 100.347 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 907 orang
(IR/Angka kesakitan = 39,8 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian =
0,9%). Sedangkan untuk kasus malaria di Indonesia selama tahun 2005–2014
cenderung menurun yaitu dari 4,1 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2005
menjadi 0,99 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2014 (Kementrian Kesehatan
RI, 2016).
Upaya pengendalian nyamuk penting untuk mencegah terjadinya wabah dari

penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (WHO, 2015). Untuk dapat melakukan
pengendalian nyamuk kita harus mengetahui bagaimana cara siklus hidup nyamuk

2
dan lingkungan seperti apa yang dapat menyebabkan tingginya

perkembangbiakkan nyamuk.
Dalam proses reproduksi, nyamuk akan bertelur dan telur tersebut memerlukan
habitat yang sesuai untuk berkembang. Air diperlukan dalam perkembangan
tersebut. Sebagian spesies nyamuk harus bertelur pada air yang tidak bergerak.
Tanpa air tersebut, telurnya akan kering dan tidak dapat berkembang menjadi larva
lagi. Spesies tersebut digolongkan ke dalam “Permanent Water Mosquitoes”,
seperti Anopheles sp. ,Culex (Melanconium) sp. ,Cx. salinarius, Cx. territans,
Coquillettidia sp. dan Mansonia sp (Public-Health Pesticide Applicator Training
Manual, 2000; Mosquito World, 2015). Jadi dapat dikatakan semua jenis nyamuk
membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya karena larva (jentik-jentik)
nyamuk melanjutkan hidupnya di air dan hanya bentuk dewasa yang hidup di darat.
Stadium larva sangat penting karena pada stadium ini merupakan saat yang rentan
dalam siklus hidup nyamuk dan penting untuk perencanaan program pengendalian
yang efektif. Untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk kita
harus menghapuskannya di peringkat larva, karena ini merupakan cara yang
paling ideal dan efektif (Sembel, 2009).
Lingkungan yang sesuai untuk perkembangbiakan nyamuk tidak hanya

terbentuk daripada alam sendiri, malah manusia sering menyediakan tempat yang
ideal untuk mereka, misalnya lingkungan yang kotor dan banyak sampah,
urbanisasi yang tidak terencana, pengelolaan limbah padat yang kurang memadai
dan juga kontrol yang kurang efektif. Hal-hal tersebut akan meningkatkan populasi
nyamuk secara tidak sengaja (Saleeza et al., 2011).
Sepengetahuan peneliti pada Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan
Tembung, Kota Medan belum ada yang melakukan penelitian seperti ini. Oleh
karena itu peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan keadaan lingkungan
dengan kepadatan larva nyamuk.

3
1.1 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan keadaan lingkungan rumah dengan kepadatan larva
nyamuk yang terdapat pada Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan
Tembung, Kota Medan ?
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keadaan lingkungan
rumah dengan kepadatan larva nyamuk
1.2.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jenis-jenis larva yang terdapat pada Kelurahan Bandar Selamat,
Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan
2. Mengetahui sarana-sarana apa saja yang menjadi perkembang biakkan
nyamuk
3. Mengetahui jenis larva nyamuk yang paling banyak dijumpai pada
Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung
4. Mengetahui kepadatan larva nyamuk dengan berbagai macam indeks
5. Mengetahui keadaan lingkungan tempat penelitian di lakukan
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Penulis
Mendapatkan informasi jenis nyamuk, penyakit yang ditularkannya, serta
mengetahui hubungan keadaan lingkungan rumah dengan kepadatan larva nyamuk.
1.3.2 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengetahui tentang jenis-
jenis nyamuk, penyakit-penyakit yang dapat ditularkan oleh nyamuk tersebut dan
keadaan lingkungan rumah yang dapat menyebabkan tingginya perkembang
biakkan nyamuk serta cara untuk mencegah perkembang biakkanya pada kelurahan
Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

4
1.3.3 Bagi Dinas Kesehatan

Memberikan Informasi tentang jenis nyamuk serta resiko penyebaran penyakit
dalam menyusun program eleminasi penyakit tularan vektor, mencari cara
pencegahan yang sesuai untuk mencegah penyakit dan pengendalian larva nyamuk
di Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan
masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan (Mulia, 2005).
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai-nilai
kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya dengan jalan memodifisir tidak
hanya faktor sosial dan lingkungan fisik semata-mata, tetapi juga terhadap semua
sifat-sifat dan kelakuan-kelakuan lingkungan yang dapat membawa pengaruh
terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan organisme umat manusia (Mulia,
2015).
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan

lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Israr, 2008)
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22

ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8 (Israr,
2008), yaitu:
1) Penyehatan Air dan Udara

2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

6
Keadaan Lingkungan yang sesuai untuk perkembangbiakkan nyamuk tidak

hanya terbentuk daripada alam sendiri, malah manusia sering menyediakan tempat
yang ideal untuk mereka, misalnya lingkungan yang kotor dan banyak sampah,
urbanisasi yang tidak terencana, pengelolaan limbah padat yang kurang memadai
dan juga kontrol yang kurang efektif. Hal-hal tersebut akan meningkatkan populasi
nyamuk secara tidak sengaja (Saleeza et al., 2011; Service, 2012).
2.2 Pembahasan Nyamuk
Nyamuk termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Culicidae. Nyamuk yang
dewasa seperti serangga yang biasa, mempunyai tiga bagian dan enam kaki.
Nyamuk terdiri dari 3 bagian badan yaitu kepala, thorax dan abdominal. Pada
kepala mempunyai mata, antenna dan juga proboscis. Kaki dan sayapnya
bersambung pada bagian thorax. Abdomen nyamuk mengandungi organ-organ
dan juga untuk penyimpanan darah dalam proses fertilisasi telur pada nyamuk
betina (Shujuan et al., 2013).
Nyamuk juga merupakan organisme hidup yang tersebar di berbagai penjuru
dunia, yang dapat mengganggu manusia serta berperan sebagai vektor penyakit
pada manusia (WHO, 1982). Nyamuk dapat menganggu manusia dan binatang
melalui gigitannya serta berperan sebagai vektor penyakit pada manusia dan
binatang yang penyebabnya terdiri atas berbagai macam parasit (Sutanto et al.,
2008).
Famili Culicidae dibagi menjadi 3 tribus, yaitu tribus Anophelini (Anopheles),
tribus Culicini (Culex, Aedes, Mansonia) dan tribus Toxorhynchitini
(Toxorhynchites). Jumlah spesies yang telah diketahui ± 2400 (Sutanto et al., 2008).
Nyamuk yang sering diperhatikan adalah dari genera Anopheles, Culex, dan
Aedes. Nyamuk dari genera tersebut merupakan vektor bagi penyakit malaria,
filariasis, deman kuning, dengue, virus encephalitis dan banyak jenis arboviruses
(Service, 2012).
Nyamuk dapat hidup sampai ketinggian 4200 meter diatas permukaan laut
(seperti di Kashmir) dan sampai 115 meter dibawah permukaan laut (seperti di
tambang emas di India Selatan). Jumlah spesies nyamuk lebih banyak di daerah
tropik dibandingkan dengan kutub selatan (Sutanto et al., 2008).

