SKRIPSI
Oleh :
CELINE AUGLA D’PRINZESSIN
170100217
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran
Oleh :
CELINE AUGLA D’PRINZESSIN
170100217
Pembimbing
Dr. dr. Wulan Fadine, M.Ked (An), Sp.An Dr. dr. Ririe Fachrina Malisie, Sp.A (K)
NIP. 198503062010122002 NIP.196801231999032001
Medan, Desember 2020
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta kemudahan dan pertolongan yang
telah diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Skripsi ini berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang COVID-
19 terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan pada Mahasiswa Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2017” yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
ii
iii
iv
vi
vii
viii
Latar Belakang. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit akibat infeksi virus
saluran pernapasan yang sangat menular. yang disebabkan oleh virus baru bernama Severe
Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Sampai saat penelitian ini dibuat,
belum terdapat vaksin untuk mencegah penyakit ini, sehingga hal yang dapat dilakukan oleh
pemerintah adalah pembatasan aktivitas warga dengan memberlakukan peraturan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Kondisi ini menimbulkan kecemasan pada masyarakat. Diduga
tingkat pengetahuan akan memengaruhi tingkat stres dan kecemasan mahasiswa farmasi. Tujuan.
Mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan
tingkat stres dan kecemasan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan
2017. Metode. Metode yang digunakan adalah pendekatan analitik cross sectional dengan
penggunaan rumus Slovin dalam menentukan jumlah sampel. Data-data yang diperlukan akan
diperoleh melalui kuesioner daring. Penelitian ini akan berlangsung dari bulan Mei sampai bulan
Desember 2020. Hasil. Sampel penelitian diperoleh sebanyak 150 orang. Berdasarkan uji korelasi
Spearman, didapatkan nilai p = 0,011, mengindikasikan terdapatnya hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat kecemasan yang dirasakan, sementara dalam hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan tingkat stres tidak dijumpai adanya signifikansi, ditandakan dengan
nilai p berada diatas 0,05, yaitu 0,204. Kesimpulan. Terdapat hubungan lemah antara tingkat
pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat kecemasan selama masa PSBB pada Mahasiswa
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017, sementara tidak terlihat adanya
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan stres yang dirasakan.
ix
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
muncul ketidakmampuan untuk tenang atau diam dalam suatu periode waktu.
Pengalaman kecemasan mempunyai dua komponen umum, yaitu kesadaran akan
sensasi psikologis (palpitasi dan berkeringat) dan efek viseral motorik yang
memengaruhi konsep berpikir, persepsi, dan belajar (Sadock et al., 2015).
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan, antara lain pengalaman
masa lalu, peristiwa kehilangan, kondisi fisik, konflik keluarga, konflik
interpersonal (pertemanan), lingkungan tempat tinggal, lingkungan pendidikan,
dan lingkungan sosial. Selain itu, faktor internal seperti pengetahuan juga diduga
mempengaruhi tingkat kecemasan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Rosgen et al., 2007).
Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres juga diartikan sebagai respon tubuh
yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari. Stres dapat mempengaruhi
seseorang tanpa memandang usia, mulai dari bayi, anak, remaja, dewasa hingga
lanjut usia (Iwan et al., 2018). Stres disebabkan karena adanya stresor, stresor
adalah stimulasi yang merupakan situasi dan kondisi yang mengurangi
kemampuan untuk merasa senang, nyaman, bahagia dan produktif (Susane, 2017).
Stresor juga diartikan sebagai agen pemrakarsa atau presipitasi yang mengaktifkan
proses stres. Stresor bisa bersifat fisika atau biologis, psikologis dan lingkungan
(Gamayanti et al., 2018). Stres yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungan dan rentan untuk mengidap suatu
penyakit maupun memperburuk penyakit (Azizah dan Hartanti, 2016).
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa COVID-19 merupakan masalah
kesehatan yang sangat penting diperhatikan karena selain menimbulkan
permasalahan pada kesehatan fisik, penyakit ini juga menimbulkan permasalahan
pada kesehatan psikis dalam bentuk stres dan cemas. Diduga tingkat pengetahuan
tentang COVID-19 akan mempengaruhi tingkat stres dan kecemasan mahasiswa
kesehatan. Namun sampai proposal penelitian ini dibuat, belum terdapat penelitian
di Indonesia yang meneliti tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
tingkat stres dan kecemasan dalam ruang lingkup COVID-19 pada mahasiswa
kesehatan. Dengan demikian, penelitian ini penting untuk dilakukan.
1.4. HIPOTESIS
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi mengenai gambaran tingkat
pengetahuan, stres, dan kecemasan mengenai COVID-19 pada mahasiswa
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi mengenai tingkat pengetahuan,
stres, dan kecemasan pada mahasiswa dalam menghadapi pandemi, sehingga
bermanfaat untuk ilmu kesehatan masyarakat.
3. Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk memperdalam ilmu
dalam bidang kesehatan masyarakat dan penulisan karya tulis ilmiah.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.1. EPIDEMIOLOGI
6
Universitas Sumatera Utara
7
(Rothan dan Byrareddy, 2020). Virus yang menyebabkan wabah ini dikenal
sebagai SARS-CoV-2, virus yang baru ditemukan terkait erat dengan coronavirus
pada kelelawar (Bai et al., 2020).
