Anda di halaman 1dari 93

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT TENTANG

PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19 (CORONA VIRUS DISEASE)


DI RSU. IMELDA PEKERJA INDONESIA(IPI) MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

SAIDUL IKRAM

NIM :1714201027

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS IMEDA MEDAN
TAHUN 2021

29
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian Ini Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Sebagai


Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya di
Prodi Sarjana Keperawatan Universitas Imelda Medan

Disetujui :

Dosen Pembimbing

(Bernita Silalahi.S.Pd., S.Kep., M.Kes)

NIDN : 0118086602

Disetujui :

Ketua Prodi Sarjana Keperawatan Universitas Imelda Medan

(Rostinah Manurung. S.Kep,Ns.,M.Kes )

NIDN : 0105067602
LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian dengan judul :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT TENTANG


PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19 (CORONA VIRUS DISEASE)
DI RSU. IMELDA PEKERJA INDONESIA(IPI) MEDAN

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji


Pada Tanggal 01 Bulan Oktober Tahun 2021

Penguji I : Nixson Manurung, S.Kep, Ns., M.Kep ( )

Penguji II : Meriani Herlina Siahaan, SKM M.Biomed ( )

Penguji III : Bernita Silalahi.S.Pd., S.Kep., M.Kes ( )

Diketahui :
Ka. Prodi S-1 Keperawatan Imelda Medan

(Rostinah Manurung, S.Kep., Ns., M.Kes)


NIDN : 0105067602
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

Nama : Saidul Ikram

Tempat/Tanggal Lahir : TR marpunge,24-09-1996

Agama :Islam

Jumlah Saudara :3

Status : Belum kawin

Nama Ayah : M adam

Nama Ibu : Halimatussakdiah

Alamat : Dusun julu

II. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2002 – 2005 : TK.

2. Tahun 2005 – 2008 : SD.

3. Tahun 2008 – 2011 : SMP.

4. Tahun 2011 – 2013 : SMA.

5. Tahun sekarang : Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan Universitas

Imelda
UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Nama : Saidul Ikram


Nim : 1714201027
Judul : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Pencegahan
Penularan COVID-19 di RSU.Imelda Pekerja Indonesia.

ABSTRAK

Virus Corona atau Corona Virus Disease pada tahun 2019 (COVID-19)
menjadi permasalahan global yang cukup serius, Virus Corona merupakan wabah
yang saat ini sedang melanda banyak negara di dunia. Virus ini menyerang sistem
pernafasan manusia dan menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan. Gejala
virus ini yaitu flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East
Respiratory Syndrom (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrom(SARS).
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap
perawat Tentang Pencegahan Penularan Covid-19 Pada Perawat Dirumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kuantitatif deskriptif korelasional.Hasil Penelitian adalah responden yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 22orang (59,5%) dan cukup 15 orang
( 40,5%). Untuk sikap respon yang baik sebanyak 29 orang (59,5%) dan yang
sikap yang cukup sebnayak 15 orang (40,5%). Hasil uji korelasi didapat bahwa
adanya hubungan positif dan signifikan antara Pengetahuan dengan sikap perawat
tentang pencegahan penularan COVID-19 hasil p =0.008, jadi dapat disimpulkan
Ha diterima bahwa ada Hubungan Pengetahuan dengan sikap perawat tentang
pencegahan penularan COVID-19. Kesimpulan penelitian bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dan sikap perawat terhadap pencegahan penularan COVID-19.

Kata Kunci : Pencegahan Penularan COVID-19. Perawat Pengetahuan, Sikap


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis sampai saat ini masih diberikan

hikmat dan kebijakan sebagai dasar dalam menyelesaikan skripsi ini dengan

judul hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Perawat Tentang Pencegahan

Penularan COVID-19 ''.Skripsi ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Imelda Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. H.R.I. Ritonga, MSc selaku ketua Yayasan Imelda Medan

2. Dr. dr Imelda L.Ritonga, S.Kp, M.Pd, MN selaku Rektor Universitas Imelda

Medan.

3. Rostinah Manurung, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku kepala program studi S-1

Keperawatan Universitas Imelda Medan.

4. Bernita Silalahi.S.Pd.,S.Kep., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan arahan kepada penulis mulai dari awal sampai terselesainya

skripsi ini.

5. Edisyah Putra Ritonga.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku wali kelas SI keperawatan

tingkat IV yang telah banyak memberikan arahan dan inspirasi.

6. Seluruh staf Dosen S-1 Keperawatan STIKes Imelda Medan yang telah

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

7. Teristimewa penulis sampaikan rasa hormat dan cinta yang sebesar-besarnya

dengan setulus hati kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan

i
dukungan moral dan material serta curahan kasih sayang yang tiada habisnya

kepada penulis serta do’a yang tulus dan ikhlas selama penulis mengikuti

pendidikan S-1 Keperawatan di Universitas Medan, sehingga kelak penulis

dapat menjadi orang yang berguna bagi keluarga serta nusa dan bangsa.

8. Responden yang telah bersedia memberikan waktu untuk membantu peneliti

dalam melaksanakan penelitian.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa S-1 keperawatan tingkat IV yang telah

memberi semangat.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan,

oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk

kesempurnaan dan kebaikan dalam penulisan skripsi ini.

Medan, 08 Agustus 2021

Peneliti

( Saidul Ikram )
1714201027
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum................................................................. 5
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
1.4.1. Bagi Tempat Peneliti....................................................... 6
1.4.2. Bagi Pelayanan Kesehatan.............................................. 6
1.4.3. Bagi Pasien Rumah Sakit................................................ 6
1.4.4. Bagi Penelitian Selanjutnya............................................ 6
BAB II :KAJIAN TEORI
2.1. Konsep Kanker.......................................................................... 7
2.1.1. Pengertian Kanker........................................................... 7
2.1.2. Penyebab Kanker............................................................ 7
2.1.3. Pencegahan Kanker......................................................... 7
2.1.4. Komplikasi Kanker......................................................... 8
2.2. Konsep Kemoterapi................................................................... 8
2.2.1. Pengertian Kemoterapi.................................................... 8
2.2.2. Sifat Kemoterapi............................................................. 8
2.2.3. Farmakologi Kemoterapi................................................ 9
2.2.4. Efek Samping Kemoterapi.............................................. 10
2.3.Konsep Keluarga........................................................................ 11
2.3.1.Pengertian Keluarga......................................................... 11
2.3.2. Tipe Keluarga................................................................. 11
2.3.3.Struktur Keluarga............................................................. 13
2.3.4. Defenisi Dukungan Keluarga.......................................... 14
2.3.5. Komponen-Komponen Dukungan Keluarga................... 15
2.4. Konsep Motivasi....................................................................... 19
2.4.1. Pengertian Motivasi........................................................ 19
2.4.2. Metode Peningkatan Motivasi......................................... 20
2.4.3. Bentuk Motivasi.............................................................. 21
2.4.4. Aspek Motivasi............................................................... 23
2.4.5. Metode Motivasi............................................................. 23
2.4.6. Motivasi Untuk Sembuh................................................. 24

2.5. Kerangka Konsep...................................................................... 25


2.6. Hipotesis.................................................................................... 26
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian.......................................................................... 27
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................... 27
3.2.1. Waktu Penelitian............................................................. 27
3.2.2. Lokasi Penelitian............................................................. 27
3.3. Populasi, Sampling dan Sampel Penelitian............................... 28
3.3.1. Populasi........................................................................... 28
3.3.2. Sampling......................................................................... 28
3.3.3. Sampel............................................................................. 29
3.4. Tehnik Pengumpulan Data........................................................ 29
3.4.1. Data Primer..................................................................... 30
3.4.2. Data Sekunder................................................................. 30
3.4.3. Data Tersier..................................................................... 30
3.5. variabelPenelitian dan DefenisiOperasional............................. 30
3.5.1. Pengertian Variabel Penelitian........................................ 30
3.5.2. Defenisi Operasional....................................................... 31
3.6. Aspek pengukuran..................................................................... 33
3.7. Metode Pengukuran.................................................................. 34
3.7.1. Pengolahan Data.............................................................. 34
3.7.2. Instrumen Penelitian........................................................ 35
3.7.3. Analisa Data.................................................................... 36
BAB IV : HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Univariat......................................................................... 38
4.1.1. Data Umum................................................................... 38
4.1.2. Data Khusus.................................................................. 42
4.2. Hasil Bivariat .......................................................................... 43
4.3. Pembahasan ............................................................................ 44
4.3.1. Dukungan Keluarga...................................................... 45
4.3.2. Motivasi Pasien Kanker................................................ 46
4.3.3. Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Untuk Sembuh 47
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 50
5.2. Saran ......................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

TABEL 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 4.1.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di RSU.


Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021
Tabel 4.1.2 Distribusi karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021
Tabel 4.1.3 Distribusi karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di RSU.
Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021
Tabel 4.1.3 Distribusi karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa di
RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021
Tabel 4.1.2 Distribusi karakteristik Responden Berdasarkan Status di RSU.
Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021
Tabel 4.1.2 Distribusi karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan
Perawat di RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021
Tabel 4.1.2 Distribusi karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Perawat di
RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021
DAFTAR GAMBAR

Hal

Skema 2.1. Kerangka Konsep Penelitian.......................................................... 25


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Survei Awal dari Universitas Imelda Medan

Lampiran 2. Surat Balasan Izin Survei Awal dari RSU.IPI Medan

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Universitas Imelda Medan

Lampiran 4. Surat Balasan Izin Penelitian dari RSU.IPI Medan

Lampiran 5. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 7. Lembar Kuesioner

Lampiran 8. Master Tabel

Lampiran 9. Hasil Penelitian

Lampiran 10. Lembar Konsul


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Virus Corona atau Corona Virus Disease pada tahun 2019 (COVID-19)

menjadi permasalahan global yang cukup serius, Virus Corona merupakan wabah

yang saat ini sedang melanda banyak negara di dunia. Virus ini menyerang sistem

pernafasan manusia dan menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan. Gejala

virus ini yaitu flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East

Respiratory Syndrom (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrom(SARS).

Virus Corona merupakan jenis virus baru yang ditemukan pertama kali di Wuhan

Cina tahun 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrom

Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). Gejala Virus Corona mirip dengan

SARS, Jika dilihat dari persentase angka kematian, kasus kematian akibat SARS

(9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (Kurang dari 5 %). Meskipun demikian

jumlah kasus COVID-19 lebih banyak dibanding SARS, COVID-19 juga

mempunyai penyebaran yang cepat dan luas dibanding SARS (Burke, 2020)

Data awal tahun 2020 ini, dunia dikagetkan dengan kejadian infeksi berat

dengan penyebab yang belum diketahui, yang berawal dari laporan dari Cina

kepada World Health Organization(WHO) terdapatnya 44 pasien pneumonia yang

berat di suatu wilayah yaitu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, tepatnya di hari

terakhir tahun 2019 Cina. Dugaan awal hal ini terkait dengan pasar basah yang

menjual ikan, hewan laut dan berbagai hewan lain. Pada 10 Januari 2020
penyebabnya mulai teridentifikasi dan didapatkan kode genetiknya yaitu virus

corona baru. ( Handayani, Dhani, 2019)

Virus Corona saat ini telah menginfeksi lebih dari 100 negara di dunia dan

mengakibatkan 6.400 orang meninggal dunia. WHO pun telah menyatakan virus

Corona sebagai pandemi. Artinya, virus Corona telah menyebar ke hampir seluruh

dunia dan populasi dunia kemungkinan akan terkena infeksi dari virus ini. Jadi,

sebagian dari populasi dunia akan jatuh sakit.Covid-19 atau di kenal juga dengan

Novel Coronavirus (menyebabkan wabah Pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok

pada Desember 2019 dan mulai menyebar ke negara lainnya mulai Januari 2020.

Indonesia sendiri mengumumkan adanya kasus Covid-19 dari Maret 2020.