7
Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi larva nyamuk, yaitu pergerakan

air, kondisi air seperti air bersih atau air kotor, suhu air, pH air, sumber air, pengaruh
binatang dan lainnya. Tempat untuk nyamuk bertelur juga dapat dibagi kepada
beberapa katagori, “wadah alami”(axil tanaman, lubang kayu, daun yang jatuh),
“wadah artifisial”(ban bekas, botol, cawan), dan “genangan air tanah”(sungai,
danau, rawa, dan selokan) (Rattanarithikul et al., 2005).
2.2.1 Morfologi Nyamuk
Nyamuk berukuran kecil (4-13 mm) dan rapuh. Kepalanya mempunyai

proboscis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina
proboscis dipakai sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk
jantan untuk mengisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-
buahan dan juga keringat. Di kiri kanan proboscis terdapat palpus yang terdiri atas
5 ruas dan sepasang antenna yang terdiri atas 5 ruas (Sutanto et al., 2008).
Antenna pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan pada nyamuk betina
jarang (pilose). Sebagian besar toraks yang tampak (mesonotum), diliputi bulu
halus. Bulu tersebut bewarna putih/kuning dan mebentuk gambaran yang khas
untuk masing-masing spesies. Posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang
pada anophelini bentuknya melengkung (rounded) dan pada culicini membentuk
tiga lengkungan (trilobus) (Sutanto et al., 2008).
Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai vena yang permukaanya

ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya mengikuti vena. Pada
pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebut umbai (fringe). Abdomen
benbentuk silinder dan terdiri atas 10 ruas. Dua ruas terakhir berubah menjadi alat
kelamin. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (heksapoda) yang melekat pada toraks
dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus (Sutanto et al.,
2008).

8
Morfologi Nyamuk Betina (Service, 2012)
Female Anopheline
Female Culicine
Male Culicine Male Anopheline
Perbedaan Nyamuk Jantan dan Betina (Service, 2012)

9
2.2.2 Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna : telur - larva – pupa – dewasa.

Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup
di darat/udara (Sutanto et al., 2008).
2.2.2.1 Telur
Telur biasanya diletakkan di atas permukaan air satu per satu atau berkelompok.
Telur-telur dari jenis Culex sp diletakkan berkelompok (raft). Dalam satu kelompok
biasa terdapat puluhan atau ratusan ribu nyamuk. Nyamuk Anopheles sp dan Aedes
sp meletakkan telur di atas permukaan air satu persatu. Dimana Telur Aedes dapat
bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman. Namun, bila
air cukup tersedia, telur telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan
(Sembel, 2009).
2.2.2.2 Larva
Telur menetas menjadi larva. Berbeda dengan larva dari anggota Diptera yang
lain seperti lalat yang larvanya tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki kepala
yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva dari
kebanyakan nyamuk menggantungkan diri di permukaan air. Untuk mendapatkan
oksigen dan udara, larva-larva nyamuk Culex sp dan Aedes sp biasanya
menggantungkan tubuhnya membentuk sudut terhadap permukaan air. Ada jenis
larva nyamuk yang hidup dalam air dan bernapas melalui difusi kutin (cutaneous
diffusion) seperti Mansonia sp. Mansonia sp memiliki tabung udara yang berbentuk
pendek dan runcing yang dipergunakan untuk menusuk akar tanaman air. Stadium
larva memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan
perkembangan larva dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur,
cukup tidaknya bahan makanan, ada tidaknya pemangsa dalam air dan lain
sebagainya. Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-
partikel lainnya yang ada di dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit
empat kali dan berpupasi sesudah tujuh hari (Sembel, 2009).

10
2.2.2.3 Pupa
Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa
berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama
bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air. Bila
perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau tiga hari, maka kulit
pupa akan pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009).
2.2.2.4 Nyamuk Dewasa
Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan
air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap – sayapnya dan sesudah mampu
mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari makan. Dalam
keadaan istirahat, bentuk dewasa Culex sp dan Aedes sp hinggap dalam keadaan
sejajar dengan permukaan, sedangkan Anopheles sp hinggap membentuk sudut
dengan permukaan (Sembel, 2009).
2.2.3 Habitat Pembiakkan Nyamuk
2.2.3.1 Berdasarkan Tempat Bertelur
Berdasarkan tempat bertelur, habitat nyamuk dapat dibagi menjadi container
habitats dan ground water habitats (genangan air tanah). Container habitat terdiri
dari wadah alami dan wadah artifisial (Rattanarithikul et al., 2005).
Wadah alami banyak terdapat di area hutan atau area perkebunan. Namun
wadah alami juga banyak terdapat di tempat lain, misalnya area bekas penebangan
pohon, ruas- ruas bambu, area pantai dimana terdapat banyak tempurung kelapa.
Spesies yang memiliki habitat wadah alami adalah Aedes sp, Anopheles sp,
Culex sp (Rattanarithikul et al., 2005).
Wadah artifisial adalah wadah terindikasi adanya aktifitas manusia atau
modifikasi manusia. Habitat ini kebanyakan berada di area pemukiman. Contoh
wadah artifisial yaitu, barang-barang bekas, penampung air kulkas/dispenser,
tempat penampungan air. Spesies yang memiliki habitat wadah artifisial adalah
Aedes sp, Culex sp. Beberapa wadah artifisial memiliki ukuran dan daya tarik yang
cukup besar untuk menarik spesies dan genera nyamuk yang memiliki habitat
genangan air tanah (Rattanarithikul et al., 2005).

11
Genangan air tanah adalah genangan air yang terdapat tanah di dasarnya.
Contohnya seperti sungai, danau, rawa, dan selokan. Spesies yang memiliki habitat
genangan air tanah adalah Anopheles sp, Culex sp (Rattanarithikul et al., 2005).
Perubahan alam dapat menyebabkan perubahan habitat. Misalnya banjir dapat
menyapu telur yang ada di selokan (Rattanarithikul et al., 2005).
2.2.3.2 Berdasarkan Spesies
A. Aedes Sp
Nyamuk Aedes sp aktif pada waktu siang hari. Aedes aegypti dan
Aedes albopictus meletakkan telur dan berkembangbiak pada tempat penampungan
air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga,
kaleng-kaleng, atau kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang
rumah, bambu pagar, ban-ban bekas, dan semua bentuk wadah yang menampung
air bersih. A.albopictus meletakkan telur dan berbiak pada wadah-wadah alami
seperti kulit-kulit buah misalnya kulit buah rambutan, tempurung kelapa. Larva-
larva nyamuk dapat terlihat berenang naik turun di tempat-tempat penampungan air
tersebut. Kedua jenis nyamuk A. albocpictus dan A. aegypti merupakan vektor
utama penyakit demam berdarah (Sembel, 2009).
B. Culex Sp
Nyamuk-nyamuk Culex sp ada yang aktif pada waktu pagi, siang, dan ada yang
aktif waktu sore atau malam. Nyamuk ini meletakkan telur dan berbiak di selokan
yang berisi air bersih ataupun selokan air pembuangan domestik yang kotor
(organik), serta di tempat penggenangan air domestik atau air hujan di atas
permukaan tanah. Larva nyamuk Culex sp sering kali terlihat dalam jumlah yang
sangat besar di selokan air kotor (Sembel, 2009).
C. Mansonia Sp
Nyamuk Mansonia sp biasanya berkembangbiak dalam kolam – kolam air
tawar seperti kolam ikan. Larva –larva nyamuk ini bernapas dengan mempenetrasi
akar tanaman air. Nyamuk Mansonia sp selain menularkan penyakit chikungunya
juga dapat menularkan penyakit filariasis dan encephalitis (Sembel, 2009).