Pada 12 April 2020, negara-negara yang mempublikasikan data pengujian
mereka rata-rata hanya menguji 1 persen dari penduduk. Banyak negara telah
memiliki kebijakan resmi untuk tidak menguji mereka yang hanya memiliki gejala
ringan. Analisis fase awal wabah hingga 23 Januari memperkirakan 86 persen
infeksi COVID-19 belum terdeteksi, dan bahwa infeksi yang tidak terdokumentasi
ini adalah sumber infeksi untuk 79 persen dari kasus yang terdokumentasi
(Shereen et al., 2020).
Analisis berdasarkan usia di Cina menunjukkan bahwa proporsi kasus yang
relatif rendah terjadi pada individu di bawah usia 20 tahun. Namun, belum jelas
apakah ini karena orang muda sebenarnya kurang mungkin terinfeksi, atau lebih
kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala yang berat, sehingga tidak
mencari pertolongan medis dan tidak diuji. Perkiraan awal jumlah reproduksi
dasar (R0) untuk COVID-19 pada bulan Januari adalah antara 1,4-2,5 (Viceconte
dan Petrosillo, 2020).
2.1.1.2. PATOFISIOLOGI
2. Subunit S2 (S2)
Subunit S2 berfungsi untuk pelaksanaan fusi membran virus dan seluler.
Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2) diidentifikasi sebagai reseptor
fungsional untuk SARS-CoV.
Analisis urutan asam amino primer menunjukkan bahwa protein struktural
spike dari SARS-CoV-2 dan SARS-CoV memiliki kesamaan identitas secara
struktural dan fungsional sebesar 77,5%, sehingga keduanya mengikat protein
ACE-2 sebagai reseptor fungsional (Chen et al., 2020; Zhou et al., 2020; Li et al.,
2020). Ekspresi ACE-2 tinggi di paru-paru, jantung, ileum, ginjal dan kandung
kemih (Zou et al., 2020). Di paru-paru, ACE-2 terutama sangat diekspresikan
pada sel-sel epitel paru-paru.
Setelah pengikatan SARS-CoV-2 dengan protein inang, protein spike
mengalami pembelahan protease. Pembelahan protease melalui dua urutan
langkah untuk mengaktifkan protein spike dari SARS-CoV dan MERS-CoV, yang
terdiri dari pembelahan pada situs pembelahan S1/S2 untuk maturasi dan
pembelahan untuk aktivasi di situs S′2, yang merupakan sebuah posisi yang
berdekatan dengan fusi peptide dalam subunit S2 (Belouzard et al., 2009; Millet
dan Whittaker, 2014; Ou et al., 2020).
Setelah pembelahan pada situs pembelahan S1/S2, subunit S1 dan S2 tetap
terikat secara non-kovalen dan subunit S1 distal berkontribusi terhadap stabilisasi
subunit S2 yang berada pada keadaan prefusi. Pembelahan berikutnya di situs S′2
mungkin dapat mengaktifkan protein spike untuk fusi membran melalui perubahan
konformasi yang ireversibel. Protein spike coronavirus merupakan jenis protein
spike yang tidak biasa di antara virus-virus, karena jenis ini dapat dibelah dan
diaktifkan oleh berbagai protease yang berbeda.
Karakteristik unik dari SARS-CoV-2 di antara coronavirus lainnya adalah
keberadaan situs pembelahan furin di situs S1/S2. Situs S1/S2 dari SARS-CoV-2,
selama tahap biosynthesis sepenuhnya mengalami pembelahan, berbeda dengan
perotein spike SARS-CoV, yang langsung dirakit tanpa pembelahan.
Meskipun situs S1/S2 juga mengalami pembelahan oleh protease lain seperti
Transmembran Protease Serine-2 (TMPRSS-2) dan cathepsin L, ekspresi furin di
berbagai tempat memungkinan virus ini menjadi sangat patogen (Yuki et al.,
2020).
2.1.1.3. TRANSMISI
Berdasarkan awal mulanya penyakit yang diduga kuat berasal dari Pasar
Grosir Makanan Laut Huanan, penyakit ini ditularkan secara zoonosis. Penyakit
ini diyakini terutama menyebar melalui kontak dekat antar manusia, yang mana
didukung kuat oleh beberapa laporan kasus yang terjadi pada keluarga orang yang
mengunjungi Pasar Grosir Makanan Laut Huanan dan pada kasus yang sama
sekali tidak berhubungan dengan pasar tersebut. Transmisi antar manusia terutama
terjadi via kontak langsung atau melalui droplet yang dihasilkan selama batuk,
bersin, atau berbicara oleh orang yang sudah terinfeksi. Baik dahak maupun air
liur dapat membawa muatan virus (viral load) dalam jumlah besar. Droplet
pernapasan juga dapat dihasilkan selama bernafas, termasuk ketika berbicara,
meskipun virus tidak bersifat menular melalui udara (airborne). Droplet dapat
mendarat di mulut atau hidung orang-orang yang berada di dekatnya atau
mungkin terhirup ke dalam paru-paru. Virus ini juga dapat menyebar ketika
seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi, termasuk kulit, dan
kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Virus ini paling menular
selama tiga hari pertama setelah timbulnya gejala, meskipun penyebaran mungkin
terjadi sebelum gejala muncul (Shereen et al., 2020).
