SKRIPSI
Oleh:
Kevin
140100149
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
Kevin
140100149
Pembimbing
Dr. dr. Rodiah R. Lubis, MKed(Opth), Sp.M(K) dr. Deryne A. Paramita, MKed(KK), Sp.KK
NIP.19760417200501 2002 NIP.19831111200912 2004
ii
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “pengaruh ekstrak daun jambu
biji (Psidium guajava L.) terhadap penghambatan pertumbuhan Trichophyton
rubrum” sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan
dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
iii
iv
Kevin
140100149
vi
vii
viii
ix
Latar Belakang: Dermatofitosis merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur
dermatofita. Prevalensi dermatofitosis yang cukup tinggi (20% menurut Teklebirhan) dan biaya
pengobatan yang cukup mahal menjadikan dermatofitosis sebagai concern para peneliti dan
dokter. Beberapa literatur menyatakan bahwa Trichophyton rubrum merupakan penyebab utama
infeksi dermatofitosis yang memiliki angka rekurensi dan resistensi yang tinggi dan dapat
menyerang subjek immunocompetent. Melihat tingginya prevalensi dan banyaknya limitasi
pengobatan anti jamur, maka diperlukan terapi alternatif yang dapat menggantikan terapi
sebelumnya. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan tanaman obat.
Salah satu tanaman obat yang banyak dijumpai di Indonesia adalah jambu biji (Psidium guajava
L.). Daun jambu biji memiliki aktivitas anti mikroba yang poten dikarenakan daun jambu biji
memiliki kandungan senyawa flavonoid dan non flavonoid yang tinggi. Tujuan: untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh ekstrak daun jambu biji terhadap penghambatan pertumbuhan
Trichophyton rubrum. Metode penelitian: dilusi agar dengan perhitungan jumlah sampel dengan
menggunakan rumus federer. Jenis data hasil pengukuran yang didapat berupa data kategori,
dimana data yang didapat adalah apakah terdapat pertumbuhan jamur atau tidak. Lalu, filament
tabung reaksi dipindahkan ke cawan petri untuk dilihat apakah terdapat pertumbuhan baik secara
makroskopis maupun mikroskopis. Hasil: dijumpai penghambatan pertumbuhan jamur dengan
KHM 6,125% dan KBM 25%. Kesimpulan: ekstrak daun jambu biji dapat menghambat
pertumbuhan Trichophyton rubrum.
xi
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak daun jambu biji terhadap
pertumbuhan Trichophyton rubrum secara in vitro.
1.3.2.2 Untuk mengetahui kadar bunuh minimum ekstrak daun jambu biji yang
dapat membunuh Trichophyton rubrum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatofitosis
2.1.1 Definisi
Dermatofitosis merupakan infeksi kulit yang disebabkan dermatofita (Ely J.
W. et al, 2014).
2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi dermatofitosis dunia cukup tinggi yaitu sebesar 20% (Teklebirhan
G. & Bitew A., 2015). Prevalensi di Indonesia bervariasi dari 2,3% di Yogyakarta
hingga 39,2% di Denpasar. Adapun jenis dermatofitosis yang paling sering
dijumpai di RSUD Dr. Pirngadi adalah Tinea cruris, dengan persentase sebesar
60% (Hutahean G. R. & Aprita I., 2016).
2.1.3. Etiologi
Dermatofita yang meliputi 3 genera umum, yakni : Microsporum sp.,
Trichophyton sp., dan Epidermophyton sp. (Brooks G. F. ET AL, 2007).
Dermatofita dapat diidentifikasi dengan cara menilai morfologinya secara makros
pada biakan cawan petri dan secara mikros dengan menggunakan mikroskop
(BMJ, 2017).
2.1.5. Patogenesis
Menurut penelitian Tainwala dan Sharma proses pathogenesis Trichophyton
terdiri atas adherence, penetration, dan invasion (Tainwala R. & Sharma Y. K.,
2011).
Adherence
Arthroconidia melekat pada jaringan berkeratin. Arthroconidia tumbuh
dengan arah melingkar.
Penetration
Dermatofita memiliki banyak protease yang berfungsi untuk mencerna
jaringan keratin (keratinase) menjadi beragam oligopeptida maupun asam amino.
Ketika jaringan keratin telah hancur oleh keratinase dermatofita, spora dermatofita
harus menginvasi epidermis, tepatnya pada lapisan stratum corneum secepatnya.
Invasion
Invasi dermatofita ke lapisan dermis jarang ditemui.