Laporan lain menunjukkan penularan pada pendamping wisatawan Cina

yang berkunjung ke Jepang disertai bukti lain terdapat penularan pada kontak

serumah pasien di luar Cina dari pasien terkonfirmasi dan pergi ke Kota Wuhan

kepada pasangannya di Amerika Serikat. Penularan langsung antar manusia

(Human To Human Transmission) ini menimbulkan peningkatan jumlah kasus

yang luar biasa hingga pada akhir Januari 2020 didapatkan peningkatan 2000

kasus terkonfirmasi dalam 24 jam. Pada akhir Januari 2020 WHO menetapkan

status Global Emergency pada kasus virus Corona ini dan pada 11 Februari 2020

WHO menamakannya sebagai COVID-19. ( Handayani, Dhani, 2019)

Data pada tanggal 28 Maret 2020, jumlah kasus infeksi COVID-19

terkonfirmasi mencapai 571.678 kasus. Awalnya kasus terbanyak terdapat di

Cina, namun saat ini kasus terbanyak terdapat di Italia dengan 86.498 kasus,

diikut oleh Amerika dengan 85.228 kasus dan Cina 82.230 kasus. Virus ini telah

menyebar hingga ke 199 negara. Kematian akibat virus ini telah mencapai 26.494
kasus. Tingkat kematian akibat penyakit ini mencapai 4-5% dengan kematian

terbanyak terjadi pada kelompok usia diatas 65 tahun.

Indonesia merupakan salah satu dari 216 negara yang terkonfirmasi kasus

COVID-19. Kasus COVID-19 pertama kali muncul di Indonesia pada tanggal 2

Maret 2020 dan sampai tanggal 14 Oktober 2020 jumlah korban yang

terkonfirmasi 344.749 orang, dengan jumlah sembuh 267.851 orang dan 12.156

orang meninggal dunia (Burke, 2020). Peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi

di masyarakat salah satu penyebabnya ialah penyebaran virus ini yang cepat dan

meluas ke seluruh daerah di Indonesia. Sumatera Utara menjadi salah satu

provinsi yang masih menjadi salah satu daerah berzona merah dengan jumlah

kasus 11.508 orang terinfeksi, 9.015 orang sembuh dan 480 orang meninggal

dunia. (IASC, 2020).

Kasus Covid-19 di Sumatera Utara terus bertambah. Gugus Tugas

Percepatan Penanganan Covid-19 Sumatera Utara memperbarui jumlah kasus

positif Covid-19 bertambah 2 orang pada Selasa, 09 Juni 2020. Sehingga total

pasien positif di Sumatera Utara saat ini berjumlah 619 orang. Dari kasus pasien

posiitif terdapat 189 orang yang sembuh dan 53 jiwa yang meninggal dunia.

Sedangkan pasien dalam pengawasan (PDP) meningkat menjadi 134 orang. Orang

dalam pemantauan (ODP) juga mengalami meningkatan menjadi 433 orang.

Berikut pemaparan data kondisi kasus Covid-19 per Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara Tanggal 09 Juni 2020.

Penyebaran COVID-19 yang cukup luas membawa banyak dampak bagi

masyarakat dan terkhusus pasien COVID-19 sendiri. Salah satu dampaknya ialah

kehilangan nyawa, penurunan ekonomi, terkendala aktivitas pendidikan, dan


sosial. Serta yang paling mengkhawatirkan ialah dampak psikologis dan

perubahan prilaku masyarakat. Virus ini tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik

namun juga pada kesehatan mental dan kualitas hidup dari pasien. Penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian mengenai dampak COVID-19

terhadap mental para tenaga profesi kesehatan, menyebutkan bahwa tenaga

kesehatan merupakan orang yang akan mengalami gangguan mental lebih parah

karena menanggung resiko terpapar lebih besar.

Penelitian lain memaparkan bahwa kasus kematian akibat COVID-19 dan

tindakan isolasi dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Ditemukan

bahwa tingginya angka kematian dan perpanjangan isolasi di suatu daerah

memicu depresi, kecemasan, rasa takut berlebihan serta perubahan pola tidur

masyarakat. Dimana hal ini tidak hanya memperburuk kondisi kesehatan mental

namun juga fisik. COVID-19 secara signifikan telah merubah prilaku sosial

masyarakat hanya dalam hitungan bulan. Bukan hanya prilaku individu tetapi juga

kelompok. Stigma mengenai COVID-19 mulai bermunculan. Mulai dari

penolakan sampai diskriminasi terhadap orang dengan COVID-19, seperti para

tenaga kesehatan, pasien, kerabat pasien bahkan jenazah orang dengan COVID-

19.

Kondisi saat ini tentunya menjadi kekhawatiran bagi seluruh masyarakat

terkait dengan upaya pengendalian dan penanggulangan Pandemi COVID-19 ini

di Indonesia, termasuk juga di kalangan medis dan tenaga kesehatan lainnya.

Kematian tenaga medis akibat COVID-19, khususnya dokter dan perawat,

semakin bertambah. Data terakhir menunjukan sekitar 101 teman sejawat dokter

(per 31 Agustus 2020) meninggal dikarenakan COVID-19.


Peningkatan jumlah kasus yang dikonfirmasi dan jumlah kematian akibat

COVID-19 menjadi tantangan yang besar bagi sistem pelayanan kesehatan

setempat. Ketika jumlah pasien dengan COVID-19 bertambah, semakin banyak

sumber daya kesehatan, termasuk petugas, tempat tidur dan fasilitas. Sumber daya

yang terbatas, berdampak pada munculnya tekanan dan kesusahan yang besar,

terutama petugas kesehatan (Cotton, 2020 & Lancet, 2020).

Berdasarkan data Indeks Pengaruh Kematian Nakes (IPKN) sampai

dengan 21 Juli 2020, rasio kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan dibanding

dengan total kematian terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia termasuk salah satu

yang tertinggi diantara di negara lain, yaitu 2,4%. Hal ini disebabkan oleh

minimnya APD, kurangnya skrining pasien yang baik di fasilitas kesehatan,

kelelahan para tenaga medis karena jumlah pasien COVID-19 yang terus

bertambah dan jam kerja yang panjang, serta tekanan psikologis. Hal-hal ini

menyebabkan tenaga medis sangat rentan terinfeksi COVID-19. Kondisi tubuh

dan mental yang kurang baik akibat hal tersebut pada akhirnya juga dapat

menyebabkan tenaga kesehatan jatuh sakit hingga meninggal. Padahal, tenaga

medis merupakan salah satu ujung tombak dari upaya penanganan COVID-19.

(Ginanjar, Eka &dkk,2020)

Tenaga medis, memiliki peran yang sangat penting dalam memerangi

wabah virus Corona (Covid-19) yang tengah melanda Indonesia. Peran tenaga

kesehatan, menempati posisi kunci dalam upaya memberikan layanan kesehatan

secara optimal kepada masyarakat yang membutuhkan. Mereka jugalah, yang

harus berhadapan langsung dengan pasien terjangkit virus Covid-19 dari jarak

yang sangat dekat. Untuk itu, para tenaga medis merupakan orang yang paling
rentan tertular virus ini. Karena risikonya yang sangat tinggi, para tenaga medis

perlu mengetahui dan terus menerapkan prosedur protokol tertentu guna

menlindungi diri dan mencegah tertular virus Covid-19. Kewaspadaan baku atau

standar merupakan hal yang harus diterapkan di semua fasilitas pelayanan

kesehatan. Hal tersebut dimaksudkan, guna memberikan pelayanan kesehatan

yang aman bagi semua pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut baik bagi

pasien maupun tenaga medis. Kewaspadaan standar meliputi kebersihan tangan,

dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk menghindari kontak langsung

dengan darah, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan) dan kulit pasien

yang terluka. Selain itu, kewaspadaan standar juga meliputi kebersihan, desinfeksi

dansterilisasi linen dan peralatan perawatan pasien, dan pembersihan dan

desinfeksi lingkungan.

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan paling depan (frontline)

dalam melakukan perlawanan terhadap COVID-19. Beberapa rumah sakit

melakukan pengurangan jumlah kunjungan pasien, tetapi tidak pada ruang gawat

darurat dan ruang isolasi. Perawat yang bekerja di ruang tersebut memiliki risiko

yang lebih besar untuk berinteraksi dengan pasien atau penderita yang dicurigai

positif COVID-19. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental

mereka (Hu, D., 2020) dan pada akhirnya berdampak pada menurunya kualitas

pelayanan yang diberikan (Huang, etal., 2020). Hasil penelitian Huang et al

(2020), kesehatan mental dari 1.257 yang merawat pasien Covid-19 di 34 rumah

sakit di Tiongkok dengan hasil gejala depresi 50 % Kecemasan 45 % Insomnia 34

% Tekanan psikologis 71,5 %. Diindonesia, hasil survei Iskandarsyah dan


Yudiana (2020) menunjukkan 78 % partisipan cemas dengan penyebaran COVID-

19dan 23% merasa tidak bahagia atau dalam kondisi tertekan.

Sama halnya dengan penelitian sebelumnya mendapatkan kondisi

perawat yang memberikan asuhan keperawatan mengalami gangguan psikologis

yang muncul bervariasi yakni mulai yang ringan, sedang, hingga berat seperti

stress, kecemasan, rasa takut, depresi, kelelahan, sulit untuk tidur atau insomnia,

gangguan mental lain, somatisasi, mudah marah, obsesif–konvulsif, penurunan

nafsu makan, merasa tidak nyaman, tidak berdaya, menangis, dan bahkan terlintas

untuk bunuh diri (Santoso, 2020). Memberikan asuhan keperawatan pada pasien

COVID-19 dapat berdampak negatif pada psikologis perawat. Pada masa pandemi

seperti saat ini, jumlah pasien akan meningkat sehingga beban kerja akan

meningkat (Su et al., 2020), dan perawat akan merasa mudah lelah.

COVID-19 merupakan penyakit menular dan penyebarannya bisa

melalui udara dan adanya kasus sejawat perawat yang meninggal akibat terinfeksi

COVID-19, sehingga menimbulkan rasa takut akan infeksi penyakit terhadap

perawat yang melakukan perawat pada pasien COVID-19 (Hu, 2020). Hal itu

disebabkan oleh bekerja 4–12 jam selama masa pandemi meningkatkan risiko

tertular dan kelelahan, bekerja dengan menggunakan alat pelindung diri

mengakibatkan sakit kepala, sesak napas, kesusahan buang air, serta kacamata

goggle mudah untuk berembun (Zang, J.Z, 2020).

Masalah psikologis yang paling banyak dialami oleh perawat adalah

stres, cemas, dan depresi. Permasalahan tersebut pun dapat terjadi pada tenaga

perawat yang menangani pasien dengan gejala-gejala awal COVID-19 pada

situasi pandemi. Sedangkan untuk di Indonesia berdasarkan hasil penelitian oleh


FIK-UI dan IPKJI (2020) respon yang paling sering muncul pada perawat ialah

perasaan cemas dan tegang sebanyak 70%. Tingginya kecemasan pada perawat

dapat memberikan dampak negatif menurut Fehr & Perlman (2015) melemahnya

hubungan sosial, stigma terhadap perawat, timbulnya amarah dan permusuhan

terhadap pemerintah dan tenaga garis depan dan penyalahgunaan obat. Hal ini

dapat menimbulkan gejala obsesif compulsif, yaitu gangguan mental yang

menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara

berulang-ulang. Penurunan kesehatan mental adalah munculkan berbagai reaksi

psikologis yang ditandai dengan gangguan suasana hati, tergangguannya

kemampuan berpikir, yang pada akhirnya mengarahkan pada perilaku kurang

adaptif (Kemenkes RI, 2018).

Apabila permasalahan psikologis yang dialami oleh perawat tidak

teratasi maka menurunkan imunitas tubuh dan meningkatkan risiko tertular

COVID-19 serta mengganggu kualitas pelayanan keperawatan. Maka dari itu

dalam menjalankan tugasnya, perawat perlu mendapatkan dukungan. Dukungan

sosial dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah kepada perawat maupun tenaga

medis lainnya sangat diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dari

gangguan psikologi yang dialami (Wu, Y. C., 2020).