Pada sebuah penelitian kecil yang dilakukan pada wanita hamil yang sudah
mencapai trimester ketiga dan terkonfirmasi telah terinfeksi virus corona, tidak
dijumpai bukti bahwa penularan vertikal dari ibu ke anak dapat terjadi. Tetapi,
semua ibu hamil tersebut menjalani operasi sesar (sectio caesarea) saat proses
persalinan, sehingga belum dapat dipastikan apakah penularan dapat terjadi jika
proses persalinan normal (Huijun et al., 2020).
Gejala COVID-19 relatif tidak spesifik dan orang yang terinfeksi mungkin
tidak menunjukkan gejala. Dua gejala yang paling umum adalah demam (88%)
dan batuk kering (68%). Gejala yang kurang umum termasuk kelelahan, produksi
dahak meningkat, kehilangan indera penciuman, sesak napas, nyeri otot dan
Gejala dari infeksi COVID-19 muncul setelah melewati masa inkubasi, yaitu
sekitar 5,2 hari. Terdapat kesamaan umum dalam manifestasi gejala antara
COVID-19 dan beberapa penyakit yang disebabkan oleh β coronavirus
sebelumnya. Namun, COVID-19 menunjukkan beberapa manifestasi klinis unik
yang menargetkan jalan napas bawah, yang dibuktikan dengan munculnya gejala
saluran pernapasan atas seperti rhinorrhoea, bersin, dan sakit tenggorokan. Selain
itu, pasien yang terinfeksi COVID-19 juga mengalami gejala yang mengganggu
percernaan seperti diare. Pada MERS-CoV dan SARS-CoV, persentase pasien
yang menunjukkan gejala ini relatif rendah (Rothan dan Byrareddy, 2020).
2.1.1.5. PENCEGAHAN
fasilitas kesehatan yang tepat. Hal ini juga akan melindungi dan membantu
mencegah penyebaran virus.
8. Senantiasa mencari informasi terbaru dari sumber tepercaya, seperti dari laman
situs WHO atau otoritas kesehatan lokal dan nasional. Otoritas lokal dan
nasional paling baik ditempatkan untuk memberi nasihat tentang apa yang
harus dilakukan orang di setiap daerah.
2.1.2. PENGETAHUAN
3. C3 (Penerapan/Application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu konsep
pada situasi baru dalam kehidupan nyata. Kata kerja operasional yang dapat
dipakai dalam tingkatan ini adalah menerapkan, mengubah, mengonstruksi,
mendemonstrasikan, memanipulasi, memodifikasi, mengoperasi, memprediksi,
dan memecahkan.
4. C4 (Analisis/Analysis)
Dalam tingkatan ini, materi atau konsep dijabarkan menjadi beberapa bagian
komponen sehingga struktur organisasi dari konsep tersebut dapat dimengerti.
Kemampuan ini dapat berupa analisis elemen atau bagian-bagian materi,
mengidentifikasi hubungan serta analisis pengorganisasian prinsip. Misalnya,
mengumpulkan informasi dari suatu departemen dan memilih tugas-tugas
tertentu yang diperlukan untuk pelatihan sumber daya manusia baru.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam tingkatan ini
adalahmenganalisis, menguraikan, membandingkan, mengilustrasikan,
menghubungkan, memisahkan, menyimpulkan, melatih, mendiagnosis, dan
menguji.
5. C5 (Mengevaluasi/Evaluating)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk
tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Pengetahuan dalam tahap ini
dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik
penerapan baru serta cara baru dalam menganalisis dan sintesis.
Terdapat dua jenis evaluasi, yaitu :
a. Evaluasi berdasarkan bukti internal
b. Evaluasi berdasarkan bukti eksternal
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan
tingkatan pengetahuan ini adalah membandingkan, menyimpulkan, menilai,
mengkritik, menimbang, memutuskan, memperjelas, menugaskan,
memvalidasi serta memproyeksikan.
6. C6 (Menciptakan/Creating)
Pada tahap ini, seseorang sudah dapat membangun sebuah struktur atau pola
dari berbagai kumpulan elemen. Membangun bagian-bagian untuk membentuk
suatu kesatuan dengan tujuan untuk menciptakan sebuah konsep atau struktur
baru. Contoh dari tingkat pemahaman ini adalah membangun sebuah mesin
dengan tujuan untuk mengerjakan suatu tindakan tertentu. Kata kerja
operasional yang dapat menggambarkan tingkatan ini adalah mengkategorikan,
mengombinasikan, mengomposisi, mengorganisasi, merekonstruksi dan
merevisi.
Menurut Suryasumantri (2001), pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama, mendasarkan diri kepada rasio
atau dapat juga disebut rasionalisme, cara yang kedua adalah mendasarkan kepada
pengalaman mengembangkan paham atau dapat juga disebut empirisme.
Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Non-Ilmiah
a. Akal sehat
Akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Akal sehat ini
dapat menunjukkan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula
menyesatkan.
b. Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan
berjalan dengan sendirinya, yang mana, biasanya didapat dengan cepat
tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Pendekatan ini tidak
bersifat sistemik.
c. Prasangka
Pengetahuan yang didapan melalui akal sehat, dapat bersifat subyektif
karena biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya,
sehingga membuat pengetahuan ini berubah dari hal yang khusus menjadi
terlalu luas. Inilah yang disebut prasangka.
1. Pedidikan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan mempengaruhi pengetahuan, yaitu semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pengetahuannya dan
semakin mudah orang tersebut menerima informasi.
2. Informasi dan Media Massa
Informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang lebih berguna
untuk mengambil suatu keputusan (Sidharta, 1995). Infomasi yang
diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact), sehingga
menghasilkan peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan
menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap
hal tersebut.
3. Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Status sosial dan ekonomi seseorang akan menentukan kemampuannya
dalam menjangkau suatu fasilitas pendidikan yang penting untuk meraih
pengetahuan. Begitu pula dengan kebudayaan setempat dan kebiasaan
keluarga yang dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap
seseorang terhadap sesuatu.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik yang akan direspon sebagai pengetahuan baru oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di
masa lalu (Mubarak, 2012). Peristiwa yang pernah dialami sebelumnya akan
memberikan pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang serupa di masa depan.
Pengertian stres pada umumya adalah suatu rasa tertekan yang terjadi didalam
individu yang dapat disebabkan oleh adanya ketidakselarasan antara kenyataan
dan harapan yang telah direncanakan oleh individu tersebut baik dalam bentuk
rohaniah maupun bentuk jasmani (Sukadiyanto, 2010).
Kozier pada tahun 2011 menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi
pada individu dimana dia merespon terhadap adanya perubahan dalam status
keseimbangan dari normalnya. Stres dapat memberi dampak pada emosi, fisik,
sosial, intelektual dan spiritual. Secara intelektual, stres dapat mempengaruhi
persepsi seseorang serta kemampuannya. Secara fisik, stres yang muncul akan
menyebabkan timbulnya perasaan negatif terhadap dirinya sendiri. Secara sosial,
stres yang muncul akan dapat menyebabkan hilangnya suatu keyakinan dan nilai
diri seseorang. Selain itu, banyak pula penyakit yang dikaitkan dengan adanya
stres yang muncul (Chaidir dan Maulina, 2015).
Stres adalah suatu permasalahan umum yang sering dihadapi oleh setiap
individu. Dalam lingkup pendidikan dan akademik, stres merupakan suatu
pengalaman yang sebagian besar akan dihadapi di tiap waktunya. Hal ini berlaku
pada setiap pencari ilmu, tak hanya pada siswa yang bersekolah di sekolah dasar,
maupun mahasiswa yang berada di universitas. Hal ini dapat dilihat dari adanya
tuntutan akademik yang dihadapkan kepada mereka seperti tugas rumah, ujian
sekolah, dan lainnya (Gaol, 2016).
Stres sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan manusia, namun stres
pun tidak akan datang secara tiba-tiba tanpa adanya penyebab, atau stresor
pemicunya. Setidaknya secara garis besar ada 3 yang dapat memicu munculnya
stres, yaitu :
1. Psikologis
a. Cemas akan hasil yang dicapai
Seseorang yang memiliki suatu target tujuan yang bermacam-macam,
namun pada saat proses pencapaiannya tidak sesuai dengan apa yang telah
ia rencanakan sehingga hasilnya kurang memuaskan ini akan memicu
munculnya stresor stres yang dapat mengganggu pekerjaan lainnya
(Sukadiyanto, 2010).
b. Situasi
Seseorang yang dihadapkan dengan situasi yang berkecamuk dengan
banyaknya konflik yang ada, situasi yang dapat mengancam, serta adanya
situasi frustasi yang lama berkepanjangan dapat memicu munculnya stresor.
c. Perasaan dan emosi
Perasaan yang was-was, perasaan tak nyaman dapat menyebabkan
munculnya stresor yang dapat memicu stres. Emosi yang berlebihan, emosi
yang tak stabil seperti mudah merasa khawatir, cemburu, takut dan
sebagainya dapat memicu juga munculnya stres tersebut.
2. Biologis
Adanya genetika yang menurun dari orang tua yang sering mendapatkan stesor
stres yang berlebih dapat menyebabkan orang tersebut juga dapat mudah
memicu stres bagi dirinya.
3. Sosial
Faktor ini dapat berasal dari keluarga. Adanya tuntutan dari keluarga yang
berlebih yang sekiranya orang tersebut tidak dapat meraihnya dapat
menimbulkan beban yang nantinya akan berimbas terhadap munculnya stres
pada diri orang tersebut (Putra et al., 2017).
1. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai lingkungan keluarga, bermasyarakat,
maupun kondisi lingkungan sekitar. Beberapa lingkungan tersebut memiliki
dua unsur, yakni unsur positif dan unsur negatif. Kedua unsur ini memiliki
dampak tersendiri bagi diri seseorang sesuai dengan pemahaman pribadi
terhadap lingkungan tersebut. Adanya tuntutan dalam menyesuaikan
lingkungan inilah yang dapat menjadi stresor bagi seseorang.
2. Diri sendiri
Adanya kebutuhan diri sendiri berupa tuntutan terhadap suatu keinginan yang
ingin dicapai dapat menimbulkan munculnya stres.
3. Pikiran
Pikiran individu yang menumpuk dan tak terselesaikan, ataupun merasa dirinya
tak mampu menyelesaikan hal tersebut dapat menimbulkan stresor stres
sehingga orang tersebut akan terlihat tertekan, banyak pikiran, dan dapat
berakhir pada depresi (Musradinur, 2016).
Stres memiliki dua dampak, yakni dampak positif (eustress) dan dampak
negatif (distress). Ketika tubuh menghadapi stres dengan bentuk eustress, maka
tubuh akan mengalami peningkatan kesehatan dan peningkatan kinerja kerjanya,
akan tetapi jika tubuh meresponnya dengan distress, maka mengakibatkan
gangguan dalam kesehatan dan gangguan dalam kinerja kerjanya. Stres yang
dapat berdampak positif adalah jika stres itu tidak melebihi tingkat maksimal
dimana tubuh masih dapat mengompensasi stres tersebut, sedangkan stres yang
dapat berdampak negatif adalah ketika stres tersebut mencapai batas maksimal
atau melebihinya sehingga tubuh tidak dapat lagi mengompensasi stres tersebut.