Trichophyton rubrum,
Perifollicular,
Trichophyton vioelaceum
granulomatous nodules,
Majocchi granuloma , Trichophyton tonsurans,
and often without
and Trichophyton
postulation
mentagrophytes
Erythematous scaly
plaques with or without
Tinea faciale Usually Trichophyton sp. active border, atrophy,
telangiectasia, and photo
exacerbation
4 variance : Interdigital,
Predominantly by
Tinea pedis and Tinea Vesico-bullous, Acute
Trichophyton rubrum
manus ulcerative, and Chronic
(most common)
hyperkeratotic type
Trichophyton rubrum
Brownish-yellow
(most common) and
Tinea unguium opacification, and
Trichophyton
subungual hyperkeratosis
mentagrophytes
2.1.7 Tatalaksana
Tatalaksana topikal lini utama dermatofitosis adalah dengan menggunakan
clotrimazole. Clotrimazole bekerja dengan cara berinteraksi dengan 14-α
demethylase pada jamur yang berperan dalam inhibisi pembentukan ergosterol.
Inhibisi pembentukan ergosterol menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
jamur, menghambat pembentukan purin, menghambat biosintesis phospholipid,
dan memblok Gardos channel (Derm101,2017). Beberapa jenis obat-obatan anti
jamur (Nigam P. K., 2015) (table 2.2).
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan infeksi dermatofitosis adalah Majocchi’s
granuloma dan dermatophytid reaction. Majocchi’s granuloma merupakan jenis
folikulitis yang persisten dan supuratif. Dermatophytid reaction merupakan jenis
ruam kulit (allergic rash) yang disebabkan oleh infeksi jamur tinea yang memiliki
karakteristik ruam seperti dermatitis (itch, bumps, and blister) (Kim S. H. et al,
2016).
2.2.1 Taksonomi
Kingdom Fungi
Phylum Ascomycota
Class Eurotiomycetes
Ordo Onygenales
Famili Arthrodermataceae
Genus Trichophyton
Species Trichophyton rubrum
(Global Biodiversity Information Facility, 2016)
2.2.2 Morfologi
Biakan dapat memproduksi pigmen berwarna kuning maupun merah,
sehingga biakan tampak memiliki ciri : white, cottony surface and a deep red,
nondiffusible pigment secara makros (Gambar 2.1). Secara mikroskopik dapat
dijumpai ciri : slender clavate microconidia (small and piriform), cigar-shaped
macroconidia, some with terminal appendages (Gambar 2.2) (The University of
Adelaide, 2016).
2.2.3 Karakteristik
Trichophyton rubrum dapat melekat pada sel epitel kulit karena jamur ini
memiliki carbohydrate-specific adhesins, yang terdapat pada permukaan
mikrokonidia. Trichophyton rubrum juga memiliki mannan yang dapat
mengurangi kecepatan proliferasi keratinosit secara langsung, maupun melalui
penggunaan fungsi limfosit, yang berdampak kepada lamanya infeksi T. rubrum.
Dikarenakan infeksi T. rubrum yang bersifat kronis, jamur ini dapat menginvasi
jaringan dermis dan menyebabkan infeksi sitemik terhadap seseorang yang
immunosuppressed (Tainwala R. & Sharma Y. K., 2011).
2.3.1 Taksonomi
Kingdom Plantae
Phylum Spermatophyta
Class Dicotyledonae
Ordo Myrtales
Famili Myrtaceae
Genus Psidium
Species Psidium guajava
(Center for Agriculture and Bioscience International. 2017)
Gambar 2.3 Pohon jambu biji (Psidium guajava L.) (Plants Rescue, 2017)
Gambar 2.4 Daun jambu biji (Psidium guajava L.) (Plants Rescue, 2017)
Gambar 2.5 Bunga jambu biji (Psidium guajava L.) (Plants Rescue, 2017)
Gambar 2.6 Buah jambu biji (Psidium guajava L.) (Plants Rescue, 2017)
2.3.3 Habitat
Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di
sepanjang musim dan mudah beradaptasi pada lingkungan. Di negara-negara
tropis, pohon jambu biji tumbuh pada ketinggian 0 - 1500 m dpl (diatas
permukaan laut) dan dapat bertahan padasuhu 20-30oC; Hasil terbaik didapat pada
temperatur 23-28oC. Jambu biji lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan
buah-buahan tropis lainnya. Untuk produksi yang maksimal, jambu biji
memerlukan 1000-2000 mm hujan yang terdistribusi setiap tahunnya di Negara
beriklim tropis(Center for Agriculture and Bioscience International, 2017).