Berdasarkan uraian diatas, Penting untuk terus mengeksplorasi implikasi

pandemi pada kesehatan perawat, sehingga dampaknya dapat dicegah, atau

dikurangi. Memahami dampak pandemi COVID-19 membantu kita untuk

bagiamana berpikir, bersikap dan berperilaku, serta memberikan masukan bagi

pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam membuat kebijakan penanganan

COVID-19 secara akurat efektif dan komprehensif, maka oleh sebab itu peneliti
tertarik untuk mendeskripsikan Hubungan Pengetahuan dan Sikap perawat

Tentang Pencegahan Penularan Covid-19 Pada Perawat Dirumah Sakit Umum

Imelda Pekerja Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut yaitu bagaimanakah “Hubungan Pengetahuan dan Sikap perawat

Tentang Pencegahan Penularan Covid-19 Pada Perawat Dirumah Sakit Umum

Imelda Pekerja Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari skripsi ini adalah untuk mengetahui Hubungan

Pengetahuan dan Sikap perawat Tentang Pencegahan Penularan Covid-19 Pada

Perawat Dirumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2021?”

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1)

Mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, suku, status

pernikahan) perawat Ruang Rawat Inap yaitu ruangan matahari dan IGD di RSU.

Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021, 2) untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dengan sikap perawat tentang pencegahan penularan Covid-19 pada

perawat di RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021?”,


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan, pengetahuan, dan menambah wawasan bagi

peneliti dalam memberikan informasi tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Perawat Tentang Pencegahan Penularan Covid-19 Pada Perawat?”

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi peneliti lain sehubungan dengan

Pencegahan Penularan Covid-19 Pada Perawat.

1.4.2 Bagi Lahan Penelitian

Sebagai bahan masukan untuk petugas atau instansi kesehatan terkait

dengan masalah penelitian ini, sehingga dapat menambah dan meningkatkan

Pencegahan Penularan Covid-19 Pada Perawat.

1.4.3 Bagi Peneliti selanjutnya

Memberikan informasi baru atau data bagi peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian yang berkaitan dengan Pencegahan Penularan Covid-19

Pada Perawat.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep COVID-19

2.1.1 Definisi Covid-19

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan

penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui

menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga

yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2

(SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena

infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan

ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia corona diketahui

menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih

parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute

Respiratory Syndrme (SARS). Namun, beberapa orang yang terinfeksi tetapi tidak

menunjukkan gejala apa pun dan tak merasa tidak enak badan. Kebanyakan orang

(sekitar 80%) pulih dari penyakit tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari

setiap 6 orang yang mendapatkan COVID-19 sakit parah dan mengalami kesulitan

bernapas. Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis seperti

tekanan darah tinggi, masalah jantung atau diabetes, lebih mungkin terkena
penyakit serius. Orang dengan demam, batuk dan kesulitan bernapas harus

mendapat perhatian medis.

2.1.2 Etiologi Covid-19

Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu

kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus,

coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti

flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti

pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS).

Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke

manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari

manusia ke manusia. Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara,

yaitu:

a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat

penderita COVID-19 batuk atau bersin

b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah

menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19

c. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19

Virus Corona juga bisa menular melalui benda-benda yang sering

disentuh, misalnya uang, gagang pintu, atau permukaan meja. Virus Corona dapat

menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila

terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit

tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya pada

penderita kanker.
Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi menginfeksi para

tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh karena itu, para tenaga medis

dan orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien COVID-19 perlu

menggunakan alat pelindung diri (APD). Dari data yang dikeluarkan oleh WHO,

saat ini ditemukan beberapa varian SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Berikut

rincian jenis varian baru tersebut:

a. Varian Alfa (B.1.1.7) yang pada awalnya ditemukan di Inggris sejak

September 2020.

b. Varian Beta (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3) yang pada awalnya ditemukan di

Afrika Selatan sejak Mei 2020.

c. Varian Gamma (P.1/P.1.1/P.1.2) yang pada awalnya ditemukan di Brazil

sejak November 2020.

d. Varian Delta (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3) yang pada awalnya ditemukan di

India sejak Oktober 2020.

e. Varian Eta (B.1.525) yang penyebarannya ditemukan di banyak negara sejak

Desember 2020.

f. Varian Iota (B.1526) yang pada awalnya ditemukan di Amerika sejak

November 2020.

g. Varian Kappa (B.1617.1) yang pada awalnya ditemukan di India sejak

Oktober 2020.

h. Varian Lamda (c.37) yang pada awalnya ditemukan di Peru sejak Desember

2020.
2.1.3 Tanda dan Gejala Covid-19

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.

Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu> 38 0c), batuk, dan kesulitan

bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala

gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien

timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburuknya secara cepat dan

progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan

perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa

pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.

Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam

kondidi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika

terinfeksi. (PDPI, 2020). Berikut klinis yang dapat muncul jika terinfeksi (PDPI,

2020)

1. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala

yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demma, batuk, dapat

disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan

nyri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan

pasien Immuno Compromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau

atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak dengan demam dan

gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala

komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.


2. Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demma, batuk,, dan sesak. Namun tidak

ada tanda pnemonia berat. Pada anak-anak dengan pnemonia tidak berat

ditandai dengan batuk atau susah bernapas.

3. Pneumonia berat. Pada pasien dewasa :

a. Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran

napas

b. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas > 30x/menit),

distres pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien < 90%

2.1.4 Patofisiologi Penularan COVID-19

COVID-19adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2

(Severe Acure Respiratory Syndrome Coronavirus 2). SARS-CoV-2 berasal dari

kelompok virus yang sama dengan virus SARS dan MERS yang juga pernah

menyebabkan epidemi beberapa tahun silam. Kelompok virus tersebut merupakan

zoonosis, yaitu dapat ditularkan antara hewan dan manusia. Penelitian

menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (Civet Cats) ke

manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber

penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.

COVID-19 memiliki masa inkubasirata-rata 5-6 hari, dengan range antara

1 sampai 14 hari. Selama masa inkubasi, orang yang terinfeksi belum menunjukan

gejala (Presimptomatik) namun pada beberapa kasus sudah dapat menularkan

virus tersebut kepada orang lain. Sebuah studi dari Du Zet. al melaporkan bahwa

12,6% menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui

periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui droplet


atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Risiko penularan tertinggi

diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus yang

tinggi pada sekret pernapasan. Beberapa orang yang terinfeksi COVID-19 juga

dapat tidak menunjukan gejala sama sekali (asimptomatik). Meskipun begitu,

beberapa penilitianterbarumelaporkan bahwa orang asimptomatik maupun

simptomatik memiliki viral load yang serupa sehingga keduanya masih berisiko

menularkan virus tersebut kepada orang lain.

Studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa COVID-19

pada umumnya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain

yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air

dengan diameter >5-10 μm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada

pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala

pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai

mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi

melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang

terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui

kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan

permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya,

stetoskop atau termometer). Transmisi melalui udara dapat terjadidalam keadaan

khusus misalnya prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol

seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan

nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi

tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non-invasif,

trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Saat ini, WHO dan komunitas ilmiah
lain masih mendiskusikan kemungkinan transmisi SARS-CoV-2 melalui udara

tanpa adanya prosedur yang menghasilkan aerosol, terutama pada ruangan

tertutup dengan ventilasi yang buruk. Penelitian yang lebih lanjut masih

dibutuhkan untuk mengetahui dengan pasti perihal transmisi melalui udara ini.

2.1.5 Penegakkan Diagnosis

Pada anamnesisi gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama:

demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak

1. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek/possible

Seseorang yang mengalami : demam ≥ 380c atau riwayat demam, batuk

atau pilek atau nyeri tenggorokan, pneumonia ringan sampai berat

berdasarkan klinis dan/atau gambaran radiologis.

2. Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan sampai

berat dan salah satu berikut dalam 14 hari sebelum onset gejala : kontak

erat denga pasien kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19, riwayat

kontak dengan hewan penular, bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan

kesehatan dengan kasus terkonfirmasi atau probable infeksi COVID-19 di

Tiongkok atau wilayah/ negara yang terjangkit

3. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam (suhu ≥ 380c)

atau riwayat demam.

4. Orang dalam pemantauan

Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam tanpa

pnemonia yang memiliki riwayat perjalanan ke tiongkok atau

wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak memiliki satu atau lebih riwayat

paparan diantaranya :riwayat kontak erat dengan kasusu konfirmasi


COVID-19, bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang

berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19 di tiongkok atau

wilayah/ negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit),

memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular sudah

teridentifikasi) di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai

dengan perkembangan penyakit),

4. Kasus probable

Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19 tetapi

inkonkllusif atau tidak dapat disimpulkan atau sesorang dengan hasil

konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus.

5. Kasus terkonfirmasi

Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-19

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang (PDPI,2020)

1. Pemeriksaan radiologi : foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada

pencitraan dapat menunjukkan : opasitas bilateral, konsolidasi

subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass

2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah : saluran napas atas

dengan swab tenggorok( nasofaring dan orofaring), dan saluran napas

bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal

tube dapat berupa aspirat endotrakeal)

3. Bronkoskopi

4. Pungsi pleura sesuai kondisi

5. Pemeriksaan kimia darah


6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas

(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk

bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan

menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah

7. Pemeriksaan feses dan urine (untuk investasigasi kemungkinan

penularan)

2.1.7 Tatalaksana Umum

1. Isolasi pada semua kasus sesuai dengan gejala klinis yang muncul,

baik ringan maupun sedang

2. Implementasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit.

4. Suplementasi oksigen. Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien

dengan, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen 5 l/menit dengan target

Sp02 ≥ 90% pada pasien tidak hamil dan ≥92-95% pada pasien hamil

5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat.

6. Terapi cairan. Terapi cairan konservatif diberikan jika ada bukti syok

pasien dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena

jika pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat kondidi

distress napas atau oksigenas. Monitoring keseimbangan cairan dan

elektrolit

7. Pemberian antibiotik empiris

8. Terapi simptomatik. Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik,

obat batuk dan lainnya jika memang diperlukan.


9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada

tatalaksana pneomonia viral atau ARDS selain ada indikais lain.

10. Observasi ketat

11. Pahami komorbid pasien

Saat ini belum ada penelitian atau bukti tatalaksana spesifik pada

COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi coronavirus

yang terbukti efektif. Pada studi terhadap SARSCoV, kombinasi

lopinavir dan ritonavir dikaitkan efektifitas dan keamanan apada

infeksi COVID-19. Tatalaksana yang belum teruji/terlisensi hanya

boleh diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik

atau melalui Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions

Framework (MEURI), dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini

belum ada vaksin untuk mencegah pneumonia COVID-19 ini (PDPI,

2020).

2.2 Pelayanan Rumah Sakit pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu di Rumah Sakit telah

menjadi harapan dan tujuan utama dari masyarakat/pasien, petugas kesehatan,

pengelola dan pemilik Rumah Sakit serta regulator. Bahkan di masa pandemik

COVID-19 ini pun pelayanan kesehatan tetap dapat dijalankan dengan

mengutamakan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan yang bertugas.

Pelayanan kesehatan di masa adaptasi kebiasaan baru akan sangat berbeda

dengan keadaan sebelum COVID-19. Rumah Sakit perlu menyiapkan prosedur

keamanan yang lebih ketat dimana Protokol PPI diikuti sesuai standar. Prosedur

penerimaan pasien juga akan mengalami perubahan termasuk penggunaan masker


secara universal, prosedur skrining yang lebih ketat, pengaturan jadwal

kunjungan, dan pembatasan pengunjung/pendamping pasien bahkan pemisahan

pelayanan untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19.

Prinsip utama pengaturan Rumah Sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru

untuk menyesuaikan layanan rutinnya adalah:

1. Memberikan layanan pada pasien COVID-19 dan non COVID-19 dengan

menerapkan prosedur skrining, triase dan tata laksana kasus.

2. Melakukan antisipasi penularan terhadap tenaga kesehatan dan pengguna

layanan dengan penerapan prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

(PPI), penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di unit kerja dan

pemenuhan Alat Pelindung Diri (APD).