Timbulnya eustress dan distress sendiri tergantung pribadi seseorang, jika pribadi
tersebut mampu menghadapi sejumlah tuntutan yang dilontarkan serta dapat
menerima tuntutan tersebut baik secara fisik maupun psikologis maka dampak
yang muncul adalah eustress, sedangkan jika ia tak sanggup menghadapinya,
maka dampak yang muncul adalah distress (Gaol, 2016).
3. Stres Sedang
Tingkatan stres ini akan berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
Contoh stresor pemicu stres ini adalah perselisihan dengan pasangan ataupun
teman dekatnya. Seseorang yang telah mencapai stres pada tahap ini ia akan
cenderung cemas, mudah lelah, mudah marah, mudah tersinggung, dan
menjadi tidak sabaran.
4. Stres Berat
Tingkatan pada stres ini akan berdampak hingga berminggu-minggu, stresor
pemicunya masih berkaitan dengan perselisihan dengan pasangan atau teman
dekat yang masih berkelanjutan, merasa kekurangan dari segi fisik, dan
kekurangan segi finansial. Orang yang berada pada tingkatan ini akan merasa
bahwa hidupnya tak berguna, mudah putus asa, terus menerus merasakan
tekanan, dan tidak dapat menerima sinyal positif.
5. Stres Sangat Berat
Tingkatan ini telah memasuki fase kronis dimana stres pada tngkatan ini dapat
berlangsung hingga berbulan-bulan, bahkan bisa sampai waktu yang tak
ditentukan. Orang yang berada pada tahapan ini akan mengalami depresi berat
dan merasa bahwa hidupnya tidak berguna dan menyusahkan (Puspitha, 2017).
2.1.4. KECEMASAN
adalah suatu bentuk jenis kecemasan yang apabila insting pada panca indra tidak
dapat dikendalikan dan menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat
dikenakan sanksi hukum. Kecemasan moral adalah jenis kecemasan yang timbul
dari perasaan sanubari terhadap perasaan berdosa apabila seseorang melakukan
sesuatu yang salah (Patel dan Greydanus, 2011).
2.1.4.3. GEJALA KECEMASAN
Beberapa gejala dari kecemasan antara lain (Van Der Heiden et al., 2011):
1. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk
ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
2. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan bergairah (excited) yang memuncak, sangat rongseng
(irritable), akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
3. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi dan delusi seperti dikerjar-
kejar (delusion of persecution).
4. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan sering kali menderita diare.
5. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Gejala tersebut kemudian dapat diklasifikasikan menjadi tiga (Starosta dan
Brenner, 2018), yaitu :
1. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar,
banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas,
panas dingin, mudah marah dan tersinggung.
2. Gejala sikap dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang,
melekat dan dependen.
3. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap suatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau
kebingungan, dan sulit berkonsentrasi.
Variabel Dependen
Pengetahuan tentang
COVID-19
Tingkat Kecemasan
METODE PENELITAN
3.3.1. POPULASI
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
31
Universitas Sumatera Utara
32
3.3.2. SAMPEL
Sampel adalah subjek yang akan diambil sebagian dari keseluruhan populasi
yang diteliti. Pengambilan sampel penelitian digunakan teknik atau cara-cara
tertentu sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi yang diteliti
(Notoadmojo, 2010). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin sebagai berikut (Sujarweni,
2014) :
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Besar populasi/jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)/persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat
ditolerir
Dalam penelitian ini, jumlah populasi dan batas toleransi kesalahan yang
digunakan adalah :
N = 218
e = batas toleransi yang digunakan adalah 5%
Maka, perhitungannya adalah sebagai berikut:
141,10032
a. Kriteria Inklusi
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017
yang mengambil program studi S-1 Farmasi.
b. Kriteria Eksklusi
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017
yang tidak lulus randomisasi.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
didapatkan menggunaan kuesioner yang akan diisi langsung secara daring oleh
responden. Kuesioner yang digunakan bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tingkat pengetahuan responden tentang COVID-19 terhadap stres
dan kecemasan yang dirasakan selama PSBB. Google Forms merupakan sebuah
aplikasi administrasi survei, yang digunakan untuk mengumpulkan data
responden pada penelitian ini. Metode pengumpulan data dilakukan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kuesioner akan dibagikan kepada responden dalam bentuk tautan Google
Forms.
b. Penjelasan secara singkat diberikan kepada responden tentang maksud dan
tujuan dari penelitian ini pada halaman awal kuesioner.
Menurut Hastono (2001), Data yang telah terkumpul diolah mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah kegiatan pengecekan dan perbaikan isi dari formulir atau
kuesioner. Kuesioner yang telah diisi oleh responden terlebih dahulu diedit
untuk dipastikan kebenaran datanya berdasarkan pengisian kuesioner. Pada
tahap editing ini, peneliti akan melakukan pengecekan kelengkapan data-data
yang ada. Editing dilakukan untuk memastikan apakah pertanyaan yang
disusun sedemikian rupa telah sesuai dengan isi yang akan disadap melalui alat
ukur, yaitu kuesioner. Tahap ini dilakukan untuk melalui kriteria kesahihan
dengan menggunakan uji statistik.