2.3.4 Kandungan
Tabel 2.3 Kandungan senyawa fenol dan flavonoid daun jambu biji (Morais-Braga M. F. B. et al,
2017)
Psidium guajava L.
Compounds LOD µg/Ml LOQ µg/mL
HEPG mg/g AEPGD mg/g AEPGI mg/g
Gallic Acid 3,46 ± 0.01 1,57 ± 0.02 1,54 ± 0.01 0,019 0,062
Catechin 1,57 ± 0.03 4,94 ± 0.01 1,29 ± 0.02 0,008 0,025
Caffeic Acid 8,01 ± 0.02 4,30 ± 0.01 4,73 ± 0.01 0,035 0,116
Chlorogenic
4,39 ± 0.01 4,23 ± 0.03 1,25 ± 0.03 0,024 0,081
Acid
Quercetin 16,81 ± 0.02 10,15 ± 0.03 3,45 ± 0.03 0,025 0,083
Quercetrin 11,17 ± 0.03 4,95 ± 0.01 8,62 ± 0.01 0,032 0,105
Kaempferol 8,26 ± 0.03 4,32 ± 0.01 3,42 ± 0.01 0,018 0,059
Luteolin 10,13 ± 0.01 1,69 ± 0.03 8,51 ± 0.02 0,023 0,075
Epicatechin 1,58 ± 0.01 3,61 ± 0.02 3,58 ± 0.02 0,010 0,034
Rutin 3,62 ± 0.01 3,52 ± 0.01 3,97 ± 0.01 0,017 0,056
Gambar 2.7 Struktur Kimia Umum Flavonoid (diphenylpropane), memiliki 2 cincin benzene
(Cincin A dan Cincin B) yang dihubungkan dengan 3 rantai karbon (Tazzini N., 2014).
Mekanisme kerja : menurunkan ekspresi gen FAS1 dan gen ERG6 sehingga asam
lemak dan ergosterol tidak dapat disintesa fungi.
2.4.1.1 Quercetin
2.4.1.2 Kaempferol
Kaempferol merupakan suatu jenis flavonoid yang memiliki sifat sangat larut
dalam ethanol. Kaempferol dapat memodulasi reseptor estrogen dan bersifat
antiinflamatori (Pubchem, 2017).
2.4.1.3 Luteolin
2.4.1.4 Epicatechin
Nonionic surface active agent dapat merusak ikatan lipoprotein pada dinding
sel jamur atau dengan cara denaturasi protein dan inaktivasi enzim jamur.
Gallic acid memiliki wujud padat dan tidak berbau serta larut didalam air.
Gallic acid merupakan asam organik yang memiliki sifat sebagai astringen dan
antimikroba yang poten (Pubchem, 2017).
Caffeic acid merupakan sejenis polifenol yang memiliki fungsi utama sebagai
antioksidan. Chlorgenic acid merupakan derivat caffeic acid (Pubchem, 2017).
Dermatofitosis Inhibition of
Fatty Acid FAS1 gene
Trichophyton
Ergosterol Inhibition of Flavonoid
sp.
ERG6 gene Compound
Protein Ekstrak
Nonionic Alkohol
Dinding Sel Surface Active Phenolic 70 %
Agent Acid
Adherence Compound
Patogenesis
Penetration Cell
: Dinding
Membrane
Sel Jamur
Invasion Permeability
Modulator
Efek samping
Kelemahan
Daun Jambu Biji
Tatalaksana Rekurensi Alternatif
(Psidium guajava L.)
Terkini
Resistensi
Penghambatan Pertumbuhan
Ekstrak Daun Jambu Biji Trichophyton rubrum
2.7 Hipotesis
Ada pengaruh penggunaan ekstak daun jambu biji (Psidium guajava L.)
dengan penghambatan pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum
BAB III
METODE PENELITIAN
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah petri yang pecah dan rusak.
(t-1)(n-1) ≥ 15 (3,1)
5(n-1) ≥ 15 (3,1)
(n-1) ≥ 3 (3,1)
n≥4 (3,1)
Keterangan :
Besar sampel ideal menurut hitungan rumus Federer diatas adalah 4 buah biakan
Trichophyton rubrum atau lebih.