3. Menerapkan protokol pencegahan COVID-19 yaitu: harus mengenakan

masker bagi petugas, pengunjung dan pasien, menjaga jarak antar orang >1m

dan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60

detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

4. Menyediakan fasilitas perawatan terutama ruang isolasi untuk pasien kasus

COVID-19.

5. Terintegrasi dalam sistem penanganan COVID-19 di daerah masing-masing

sehingga terbentuk sistem pelacakan kasus, penerapan mekanisme rujukan

yang efektif dan pengawasan isolasi mandiri dan berkoordinasi dengan

Dinas Kesehatan setempat

6. Melaksanakan kembali pelayanan yang tertunda selama masa pandemik

COVID-19.
Untuk dapat memenuhi prinsip-prinsip tersebut, Rumah Sakit dianjurkan:

1. Membuat pembagian dan pengaturan zona risiko COVID-19 dan

pembatasan akses masuk di Rumah Sakit.

2. Pemanfaatan teknologi informasi untuk inovasi layanan kesehatan

seperti:

a. Sistem pendaftaran melalui telepon atau secara online untuk

membatasi jumlah orang yang berada di Rumah Sakit dalam waktu

yang bersamaan. Pada aplikasi daftar online pasien juga dapat

diminta mengisi kajian mandiri COVID-19 untuk memudahkan

dan mempersingkat proses skrining ketika mengunjungi Rumah

Sakit.

b. Layanan telemedicine untuk mengurangi jumlah orang yang berada

di Rumah Sakit.

c. Rekam medik elektronik

d. Sistem pembayaran secara online / melalui uang elektronik

3. Mengembangkan sistem “drug dispencing” dimana pasien yang telah

menerima layanan telemedicine tidak perlu datang ke Rumah Sakit

hanya untuk mengambil obat. Rumah Sakit dapat mengembangkan

layanan pengantaran obat atau bekerjasama dengan penyedia jasa lain

untuk mengantarkan obat kepada pasien. Dalam penerapan layanan

antar obat harus memperhatikan prosedur pelayanan farmasi di Rumah

Sakit.
2.2.1 Pengaturan Alur Layanan

1. Alur Pasien

Pasien masuk ke Rumah Sakit melalui pintu utama yakni dapat melalui IGD

atau melalui area rawat jalan. Proses masuknya pasien melalui pintu utama

tersebut dapat melalui tiga cara yaitu :

a. Langsung ke Rumah Sakit (atas permintaan pasien sendiri dan tanpa

perjanjian).

Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui mekanisme ini harus melalui

proses skrining. Bila dari hasil skrining dicurigai COVID-19 maka pasien

diarahkan menuju triase IGD atau rawat jalan khusus COVID-19. Sebaliknya

bila dari skrining tidak dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan menuju

triase IGD atau rawat jalan non COVID-19 sesuai kebutuhan pasien.

b. Melalui rujukan (dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau

(Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) ) :

- Rujukan pasien suspek atau konfirmasi COVID-19 tidak perlu

dilakukan skrining dan langsung diarahkan ke triase COVID-19.

- Rujukan pasien kasus non COVID-19 yang dengan hasil pemeriksaan

COVID-19 negatif atau yang belum dilakukan pemeriksaan COVID-19

tetap harus melewati proses skrining.

c. Melalui registrasi online.

Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui registrasi online diharuskan

mengisi kajian mandiri terkait COVID-19, bila terindikasi gejala COVID-19

langsung diarahkan ke triase rawat jalan COVID-19. Sedangkan pasien


dengan hasil assessment tidak terkait COVID-19 tetap melalui proses

skrining (Isian kajian mandiri terlampir).

2. Skrining

a. Skrining merupakan proses penapisan pasien di mana seorang individu

dievaluasi dan disaring menggunakan kriteria gejala dan riwayat

epidemiologis, untuk menentukan pasien tersebut masuk ke dalam

kategori dicurigai COVID-19 atau bukan.

b. Tujuan skrining

- Memisahkan pasien yang dicurigai COVID-19 dengan pasien non

COVID-19.

- Mengurangi pajanan untuk pasien lain, pengunjung dan petugas

Rumah Sakit.

- Membantu mencegah penyebaran penyakit di dalam fasilitas

kesehatan.

- Memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) digunakan sesuai

pedoman penggunaan APD.

c. Skrining dilakukan pada semua orang yang mengunjungi Rumah Sakit

(pasien, petugas Rumah Sakit atau pengunjung Rumah Sakit lainnya)

3. Skrining pada Pasien dan Pengunjung

Langkah-langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah:

a. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama40 s/d

60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

b. Semua pasien WAJIB menggunakan masker.

c. Penilaian cepat (quick assessment COVID-19) :


1) Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermal gun.

2) Gejala klinis : demam (suhu badan > 38o C) atau riwayat demam

dan gejala gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas, nyeri

tenggorokan)

3) Riwayat epidemiologis :

- Dalam 14 hari sebelum gejala klinis muncul pasien melakukan

perjalanan atau tinggal di daerah/negara yang terjangkit COVID-

19.

- Dalam 14 hari sebelum gejala muncul ada riwayat kontak dengan

orang yang terkonfirmasi COVID-19

- Dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala klinis pasien yang

tinggal wilayah/negara terjangkit COVID-19 di melakukan

kontak langsung dengan orang yang demam atau mengalami

gangguan pernapasan.

- Kontak erat

- Riwayat pemeriksaan tes COVID-19 sebelumnya (jika ada).

- Seseorang suspek COVID-19 bila dari hasil penilaian cepat

didapatkan memenuhi minimal satu kriteria riwayat

epidemiologis dan/atau gejala klinis

4. Skrining pada petugas Rumah Sakit

Langkah-langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah :

a. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama40

s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

b. Semua petugas WAJIB menggunakan masker.


c. Penilaian cepat (Quick Assessment COVID-19) :

- Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermalgun.

- Melakukan pengisian kajian mandiri (format terlampir)

- Proses skrining tetap harus memperhatikan jarak antar individu >1

meter.

- Bila dari hasil skrining pasien/ pengunjung dan petugas Rumah

Sakit dicurigai COVID-19 maka pasien/ pengunjung dan petugas

Rumah Sakit tersebut diarahkan ke fasilitas triase COVID-19.

- Bila dari hasil skrining pengunjung dan petugas Rumah Sakit tidak

memenuhi kriteria kecurigaan COVID-19, maka bisa langsung ke

tempat yang ingin dituju.

- Bila dari hasil skrining pasien tidak memenuhi kriteria kecurigaan

COVID-19 maka langsung diarahkan untuk lanjut ke triase IGD

atau poliklinik rawat jalan non COVID.

- Bagi pasien dalam keadaan gawatdarurat yang tidak

memungkinkan dilakukan skrining, maka pasien tersebut

dikelompokan ke dalam pasien suspek COVID-19 sampai dapat

dibuktikan hasilnya negatif.

- Bangunan untuk tempat skrining dapat berupa bangunan

sementara, bangunan yang sudah ada, atau tenda sederhana. Untuk

tempat skrining harus dipastikan memiliki ventilasi alami yang

memadai
- Lokasi tempat skrining :

Pastikan lokasi sedekat mungkin dengan pintu masuk utama

Rumah Sakit (IGD maupun rawat jalan) guna memusatkan semua

pintu masuk. ÌPastikan akses yang baik untuk pasien, pengunjung

dengan keamanan yang terjamin.

Upayakan lokasi skrining cukup luas untuk menghindari antrian.

Alur semua pasien dan pengunjung yang mengakses bersifat satu

arah

- Bila berbentuk tenda, maka lokasi skrining dapat didesain sebagai

berikut :

5. TRIASE

1) Pada prinsipnya proses triase adalah untuk mengidentifikasi pasien yang

memerlukan intervensi medis segera, pasien yang dapat menunggu, atau

pasien yang mungkin perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tertentu

berdasarkan kondisi klinis pasien.

2) Triase dilakukan di pintu masuk pasien yaitu di IGD dan rawat jalan.

3) Tindakan yang dilakukan pada triase IGD khusus COVID-19 selain untuk

penanganan kegawatdaruratan pasien adalah untuk menentukan derajat

infeksi COVID-19 yang dideritanya, melalui anamnesis lengkap,

pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang pasien, sesuai Pedoman

Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.

4) Tindakan triase rawat jalan khusus COVID-19 dilakukan untuk

menentukan derajat infeksi COVID-19 yang dideritanya, melalui

anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang


pasien, sesuai tata laksana manejemen klinis pasien COVID-19 sesuai

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.

2.3 Penerapan Prinsip Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

2.3.1 Protokol Bagi Pasien

1. Sebelum Berangkat ke Rumah Sakit

a. Lakukan pendaftaran/registrasi melalui telepon atau daring (bila

tersedia fasilitas tersebut)

b. Laporkan kondisi gejala dan keluhan

c. Konsultasi dengan dokter /perawat melalui fasilitastelemedicine (bila

memungkinkan).

2. Saat Pergi ke Rumah Sakit

a. Selalu menggunakan masker

b. Siapkan hand sanitizer sendiri

c. Jangan menyentuh muka terutama bagian mulut, hidung dan mata

d. Mendatangi bagian pelayanan Rumah Sakit sesuai jadwal yang

disepakati /perjanjian

3. Saat Berada di Rumah Sakit

a. Selalu memakai masker

b. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama40

s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

c. Jaga jarak dengan pasien lain >1 m termasuk dalam menaiki tangga

dan akses lift.

d. Jangan menyentuh muka terutama bagian mulut, hidung dan mata


e. Laporkan kondisi atau gejala sakit yang diderita dengan sejujurnya

kepada petugas.

f. Tidak keluar masuk ruangan agar tidak tertular /menularkan penyakit

kepada pasien yang lainnya.

g. Tidak keluar masuk ruangan agar tidak tertular /menularkan penyakit

kepada pasien yang lainnya.

4. Saat Keluar dari Rumah Sakit

a. Selalu Pakai masker.

b. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama

c. 40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

d. Dan tetap menjaga jarak >1 m

2.3.2 Protokol Bagi Petugas

1. Sebelum Berangkat Ke Rumah Sakit

- Memastikan kondisi tubuh dalam keadaan sehat dan jika sakit segera

berobat ke fasyankes

- Lapor ke pimpinan apabila sakit dan istirahat di rumah sampai

sembuh

- Tidak memakai perhiasan atau aksesoris lainnya ke Rumah Sakit.

- Selalu Pakai maskerÌSiapkan hand sanitizer sendiri

- Gunakan sarana transportasi paling aman dan jaga jarak dengan pasien

lain

2. Di Rumah Sakit

- Masuk melalui pintu petugas yang terpisah dengan pintu

pasien/pengunjung
- Bagi petugas yang akan melakukan kontak dengan pasien ganti

pakaian pribadi dengan pakaian Rumah Sakit dan tinggalkan di

loker /bagian penitipan barang

- Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

selamaÌ40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d

30 detik.

- Selalu menggunakan masker bedah saat bekerja

2.4 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes

2.4.1 Prinsip Pencegahan dan Pengendalian Faktor Risiko COVID-19 di

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Untuk meminimalkan risiko terjadinya pajanan virus SARS-CoV-2 kepada

petugas kesehatan dan non kesehatan, pasien dan pengunjung di fasilitas

pelayanan kesehatan, perlu diperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian

risiko penularan sebagai berikut:

a. Menerapkan kewaspadaan isolasi untuk semua pasien

b. Menerapkan pengendalian administrasi

c. Melakukan pendidikan dan pelatihan

2.4.2 Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan

Strategi PPI untuk mencegah atau memutuskan rantai penularan infeksi

COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dicapai dengan penerapan

prinsip pencegahan dan pengendalian risiko penularan COVID-19.


1. Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan

transmisi.

a. Kewaspadaan Standar

1) Kewaspadaan Standar terdiri dari:

a) Kebersihan Tangan/Hand Hygiene

(1) Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini sesuai 5

moment WHO:

a. Sebelum menyentuh pasien

b. Sebelum melakukan tindakan aseptik

c. Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh

d. Setelah menyentuh pasien

e. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

(2) Selain itu, kebersihan tangan juga dilakukan pada saat:

a. Melepas sarung tangan steril

b. Melepas APD

c. Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek termasuk

peralatan medis

d. Setelah melepaskan sarung tangan steril.

e. Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan

(3) Kebersihan tangan dilakukan sebagai berikut:

a. Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat

kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya

atau setelah menggunakan toilet


b. Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptik

tangan rutin pada semua situasi

(4) Cara melakukan Kebersihan tangan:

a. Kebersihan tangan dengan alkohol handrub selama 20-30 detik

bila tangan tidak tampak kotor

b. Kebersihan tangan dengan mencuci tangan di air mengalir pakai

sabun selama 40-60 detik bila tangan tampak kotor

b) Alat Pelindung Diri (APD)

APD dipakai untuk melindungi petugas atau pasien dari paparan darah,

cairan tubuh sekresi maupun ekskresi yang terdiri dari sarung tangan, masker

bedah atau masker N95, gaun, apron, pelindung mata (goggles), faceshield

(pelindung wajah), pelindung/penutup kepala dan pelindung kaki.

(1) Penggunaan Alat Pelindung Diri memerlukan 4 unsur yang harus

dipatuhi:

a. Tetapkan indikasi penggunaan APD mempertimbangkan risiko

terpapar dan dinamika transmisi:

- Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak:

Gaun, sarung tangan, masker bedah, penutup kepala, pelindung

mata (goggles), sepatu pelindung

- Transmisi air borne bisa terjadi pada tindakan yang memicu

terjadinya aerosol: Gaun, sarung tangan, masker N95, penutup

kepala, goggles, face shield, sepatu pelindung

b. Cara “memakai” dengan benar

c. Cara “melepas” dengan benar


d. Cara mengumpulkan (disposal) yang tepat setelah dipakai

(2) Hal –hal yang harus dilakukan pada penggunaan APD

a. Melepaskan semua aksesoris di tangan seperti cincin, gelang dan

jam tangan

b. Menggunakan baju kerja/ scrub suit sebelum memakai APD

c. Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah memakai APD

d. Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan kepada

pasien

e. Melepaskan sarung tangan setelah selesai melakukan perawatan di

dekat pasien dan lakukan kebersihan tangan

f. Memakai APD di anteroom atau ruang khusus. APD dilepas di area

kotor segera setelah meninggalkan ruang perawatan

g. Menggunakan masker N95 pada saat melakukan tindakan yang

menimbulkan aerosol

h. Mengganti googles atau faceshield pada saat sudah kabur/kotor

i. Mandi setelah melepaskan APD dan mengganti dengan baju bersih

(3) Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada penggunaan APD

a. Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan APD

b. Menyentuh bagian depan masker

c. Mengalungkan masker di leher

d. Menggantung APD di ruangan kemudian mengunakan kembali

e. Menggunakan APD keluar dari area perawatan

f. Membuang APD dilantai


g. Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak

dibutuhkan

h. Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi

i. Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam medik

pasien, memegang handle pintu, memegang HP

j. Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung

Untuk informasi terkait alat pelindung diri dapat mengacu pada Petunjuk

Teknis Alat Pelindung Diri Dalam Menghadapi Wabah COVID-19 yang

dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian

Kesehatan Tahun 2020.

c) Kebersihan Pernafasan

(1) Perhatikan etika batuk atau bersin

(2) Gunakan masker kain /masker bedah apabila mengalami ganguan

system pernafasan.

(3) Apabila tidak ada masker, maka tutup mulut dan hidung menggunakan

tissue / menggunakan lengan atas bagian dalam saat batuk atau bersinn.

Tissue segera buang ke tempat sampah tertutup

(4) lakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan sekret pernafasan

(5) Pisahkan penderita dengan infeksi pernafasan idealnya > 1meter di

ruang tunggu Fasyankes

d) Kebersihan Lingkungan

(1) Lakukan prosedur pembersihan dan desinfeksi seara rutin sekitar

lingkungan dengan cara mengelap seluruh permukaan lingkungan

ruangan dan pengepelan lantai ruangan dengan menggunakan cairan


detergen kemudian bersihkan dengan air bersih selanjutnya

menggunakan klorin 0.05 %. Cairan pembersih harus diganti setelah

digunakan di area perawatan pasien COVID-19.

(2) Aplikasi desinfektan ke permukaan lingkungan secara rutin di

dalam ruangan dengan penyemprotan atau fogging tidak

direkomendasikan

e) Penanganan Linen

(1) Semua linen di ruang perawatan COVID-19 dianggap infeksius yang

dibagi menjadi dua yaitu linen kotor tidak ternoda darah atau cairan

tubuh dan linen ternoda darah atau cairan tubuh.

(2) Pisahkan linen kotor ternoda darah dan cairan tubuh dengan linen kotor

tanpa noda darah dan cairan tubuh, masukan kewadah infeksius yang

tertutup dan diberi label. Semua linen harus dikemas (dimasukan dalam

plastik infeksius) didalam ruang perawatan pasien

(3) Ganti linen setiap satu atau dua hari atau jika kotor dan sesuai dengan

kebijakan rumah sakit

(4) Linen harus ditangani dan diproses khusus untuk mencegah kontak

langsung dengan kulit dan membaran mukosa petugas,

mengkontaminasi pakaian petugas dan lingkungan

(5) Gunakan APD yang sesuai dengan risiko saat menangani linen

infeksius

(6) Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup, dan tidak bercampur

dengan peralatan lainnya.


f) Tatalaksana Limbah

(1) Limbah pasien COVID-19 dianggap sebagai limbah infeksius dan

penatalaksanaan sama seperti limbah infeksius lainya

(2) Segera buang limbah yang dihasilkan, ke tempat pembuangan limbah

sesuai kebijakan dan SOP

(3) Pertahankan tempat limbah tidak lebih mencapai 3/4 penuh sudah

dibuang

(4) Pertahankan kebersihan kontainer sampah senantiasa bersih

Pengelolaan limbah medis dapat mengacu pada Pedoman Pengelolaan

Limbah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Darurat dan Puskesmas yang

Menangani COVID-19 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Kesehatan

Masyarakat, Kementerian Kesehatan Tahun 2020, dan peraturan yang ditetapkan

oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2.5 Konsep Pengetahuan

2.5.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses

sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open

behavior (Donsu, 2017). Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan

manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang

dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu

penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh

intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian


besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo,

2014).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat

hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin

luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidakmutlak diperoleh dari

pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal.

Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan

aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin

banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap

semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).

2.5.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) pengetahuan

seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang

berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recallatau memanggil memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni

merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk

mengukur orang yang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dapat

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.


2. Memahami (Comprehention)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut,

dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Orang

yang telah memahami objek dan materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menarik kesimpulan, meramalkan terhadap suatu

objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, rencana

program dalam situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau

memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah jika orang

tersebut dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat

bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan


yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.

2.5.3 Proses Perilaku Tahu

Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (dalam Donsu, 2017)

mengungkapkan proses adopsi perilaku yakni sebelum seseorang mengadopsi

perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi beberapa proses, diantaranya:

1. Awareness ataupun kesadaran yakni apda tahap ini individu sudah

menyadari ada stimulus atau rangsangan yang datang padanya.

2. Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik pada stimulus

tersebut.

3. Evaluation atau menimbang-nimbang dimana individu akan

mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Inilah

yang menyebabkan sikap individu menjadi lebih baik.

4. Trial atau percobaanya itu dimana individu mulai mencoba perilaku baru .

5. Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki perilaku baru

sesuai dengan penegtahuan,,sikap dan kesadarannya terhadap stimulus

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat

2.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :


1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar

tercapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi berupa hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra

yang dikutip oleh Notoatmodjo, pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berpesan serta dalam pembangunan pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah

menerima informasi.

b. Pekerjaan

Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam, pekerjaan adalah suatu

keburukan yang harus dilakukan demi menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber

kesenangan, akan tetapi merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang, dan memiliki banyak tantangan. Sedangkan

bekerja merupakan kagiatan yang menyita waktu.

c. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun . sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur,


tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matangdalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan

pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

individu atau kelompok.

e. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh

dari sikap dalam menerima informasi

2.5.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Pengetahuan Baik: 76 % -100 %

2. Pengetahuan Cukup: 56 % -75 %

3. Pengetahuan Kurang: < 56 %

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka

konsep ini digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang

lebar suatu penelitian (Setiadi, 2007).


Pengetahuan Perawat tentang Sikap Perawat tentang Pencegahan
Pencegahan COVID-19 : COVID-19 :
- Baik - Baik
- Cukup Baik - Buruk
- Kurang Baik

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif deskriptif

korelasional. Nana sudjana dan Ibrahim menjelaskan mengenai pengertian dari

metode penelitian deskriptif korelasi, “ studi korelasi mempelajari hubungan dua

variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan

dengan variasi dalam variabel lain ( Arikunto, 2016).

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian mulai dilakukan dari awal penyusunan proposal sampai

penyusunan hasil penelitian pada bulan Maret s/d bulan Juli Tahun 2021 di RSU.

Imelda Pekerja Indonesia.

3.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Imelda Pekerja Indonesia. Alasan peneliti

mengambil lokasi penelitian ini didasarkan karena lokasi peneliti dapat dijangkau

oleh peneliti.

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

3.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi.Populasi penelitian ini adalah


perawat yang ada diruangan IGD dan Isolasi COVID di RSU Imelda Pekerja

Indonesia Tahun 2021 sebanyak 37 orang.

3.3.2 Sampling

Peneliti ingin menggunakan teknik non probability sampling. Teknik non

probability sampling adalah teknik penarikan sampel yang tidak memberikan

peluang bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih untuk menjadi

sampel (Sugiyono, 2014). Dan peneliti akan menggunakan teknik total sampling.

Menurut Sugiyono (2014:124) mengatakan bahwa total sampling adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

3.3.3 Sampel

Sampel penelitian merupakan sampel ini digunakan jika jumlah populasi

relatif kecil yaitu tidak lebih dari 37 orang, total sampling.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dimulai tahap awal yang harus dilakukan adalah

melakukan persiapan untuk kelancaran pelaksanaan penelitian, berupa surat izin

penelitian dan survey awal ke tempat yang akan dijadikan lokasi penelitian. Selain

melakukan survey terlebih dahulu, peneliti juga harus melakukan pendekatan

kepada para perawat yang ada diruangan IGD dan Isolasi COVID di RSU Imelda

Pekerja Indonesia yang akan dijadikan responden pada penelitian yang akan

dilakukan. Hal ini bertujuan menjelaskan alasan dan tujuan dari informed consent

kepada responden. Peneliti harus menjelaskan kepada responden bahwa penelitian

yang akan dilakukan ini tidak akan merugikan dan tidak akan berdampak negatif

kepada mental maupun fisik dan kerahasiaan responden tetap terjaga. Setelah
semua persyaratan diatas terpenuhi, kemudian dilaksanakan proses pengambilan

data dari tempat penelitian.

3.4.1. Data primer

Pengumpulan data diperoleh dari responden melalui kuesioner yang akan

dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden.

3.4.2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari pihak lain seperti buku dan data-data yang

didapat dari di RSU Imelda Pekerja Indonesia.

3.4.3. Data tersier

Data yang diperoleh dari jurnal, hasil penelitian orang lain dari internet

yang telah dipublikasikan dan berkaitan dengan penelitian ini.

3.5. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

3.5.1. Pengertian Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan karakteristik yang diamati yang

mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar

dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2007).

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu Pengetahuan

Perawat dan variabel dependen yaitu Sikap Pencegahan Penularan COVID- 19.

3.5.2. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional merupakan unsur penelitian yang menjelaskan

bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga

defenisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu

peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.


Defenisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan di dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007).