2. Coding
Coding merupakan metode untuk mengonversikan data yang dikumpulkan
selama penelitian ke dalam simbol. Teknik ini dilakukan dengan memberikan
tanda pada masing-masing jawaban dengan kode yang berupa angka, kemudian
dimasukkan ke dalam tabel guna mempermudah membacanya.
3. Processing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
tahap coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat
dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara melakukan data entry. Data
entry merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer.
4. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut mungkin
dapat terjadi pada saat memasukkan data ke komputer.
Alat Skala
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur
Jenis Status biologis 1. Laki-laki
Kuesioner Nominal
Kelamin individu responden 2. Perempuan
Usia terhitung sejak 1. 19 tahun
responden lahir 2. 20 tahun
Umur Kuesioner Nominal
sampai waktu 3. 21 tahun
penelitian dilakukan 4. 22 tahun
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan pada tanggal 13 Juni 2020
sampai dengan tanggal 14 Juni 2020.
Survei awal untuk menentukan apakah kuesioner yang akan digunakan pada
saat penelitian dilakukan secara daring melalui platform Google Forms. Data
yang terkumpul kemudian akan dianalisis dan dilakukan pemasukan datake dalam
komputer.
Sampel yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas kuesioner ini adalah
mahasiswa rumpun kesehatan Universitas Sumatera Utara yang terdiri dari
mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Keperawatan, serta Fakultas Farmasi. Jumlah sampel yang
didapat adalah sejumlah 49 orang.
Validitas pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukuran suatu tes,
atau derajat kecermatan ukuran suatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan
apakah tes tersebut benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksud dari
pernyataan ini adalah seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan
tepat ciri atau keadaan sesungguhnya objek ukur, tergantung dari tingkat validitas
yang didapat tes yang bersangkutan (Suryabrata, 2004). Dari hasil perhitungan
korelasi, akan didapatkan suatu koefisien korelasi yang akan digunakan untuk
mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah item tersebut
layak digunakan atau tidak. Jika rhitung didapat lebih besar dari rtabel, maka butir-
butir pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total, sehingga butir
pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Menurut hasil yang didapat dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai masing-
masing rhitung lebih besar dari nilai rtabel yang tertera. Ini menunjukkan bahwa tiap
butir soal dari kuesioner kecemasan adalah valid.
Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan pada kuesioner stres didapatkan
bahwa nilai Alphanya adalah 0,876. Nilai Alpha yang didapat berada antara 0,8
dan 0,9, sehingga menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas kuesioner ini bagus
(Good).
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi responden menurut umur dan jenis kelamin.
40
Universitas Sumatera Utara
41
Menurut suatu penelitian oleh Smith (2008), ditemui bahwa perbedaan tingkat
respons antar kedua gender dapat disebabkan oleh adanya beberapa perbedaan
dalam hal pengambilan keputusan dan pemberian nilai terhadap suatu aksi dalam
ruang lingkup daring. Hal ini juga didukung oleh suatu penelitian yang dilakukan
oleh Jackson et al. (2001), dimana telah dijabarkan bahwa perempuan memiliki
kecenderungan untuk terlibat dalam aktivitas daring yang bertujuan untuk
melakukan komunikasi dan pertukaran informasi, sedangkan laki-laki lebih
cenderung untuk terlibat dalam aktivitas daring yang lebih berfokus dalam
pencarian informasi.
Adapun jenis pertanyaan yang tercantum pada kuesioner meliputi definisi dan
latar belakang dari COVID-19, jalur transmisi virus, manifestasi klinis umum
yang dapat diamati pada penderita, jenis pemeriksaan yang digunakan dalam
penegakan diagnosa COVID-19 serta cara pencegahan agar terhindar dari
penyakit ini.
Berdasarkan data diatas, dapat diamati bahwa kelompok yang mengalami stres
ringan selama masa pandemi merupakan kelompok dengan jumlah responden
terbanyak, yaitu berjumlah 89 orang (59,7%). Kelompok responden yang
merasakan tingkat stres sedang menduduki posisi kedua dari frekuensi terbanyak,
dengan jumlah responden sebesar 49 orang (32,7%), sementara kelompok yang
mengalami stres berat hanya terdiri dari 1 orang (0,7%).
Tabel 4.5. Hubungan tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat stres yang dialami
mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 selama PSBB
berlangsung.
ini. Stres yang dirasakan ini dapat saja disebabkan oleh karena faktor selain
ketakutan akan terjangkit COVID-19, seperti workload mahasiswa yang jauh
lebih banyak dibanding pada saat perkuliahan dilaksanakan secara luring,
peningkatan perilaku sedenter yang mana terbukti memiliki hubungan dengan
timbulnya gejala kecemasan dan depresi, tekanan dari orang tua akan performa
akademik, kesepian akibat PSBB, masalah finansial yang disebabkan
berkurangnya sumber pekerjaan sampingan untuk membiayai perkuliahan serta
kurangnya fasilitas untuk mengikuti pembelajaran daring (Hallgren et al., 2020;
Shah et al., 2010; Pallegedara et al., 2018; Mustopa dan Hidayat, 2020)
Tabel 4.6. Hubungan tingkat pengetahuan tentang COVID-19 terhadap tingkat kecemasan yang
dialami mahasiswa Fakultas Farmasi Unversitas Sumatera Utara angkatan 2017 selama PSBB
berlangsung.
kebingungan, kecemasan dan ketakutan pada masyarakat. Dalam hal ini, dapat
dikatakan bahwa pandemi COVID-19 merupakan stresor berat pada kasus ini, dan
selama masa krisis, kecemasan merupakan hal yang umum dijumpai karena
kecemasan merupakan kondisi umum dari ketakutan ataupun perasaan yang tidak
nyaman (Nevid, Rathus dan Greene, 2018).