12
D. Anopheles Sp
Nyamuk Anopheles sp dapat berkembangbiak dalam kolam air tawar yang
bersih, air kotor, air payau, maupun air yang tergenang di pinggiran laut. Nyamuk
Anopheles sp sering disebut nyamuk malaria karena banyak dari spesies nyamuk
ini menularkan malaria. Jenis nyamuk ini juga dilaporkan menularkan penyakit
chikungunya. Spesies Anopheles sp yang berbeda dapat menularkan penyakit yang
berbeda pula. Oleh sebab itu, jenis nyamuk Anopheles sp yang menularkan penyakit
di satu daerah sering berbeda dengan Anopheles sp yang menularkan penyakit
malaria atau chikungunya di daerah lain (Sembel, 2009).
2.2.4 Identifikasi Larva Nyamuk
2.2.4.1 Survei Larva
Salah satu metode untuk mengetahui luasnya penyebaran nyamuk pada suatu
wilayah diperlukan adanya survei larva yaitu mengukur tingkat kepadatan
larva pada suatu daerah dengan melakukan observasi langsung ke tempat-tempat
penampungan air/container. Kita ketahui bahwa tempat perindukan nyamuk adalah
pada air yang terdapat di dalam dan di luar rumah, untuk itu perlu adanya
survei untuk mengetahui tingkat kepadatan larva (Chadijah et al., 2011).
Survei larva dilakukan dengan mengambil larva nyamuk di berbagai habitat.
Survei larva terdiri dari 2 metode (Chadijah et al., 2011). yaitu:
A. Metode Single Survey
Dilakukan dengan mengambil satu larva di setiap genangan air yang terdapat
larva, kemudian dilakukan identifikasi jenis larva (Chadijah et al., 2011).
B. Metode Visual
Dilakukan dengan melihat ada tidaknya larva di setiap genangan air tanpa
melakukan pengambilan larva (Chadijah et al., 2011).
Adapun cara untuk mengetahui kepadatan larva itu dengan cara menggunakan
index-index larva. Yaitu:
1. Angka bebas Larva (ABL)
Angka bebas larva adalah persentase jumlah rumah bebas larva diantara rumah
yang diperiksa secara acak (Yuniati, 2012).

13
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎
ABL= x 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
2. House Index (HI)
House Index adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan larva dengan rumah
yang diperiksa secara acak (Yuniati, 2012).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎

𝐻𝐼 = X 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
3. Container Index (CI)
Container index adalah persentase jumlah wadah yang ditemukan larva pada
jumlah wadah yang diperiksa yang dipilih secara acak (Zulkarnaini et al., 2009).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎

𝐶𝐼 = X 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
4. Breteau Index (BI)

Breteau Index adalah jumlah persentase wadah yang terdapat larva dengan
jumlah rumah yang diperiksa yang dipilih secara acak (Zulkarnaini et al., 2009).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎

𝐵𝐼 = X 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

14
Density figure (DF) merupakan gabungan dari HI, CI dan BI yang dinyatakan
dengan skala 1-9 seperti tabel menurut WHO Tahun 1972 di bawah ini :
Tabel 2.1 Larva Index
Density figure Container Index Breteau Index
House Index (HI)
(DF) (CI) (BI)
1 1–3 1–2 1–4
2 4–7 3–5 5–9
3 8 – 17 6–9 10 – 19
4 18 – 28 10 -1 4 20 – 34
5 29 – 37 15 – 20 35 -49
6 38 – 49 21 – 27 50 – 74
7 50 -59 28 – 31 75 – 99
8 60 – 76 32 – 40 100 – 199
9 >77 >41 >200
Sumber: WHO (1972)
Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
DF = 2-5 = kepadatan sedang
DF = 6-9 = kepadatan tinggi.
Berdasarkan hasil survei larva dapat ditentukan Density Figure. Density Figure
ditentukan setelah menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan
tabel Larva Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko penularan
rendah, 1-5 resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan tinggi. Dan key
Indeks merupakan wadah terbanyak di temukannya larva (Focks, 2004).
2.2.5.2 Ciri-Ciri Larva Nyamuk
1) Pada sisi abdomen segmen VIII terdapat comb scale. Comb scale adalah
baris sisik seperti duri pada segmen VIII yang mempunyai bentuk dan
ukuran yang bervariasi, biasanya berjumlah 8 – 21 yang terbagi dalam
beberapa deret (Utrio, 1976).

15
2) Larva nyamuk Mansonia sp, Culex sp, Culiseta sp, dan Aedes sp memiliki
corong udara (siphon) pada segmen VIII, pada corong udara tersebut
terdapat pecten serta beberapa pasang siphonic tuft (Utrio, 1976).
3) Saddle adalah struktur yang mengelilingi segmen anal larva, yang terdapat
pada nyamuk Culex sp, Mansonia sp dan Aedes sp (Utrio, 1976).
4) Pada segmen kepala terdapat beberapa Antena, Mata, dan beberapa pasang
rambut seperti midfrontal hairs dan inner frontal hairs. Mid frontal hairs
adalah bulu yang terdapat pada kepala larva bagian tengah, sedangkan Inner
frontal hairs adalah bulu yang terdapat di kepala nyamuk, di bawah
midfrontal hairs (Utrio, 1976).
2.2.5.3 Morfologi Larva Nyamuk

A. Aedes Sp
Larva nyamuk Aedes sp menggantungkan tubuhnya dengan membentuk sudut
terhadap permukaan air. Larva Aedes sp memiliki ciri – ciri yaitu memiliki 2-3 deret
comb scale, mempunyai siphon dengan panjang 4x lebar basal. Diatas siphon
terdapat sepasang siphonic tufts. Dan memiliki lebih dari 4 pecten Pada segmen
kepala, larva Aedes sp memiliki 2-4 cabang midfrontal hairs dan inner frontal hairs
(Utrio, 1976).

16
B. Anopheles Sp
Larva Anopheles sp tidak memiliki siphon sehingga Larva Anopheles sp
menggantungkan dirinya sejajar dengan permukaan air (Sembel, 2009).
C. Culex Sp
Larva Culex sp menggantungkan tubuhnya dengan membentuk sudut terhadap
permukaan air. Larva Culex sp memiliki ciri-ciri . Larva Culex sp memiliki ciri –
ciri yaitu memiliki 4 deret comb scale, mempunyai siphon dengan panjang 5-6x
lebar basal. Diatas siphon terdapat 4-5 pasang siphonic tufts dan memiliki kurang
dari 4 pecten. Pada segmen kepala, larva Culex sp memiliki 5-7 cabang midfrontal
hairs dan 4-8 cabang inner frontal hair (Utrio, 1976).
Perbedaan siklus hidup nyamuk Anopheles sp, Aedes sp, Culex sp, dan
Mansonia sp (Service, 2012).
2.2.5 Pencegahan Larva Nyamuk
Cara melakukan pencegahan larva nyamuk, dapat dilakukannya pengendalian
vector, dimana pengendalian vektor bertujuan:
1) Mengurangi atau menekan populasi vektor serendah-rendahnya sehingga
tidak berarti lagi sebagai penular penyakit
2) Menghindarkan kontak antara vektor dan manusia
Pengendalian vector dapat digolongkan dalam pengendalian alami (natural
control) dan pengendalian buatan (artificial = applied control). Termasuk

17
pengendalian alami adalah faktor-faktor ekologi yang bukan merupakan tindakan

manusia. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah topografi, ketinggian (altitude),
iklim dan musuh alami (Sutanto et al., 2005). Sedangkan untuk pengendalian
buatan ada beberapa cara yaitu :
1) Pengendalian Melalui Sanitasi
Pengendalian melalui sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara tidak

langsung, yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan
nyamuk seperti kaleng-kaleng bekas, plastik-plastik bekas, ban mobil /motor bekas,
dan wadah-wadah lain yang dapat menampung air bersih atau genangan air hujan.
Barang-barang tersebut dapat dipendam atau dibakar. Tempat-tempat yang bisa
menampung air sebagai dari konstruksi bangunan harus dibersihkan dan air-air
yang tergenang sesudah hujan harus dikeluarkan (Depkes RI, 2016)
Tempat-tempat penampungan air termasuk sumur harus dibersihkan untuk

mengeluarkan atau membunuh telur-telur, larva-larva, dan pupa-pupa nyamuk.
Program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen
Kesehatan RI ialah program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3M
plus. Dimana Program PSN adalah: 1) Menguras berarti membersihkan tempat
yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air,tempat
penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain, 2) Menutup, yaitu
menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum,kendi, dan lain
sebagainya, dan 3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang
memiliki potensi untuk jadi tempatperkembangbiakan nyamuk penular Demam
Berdarah (Nomitasari et al., 2012; Depkes RI, 2016).
Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan seperti 1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air
yangsulit dibersihkan; 2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk;
3) Menggunakan kelambu saat tidur; 4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk;
5) Menanam tanaman pengusir nyamuk, 6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam
rumah; 7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain (Depkes RI,2016).