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Pengetahuan Perawat dan Sikap Pencegahan


Penularan COVID-19
No. Variabel Defenisi Alat Ukur Skala Skor
Independ Operasional Ukur
en
1. Pengetahu Pengetahuan Kuesioner Ordinal Baik: 27-39
an adalah Cukup : 14-26
Perawat kumpulan Buruk : 1- 13
informasi yang

didapat oleh
perawat
tentang
pencegahan
COVID-19

2. Sikap Sikap adalah Kuesioner Ordinal Baik : 21-32


Perawat ekspresi Buruk: 8-20
perasaan (inner
feeling), yang
mencerminkan
apakah
seseorang
senang atau
tidak suka
senang, suka
atau tidak suka
dan setuju atau
tidak setuju
terhadap suatu
objek

3.6 Aspek Pengukuran

Untuk mengukur Pengetahuan sebanyak 20 pertanyaan dengan pilihan

jawaban Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Untuk mengukur

digunakan rumus Sudjana:

P=
P = 39-0
3
P = 13

Ket : P = Nilai yang dicari

Rentang = skor tertinggi – skor terendah

BK = Banyaknya kategori

Maka pemilihan kategori penilaian pengetahuan perawat tentang

pencegahan penularan COVID-19 dikatakan: Baik = 61-80, Cukup = 41-60,

Kurang = 20-40

Untuk mengukur Sikap perawat tentang pencegahan penularan COVID-19

dengan 8 pertanyaan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju, Setuju, Kurang

Setuju dan Tidak Setuju. Untuk mengukur digunakan rumus Sudjana:

P=

P = 32-8
2
P = 24
3
P = 12
Ket : P = Nilai yang dicari

Rentang = skor tertinggi – skor terendah

BK = Banyaknya kategori

Maka pemilihan penilaian sikap perawat dikatakan:

Baik : 21-32
Buruk : 8-20

3.7. Metode Pengukuran

3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah

dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan

data dibagi menjadi enam tahap, yaitu:

1. Editing/memeriksa

Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para

pengumpul data.

2. Memberi tanda kode/koding

Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden

kedalam kategori.

3. Sorting

Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data menurut

jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Misalnya: menurut daerah

sampel, menurut tanggal dan sebagainya.

4. Entry data
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian

dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

Memasukkan data, boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan

komputer.

5. Cleaning

Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum.

6. Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan (Setiadi, 2007).

3.7.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan yang

tertutup karena jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih

tidak perlu menjawab dengan kalimatnya sendiri. Kuesioner ini diberikan dalam

bentuk pertanyaan berupa formulir soal-soal secara tertulis kepada responden

untuk memperoleh informasi. Kuisioner Penelitian ada 2 (dua) yaitu kuisioner

tentang pengetahuan sebanyak 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban Sangat

Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju dan kuisioner Sikap sebanyak 8

pertanyaan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, dan

Tidak Setuju.

Dalam instrumen ini, peneliti mengumpulkan data secara formal dari

subjek untuk menjawab pernyataan secara tertulis. Jenis kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu yang sudah disediakan jawabannya

sehingga responden hanya tinggal membutuhkan tanda check-list (√) pada kolom

yang tersedia. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data umum

(demografi) perawat IGD dan Ruangan Isolasi COVID-19.


3.7.3. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisis:

a. Univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis univariat ini untuk melihat distribusi frekuensi data:

umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, riwayat

penyakit, frekuensi hemodilaisa, lama menjalani hemodialisa, keluhan, dan

sumber biaya.

b. Bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk menerangkan keeratan

hubungan antara dua variabel yang diduga ada hubungan pengetahuan dan

sikap perawat tentang pencegahan penularan COVID-19 di RSU. Imelda

Pekerja Indonesia” data yang telah didapat dianalisa dengan menggunakan

komputer.

Hasil pengukuran dari dua variabel yang diteliti dikumpulkan dan diolah

dalam bentuk tabel maupun paparan. Data dengan sampel sebanyak >30orang

dengan kriteria data semua variabel berbentuk ordinal dilakukan uji hipotesis

dengan menggunakan uji korelasi untuk mencari hubungan antara variabel. Untuk

menjawab hipotesa yang telah dibuat, digunakan interprestasi nilai kolerasi.

Interprestasi:

a. Ho ditolak bila nilai rhoxy > rtab atau nilai p< 0.05, yang berarti ada

Hubungan Pengetahuan dengan sikap Perawat Pencegahan Penularan

COVID-19 di RSU.Imelda Pekerja Indonesia.


b. Ho diterima bila rhoxy < rtabs atau nilai p> 0.05, yang berarti tidak ada

Hubungan Pengetahuan dengan sikap Perawat Tentang Pencegahan

Penularan COVID-19 di RSU.Imelda Pekerja Indonesia


40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Univariat

Setelah dilakukannya penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan

dan sikap pada perawat tentang pencegahan penularan COVID-19 terhadap 37

responden maka diperoleh hasil sebagai berikut :

4.1.1. Data Umum

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di


RSU.IPI Medan Tahun 2021

No Karakteristik Frekuensi Persentase %


1 17-25 Tahun 18 48.6
2 26- 35 Tahun 19 51.4
Jumlah 37 100

Berdasarkan tabel 4.1. diatas terlihat bahwa mayoritas responden yang

interval usianya 26- 35 Tahun sebanyak 19 orang (51,4%), sedangkan

minioritas responden yang interval usianya 17-25 Tahun sebanyak 18 orang

(48.6%).

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin di


RSU.IPI Medan Tahun 2021

No Karakteristik Frekuensi Persentase %


1 Laki-laki 15 40,5
2 Perempuan 22 59,5
Jumlah 37 100

Berdasarkan tabel 4.2. diatas terlihat bahwa mayoritas responden

Jenis Kelamin adalah perempuan sebanyak 22 orang (59,5%),

Tabel 4.3.Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan di


RSU.IPI Medan Tahun 2021
41

No Karakteristik Frekuensi Persentase %


1 DIPLOMA 26 70,3
2 SARJANA 11 29,7
Jumlah 37 100

Berdasarkan tabel 4.3.diatas dapat dilihat bahwa mayoritas

responden berdasarkan pendidikan adalah lulusan Diploma Keperawatan

sebanyak 26 orang (70,3%) sedangkan minoritas responden berpendidikan

sarjana keperawatan sebanyak 11 orang (29,7%)

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Status di RSU.IPI


Medan Tahun 2021

No Karakteristik Frekuensi Persentase %


1 Menikah 4 10,8
2 Belum Menikah 33 89,2
Jumlah 37 100

Berdasarkan 4.4.diatas dapat dilihat bahwa responden yang belum

menikah sebanyak 33 orang (89.2%) dan responden yang sudah menikah

sebanyak 4 orang (10,8%) .

Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku


Bangsa Tentang Tentang Tentang Pencegahan Penularan
COVID-19 di RSU.IPI Medan Tahun 2021

No Karakteristik Frekuensi Persentase %


1 Batak 23 62,2
2 Nias 5 13,5
3 Jawa 3 8,1
4 Padang 3 8,1
5 Melayu 2 5,4
6 Aceh 1 2,7
Jumlah 37 100

Berdasarkan tabel 4.5.diatas dapat dilihat bahwa mayoritas

responden adalah suku batak sebanyak 23 orang (62,2%),sedangkan

minoritas responden suku Aceh sebanyak 1 orang (2,7 %)


41

4.1.2. Data Khusus

Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Pengetahuan Perawat Tentang


Pencegahan Penularan COVID-19

No Pengetahuan Frekuensi Persentase %


Perawat
1 Baik 22 59,5
2 Cukup 15 40,5
Jumlah 37 100

Berdasarkan tabel 4.6. diatas dapat dilihat tingkat pengetahuan responden

baik berjumlah 22orang (59,5%) dan cukup 15 orang orang (40.5)%).

Tabel 4.7. Distribusi Karakteristik Sikap Perawat Terhadap Pencegahan


Penularan COVID-19 di RSU Imelda Pekerja Medan.

No Sikap Perawat Frekuensi Persentase %


1 Baik 29 78.4
2 Buruk 8 21.6

Jumlah 37 100
Berdasarkan tabel 4.7. diatas dapat dilihat sikap perawat terhadap
pencegahan penularan COVID-19 responden dengan sikap yang baik berjumlah
29 orang (78.4%), dan sikap yang cukup 8 orang (21.6%).

4.2. Hasil Bivariat

Pada penelitian ini data yang diperoleh dapat dianalisa dengan analisis
bivariate yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat
tentang pencegahan penularan COVID-19 di RSU. Imelda Pekerja Medan Tahun
2021.

Tabel 4.8. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap Pencegahan


Penularan COVID-19 di RSU Imelda Pekerja Medan.

No Pengetahuan Sikap Perawat Total Asymp


Perawat Tentang Chi-
Pencegahan Square
Penularan COVID- Baik Buruk
19 0.008
f % f % f %
41

1. Baik 15 40,54 0 0 15 40,54


2 Cukup 14 37,84 8 2,16 22 59,46
Total 29 78.38 8 21,62 37 100

Berdasarkan Tabel 4.8. diatas bahwa pengetahuan perawat tentang


pencegahan penularan baik dengan Sikap baik berjumlah 15 orang (40,54%),
pengetahuan baik dengan sikap yang cukup tidak ada (0%) sedangkan
pengetahuan perawat yang cukup dengan sikap yang baik adalah 14
orang(37,84%) dan pengetahuan cukup dengan sikap yang buruk sebanyak 8
orang (2,16%).
Dari hasil analisis dengan menggunakan sistem SPSS uji Chi-Square
menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan antara Pengetahuan
dengan sikap perawat tentang pencegahan penularan COVID-19 hasil p =0.008,
jadi dapat disimpulkan Ha diterima bahwa ada Hubungan Pengetahuan dengan
sikap perawat tentang pencegahan penularan COVID-19.

4.3 Pembahasan

Setelah penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan data melalui

uji tes korelasi dan melakukan tehnik analisa data yang dilakukan kepada

responden tentang COVID-19 di RSU.Imelda Pekerja Medan. Maka penulis akan

membahas hasil penelitian yang sudah ditemukan sebagai berikut :

4.3.1 Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Penularan COVID-19

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh Responden yang memiliki tingkat

pengetahuan responden baik berjumlah 22orang (59,5%). Dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan adalah suatu hal yang sangat penting bagi perawat dalam

melakukan suatu tindakan, karena hal tersebut perawat dapat meningkatkan

pengetahuan dalam melakukan tindakan khususnya dalam pemakaian Alat

Pelindung Diri (APD) yang merupakan salah satu hal yang penting untuk

pencegahan penularan COVID-19.


41

Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat knowledge seseorang, yaitu faktor internal & eksternal.

Di dalam faktor internal terdapat tiga hal, yaitu motivation, pendidikan & persepsi

(15). Sedangkan di dalam faktor eksternalnya juga terdapat tiga hal, yaitu

sos-bud, informasi & lingkungan. Individu dapat memiliki knowledge

terhadap sesuatu tidak hanya dari edukasi di sekolah saja, namun disupport oleh

banyaknya penjelasan yang beredar dari media yang ada msialnya radio, tv,

majalah, surat kabar, dan lainnya (Notoatmodjo, 2007).


48

4.3.2 Sikap Perawat Tentang Pencegahan Penularan COVID-19

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh Responden yang memiliki sikap

perawat terhadap pencegahan penularan COVID-19 responden dengan sikap yang

baik berjumlah 29 orang (78.4%). Dapat disimpulkan bahwa sikap perawat

mayoritas memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan penularan COVID-19.

Sikap adalah suatu hal yang sangat penting bagi perawat dalam melakukan suatu

tindakan.

Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan merupakan bentuk nyata dari suatu

sikap, tetapi fasillitas dapat menjadi salah satu factor pendukung atau kondisi

yang memungkinkan dalam membuat sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

(15). Apabila kondisi seseorang rentan terhadap suatu penyakit, maka barulah ia

dapat berupaya dan berusaha untuk mengobati dan mencegah penyakit terseut

(Notoatmodjo, 2007).

Ahli Social Psycology, Newcomb berpendapat bahwa kesiapa seseorang

untuk bertindak, bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu merupakan

pengertian dari sikap. Untuk detailnya, bahwa respon seseorang terkait suatu hal

ditempat tertentu bentuk penjiwaan kepada objek merupakan pengertian dari

attitude (Notoatmodjo, 2007).