Berdasarkan beberapa studi, terdapat beberapa faktor yang dapat
memengaruhi tingkat kecemasan pada mahasiswa selama pandemi, diantaranya
adalah faktor demografi, finansial, keterlambatan akademik, serta kurangnya
komunikasi interpersonal. Mahasiswa yang berasal dari daerah terpencil (1,02%),
berasal dari keluarga yang tidak mempunyai penghasilan tetap (1,09%), tidak
tinggal dengan orang tua (1,13%) dan mempunyai kerabat yang terpapar COVID-
19 (2,56%) terbukti memiliki kecenderungan untuk mengalami gejala kecemasan
yang berat (p < 0,001). Kekhawatiran akan dampak ekonomi yang akan terjadi
akibat pandemi juga memiliki asosiasi positif terhadap tingkat kecemasan di
kalangan mahasiswa (r = 0,327, p < 0,01). Terlebih lagi, kekhawatiran akan
keterlambatan akademik (r = 0,315, p < 0.001) dan dampak pandemi terhadap
kehidupan sehari-hari (r = 0,316, p < 0,001) juga berkorelasi positif terhadap
tingkat kecemasan yang dirasakan (Cao et al., 2020).
Kecemasan yang dirasakan mahasiswa akibat COVID-19 diduga memiliki
hubungan terhadap dampak pandemi terhadap keberlangsungan studi mereka (Cao
et al., 2020) dan juga karier mereka di masa depan (Wang et al., 2020).
Kecemasan yang dirasakan bisa juga disebabkan oleh hubungan sosial yang
semakin renggang sejak peraturan PSBB diberlakukan. Gejala kecemasan
diketahui dapat memburuk pada saat komunikasi interpersonal jarang terjadi
(Xiao, 2020).
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Salah satunya adalah penelitian
ini dilakukan secara daring sehingga akses internet merupakan hal yang wajib
dimiliki untuk dapat mengikuti penelitian ini. Hal ini dapat mengakibatkan
mudahnya para responden untuk mengakses internet saat menjawab kuesioner
yang mengukur tingkat pengetahuan kognitif responden terkait COVID-19.
Keterbatasan lain yang didapati adalah self-selection bias memiliki peluang besar
untuk terjadi terutama pada responden yang mengisi survei dengan skor Likert
terkecil ataupun terbesar.
Meskipun dengan keterbatasan ini, penelitian ini membuka peluang untuk
eksplorasi lebih lanjut dilakukan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
PSBB dapat menyebabkan gangguan mental. Petugas kesehatan, psikiatris dan
juga psikologis wajib untuk sadar akan topik ini dan bekerja untuk menemukan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari kebijakan ini.
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN
Beberapa saran yang dapat peneliti berikan adalah untuk melakukan
penyuluhan tentang COVID-19 kepada para mahasiswa, sehingga kedepannya
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan terkait topik tersebut dan
menurunkan kecemasan selama masa PSBB. Protokol kesehatan juga hendaknya
ditingkatkan, karena walaupun asumsi masyarakat terhadap kebenaran keberadaan
COVID-19 semakin menurun, COVID-19 masih tetap merupakan ancaman bagi
kesehatan masyarakat.
48
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
49
Universitas Sumatera Utara
50
Chen, H., Guo, J., Wang, C., Luo, F., Yu, X., Zhang, W., Li, J., Zhao, D., Xu, D.,
Gong, Q. and Liao, J. 2020, Clinical characteristics and intrauterine vertical
transmission potential of COVID-19 infection in nine pregnant women: a
retrospective review of medical records. The Lancet, 395(10226), pp.809-
815.
Craske, M. G., and Stein, M. B. 2016, Anxiety. The Lancet.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)30381-6
Dombrowski, E., Rotenberg, L. and Bick, M. 2013, Theory of knowledge. Oxford.
Dorland, W. N. 2012. Kamus Saku Kedokteran. EGC.
https://doi.org/10.3233/WOR-2012-0462-2341
Gamayanti, W., Mahardianisa, M., and Syafei, I. 2018, Self Disclosure dan
Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi.
Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(1), pp.115-130.
https://doi.org/10.15575/psy.v5i1.2282
Gaol, N. T. 2016, Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin
Psikologi, 24(1), pp.1-11. https://doi.org/10.22146/bpsi.11224
Gorbalenya, A., Baker, S., Baric, R., de Groot, R., Drosten, C., Gulyaeva, A.,
Haagmans, B., Lauber, C., Leontovich, A., Neuman, B. and Penzar, D. 2020,
Coronaviridae Study Group of the International Committee on Taxonomy of
Viruses. The species severe acute respiratory syndrome-related coronavirus:
classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nature
microbiology, 2020, pp.03-04.
Hallgren, M., Owen, N., Vancampfort, D., Smith, L., Dunstan, D. W., Andersson,
G., Wallin, P. and Ekblom-Bak, E. 2020, Associations of interruptions to
leisure-time sedentary behaviour with symptoms of depression and
anxiety. Translational Psychiatry, 10(1), pp.1-8.