18
2) Pengendalian dengan Insektisida
Penyemprotan dengan malathion (fogging) masih merupakan cara yang umum

dipakai untuk membunuh nyamuk dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh
larva yang hidup dalam air. Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva
nyamuk adalah dengan menggunakan larvasida seperti abate (Sembel, 2009).
3) Pengembangan Infrastruktur Kesehatan
Sejumlah ahli meyakini bahwa negara-negara yang sedang berkembang harus

memfokuskan diri pada pengimplementasian infrastruktur pusat-pusat kesehatan
seperti puskesmas. Demikian pula pencegahan penyakit dengan melibatkan
individu-individu dalam satu keluarga dan di sekitarnya serta oleh berbagai lapisan
masyarakat dan pusat-pusat pelayanan kesehatan sangat diperlukan. Kebutuhan
yang paling kritis bukan terletak pada metode pengendalian yang lebih baik, tetapi
para ahli pengendali vektor yang lebih terampil sehingga mereka dapat melatih atau
memberdayakan masyarakat mengenai cara mengendalikan vektor. Selanjutnya,
kelompok profesional harus melakukan penelitian lapangan, evaluasi entomologis
dan epidemiologis di daerah endemik tempat aktivitas program pengendalian
vektor (Sembel, 2009).

19
2.3 Kerangka Teori
1) Culicini
a. Aedes Sp
NYAMUK b. Culex Sp
c. Mansonia Sp
2) Anophelini
a. Anopheles Sp
Lingkungan Lingkungan yang

Perkembangbiakkan mempengaruhi
Larva Nyamuk perkembangbiakkan
nyamuk
Semua wadah buatan,

alami dan genangan air Kepadatan larva nyamuk
tanah yang menjadi
tempat
perkembangbiakkan
larva nyamuk Identifikasi larva
nyamuk
2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah:
Lingkungan Rumah pada saat

Kepadatan Larva Nyamuk
larva dijumpai
2.5 Hipotesis
Ada hubungan antara keadaan lingkungan rumah dengan kepadatan larva

nyamuk yang terdapat pada Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan
Tembung, Kota Medan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat analitik korelatif
dengan menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan keadaan lingkungan rumah dengan kepadatan larva nyamuk di
Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.
3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan
Tembung, Kota Medan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah rumah warga yang berada di keseluruhan
daerah (dalam rumah dan sekitar rumah) di Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan
Medan Tembung, Kota Medan sebanyak 3547 rumah, selama periode penelitian
mulai bulan Agustus hingga Oktober 2017
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode cluster
sampling dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Kriteria Inklusi
Larva nyamuk sebagai sampel yang berada di genangan air di dalam dandi luar
sekitar rumah penduduk yang meliputi halaman dan selokan di sekitar rumah
penduduk Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.
Kriteria Eksklusi
Sampel yang berada di dalam rumah yang terkunci atau pemilik rumah tidak
mengizinkan pengambilan sampel di sekitar rumah penduduk di Kelurahan Bandar
Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.
20

21
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode “cluster

sampling” dimana semua sampel yang dimasukan kedalam penelitian inimemenuhi
kriteria pemilihan sampel. Hasil survei awal, jumlah rumah penduduk di Kelurahan
Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung adalah 3547. Menurut
(Notoatmodjo, 2005), bila populasi kurang dari 10,000 maka digunakan rumus
sebagai berikut :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑2 )
3547
𝑛=
1 + 3547(0,1)2
𝑛 = 97,25
𝑛 ≈ 100
Berdasarkan rumus perhitungan besar sampel diatas, maka diperoleh
jumlah sampel sebanyak 97,25 rumah dan digenapkan menjadi 100 rumah. Oleh
karena pada kelurahan banda selamat memiliki 12 lingkungan jadi sampel yang
digunakan sebanyak 120 rumah agar lebih memudahkan menggunakan metode
cluster sampling
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang di inginkan(10% = 0,1)
3.5 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakanan untuk penelitian ini berasal dari data primer, yaitu
data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian. Data primer diperoleh

22
dari keadaan lingkungan rumah melalui observasi dengan menggunakan poin-poin

observasional dan untuk kepadatan larvanya dengan menggunakan index larva dan
kemudian dilakukan identifikasi larva.
3.5.1 Cara Identifikasi Jenis Larva
3.5.1.1 Di Lapangan
Lokasi penemuan larva nyamuk mencakup genangan air yang terdapat di dalam
wadah artifisial (plastik bekas, vas bunga, ban bekas), wadah alami (tempurung
kelapa, ruasbambu, lubang pohon) dan genangan air tanah (kolam, rawa, selokan).
Larva diambil dengan menggunakan pipet untuk larva yang ditemukan di tempat
yang kecil, atau diambil menggunakan gayung untuk larva yang berada di tempat
yang luas. Larva yang berada di air keruh diambil dengan bantuan senter. Larva
yang sudah diambil dipindahkan ke dalam plastik.Plastik diberi label dan dicatat
lokasi pengambilan larva dan PH air. Larva kemudian diidentifikasi di laboratorium
menggunakan buku identifikasi.
3.5.1.2 Di Laboratorium
Larva diambil dengan menggunakan pipet dan ditempatkan dalam plastik dan
larva dimatikan menggunakan air yang bertemperatur 600C. Tempatkan larva
nyamuk pada kaca objek di bawah mikroskop kemudian diamati. Identifikasi larva
berdasarkan buku dan jurnal kunci identifikasi seperti bentuk kepala, segmen
abdomen akhir, segmen anal dan sisirnya.
3.6 Variabel dan Definisi Operational
3.6.1 Variabel
Dalam penelitian ini di tetapkan variable dependen dan variable independen
adalah :
1. Variable independen : Keadaan Lingkungan Rumah
2. Variabel dependen : Kepadatan Larva
3.6.2 Definisi Operational
3.6.2.1 Larva Nyamuk

23
 Larva nyamuk merupakan salah satu bentuk metamorfosa siklus hidup

nyamuk. Nyamuk mengalami metamormofosa sempurna dengan bentuk
siklus hidup berupa telur, larva (beberapa instar), pupa, dan dewasa. Larva
nyamuk dapat ditemukan dengan mudah menggantungkan diri di
permukaan air. (Sembel, 2009).
 Cara Ukur : Menghitung larva pada glass objek
 Alat Ukur : Mikroskop dan buku pantuan identifikasi
 Hasil Ukur : Larva Aedes sp, Anopheles sp, Culex sp, Mansonia sp
 Skala Ukur : Nominal
3.6.2.2 Lingkungan Rumah pada saat Larva di jumpai
 Lingkungan Rumah pada saat Larva di jumpai merupakan Lingkungan