4.3.3 Pengetahuan Dengan Sikap Perawat Terhadapa Pencegahan

Penularan COVID-19 Di RSU, IPI Medan.

Berdasarkan hasil analisa data bahwa pengetahuan perawat tentang


pencegahan penularan baik dengan Sikap baik berjumlah 15 orang (40,54%),
pengetahuan baik dengan sikap yang cukup tidak ada (0%) sedangkan
pengetahuan perawat yang cukup dengan sikap yang baik adalah 14
orang(37,84%) dan pengetahuan cukup dengan sikap yang buruk sebanyak 8
49

orang (2,16%). Adanya Menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan


signifikan antara Pengetahuan dengan sikap perawat tentang pencegahan
penularan COVID-19 hasil p =0.008.

Pengetahuan merupakan bagian dari perilaku yang tidak bisa diamati

secara langsung oleh orang lain karena masih terjadi didalam diri manusia itu

sendiri (covert behavior). Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu

masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan

mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan

saja belum menjadi penggerak seperti halnya pada sikap. Pengetahuan mengenai

suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk

bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut. Sikap mempunyai

segi motivasi, berarti segi dinamis mengenai suatu tujuan, berusaha mencapai

suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan tetapi pengetahuan yang

disertai kesediaan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu

(Purwanto, 1998).

Menurut Allport (1935) yang dikutip oleh (Wawan dan Dewi, 2011) sikap

adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman yang

mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon- respon individu terhadap

semua objek dan situasi yang terkait. Menurut Alport (1954) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2007) bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu: (1)

kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, (2) Kehidupan

emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan (3) Kecenderungan untuk

bertindak (tend to behave).


49

Penelitian sebelumnya yang juga membahas mengenai persepsi dan

perilaku tenaga kesehatan menyatakan bahwa adanya kesenjangan yang signifikan

antara jumlah informasi yang tersedia tentang COVID-19 dan tingkat pemahaman

di antara petugas kesehatan tentang penularan COVID-19. Selain itu, banyak

petugas kesehatan memiliki pengetahuan yang tidak akurat tentang COVID-19

dan perbedaan persepsi tentang COVID-19 di antara petugas kesehatan. Hal ini

jelas mempengaruhi bagaimana persepsi dan perilaku dalam pencegahan

penularan COVID-19 (Bhagavathula et al., 2020).

Hasil Penelitian wardani, 2020 menyatakan bahwa kurang waspada


terhadap penularan sesama perawat, kurangnya pengetahuan tentang penularan
dan alat pelindung diri yang baik, stress dan kecemasan pada perawat, dan
kurangnya dukungan manajemen rumah sakit adalah akar masalah dari penularan
COVID-19 di tenaga kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya
untuk melakukan pencegahan bagi tenaga kesehatan agar tetap dapat melakukan
pelayanan kesehatan tetapi terlindungi dan terjamin keselamatannya sebagai
upaya untuk meminimalisir risiko tertular virus COVID-19 (Wardani, 2020)
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini

menyimpulkan bahwa :

1. Mayoritas responden pada penelitian ini adalah yang interval usianya 26-

35 Tahun sebanyak 19 orang (51,4%), sedangkan minioritas responden

yang interval usianya 17-25 Tahun sebanyak 18 orang (48.6%).

2. Mayoritas responden Jenis Kelamin pada penelitian ini adalah adalah

perempiuan sebanyak 22 orang (42.3%),

3. Mayoritas responden berdasarkan pendidikan Diploma Keperawatan

sebanyak 26 orang (71.2%) sedangkan minoritas responden

berpendidikan sarjana keperawatan sebnayak 11 orang (28.8%)

4. Mayoritas responden berdasarkan status menikah sebanyak 33 orang

(92.9%) sedangkan minoritas responden berdasarkan status janda

sebanyak 4 (7.7%).

5. Mayoritas responden berdasarkan Suku Bangsa adalah batak sebanyak

23 orang (44.5%%),sedangkan minoritas Aceh sebanyak 1 orang (1.9%)

6. Tingkat pengetahuan perawat responden baik berjumlah 22orang (59,5%)

dan cukup 15 orang orang (40.5)%).

7. sikap perawat terhadap pencegahan penularan COVID-19 responden yang

baik berjumlah 29 orang (78.4%), cukup 8 orang (21.6%).

50
8. Pengetahuan perawat tentang pencegahan penularan baik dengan Sikap

baik berjumlah 15 orang (77%), pengetahuan dengan sikap yang cukup

tidak ada (0%) sedangkan pengetahuan perawatan yang baik dengan sikap

yang baik adalah 0 orang(0%) dan pengetahuan cukup dengan sikap yang

buruk sebanyak 8 orang (100%).

9. Adanya hubungan positif dan signifikan antara Pengetahuan dengan

sikap perawat tentang pencegahan penularan COVID-19 hasil p =0.008,

jadi dapat disimpulkan Ha diterima bahwa ada Hubungan Pengetahuan

dengan sikap perawat tentang pencegahan penularan COVID-19.

5.1 Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Bagi tempat penelitian diharapkan Perawat lebuh meningkatkan

pengetahuan terhadap pencegahan penularan COVID-19 terutama pada

protap Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya bisa menggunakan variabel lain yang belum

diteliti.
49

DAFTAR PUSTAKA

Kamil.Hajjul. Penerapan Prinsip Kewaspadaan Standar Oleh Perawat Pelaksana


Di Ruang Rawat Inap Penyakit Bedah Rsudza Banda Aceh. Idea Nursing
Journal. Vol. II No. 1
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019
Notoatmodjo, Soekidjo. 2016. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Mantiri. E. Z. R. A,. Pinontoan. O. R Dan Mandey. Sylvia. (2020). Faktor
Psikologi Dan Perilaku Dengan Penerapan Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit.Journal of Public Health and Community
Medicine. Vol. 1. No. 3
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Puspasari.Yunita. (2015). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktik
Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap Rumah
Sakit Islam Kendal. Jurnal Keperawatan. Vol.8 No.1

Wardani, 2020. Pencegahan penularan covid-19 pada tenaga kesehatan di rumah


sakit universitas sebelas maret. Jurnal Logista- Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat, [S.l.], v. 4, n. 2, p. 556-564, dec. 2020. ISSN 2655-951X.Padang.

Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian


Gabungan. Jakarta: KENCANA
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Nama saya Saidul Ikram, saya mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Reguler Imelda Medan. Saya akan melakukan penelitian tentang

Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Pencegahan Penularan Covid-19 Di

RSU.Imelda Pekerja Indonesia. Tujuan penelitian ini merupakan salah satu

kegiatan untuk menyelesaikan tugas akhir Program S-1 Keperawatan Imelda

Medan.

Penelitian ini tidak menimbulkan efek negatif yang dapat menganggu

kenyamanan ataupun menganggu kesehatan bagi responden. Semua informasi

yang Saudara/i berikan tidak akan merugikan Saudara/i dan akan dijaga

kerahasiaannya dan hanya dipergunakan dalam penelitian ini. Peneliti berharap

agar Saudara/i dapat berpartisipasi dalam penelitian ini, jika para Saudara/i setuju

maka dapat menandatangani lembar persetujuan ini.

Demikian lembar persetujuan ini saya perbuat.Atas bantuan dan partisipasi

Saudara/i dalam penelitian saya ini saya ucapkan terimakasih.

Medan, 05 Agustus 2021

Peneliti Responden

(Saidul Ikram) ( )
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Medan,05 Agustus 2021

Kepada Yth:

Ibu/Bapak/Saudara/I Calon responden penelitian

di-

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Saidul Ikram

Nim : 1714201027

Alamat : Jln Bilal Pulo Brayan Darat I Medan Timur.

Adalah mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan Universitas Imelda

Medan yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi sebagai

salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan. Adapun

penelitian yang dimaksud berjudul “Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang

Pencegahan Penularan Covid-19 Di RSU.Imelda Pekerja Indonesia”.

Untuk maksud tersebut saya membutuhkan data yang nyata dan akurat

dari anda jika setuju untuk menjadi responden. Adapun jawaban dan identitas

anda dalam penelitian ini akan saya jamin kerahasiaannya dan tidak akan

membawa pengaruh negatif apapun. Demikianlah penjelasan mengenai penelitian

ini.Atas partisipasi dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Peneliti
KUESIONER PENELITIAN

Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Pencegahan Penularan Covid-19


Di RSU.Imelda Pekerja Indonesia

A. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian: isilah data di bawah ini dengan lengkap. Berilah

tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia sesuai dengan situasi dan

kondisi anda saat ini. Setiap jawaban anda adalah benar apabila anda menjawab

dengan jujur.

No. Responden :

1. Umur : …….. Tahun

2. Jenis Kelamin : ( )Laki-laki ( ) Perempuan

3. Pendidikan : ( ) D3

( ) S1

( ) S2

4. Suku Bangsa : ( ) Batak

( ) Jawa

( ) Minang

( ) Melayu

( ) Lainnya, sebutkan .........

5. Status Pernikahan : ( ) Menikah

( ) Duda/janda

( ) Belum Menikah
Kuesioner Pengetahuan Perawat tentang Pencegahan Penularan COVID-19

Petunjuk pengisian: berikan tanda check list (√) pada setiap kolom

jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang

anda alami.

No Pernyataan 1 2 3 4
Kewaspadaan Tangan/ Hand Hygiene
1. Perawat melakukan cuci tangan sebelum
menyentuh pasien
2. Perawat melakukan cuci tangan sebelum
tindakan aseptik
3. Perawat melakukan cuci tangan setelah kontak
atau terpapar dengan cairan tubuh
4. Perawat melakukan cuci tangan setelah
menyentuh pasien
5. Perawat melakukan setelah menyentuh
6. Perawat mencuci tangan saat melepas sarung
tangan steril
7. Perawat mencuci tangan pada saat melepas
APD
8. Perawat mencuci tangan sebelum menangani
obat-obatan atau menyiapkan makanan
9. Perawat melakukan kebersihan tangan dengan
sabun dan air mengalir apabila terlihat kotor
atau terkontaminasi oleh darah atau cairan
tubuh lainnya atau setelah menggunakn toilet
10. Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih
untuk antiseptik tangan rutin pada semua
situasi.
11. kebersihan tangan dengan alkohol handrub
selama 20-30 detik bila tangan tidak tampak
kotot
12. Perawat mencuci tangan dengan alkohol
handrub selama 20-30 detik bila tanagn
tampak kotor
13. Perawat mencuci tangan dengan air mengalir
pakai sabun selama 40-60 detik bila tangan
tampak kotor.
Alat Pelindung Diri ( APD)
14. APD dipakai untuk melindungi petugas atau
pasien dari paparan dara, cairan tubuh sekresi
maupun ekskresi yang terdiri dari sarung
tangan, masker bedah atau masker N95, gaun,
apron, pelindung, pelindung mata (goggles),
faceshied (pelindung wajah), pelindung/
penutup kepala dan pelindung kaki.
15. Perawat Melepaskan semua aksesoris di
tangan seperti cincin, gelang, dan jam tangan
16. Perawat menggunakan baju kerja/scrub suit
sebelum memakai APD
17. Perawat melakukan kebersihan tangan
sebelum dan setelah memakai APD
18. Perawat menggunakan sarung tangan saat
melakukan perawatan kepada pasien didekat
pasien dan lakukan kebersihan tangan
19. Perawat memakai APD Di anteroom atau
ruang khusus. APD dilepas di area kotor
segera setelah meninggalkan runag pearwatan
20. Perawat menggunakan masker N95 pada saat
melakukan tindakan yang menimbulkan
aerosol
21. Perawat mengganti googles atau faceshield
pada saat sudah kabur/ kotot
22. Perawat lansung mandi setelah melepaskan
APD dan mengganti dengan baju bersih
23. Perawat bisa menyentuh mata, hidung, dan
mulut saat menggunakan APD
24. Perawat tidak menyentuh bagian depan masker
25. Perawat tidak mengalungkan masker dileher
26. Perawat menggantungkan APD di ruangan
kemudian
mengunakan kembali
27. Perawat menggunakan sarung tangan saat
menulis,
memegang rekam medik pasien, memegang
handle pintu, memegang HP
Kewaspadaan Transmisi
28. Perawat melakukan triase dengan melakukan
penyaringan dipintu masuk ruang penerimaan
pasien baru.
29. Perawat melakukan pemisahan antara pasien
dengan gangguan sistem pernapasan dan tidak
dengan gangguan sistem pernapasan
30. Perawat memberi penanda khusus untuk
mengatur jarak minimal 1 meter di lokasi-
lokasi antrian pasien/pengunjung.
31. Perawat membuat penghalang fisik (barrier)
antara petugas dan pengunjung. Pembatas
terbuat dari kaca atau mika dan dapat dipasang
pada: loket pendaftaran, apotek, penerimaan
spesimen, kasir, dan lain-lain.
32. Perawat mengatur penempatan posisi meja
konsultasi, tempat tidur periksa dan kursi
pasien dengan tenaga kesehatan, dan lain - lain
yang mencegah aliran udara dari pasien ke
pemeriksa/petugas
33. Perawat menempatkan kasus suspek atau
terkonfirmasi positif di ruang Isolasi:
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Pemulasaraan
Jenazah
34. Perawat wajib menjalankan kewaspadaan
standar dan didukung dengan sarana prasarana
yang memadai
35. Perawat menggunakan APD yang sesuai
selama berkontak dengan jenazah.
36. Kebersihan tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan jenazah.
37. Menyiapkan plastik pembungkus atau kantong
jenazah yang kedap air untuk pemindahan
jenazah.
38. Perawat yang mempersiapkan jenazah harus
menerapkan PPI seperti kewaspadaan standar,
termasuk kebersihan tangan sebelum dan
sesudah bersentuhan dengan jenazah, dan
lingkungan
39. Perawat melepasakan APD serta
membuangnya pada tempat yang telah
ditetapkan