Hettema, J. M., Prescott, C. A., Myers, J. M., Neale, M. C., and Kendler, K. S.
2005, The structure of genetic and environmental risk factors for anxiety
disorders in men and women. Archives of General Psychiatry, 62(2), pp.182-
189. https://doi.org/10.1001/archpsyc.62.2.182
Iwan, A., Nutrisia, N. H., and Tri, U. S. 2018, Signifikansi Tingkat Stres dengan
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan.
Jackson, L. A., Ervin, K. S., Gardner, P. D. and Schmitt, N. 2001, Gender and the
Internet: Women communicating and men searching. Sex roles, 44(5-6),
pp.363-379.
Ji, W., Wang, W., Zhao, X., Zai, J. and Li, X. 2020, Homologous recombination
within the spike glycoprotein of the newly identified coronavirus may boost
cross-species transmission from snake to human. J. Med. Virol.
Li, L. Q., Huang, T., Wang, Y. Q., Wang, Z. P., Liang, Y., Huang, T. B., Zhang,
H. Y., Sun, W. and Wang, Y. 2020, 2019 novel coronavirus patients’ clinical
characteristics, discharge rate and fatality rate of meta-analysis. Journal of
Medical Virology, 92(6), pp.577-583.
https://doi.org/10.1002/jmv.25757
Li, Q., Guan, X., Wu, P., Wang, X., Zhou, L., Tong, Y., Ren, R., Leung, K. S.,
Lau, E. H., Wong, J. Y. and Xing, X. 2020, Early transmission dynamics in
PERNYATAAN
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya
orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara
jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini
bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis
sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Medan, 2020
Peneliti,
Medan, 2020
Peneliti, Responden,
Lampiran G. Kuesioner
KUESIONER
Identifikasi Responden
1. Nama :……………………………………………………...
2. Usia :………. tahun.
3. Jenis Kelamin : L / P (Lingkari yang sesuai)
4. No. Handphone :……………………………………………………...
Kuesioner Pengetahuan
1. COVID-19 adalah nama dari…
a. Sebuah penyakit yang saat ini sedang menyerang seluruh dunia
b. Sebuah virus yang saat ini menyebabkan pandemi di seluruh dunia
c. Sebuah daerah di Wuhan, Tiongkok
d. Sebuah tim khusus di WHO yang menangani pandemi yang saat ini di
seluruh dunia
2. Pandemi COVID-19 yang saat ini sedang berlangsung disebabkan oleh…
a. SARS-CoV-1
b. SARS-CoV-2
c. MERS-CoV
d. CMV
3. WHO menetapkan status pandemi COVID-19 pada bulan…
a. Desember 2019
b. Januari 2020
c. Februari 2020
d. Maret 2020
4. Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan pada penderita COVID-19
adalah….
a. Demam
b. Batuk berdahak
c. Diare
d. Sesak napas
Kuesioner Stres
No Pertanyaan TP J K S HS
1 Seberapa sering Saudara kesal karena terjadi
sesuatu yang tak terduga?
2 Seberapa sering Saudara merasa bahwa Saudara
tidak mampu mengendalikan hal-hal penting
dalam hidup Saudara?
3 Seberapa sering Saudara merasa gugup dan
stres?
4 Seberapa sering Saudara merasa percaya diri
dengan kemampuan untuk menangani masalah
pribadi?
5 Seberapa sering Saudara merasa bahwa segala
sesuatu berjalan lancar?
6 Seberapa sering Saudara merasa bahwa Saudara
tidak dapat mengatasisemua hal yang harus
Saudara lakukan?
7 Seberapa sering Saudara dapat mengendalikan
hal-hal yang mengganggu hidup Saudara?
8 Seberapa sering Saudara merasa bahwa Saudara
telah berhasil mengatasi segala hal dan merasa
lega?
9 Seberapa sering Saudara marah karena
hal-hal yang berada di luar kendali Saudara?
10 Seberapa sering Saudara merasa kesulitan
menumpuk, sampai Saudara merasa tidak
sanggup lagi?
Kuesioner Kecemasan
Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 19 2 1.3 1.3 1.3
20 39 25.0 26.0 27.3
21 95 60.9 63.3 90.7
22 14 9.0 9.3 100.0
Total 150 96.2 100.0
Missing Syste 6 3.8
m
Total 156 100.0
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-Laki 27 17.3 18.0 18.0
Perempua 123 78.8 82.0 100.0
n
Total 150 96.2 100.0
Missing System 6 3.8
Total 156 100.0
Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Buruk 28 17.9 18.7 18.7
Cukup 95 60.9 63.3 82.0
Baik 27 17.3 18.0 100.0
Total 150 96.2 100.0
Missing Syste 6 3.8
m
Total 156 100.0
Stres
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Stres Berat 1 .6 .7 .7
Stres 49 31.4 32.7 33.3
Sedang
Stres 89 57.1 59.3 92.7
Ringan
Tidak Stres 11 7.1 7.3 100.0
Total 150 96.2 100.0
Missing System 6 3.8
Total 156 100.0
Kecemasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kecemasan Berat 18 11.5 12.0 12.0
Kecemasan Sedang 31 19.9 20.7 32.7
Kecemasan Ringan 101 64.7 67.3 100.0
Total 150 96.2 100.0
Missing System 6 3.8
Total 156 100.0