Rumah yang diamati sebelum pengambilan larva.
 Cara Ukur : Observasi
 Alat Ukur : Observasi
 Hasil Ukur : Bersih/Tidak Bersih
 Skala Ukur: Nominal
3.6.2.3 Kepadatan Larva Nyamuk
 Kepadatan larva nyamuk merupakan salah satu dari metode surve larva yang
bertujuan untuk mengetahui luas penyebaran nyamuk di suatu daerah
 Cara Ukur : Perhitungan Langsung
 Alat Ukur : Angka Bebas Larva (ABL), Breteau Index, Container Index,
House Index
 Hasil Ukur : Kepadatan Rendah, Kepadatan Sedang, Kepadatan Tinggi
 Skala Ukur : Ordinal
3.7 Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dari hasil identifikasi larva dan observasi lingkungan,
maka akan dilakukan pengolahan data melalui proses editing dan coding kemudian
dianalisis dengan perangkat lunak pengolah data SPSS, dengan menggunakan uji
statistik Kai Kuadrat (Chi Square)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bandar Selamat yang melibatkan

120 rumah. Kelurahan Bandar Selamat merupakan kelurahan yang terletak di
Kecamatan Medan Tembung Kota Medan. Kelurahan Bandar Selamat terdiri dari
12 (dua belas) lingkungan. Dimana jumlah penduduk di kelurahan Bandar selamat
sebanyak 15.829 jiwa dengan Kepala Rumah Tangga sebanyak 3547 Rumah.
Adapun batas-batas Kelurahan Bandar Selamat ini adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Percut Sei Tuan

 Sebelah Selatan : Kelurahan Bantan
 Sebelah Barat : Kelurahan Tembung
 Sebelah Timur : Kelurahan Medan Tembung
Tabel 4.1 Keberadaan Larva
Keberadaan Larva Jumlah Persentase (%)

(Rumah)
Ada 35 29,2
Tidak Ada 85 70,8
Total 120 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 120 rumah
responden, 35 rumah diantaranya dijumpai larva dan 85 rumah lainnya tidak
ditemukan larva.
24

25
Tabel 4.2 Jenis-jenis Larva Yang dijumpai
Jenis-Jenis Larva Jumlah (ekor) Persentase (%)

Aedes aegypti 38 95,0
Culex sp 2 5,0
Total 40 100,0
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas diketahui bahwa jenis-jenis larva yang dijumpai
di Kelurahan Bandar selamat adalah Aedes aegypti dan Culex sp dimana jumlah
larva terbanyak adalah Aedes aegypti dengan jumlah 38 ekor (95%).
Tabel 4.3 Tempat Penampungan Air (TPA) Tempat Larva Dijumpai
TPA Tempat Larva Dijumpai Jumlah Persentase (%)

(wadah)
Bak Mandi 7 17,5
Bak Penampungan Air 6 15,0
Dispenser 18 45,0
Ember 9 22,5
Total 40 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas diketahui bahwa TPA tempat larva yang dijumpai
di Kelurahan Bandar Selamat yang paling banyak (Key Index) adalah dispenser
dengan jumlah 18 buah (45%).

26
Tabel 4.4 Kepadatan Larva
Kepadatan Larva Jumlah Persentase (%)

(rumah)
Sedang 100 83,3
Tinggi 20 16,7
Total 120 100,0
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diketahui bahwa kepadatan larva di Kelurahan

Bandar Selamat umumnya adalah “Sedang” dengan jumlah 100 rumah (83,3%).
Tabel 4.5 Keadaan Lingkungan Rumah
Keadaan Lingkungan Jumlah Persentase (%)

(rumah)
Bersih 57 47,5
Tidak Bersih 63 52,5
Total 120 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa keadaan lingkungan

rumah di Kelurahan Bandar Selamat umumnya adalah keadaan lingkungan rumah
yang tidak bersih dengan jumlah 63 rumah (52,5%).
Tabel 4.6 Hubungan Keadaan Lingkungan dengan Kepadatan Larva
Kepadatan Larva
Keadaan Lingkungan Total P
Sedang Tinggi
Bersih 52 (52,0%) 5 (25,0%) 57 (47,5%)
0,027
Tidak Bersih 48 (48,0%) 15 (75,0%) 63 (52,5%)
Total 100 (100%) 20 (100%) 120 (100%)

27
Berdasarkan analisis bivariat dengan uji analisis Chi Square diperoleh p-value
0,027 (p<0,05) yang berarti menunjukkan adanya hubungan keadaan lingkungan
rumah dengan kepadatan larva di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan
Tembung Kota Medan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 120 rumah di kelurahan Bandar Selamat

Kecamatan Medan Tembung Kota Medan terdapat larva pada 35 rumah, dari
35 rumah tersebut didapatkan jumlah larva sebanyak 40 larva. Dimana pada satu
rumah bisa ditemukan larva pada dua tempat yang berbeda atau lebih. Wadah yang
paling banyak ditemukan larva yaitu dispenser dengan jumlah 18 (45%). Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Prahajna dan Winita,
2013) pada tahun 2013 di RW 05 dan RW 07 di Kelurahan Cempaka Putih Barat,
Jakarta Pusat, dimana pada hasil penelitiannya juga didapatkan wadah larva yang
paling banyak adalah dispenser. Hal ini disebabkan karena masyarakat jarang
membersihkan secara rutin wadah tersebut dan banyak juga masyarakat tidak
mengetahui bahwa wadah tersebut dapat menjadi wadah berkembangnya larva
nyamuk.
Jumlah larva yang ditemukan pada penelitan ini berjumlah 40 ekor, dimana
jenis larva terbanyak ditemukan adalah Aedes aegypti sebanyak 38 ekor dan sisanya
adalah Culex sp. Hal ini sesuai dengan penelitian pada tahun 2011 di Negeri
Kamarian Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat mengatakan bahwa
tempat larva untuk Aedes sp biasanya terdapat pada kondisi air yang bersih dan
berada didalam rumah, sedangkan untuk Culex sp biasanya larvanya berada pada
tempat air yang kotor dan berada di luar rumah (Kresyan dan Nusaly, 2011). Hal
ini sesuai karena pada penelitian ini Culex sp ditemukan pada ember dimana air
pada ember ini berasal dari air sumur dan embernya berada di luar rumah.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel keadaan lingkungan rumah
berhubungan dengan kepadatan larva (p-value 0,027 (p<0,05)). Hal ini sesuai
dengan penelitian (Saleeza et al., 2011) dan (Service, 2012) dimana pada penelitian
ini mengatakan bahwa keadaan lingkungan yang sesuai untuk perkembangbiakan
nyamuk tidak hanya terbentuk daripada alam sendiri, malah manusia sering