Kuesioner Sikap Perawat tentang Pencegahan Penularan COVID-19

Petunjuk pengisian: berikan tanda check list (√) pada setiap kolom

jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang

anda alami.

No Pernyataan Tidak Kurang Setuju Sangat


Setuju Setuju Setuju
1. Saya melakukan
triase dengan
melakukan
penyaringan
dipintu masuk
ruang penerimaan
pasien baru.
2. Saya
menempatkan
kasus suspek atau
terkonfirmasi
positif di ruang
Isolasi:
3. Saya melakukan
cuci tangan
sebelum dan
seudah melakukan
tindakan kepada
pasirn
4. Saya memakai
APD dipakai
untuk melindungi
petugas atau
pasien dari
paparan dara,
cairan tubuh
sekresi maupun
ekskresi yang
terdiri dari sarung
tangan, masker
bedah atau masker
N95, gaun, apron,
pelindung,
pelindung mata
(goggles),
faceshied
(pelindung wajah),
pelindung/
penutup kepala
dan pelindung
kaki.
5. Saya lansung
mandi setelah
melepaskan APD
dan mengganti
dengan baju bersih
6. Saya
menggunakan
sarung tangan saat
menulis,
memegang rekam
medik pasien,
memegang
handle pintu,
memegang HP
7. Saya
menggunakan
APD yang sesuai
selama berkontak
dengan jenazah.
8. Saya melepasakan
APD serta
membuangnya
pada tempat yang
telah ditetapkan
MASTER DATA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19


(CORONA VIRUS DISEASE) DI RSU. IMELDA PEKERJA INDONESIA(IPI) MEDAN

      KODE KODE
        Jenis       Suku   Status   PENGETAHUAN SIKAP
NO Nama Perawat Umur KODE Kelamin KODE Pendidikan KODE Bangsa KODE Pernikahan KODE    
BELUM
1 Sentia Ramadhani 24 1 P 2 D3 1 MELAYU 5 MENIKAH 2 2 1
BELUM
2 Siti Zabaedah 24 1 P 2 S1 2 PADANG 4 MENIKAH 2 2 1
BELUM
3 fendi jaya kusuma 26 2 L 1 S1 2 NIAS 2 MENIKAH 2 1 1
BELUM
4 Jasman Zalukhu 26 2 L 1 S1 2 NIAS 2 MENIKAH 2 2 1
Ika novita BELUM
5 Garingging 26 2 P 2 S1 2 BATAK 1 MENIKAH 2 1 1
Ermika BELUM
6 Situmorang 24 1 P 2 S1 2 BATAK 1 MENIKAH 2 1 1
BELUM
7 Rika Marlisa 26 2 P 2 S1 2 BATAK 1 MENIKAH 2 1 1
BELUM
8 Rinto Toba Sirait 34 2 L 1 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
BELUM
9 Hartati Nahampun 26 2 P 2 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 2
BELUM
10 Novi 26 2 P 2 S1 2 ACEH 6 MENIKAH 2 1 1
11 Saripah Ritonga 26 2 P 2 D3 1 BATAK 1 BELUM 2 2 2
MENIKAH
BELUM
12 Khasi 25 1 P 2 D3 1 PADANG 4 MENIKAH 2 2 2
BELUM
13 Wira 25 1 P 2 D3 1 JAWA 3 MENIKAH 2 2 1
BELUM
14 Rena Putri Tamba 27 2 P 2 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
BELUM
15 Riris 25 1 P 2 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 2
BELUM
16 Adi pardan 23 1 L 1 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
BELUM
17 Syukur 26 2 L 1 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
Widya Astuti BELUM
18 Siregar 23 1 P 2 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 2
BELUM
19 Yesti Zai 23 1 P 2 D3 1 NIAS 2 MENIKAH 2 2 1
Dwi Meliyani BELUM
20 Marbun 23 1 P 2 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
BELUM
21 Desi Rumapea 23 1 P 2 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
BELUM
22 Indah 23 1 P 2 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 2
Oktavianus BELUM
23 Halawa 23 1 L 1 D3 1 NIAS 2 MENIKAH 2 2 2
BELUM
24 RIA TERESIA 27 2 P 2 S1 2 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
25 SYAFRIDAH 25 1 P 2 S1 2 BATAK 1 MENIKAH 1 1 1
SAHDAN
26 SIREGAR 26 2 L 1 S1 2 BATAK 1 MENIKAH 1 1 1
BELUM
27 NANDONG 27 2 L 1 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
28 ANDI 27 2 L 1 D3 1 BATAK 1 BELUM 2 2 2
MENIKAH
BELUM
29 NUZUL 27 2 L 1 D3 1 JAWA 3 MENIKAH 2 2 1
30 JUNIARTI 28 2 P 2 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 1 2 1
31 CHAIRUNISSAH 25 1 P 2 S1 2 JAWA 3 MENIKAH 1 1 1
BELUM
32 BISTOB PARTO 26 2 L 1 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
BELUM
33 BAYU MUHDI 26 2 L 1 D3 1 MELAYU 5 MENIKAH 2 2 1
BELUM
34 DODI ALVIAN 26 2 L 1 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1
BELUM
35 ZAI 25 1 L 1 D3 1 PADANG 4 MENIKAH 2 2 1
BELUM
36 LATA 25 1 L 1 D3 1 NIAS 2 MENIKAH 2 2 2
AYU SIRINGO- BELUM
37 RINGO 23 1 P 2 D3 1 BATAK 1 MENIKAH 2 2 1

1. Remaja Akhir ( 17-25 Tahun)


2. Dewasa Awal (26-35 1
Tahun) 1 LAKI-LAKI 1. D3 1 BATAK MENIKAH
3. Dewasa Akhir (36-45
Tahun) 2. PEREMPUAN 2. S1 2. NIAS 2 BELUM MENIKAH
4. Lansia Awal (46-55 Tahun) 3 S2 3. JAWA
4. PADANG
5. MELAYU
6. ACEH
. LAMPIRAN SPSS

Frequencies

Statistics

penget
perawat
penceg
penul
umur jenis kelamin pendidikan suku bangsa status pernikahan COVI

N Valid 37 37 37 37 37

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1,51 1,59 1,30 1,89 1,89

Std. Error of Mean ,083 ,082 ,076 ,232 ,052

Median 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00

Minimum 1 1 1 1 1

Maximum 2 2 2 6 2

Frequency Table

umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-25 Tahun 18 48,6 48,6 48,6

26- 35 Tahun 19 51,4 51,4 100,0

Total 37 100,0 100,0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 15 40,5 40,5 40,5

Perempuan 22 59,5 59,5 100,0

Total 37 100,0 100,0

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Diploma 26 70,3 70,3 70,3

Sarjana 11 29,7 29,7 100,0

Total 37 100,0 100,0

suku bangsa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Batak 23 62,2 62,2 62,2

Nias 5 13,5 13,5 75,7

Jawa 3 8,1 8,1 83,8

Padang 3 8,1 8,1 91,9

Melayu 2 5,4 5,4 97,3

Aceh 1 2,7 2,7 100,0

Total 37 100,0 100,0

status pernikahan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Menikah 4 10,8 10,8 10,8

Belum Menikah 33 89,2 89,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

pengetahuan perawat tentang pencegahan penularan COVID-19

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 15 40,5 40,5 40,5

Cukup 22 59,5 59,5 100,0

Total 37 100,0 100,0


sikap pencegahan penularan COVID-19

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 29 78,4 78,4 78,4

Buruk 8 21,6 21,6 100,0

Total 37 100,0 100,0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan perawat
tentang pencegahan
penularan COVID-19 * sikap 37 100,0% 0 0,0% 37 100,0%
pencegahan penularan
COVID-19
pengetahuan perawat tentang pencegahan penularan COVID-19 * sikap pencegahan
penularan COVID-19 Crosstabulation

Count

sikap pencegahan penularan


COVID-19

Baik Buruk Total

pengetahuan perawat Baik 15 0 15


tentang pencegahan
penularan COVID-19 Cukup 14 8 22

Total 29 8 37

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6,959a 1 ,008

Continuity Correctionb 4,979 1 ,026

Likelihood Ratio 9,793 1 ,002

Fisher's Exact Test ,012 ,008

Linear-by-Linear Association 6,771 1 ,009

N of Valid Cases 37

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,24.

b. Computed only for a 2x2 table


LEMBAR KONSULTASI

Nama : Saidul Ikram


Nim : 1714201027
Judul Penelitian : HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP
PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19 (CORONA
VIRUS DISEASE) DI RSU. IMELDA PEKERJA INDONESIA(IPI) MEDAN

No Hari/Tanggal Materi Yang di Perbaikan Judul Paraf


Konsulkan Konsul

1. Jumat Pengajuan judul Perbaikan judul


skripsi
11 Maret 2021

2. Rabu Pengajuan judul ACC judul


skripsi
19 Mei 2021

3. Sabtu Konsul BAB I Revisi:


dan BAB II
25 Juni 2021 1. Latar belakang

2. Pembahasan

4. Kamis Konsul BAB I, Revisi: BAB II


BAB II, dan
8 Juli 2021 1. Kerangka konsep
BAB III

5. Sabtu Konsul BAB I, Revisi : Bab III


BAB II, BAB III
17 juli 2021 1. Kerangka konsep

2. Variabel dan
operasional

6. Senin Kosul BAB I, Revisi: Kuesioner


BAB II, BAB III
19 juli 2021
dan Kuesioner

7. Kamis Konsul BAB I, ACC


BAB II, BAB III
22 juli 2021
dan Kuesioner
8. Senin Konsul BAB IV Revisi: hasil dan
pembahasan
9 Agustus
2021

9. Sabtu Konsul BAB IV Revisi: BAB V


dan BAB V
16 Agustus 1. Kesimpulan
2021

10. Kamis Konsul BAB IV, Revisi : Abstrak


BAB V dan
9 September
Abstrak
2021

11. Rabu Konsul BAB IV Revisi


dan BAB V dan
22 september
Abstrak
2021

12 28 September BAB I, II, III, ACC/ Lanjut sidang


2021 IV, V

Diketahui Oleh
Dosen Pembimbing

(Bernita Silalahi ,S.Pd.,S.Kep,M.Kes)

Anda mungkin juga menyukai