Didefinisikan sebagai ekstrak yang dibuat dari daun jambu biji segar (pucuk
daun) yang berumur 2-3 tahun dari perkebunan Deli Indah Nursery & Fruits Farm
dengan alamat Jl. Berlian Sari No. 75, Kedai Durian, Medan Johor, Kota Medan,
Sumatera Utara 20147 yang telah di identifikasi dan konfirmasi spesiesnya oleh
Herbarium Medanense (MEDA) di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
Hasil ukur :
Layak bila daun bebas hama dan penyakit (dikatakan bebas hama
dan penyakit apabila tidak dijumpai perlengketan daun dan juga
warna kehitaman pada daun, serta bekas gigitan hama pada daun)
Tidak layak bila daun berhama atau berpenyakit
Skala ukur : nominal
Cara ukur : melihat ada atau tidaknya pertumbuhan jamur secara makros dengan
cara melihat kekeruhan biakan
Hasil ukur :
Cara ukur : melihat ada atau tidaknya pertumbuhan jamur secara makros dan
mikros
Hasil ukur :
Alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu : BSC, cawan petri, cling warp,
kapas, masker, mikroskop, inkubator, objek glass, ose, sarung tangan, selotip,
spuit, tabung reaksi, dan vorteks.
BAB IV
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pengujian Ekstrak Daun jambu biji (Psidium guajava L.) terhadap
Pertumbuhan Trichophyton rubrum
Kelompok Uji
Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)
Hasil pengamatan DMSO
3,125% 6,25% 12,5% 25% 50%
Jumlah penghambatan
3 4 4 4 4
(tabung reaksi) Kontrol
Jumlah pembunuhan negatif
3 3 3 4 4
(cawan petri)
Pada penelitian ini, diperoleh nilai KHM sebesar 6,25% dan nilai KBM
sebesar 25%. Nilai KHM didefinisikan sebagai konsentrasi ekstrak minimal yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum. Nilai
KBM didefinisikan sebagai konsentrasi ekstrak minimal yang diperlukan untuk
membunuh jamur Trichophyton rubrum. Dari semua sampel penelitian, tidak
ditemukan adanya tabung reaksi maupun petri yang pecah. Dengan tidak
ditemukannya petri yang rusak maka dapat dikatakan tidak ada data yang miss.
L.) disebabkan oleh karena adanya kandungan polifenol (Elixabet et al) dan
kandungan flavonoid (Wang et al) yang tinggi.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Velmurugan S., Babu M. M., Punitha S. M. J., Viji V. T., & Citarasu T.
2012, Screening and Characterization of Antiviral Compounds
from Psidium guajava Linn. root Bark Against White Spot
Syndrome Virus, 3 (2) : Indian Journal of Natural Products and
Resources, pp. 208-214.
Wang L., Wu Y., Bei Q., Shi K., Wu Z. 2017, Finger print profiles of
flavonoid compounds from diff erent Psidium guajava leaves and
their antioxidant activities, J Sep Sci, pp. 1-12.
Wolff K., Goldsmith L. A., Katz S. I., Gilchrest B. A., Paller A. S., Leffel
D. J. 2008, Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 7th
edn., McGraw-Hills : USA, pp. 1807-1821.
Nama : Kevin
NIM : 140100149
Agama : Buddha
2. SMA Sutomo 1
3. FK USU
3. MIND FK USU
PERNYATAAN
(Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L.) terhadap Penghambatan Pertumbuhan Trichophyton
rubrum)
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter pada Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya orang
lain dalam penulisan skripsi ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan
hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, penulis bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kevin
140100149
3,125% - - -
3,125% - - -
3,125% - K Kontaminan jamur
3,125% + + +
6,25% - - -
6,25% - + +
6,25% - K Kontaminan jamur
6,25% - - -
12,5% - - -
12,5% - - -
12,5% - K dan K Chlamydospora sp. dan Penicillium sp.
12,5% - K dan + Penicillium sp. dan +
25% - - -
25% - - -
25% - K Penicillium sp.
25% - K Kontaminan jamur
50% E - -
50% E - -
50% E - -
50% E - -
Keterangan :
MIC MFC
(-) : tidak tampak adanya filamen (-) : tidak tampak adanya pertumbuhan
(+) : tampak adanya filamen (+) : tampak adanya pertumbuhan Trichophyton rubrum
(E) : dijumpai endapan (endapan ekstrak) (K) : Dijumpai pertumbuhan kontaminan
(Penicillium sp., Chlamydospora sp., dll.)
Dijumpai terdapat gambaran filamen pada 3 tabung DMSO dan 1 tabung 3,125%
Makroskopis
Atas
Bawah
Makroskopis
Atas
Bawah
Mikroskopis
Makroskopis
Atas
Bawah
Mikroskopis
Makroskopis
Atas
Bawah
Mikroskopis
Makroskopis
Atas
Bawah
Mikrokopis
Makroskopis
Atas
Bawah
Mikroskopis