28
menyediakan tempat yang ideal untuk mereka, misalnya lingkungan yang kotor
dan banyak sampah, urbanisasi yang tidak terencana, pengelolaan limbah padat
yang kurang memadai dan juga kontrol yang kurang efektif. Hal-hal tersebut akan
meningkatkan populasi nyamuk secara tidak sengaja. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian oleh Rendy, (2013) mengatakan keberadaan larva dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti temperature, kelembaban, dan keadaan lingkungan
rumah. Dimana untuk menentukan keadaan lingkungan rumah “Bersih” atau
“Tidak Bersih” itu dengan menggunakan poin-poin observasional yang terdapat
pada lampiran E. Oleh karena itu bisa saja wadah tempat larva ditemukan itu
memiliki kondisi air yang bersih tetapi lingkungan rumahnya tidak bersih. Dan pada
penilitian ini yang dinilai adalah keadaan lingkungan rumah bukan wadah tempat
larva dijumpai.
Kepadatan larva yang tinggi dapat menyebabkan tingginya kejadian penyakit
akibat nyamuk sebagai vektor. Tingginya kejadian penyakit akibat nyamuk sebagai
vektor ini disebabkan karena komponen utama penularan penyakit itu adalah host,
virus, dan vektor. Dimana faktor utama pencetusnya yaitu adanya suatu virus
contohnya seperti virus dengue. Penularan virus dengue dari host ke host yang lain
diperlukan adanya vektor, sehingga untuk terjadinya penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sangat berkaitan dengan adanya vektor untuk menularkan virus
tersebut. Oleh karena itu semakin banyaknya populasi nyamuk sebagai vektor akan
semakin tingginya kejadian penyakit akibat nyamuk sebagai vektor. Sehingga
kepadatan larva yang tinggi akan menyebabkan tinggi pula kejadian dari penyakit
yang diesbabkan oleh nyamuk sebagai tularan vektor (Joharina et al., 2014).

29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat hubungan keadaan lingkungan rumah dengan kepadatan larva

di Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota
Medan.
2. Jenis-jenis larva yang terdapat pada Kelurahan Bandar Selamat,
Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan ada dua spesies yaitu
Aedes,aegypti dan Culex sp.
3. Sarana-sarana yang menjadi tempat perkembang biakkan nyamuk pada
kelurahan Bandar Selamat adalah dispenser, ember, bak mandi, dan bak
penampungan mandi.
4. Jenis larva yang paling banyak dijumpai pada Kelurahan Bandar
Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan adalah larva Aedes
aegypti.
5. Kepadatan larva pada Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan
Tembung, Kota Medan yaitu kepadatan sedang sebanyak 100 rumah
dan kepadatan tinggi sebanyak 20 rumah.
6. Keadaan lingkungan pada Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan
Medan Tembung, Kota Medan tidak bersih.
5.2 Saran
1. Masyarakat
a. Masyarakat diharapkan untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap

lingkungan sekitarnya karena lingkungan merupakan salah satu factor
menentukan keberadaan larva.
b. Masyarakat diharapkan untuk lebih sering melihat tempat-tempat

penampungan air yang terbuka dan rutin memeriksa secara berkala
tempat-tempat larva, contohnya seperti di penampungan dispenser
29

30
c. Masyarakat diharapkan untuk meningkatkan perilaku 3M Plus sebagai

salah satu kegiatan pembasmian sarang nyamuk dan pencegahan
terhadap penyakit tularan nyamuk.
2. Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas di Kecamatan Medan Tembung
a. Meningkatkan penyuluhan mengenai program PSN serta memberikan

informasi kepada masyarakat mengenai penyakit-penyakit tularan
nyamuk dan cara pencegahannya.
3. Peneliti Lain
a. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian dengan studi

intervensi agar dapat mengetahui hubungan sebab akibat yang lebih kuat
dibandingkan dengan studi cross sectional.
b. Peneliti lain disarankan untuk mempertimbangkan waktu penelitian

sesuai dengan cuaca yang sedang berlangsung karena salah satu faktor
keberadaan jentik nyamuk adalah cuaca yang berlangsung.

31
DAFTAR PUSTAKA
Chadijah, S., Rosmini, Halimudin, 2011.Peningkatan peranserta masyarakat dalam

pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) di dua
kelurahan di Kota Palu, Sulawesi Tengah.media litbang kesehatan 21, 183–190.
Depkes RI, 2016. Kendalikan DBD Dengan PSN 3M Plus.kementrian kesehatan

Republik Indonesia 1–2
Focks, D., 2004. A review of entomological sampling methods and indicators for
dengue vectors. Dengue Bulletin 28, 208389
Israr, A.Y., 2008, Kesehatan Lingkungan, Accessed 8 june 2017, Available at:
https://yayanakhyar.wordpress.com/2008/10/15/kesehatan-lingkungan-
kesling/
Joharina, Arum Sih, W., 2014. Kepadatan Larva Nyamuk Vektor sebagai Indikator
Penularan Demam Berdarah Dengue di Daerah Endemis di Jawa Timur. Jurnal
Vektor Penyakit 8, 33–40.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015.doi:351.077 Ind
Mulia, R.M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Edisi pertama, Penerbit

Graha Ilmu, Yogyakarta.
Mosquito World, 2015.Mosquito Habitats. Accessed 8 june 2017Available from

http://www.mosquitoworld.net/about-mosquitoes/habitats/
Nomitasari, D., Saraswati, L.D., Ginandjar, P., 2013. Perbedaan praktik PSN-3M
Plus di kelurahan percontohan dan non percontohan program pemantauan
jentik rutin Kota Semarang. Jurnal Entomologi Indonesia 9, 32–37.

32
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Peneliti Kesehatan, Edisi revisi, PT Rineka

Cipta, Jakarta
Pentury Kresyan dan Windy Nusaly, 2011. Analisa Kepadatan Larva Nyamuk
Culicudae dan Anophelidae pada Tempat Perindukan Di Negeri Kamarian
Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat
Prahajna, D., n.d. pada Container Non Tempat Penampungan Air Antara RW 03
dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat , Jakarta Pusat.
Public-Health Pesticide Applicator Training Manual 2000, Mosquito, accessed 8

june 2017, Available at :http://entnemdept.ufl.edu/fasulo/vector/chap03.pdf
Rattanarithikul, R., Harbach, R.E., Harrison, B.A., Panthusiri, P., Jones, J.W.,
Coleman, R.E., 2005. I1 . Genera Culex and Lutzia 36.
Rendy, M.P., 2013. Hubungan Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan dengan
Keeradaan Larva Nyamuk Aedes aegypti di kelurahan Sawah Lama .
Saleeza, S.N.R., Norma-Rashid, Y., Azirun, M.S., 2011. Mosquitoes Larval

Breeding Habitat in Urban and Suburban Areas , Peninsular Malaysia. World
Academy of Science, Engineering and Technology 58, 569–573.
Sembel, D. 2009. Entomologi kedokteran. Penerbit Andi, Yogyakarta, pp.49-105
Service, M. (2012). Medical Entomology for Students, Fifth Edition, Accessed 8

june 2017Availabe from
http://www.book2look.com/vbook.aspx?id=9781107668188
Shujuan, L., Dawn, G., Al, F., Shaku, N., Paul, B., Carl, O. 2013.Mosquitoes,
Accessed 8 june 2017,Available from
http://cals.arizona.edu/pubs/insects/az1221.pdf.

33
Sutanto, I., Ismid, S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S., 2008. Parasitologi Kedokteran.
Edisi Keempat, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Utrio, P., 1976. Identification key to Finnish mosquito larvae (Diptera, Culicidae).
Annales Agriculturae Fenniae 15, 128–136.
World Health Organization.(1982). Manual on environmental management for

mosquito control with special emphasis on malaria vectors.WHO Offset
Publication, (66), 1–283 Available from
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/37329/1/9241700661_eng.pdf?ua=1.
WHO 2015, Mosquito-borne diseases, accessed 8 june 2017, available at

:http://www.who.int/neglected_diseases/vector_ecology/mosquito-borne-
diseases/en/
WHO 2016, Vector-borne diseases, accessed 8 june 2017, available at

:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs387/en/
Yuniati, 2012. Pengaruh Sanitasi Lingkungan Pemukiman Terhadap Kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Daerah Aliran Sungai di Kota Medan
Zulkarnaini.Siregar, Y.I dan Dameria. 2009. Hubungan Kondisi Sanitasi

Lingkungan Rumah Tangga Dengan Keberadaan Jentik Vektor Dengue di
Daerah Rawan

34
Lampiran A
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

CURRICULUM VITAE
Nama : Yusuf Hardi Lubis
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 25 Oktober 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Letda Sujono Gg Muslim No.1
Nomor Telepon : 082162193295
Orang Tua : - Ayah : Ir. Husin Ibrahim, MT

- Ibu : dr. Hafni Tanjung
Riwayat Pendidikan :
1. TKA/TPA FATHIMATURRIDHA 2001- 2002

2. MIN Medan Tembung 2002 – 2008
3. SMP Swasta An-Nizam Medan 2008 – 2011
4. SMA Negeri 11 Medan 2011 – 2014
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2014 - sekarang
Riwayat Organisasi :

35
Lampiran B.
PERNYATAAN
Hubungan Keadaan Lingkungan Rumah dengan Kepadatan Larva Nyamuk

di Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter pada
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil
karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya
orang lain dalam penulisan skripsi ini telah penulis cantumkan sumbernya secara
jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini
bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, penulis
bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan
sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penulis,
Yusuf Hardi Lubis

140100034

36
Lampiran C
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Yth. Bapak/Ibu
Saya Yusuf hardi Lubis, Mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian mengenai “
Hubungan Keadaan Lingkungan dengan Kepadatan Larva Nyamuk di Kelurahan
Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Penelitian inin
dilakukan sebagai tahap akhir dalam menyelesaikan proses belajar di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Saya Berharap kesedian Anda sebagai pemilik rumah untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, saya akan menilai keadaan lingkungan
rumah dan akan mengambil sampel air yang terdapat larva nyamuk/ jentik nyamuk
yang berada di dalam dan /atau di luar rumah. Penelitian ini tidak menimbulkan
akibat yang merugikan Anda sebagai responden. Kerahasian semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika
Anda bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan informed consent
dengan sukarela dan tanpa paksaan.
Atas perhatian dan kesedianan Anda menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya
Peneliti,
Yusuf Hardi Lubis

37
Lampiran D
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
Untuk di lakukannya Pengambilan sampel air yang terdapat larva nyamuk/ jentik
nyamuk di dalam dan di luar rumah saya.
Saya telah menerima dan mengerti penjelasan tentang penelitian “ Hubungan
Keadaan Lingkungan dengan Kepadatan Larva Nyamuk di kelurahan Bandar
Selamat, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan” dan dengan penuh kesadaran
serta tanpa paksaan, saya sebagai pemilik rumah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan siapapun.
Medan, 2017
Responden,
( )

38
Lampiran E
Poin-poin untuk menilai Keadaan Lingkungan
1. Terdapatnya tempat-tempat penampungan air di luar rumah

YA TIDAK
2. Tidak dilakukan penutupan tempat-tempat penampungan air
YA TIDAK
3. Tidak mengubur atau mendaur ulang sampah
YA TIDAK
4. Menguras bak mandi dalam 1 minggu
YA (<1x seminggu) TIDAK (>1x seminggu)
5. Terdapatnya sampah di sekitar rumah (kaleng bekas, ban bekas, dll)
YA TIDAK
6. Terdapatnya semak-semak atau tanaman di sekitar rumah
YA TIDAK
7. Tidak terdapatnya pemakaian kawat kasa di dalam rumah
YA TIDAK
8. Terdapatnya jentik-jentik di dalam bak mandi rumah
YA TIDAK
9. Terdapatnya sampah-sampah di selokan sekitar rumah
YA TIDAK
10. Tidak Terdapatnya penggunaan kelambu atau obat anti nyamuk rumah
YA TIDAK
Nb : Ya = nilai 2
Tidak = nilai 1
Kriteria
Jika nilai >14 dikatakan keadaan lingkungan tidak bersih
Jika nilai ≤14 dikatakan keadaan lingkungan bersih

39
Lampiran F

40
Lampiran G

41
Lampiran H

42
Lampiran I

43
Lampiran J
Statistics
SpesiesLarvaYangDitemukan
N Valid 40
Missing 0
SpesiesLarvaYangDitemukan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Aedes aegypti 38 95.0 95.0 95.0
Culex Sp 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Statistics
TPATempatLarvaDitemukan
N Valid 40
Missing 0
TPATempatLarvaDitemukan
Cumulative
Valid Bak Mandi 7 17.5 17.5 17.5
Bak Penampungan Air 6 15.0 15.0 32.5
Dispenser 18 45.0 45.0 77.5
Ember 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Statistics
KepadatanLarva
N Valid 120
Missing 0
Mean 2.17
Median 2.00
Mode 2

44
KepadatanLarva
Cumulative
Valid sedang 100 83.3 83.3 83.3
tinggi 20 16.7 16.7 100.0
Total 120 100.0 100.0
Statistics
KeadaanLingkungan
N Valid 120
Missing 0
Mean 1.55
Median 2.00
Mode 2
KeadaanLingkungan
Cumulative
Valid Bersih 54 45.0 45.0 45.0
Tidak Bersih 66 55.0 55.0 100.0
Total 120 100.0 100.0
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KeadaanLingkunganKategori 120 100.0% 0 0.0% 120 100.0%
* KepadatanLarvaKategori

45
KeadaanLingkunganKategori * KepadatanLarvaKategori
Crosstabulation
Count
KepadatanLarvaKategori
Sedang Tinggi Total
KeadaanLingkunganKategori Bersih 52 5 57
Tidak Bersih 48 15 63
Total 100 20 120
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.872a 1 .027
Continuity Correctionb 3.850 1 .050
Likelihood Ratio 5.092 1 .024
Fisher's Exact Test .030 .023
N of Valid Cases 120
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50.
b. Computed only for a 2x2 table

46
Lampiran K

47

48
MASTER DATA
Jenis TPA tempat
Rumah Nama Keberadaan Jentik Larva Keadaan Lingkungan Spesies Larva Kepadatan
1 Yusuf Hardi Lubis Tidak Ada - Bersih - 2
2 Sawiyah Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
3 Sobaria Tidak Ada - Bersih - 2
4 Arni Holida Lubis Tidak Ada - Bersih - 2
5 Dahlia Lubis Tidak Ada - Bersih - 2
6 Fauzi Hamdi Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
7 Hj. Maimunah Lubis Tidak Ada - Bersih - 2
Aedes aegypti
8 Nisma Ada B3 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
Aedes aegypti
Halimatus sadiah
Bersih
9 Lubis Tidak Ada - -
10 Mas Bulan Daulay Tidak Ada - Bersih - 2
11 M. Mahrum Siregar Ada E1 Bersih Aedes aegypti 2
12 Sri Wahyuni Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
13 Hj. Asmah Harahap Tidak Ada - Bersih - 2
14 Nelly Farida Lubis Tidak Ada - Bersih - 2
15 Nurlaili Nst Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
16 Fitri Tidak Ada - Bersih - 2
17 Yati Tidak Ada - Bersih - 2
Aedes aegypti
18 Ade Irma Ada B1, A1, C1 Tidak Bersih 2
Aedes aegypti

49
Aedes aegypti
19 Lina Tidak Ada - Bersih - 2
20 Aida Rinarti Tidak Ada - Bersih - 2
21 Erma Sari Tidak Ada - Bersih - 2
22 Dina Dimitri Nst Tidak Ada - Bersih - 2
23 Jamilah Lubis Tidak Ada B1 Bersih Aedes aegypti 2
24 Neni Khairani Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
25 Nurhaliman Nst Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
26 Nurhayati Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
27 Eka Tidak Ada - Bersih - 2
28 Bokarudin Lubis Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
Hj. Dumasari
Bersih
29 Hasibuan Tidak Ada - - 2
30 Lisni Mindawati Nst Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
Asmaruddin
Bersih
31 Harahap Tidak Ada - - 2
32 Weni Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
33 Roslidar Harahap Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
34 Nurdiah Lubis Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
35 Nuning Irawati Tidak Ada C1 Bersih Aedes aegypti 2
36 Nurasnah Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
37 Nurhayati Tidak Ada - Bersih - 2
38 Hamidah Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
39 Yenni Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
40 Marni Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
41 Rismayanti Tidak Ada - Bersih - 2

50
42 Nani Hasibuan Tidak Ada - Tidak Bersih - 2

43 Fitri Siregar Tidak Ada - Bersih - 2
44 Erlina Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
45 Asraini Rangkuti Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
46 Nuraisyah Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
47 Hj. Salmah Lubis Ada A1 Bersih Aedes aegypti 2
48 Darmi Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
49 Arnaini Lubis Ada A1 Bersih Aedes aegypti 2
50 Nurhamidah Tidak Ada - Bersih - 2
51 Nelli Asia Tidak Ada - Tidak Bersih - 3
52 Maya Rahmadhani Tidak Ada - Bersih - 3
53 Amy Safrida Ada C1 Tidak Bersih Aedes aegypti 3
54 Chaidijah Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 3
55 Enni Nst Tidak Ada - Tidak Bersih - 3
56 Yunna Tidak Ada - Tidak Bersih - 3
57 B. Pasaribu Ada C1 Bersih Culex Sp 3
58 Dewi Purnama Tidak Ada - Tidak Bersih - 3
59 Nurjannah Ada A1 Tidak Bersih Aedes aegypti 3
Aedes aegypti
60 Siti Armi Pangabean Ada E2 Tidak Bersih 3
Aedes aegypti
61 Asrin Hutabarat Ada A1 Bersih Aedes aegypti 3
62 Fatmah Sarinah Ada A1 Tidak Bersih Aedes aegypti 3
63 Linni Suraidah Lubis Ada E1 Bersih Aedes aegypti 3
64 Siti Aminah Parinduri Tidak Ada - Tidak Bersih - 3
65 Hamidah Lubis Ada C1 Tidak Bersih Aedes aegypti 3

51
66 Muliadi Lubis Tidak Ada - Tidak Bersih - 3

67 Farida Hanum Nst Ada C1 Tidak Bersih Aedes aegypti 3
68 Tari Tidak Ada - Bersih - 3
69 Eva Andriyani Lubis Tidak Ada - Tidak Bersih - 3
70 Abdul gani Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 3
71 Butet Batubara Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
72 Hafiz Ramadhan Tidak Ada - Bersih - 2
73 H. Mustafa Jon Nst Ada C1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
74 Dirham Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
75 Masliana Nst Tidak Ada - Bersih - 2
76 Siti Aisyah Tidak Ada - Bersih - 2
77 Nita Nst Tidak Ada - Bersih - 2
78 Siti Aminah Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
79 Neny Lubis Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
80 Fahrizal Lbs Tidak Ada - Tidak Bersih - 3
81 Holidah Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
82 Marlina Nst Ada E1 Bersih Aedes aegypti 2
83 Zulfan Siregar Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
84 Dahliana Nst Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
85 Maslani Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
86 Etika Suriani Nst Tidak Ada - Bersih - 2
87 Sariani Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
88 Nazaruddin Tidak Ada - Bersih - 2
89 Mariani Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
90 Siti Wahyuni Hsb Ada E1 Bersih Aedes aegypti 2

52
91 Nismawati Tidak Ada - Tidak Bersih - 2

92 Nurhayati Ada C1 Tidak Bersih Culex Sp 2
93 Marwiyah Nst Tidak Ada - Bersih - 2
94 Masitah Tidak Ada - Bersih - 2
95 Yusnani Tidak Ada - Bersih - 2
96 Tukmaida Tidak Ada - Bersih - 2
97 Rahmah Tidak Ada - Bersih - 2
98 Syamsul Bahri Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
99 Elli Tanjung Tidak Ada - Bersih - 2
100 Fera Damayanti Tidak Ada - Bersih - 2
101 Lili Diana Fitri Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
102 Darma Sari Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
103 Sahara Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
104 Sundari Tidak Ada - Bersih - 2
105 Lyonni Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
106 Nadia Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
107 Darma Tidak Ada - Tidak Bersih - 2
108 Sriyana Ada B1 Bersih Aedes aegypti 2
109 Riska Wahyuni Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
110 Sa'dan Tidak Ada - Bersih - 2
111 Syarifah Zahriah Tidak Ada - Bersih - 2
112 Nadifah Tidak Ada - Bersih - 2
113 Hepi Ada E1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2
114 Yufardi Ainil Tidak Ada - Bersih - 2
115 Dewi Ada C1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2

53
116 Usyairah Batubara Tidak Ada - Bersih - 2

117 Pina Tidak Ada - Bersih - 2
118 Nelvida Tidak Ada - Bersih - 2
119 Nur Aini Tidak Ada - Bersih - 2
120 Sofiyan Ginto Ada A1 Tidak Bersih Aedes aegypti 2

Hubungan Keadaan Lingkungan Rumah Dengan Kepadatan Larva Nyamuk

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Hubungan Keadaan Lingkungan Rumah Dengan Kepadatan Larva Nyamuk

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

HUBUNGAN KEADAAN LINGKUNGAN RUMAH

DENGAN KEPADATAN LARVA NYAMUK

YUSUF HARDI LUBIS

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

Universitas Sumatera Utara

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

YUSUF HARDI LUBIS

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian : Hubungan Keadaan Lingkungan Rumah dengan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima

Medan, 11 Desember 2017

Dra. Merina Panggabean, M.MedSc

Ketua Penguji Anggota Penguji

Medan, 11 Desember 2017

DR. Dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

6. Anggota grup penelitian, Luthfiah Gina Ariesti Siregar, M. Reza Restu

Medan, 11 Desember 2017

Yusuf Hardi Lubis

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 31

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Kata kunci : Kepadatan Larva, Lingkungan Rumah, Nyamuk.

Universitas Sumatera Utara

Key word : Mosquito’s Larva Density,The Home Environment, Mosquito

Universitas Sumatera Utara

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2015, penyakit malaria saja di seluruh dunia menyebabkan

Upaya pengendalian nyamuk penting untuk mencegah terjadinya wabah dari

Universitas Sumatera Utara

dan lingkungan seperti apa yang dapat menyebabkan tingginya

Lingkungan yang sesuai untuk perkembangbiakan nyamuk tidak hanya

Universitas Sumatera Utara

1.1 Rumusan Masalah

Universitas Sumatera Utara

1.3.3 Bagi Dinas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

2.1 Kesehatan Lingkungan

Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22

1) Penyehatan Air dan Udara

Universitas Sumatera Utara

Keadaan Lingkungan yang sesuai untuk perkembangbiakkan nyamuk tidak

Universitas Sumatera Utara

Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi larva nyamuk, yaitu pergerakan

2.2.1 Morfologi Nyamuk

Nyamuk berukuran kecil (4-13 mm) dan rapuh. Kepalanya mempunyai

Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai vena yang permukaanya

Universitas Sumatera Utara

Morfologi Nyamuk Betina (Service, 2012)

Male Culicine Male Anopheline

Perbedaan Nyamuk Jantan dan Betina (Service, 2012)

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna : telur - larva – pupa – dewasa.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara