Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TYPHOID

DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA MEDAN


“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Praktik Profesi Keperawatan
Anak dengan dosen Ibu Kristina L Silalahi, S. Kep., Ns., M. Kep”

Disusun oleh :
Elna Yanti Bahagia
Eva YuniEstra
Eva lauli
Eva Nurjanah
Dopit
Gusti
Indra
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Demam Thypoid Di Rumah Sakit Royal Prima Medan” sebagai syarat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Profesi Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
terutama kepada Ibu Kristina L Silalahi, S. Kep., Ns., M. Kep selaku dosen
pembimbing Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah yang telah mendukung dan
membantu proses penyusunan makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi mahasiswa khususnya bagi mahasiswa
keperawatan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena berbagai keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, berbagai bentuk
kritikan dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Medan, 21 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................2
D. Manfaat Penelitian.......................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS.....................................................................4
A. Konsep Teoritis Demam Typhoid...............................................4
1. Definsi Demam Typhoid.........................................................4
2. Etiologi Demam Typhoid........................................................4
3. Patofiologi................................................................................4
4. Manifestasi Klinis....................................................................5
5. Penatalaksanaan.......................................................................5
6. Pemeriksaan Penunjang...........................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis.........................................7
1. Pengkajian................................................................................7
2. Diagnosa Keperawatan............................................................8
3. Intervensi Keperawatan...........................................................8
4. Evaluasi....................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................11
A. Pengkajian..................................................................................11

iii
1. Biodata...................................................................................11
2. Keluhan Utama......................................................................12
3. Riwayat Penyakit Sekarang...................................................12
4. Riwayat Kesehatan Lalu........................................................13
5. Riwayat Kesehatan Keluarga.................................................13
6. Riwayat Keadaan Psikologis.................................................14
7. Pemeriksaan Fisik..................................................................16
8. Pola Kebiasaan Sehari Hari...................................................21
9. Hasil Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik.............................23
10. Penatalaksanaan Terapi........................................................25
B. Analisa Data...............................................................................26
C. Perumusan Diagnosa Keperawatan............................................27
D. Rencana Asuhan Keperawatan..................................................27
E. Catatan Perkembangan...............................................................28
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................31
A. Pengkajian..................................................................................31
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................31
C. Intervensi Keperawatan.............................................................31
D. Evaluasi......................................................................................32

BAB V PENUTUP.......................................................................................33
A. Kesimpulan................................................................................33
B. Saran......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................34

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri memiliki angka tinggi di
wilayah negara-negara berkembang yang beriklim tropis, seperti di wilayah asia, salah
satunya di Indonesia. Penderita Typhoid sebagian besar berusia > 9tahun (10–12 tahun)
sedangkan sebagian besar berusia ≤ 9 tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis menderita
typhoid dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis
menderita demam typhoid dibandingkan berjenis kelamin perempuan. (Hilda dan
Fariani, 2016)

Data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di


seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena
Typhoid dan 70% kematiannya terjadi di Asia (WHO, 2008 dalam Depkes RI, 2013).
Insidens Typhoid tergolong tinggi terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia
Tenggara dan kemungkinan Afrika Selatan (insidens > 100 kasus per 100.000 populasi
per tahun). Incidents Typhoid yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000
populasi per tahun) berada di wilayah Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali
Australia dan Selandia Baru). (Djoko Widodo, 2014)

Indonesia sendiri mempunyai insidens Typhoid yang banyak dijumpai pada


populasi dengan usia 3-9 tahun. Kejadian Typhoid di Indonesia juga berkaitan dengan
rumah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena Typhoid, tidak
adanya sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan
tidak tersedianya tempat buang air besar dalam rumah. (Djoko Widodo, 2014). Dalam
buku yang ditulis oleh Marni (2016), Khan, dkk (2013) menurut penelitianya
menyatakan bahwa kejadian Typhoid di Indonesia mencapai 148,7 per 100.000
penduduk. (Marni, 2016). Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan RI, melaporkan Typhoid menempati urutan ke-3 dari 10 pola penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia (41.081 kasus). (Djoko

1
Widodo, 2014). Melihat tingginya kasus demam typhoid membat penulis tertarik
melakukan asuhan keperawatan demam typhoid di Rumah Sakit Royal Prima Medan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari penyakit demam typhoid?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit demam typhoid?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit demam typhoid?
4. Apa manifestasi klinis dari penyakit demam typhoid?
5. Bagaimana penatalakasanaan dari penyakit demam typhoid?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit demam typhoid?
7. Bagaimana pengkajian pasien yang memiliki penyakit demam typhoid?
8. Apa saja diagnosa keperawatan dari penyakit demam typhoid?
9. Bagaimana intervensi keperawatan dari penyakit demam typhoid?
10. Bagaimana evaluasi keperawatan dari penyakit demam typhoid?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi dari penyakit demam typhoid.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit demam typhoid.
3. Mengetahui patofisiologi dari penyakit demam typhoid.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit demam typhoid.
5. Mengetahui penatalakasanaan dari penyakit demam typhoid.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit demam typhoid.
7. Mengetahui pengkajian pasien yang memiliki penyakit demam typhoid.
8. Mengetahui diagnosa keperawatan dari penyakit demam typhoid.
9. Mengetahui intervensi keperawatan dari penyakit demam typhoid.
10. Mengetahui evaluasi keperawatan dari penyakit demam typhoid.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa

2
Meningkatkan dan mengembangkan wawasan khususnya bagi mahasiswa
keperawatan.
2. Bagi Dosen
Sebagai bahan referensi pegangan dan acuan perangkat pendidikan pada
perkuliahan keperawatan untuk mendukung perkuliahan yang lebih efektif.
3. Bagi Masyarakat
Menghasilkan informasi terkait dengan Asuhan Keperawatan Demam Typhoid
yang dapat dijadikan sebagai bahan refrensi.

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Definisi Demam Typhoid

Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016). Thypoid fever atau demam tifoid adalah
penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran.
(Wijayaningsih kartika sari, 2013).

2. Etiologi

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam
serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman
tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius
(optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah
lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).

4
3. Patofisiologi

4. Manifestasi Klinis

Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa
tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan
jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu:
(Lestari Titik, 2016)

a. Demam

Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.

5
b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai
nyeri dan peradangan.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang


terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol, yaitu bintikbintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula
trakikardi dan epistaksis

d. Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.

5. Penatalaksanaan

Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu


penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering
digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-obatan
antibiotik adalah:

1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali


pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.

2) Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan ampisilin


dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam3- 4 kali. Pemberian intravena saat
belum dapat minum obat, selama 21 hari.

6
3) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali. Pemberian
oral/intravena selama 21 hari.

4) Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,
selama 14 hari.

5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama 5-7 hari.

6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.

Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai
sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat.
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kgBB,
intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1
mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah
dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.

6. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan darah perifer lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder

- Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

- Pemeriksaan uji widal

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella
typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum
penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita
membuatantibody (agglutinin)

- Kultur

a. Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama

7
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua

c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

- Anti salmonella typhi igM

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella typhi,
karena antibody igM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam. (Nurarif &
Kusuma, 2015).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)

b. Riwayat Kesehatan

- Keluhan utama

Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan
juga pusing

- Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan juga pusing, berat badan
berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan
juga diare, klien mengeluh nyeri otot.

- Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

- Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya keluarga yan menderita penyakit yang sama (penularan).

c. Pemeriksaan Fisik

- Pengkajian umum: tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,supor,


dankoma; keadaan umum : sakitringan, sedang, berat; tanda-tanda vital

d. Pemeriksaan kulit dan rambut

Kaji nilai warna, turgortekstur dari kulit dan rambut pasien

8
e. Pemeriksaan kepala dan leher

Pemeriksaan mulai darikepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji
kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada ndera

f. Pemeriksaan dadaaru-paru

g. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi: keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan

Palpasi: hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan

Perkusi: suara peristaltic usus Auskultasi : frekuensi bising usus

h. Pemeriksaan ekstremitas

Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.

2. Diagnosa Keperawatan

- Hipovolemia

- Devisit nutrisi

- Hiportermia

- Termoregulasi tidak efektif

- Nyeri

- Intoleransi aktivitas

- Resiko ketidakseimbangan elektrolit

3. Intervensi Keperawatam

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan

1 Devisit Nutrisi Setelah dilakukan - Identifikasi status


pengkajian 1 x 24 jam nutrisi
masalah devisit nutrisi - Identifikasi alergi dan
dapat teratasi. intoleransi makanan

- Identifikasi makanan

9
Kriteria Hasil : yang disukai

-Berat badan - Identifikasi kebutuhan


kalori dan jenis nutrient
-Nafsu makan
- Monitor asupan
-Membran mukosa
makanan
-Diare
- Monitor hasil
pemeriksan laboratorium

2 Hipotermia Setelah dilakukan -Monitor suhu tubuh


pengkajian 1x 24
jam -Identifikasi penyebab
masalah hipotermia dapat hipotermia
teratasi
-Monitor tanda dan gejala
Kriteria Hasil : akibat hipotermia
-Pucat -Sediakan lingkungan
Vasokonstriksi perifer yang hangat (mis. atur
suhu ruangan)
-Pengisian kapiler
-Lakukan penghangatan
-Tekanan darah
aktif eksternal

-Lakukan penghangatan
aktif internal

3 Intoleransi Aktivitas Setela dilakukan pengkajian -Identifikasi deficit


selam 1x24 jam masalah tingkat aktivitas
intoleransi aktivitas dapat -Identifikasi kemampuan
teratasi berpartisipasi dalam
Kriteria Hasil : aktivitas tertentu

-Perasaan lemah -Identifikasi sumber daya

bagian untuk aktivitas yang


-Kekuatan tubuh
diinginkan
atas

bagian -Identifikasi strategi


-Kekuatan tubuh

10
bawah meningkatkan partisipasi

-Tekanan darah Frekuensi dalam aktivitas


napas -Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu luang

4. Evaluasi
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan
atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil
evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasl, klien bisa keluar dari siklus
proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembalike dalam siklus tersebut
mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk :
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi, 2008)

11
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS DATA
Nama : An E.M
Tempat/ Tgl Lahir : Medan, 8 Oktober 2014
Nama Ayah/ Ibu : Tn. R/ Ny. Y
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Jl. Dewa Ruci no 14
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD

II. KELUHAN UTAMA


Ny. Y mengatakan badan An. E.M demam semenjak 3 hari yang lalu, nafsu makan
berkurang, pegal pegal, lemas. Riwayat kesehatan saat ini, Ny. Y mengatakan 1 hari sebelum
masuk rumah sakit badan An. E.M panas, kemudian Ny. Y memutuskan untuk memberikan
obat syrup penurun panas yang dibeli di apotek. Setelah pemberian obat syrup selama 1 hari
suhu badan An. E.M tidak turun kemudian keluarga memutuskan untuk membawa An. E. M
ke Rumah Sakit Royal Prima Medan.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Prenatal :Keluhan saat hamil tidak ada, kebutuhan nutrisi saat hamil cukup,
usia kehamilan : 38 minggu, kesehatan saat hamil baik, kenaikan
berat badan saat hamil : 9 kg, obat yang diminum saat hamil : Tidak
ada
2. Natal :Usia kehamilan 38 minggu; persalinan operasi SC; ditolong oleh
dokter, bidan, perawat, apgar score 9; berat badan waktu lahir 2,5 kg;
panjang badan waktu lahir 46 cm; lingkar kepala waktu lahir 31 cm;
imunisasi hepatitis
3. Post natal :Kondisi kesehatan baik, penyakit waktu kecil tidak ada, konsumsi
obat/kimia berbahaya tidak ada

III. RIWAYAT MASA LAMPAU


1.Penyakit waktu kecil
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M pernah mengalami demam berdarah

2. Pernah dirawat dirumah sakit


Ny. Y mengatakan bahwa An E.M pernah dirawat di Rumah Sakit Imelda

3. Obat-obatan yang digunakan


Ny. Y mengatakan bahwa An E.M hanya mengkonsumsi obat yang dianjurkan oleh
dokter selama dirawat di Rumah Sakit Imelda

4. Tindakan operasi
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M belum pernah mengalami tindakan operasi

12
5. Alergi
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M tidak ada riwayat alergi

6. Kecelakaan
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M tidak pernah mengalami kecelakaan

7. Imunisasi
Imunisasi diberikan sesuai dengan arahan waktu pemberian imunisasi yaitu BCG, DPT,
Polio, Campak, Hepatitis

8. Aktifitas
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M sebelum sakit sangat aktif bermain dan berinteraksi
dengan lingkungannya, namun setelah sakit An E.M memilih berbaring di tempat tidur
karena mengatakannya bahwa badannya pegal pegal.

9. Tindakan keperawatan
Tindakan keperaatan yang dilakukan yaitu perawatan demam dan manajemen nutrisi

10. Hasil Lab

A. Diagnosa medis : Demam Typhoid

B. Pemeriksaan diagnostik/penunjang medis

1. Laboratorium, 17 November 2022

HEMATOLOGI
No Pemeriksaan Hasil Satuan Kritis Normal Metode
1 Hemoglobin *11.8 g/dl 13.5-15.5 -
2 Leukosit *13.48 10³/µl 5-11 -
3 Laju Endap Darah *27 mm/1 hours <20 -
4 Trombosit *472 10³/µl 150-450 -
5 Hematocrit 33.3 % 30.5-45.0 -
6 Eritrosit 4.59 10^6/mm3 4.50-6.50 -
7 MCV *72.5 µm³ 75.0-95.0 -
8 MCH *25.6 pg/cell 27.0-31.0 -
9 MCHC *35.4 g/dl 32.0-34.0 -
10 RDW 13.4 % 11.50-14.50 -
11 PDW 15.8 fl 15.0-55.0 -
12 MPV 9.0 fl 6.50-9.50 -

13
13 PCT 0.42 % 0.10-0.50 -
14 Eosinofil 1.9 % 1-3 -
15 Basofil 0.3 % 0-1 -
16 Monosit 6.3 % 2-8 -
17 Neutrofil 65.8 % 50-70 -
18 Limfosit 25.7 % 20-40 -
19 UC 0 % 0-4 -
IMMUNOSEROLOGI INFECTION
No Pemeriksaan Hasil Satuan Kritis Normal Metode
1 Ig M Salmonella Thypii *Positive Skala: 4 - Negative -

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : Pasien terlihat lemas dan hanya berbaring di tempat tidur

2. TB/ BB : 134 cm/28 kg

3. Lingkar Kepala : 51 cm

4. Kepala : Bentuk bulat simetris tidak ada benjolan, ubun-ubun keras dan
tertutup, keadaan kulit kepala bersih

5. Mata : Struktur lengkap, simetris ka/ki, edema(-), tanda-tanda peradangan(-


), isokor ka/ki, refleks cahaya +/+, ukuran pupil < 3 mm, pengapuran
katarak(-), edema cornea dan iris(-), dapat membaca dalam jarak 30
cm, tidak menggunakan kacamata, tidak ada tanda-tanda peningkatan
tekanan bola mata (TIO)

6. Leher : Posisi trachea medial normal, tidak ada pembesaran kelanjar thyroid,

suara terdengar jelas, pembengkakan kelenjar limfe (-), peningkatan


TVJ (-), denyut nadi karotis teraba jelas

7. Telinga : Bentuk telinga simetris ka/ki, ukuran telinga simteris ka/ki, lubang
telinga bersih, ketajaman pendengaran baik

8. Hidung : Tulang hidung dan posisi septum nasi anatomis, lubang hidung
bersih, tidak menggunakan pernafasan cuping hidung

9. Mulut : Keadaan bibir lembab, tidak ada peradangan pada gusi dan gigi,
stomatitis tidak ada, kurang mampu menelan dengan baik

10. Dada : Bentuk thorak simetris (A:P = 1:2), frekuensi pernafasan 24x/ menit,
irama reguler, tidak ada tanda kesulitan bernafas

14
11. Paru-paru : Palpasi getaran suara simetris ka/ki, perkusi resonan, suara nafas
vesikuler, suara ucapan jelas, suara tambahan tidak ada

12. Jantung : Cyanosis (-), clubbing finger (-), nadi perifer jelas dan teratur,
kardiomegali (-), bunyi jantung I normal, bunyi jantung II normal,
bunyi jantung tambahan tidak ada, murmur tidak ada, frekuensi 80x/

menit

13. Perut : Bentuk abdomen simetris, tidak teraba benjolan/ massa abdomen, suara

abdomen tympani, ascites (-)

14. Punggung : Bentuk punggung simetris, tidak ada edema

15. Genetalia : 1. Keluhan : Tidak ada


2. Alat bantu kateter : Tidak
3. Kandung kencing : Normal
4. Produksi urin : 320 cc
5. Warna/bau : Kuning/khas
6. Diare : Tidak
7. Konstipasi : Tidak

16. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : Kesimetrisan otot simetris ka/ki, tidak ada edema, tidak ada
kelainan
b. Ektremitas bawah : Kesimetrisan otot simetris ka/ki, tidak ada edema, tidak ada
kelainan

17. Tanda Vital


a. RR: 22x/menit
b. HR: 80x/menit
c. TD: 120/110 mmHg
d. Temp: 38,5 o C

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Kemandirian bergaui:
Personal sosial menggosok gigi tanpa bantuan

2. Motorik halus
Motorik halus memilih garis yang lebih panjang

3. Motorik kasar
Motorik kasar berdiri 1 kaki 6 detik

15
GENOGRAM
V. GENOGRAM

Keterangan

Laki – Laki

Perempuan

Pasien

Meninggal

VI. RIWAYAT SOSIAL


1. Yang Mengasuh
Baik, Ibu klien terlihat berinteraksi dengan anaknya dan kerabat yang mengunjungi

2.Hubungan dengan angota keluarga


Baik, klien berinteraksi dengan keluarga yang datang dan menunggui

3. Hubungan dengan teman sebaya

16
Baik, teman klien ada yang datang berkunjung selama klien dirawat

4. Pembawaan secara umum


Klien bersikap terbuka tentang penyakitnya kepada perawat dan orangtua
5. Lingkungan rumah
Ny. Y mengatakan bahwa lingkungan rumah bersih

VII. KEBUTUHAN DASAR


1. Makanan:
* Makanan yang disukai/ tidak disukai:
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M tidak menyukai sayuran dan sangat menyukai nasi
dengan telur goreng
* Selera Makan:
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M sejak sakit kehilangan selera makan
* Alat makan yang dipakai:
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M makan dengan pring, sendok, dan gelas
* Pola makan/ minum / Status nutrisi
An E.M kehilangan selera makan, mual muntah, waktu pemberian makanan pagi
06.00 Wib, siang 12.00 Wib malam 18.00 Wib

2. Pola tidur
* Kebiasaan sebelum tidur ( perlu mainan, bercerita, benda yang dibawah tidur:
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M sebelum tidur biasanya mendengar cerita dari buku
dongeng
* Tidur Siang
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M aktu tidur siang biasanya jam 14.00 WIB

3. Mandi:
Klien mandi 2x/hari ke kamar mandi

4. Aktifitas bermain
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M semenjak sakit tidak pernah bermain dengan
temannya

5. Eliminasi
2. BAB

a. Pola BAB : 1x sehari Penggunaan laksatif : tidak

b. Karakter feces : keras

c. BAB terakhir : 19 November 2022/ pagi hari

d. Riwayat perdarahan : Tidak ada Diare : tidak

3. BAK

a. Pola BAK : 7 x/hari Inkontinensia:Tidak

17
b. Karekteristik : Kuning Retensi: tidak

c. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak

d. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak

e. Penggunaan diuretik : tidak

4. Upaya mengatasi masalah : Minum air secukupnya

VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa Medis : Demam Thypoid
2. Tindakan operasi : Tidak ada
3. Status cairan : IUFD RL 24 tetes/menit
4. Obat-obatan :
No Nama Obat Dosis Fungsi Efek Samping

1 Inf. 200 mg/8 jam Analgesik dan Mual, muntah,


Paracetamole antipiretik untuk sakit perut, sulit
meredakan nyeri tidur
dan demam
akibat
peradangan
2 Inf. Ceftriaxone 750mg/12 jam Mengatasi Pusing, diare,
penyakit akibat kantuk, mual,
infeksi bakteri dan muntah

5. Kognitif
Kemampuan kognitif klien baik
6. Bahasa
Klien tampak menggunakan Bahasa Indonesia ketika berbicara dengan sesamanya

XI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


An. E.M mengalami demam, nafsu makan berkurang, pegal pegal, lemas

XII. MASALAH KEPERAWATAN


1. Hipertermi berhubungan infeksi saluran ditandai dengan suhu 38,5 C, demam selama 3
hari.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perjalanan
penyakit ditandai dengan mual muntah, tampak lemas, turgor kulit buruk.

18
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Ibu klien Salmonella tyhosa Hipertermi
mengatakan anaknya
demam sejak 3 hari Menginfeksi
yang lalu saluran
DO: - Suhu: 38,5oC
Demam

Hipertemi
2 DS: Ibu klien Salmonella tyhosa Ketidakseimbangan
mengatakan nafsu Nutrisi kurang dari
makan anaknya Menginfeksi kebutuhan
berkurang saluran
DO: Klien tampak
lemas, turgor kulit Tifus abdominalis
buruk,mual, muntah
Diserap usus halus

Mual, nafsu makan


menurun

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

DIAGNOSA KEPERAWATAN ( P E S ) BERDASARKAN PRIORITAS

1. Hipertermi berhubungan infeksi saluran ditandai dengan suhu 38,5 C


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perjalanan
penyakit ditandai dengan mual muntah, tampak lemas, turgor kulit buruk.

19
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


1 Hipertermi a. Termoregulasi a. Perawatan
berhubungan infeksi Setelah dilakukan demam:
saluran ditandai tindakan keperawatan 1. Monitor suhu
dengan suhu 39,8 C, selama 2x24 jam , 2. Monitor tekanan
demam selama 3 hari. suhu tubuh klien darah, nadi dan RR
kembali normal 3. Monitor intake dan
dengan kriteria hasil: output
1. Peningkatan suhu 4. Tingkatkan intake
kulit (4) cairan dan nutrisi
5. Kompres pasien
Skala: 6. Kolaborasi
1. Berat pemberian obat
2. Cukup Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
2 Ketidakseimbangan a. Status nutrisi a. Manajemen
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan nutrisi:
kebutuhan tindakan keperawatan 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan selama 2x24 jam , makanan
perjalanan penyakit diharapkan status 2. Anjurkan pasien
ditandai dengan mual nutrisi klien adekuat untuk makan sedikit
muntah, tampak dengan kriteria hasil: tapi sering
lemas, turgor kulit 1. Frekuensi makan 3. Libatkan pasien
buruk. (5) dalam menentukan
2. Nafsu makan (5) makanan yang
3. Membran mukosa disenangi yang
(5)

20
sesuai dengan diet
Skala: 4. Berikan penjelasan
1. Memburuk pada pasien tentang
2. Cukup memburuk pentingnya nutrisi
3. Sedang
4. Cukup membaik b. Monitor nutrisi:
5. Membaik 1. Monitor adanya
penurunan berat
badan
2. Monitor turgor
kulit
3. Monitor kalori dan
intake nutrisi

Catatan Perkembangan
Nama Pasien : An E.M Umur : 8 Tahun
No. Register : 196951 Diagnosa: Demam Thypoid

No Hari/Tanggal No Jam Implementasi Evaluasi


Dx
Kep
1 Sabtu, 20 1 09:25 1. Memonitor suhu S: Ibu klien mengatakan
November anaknya masih demam
2022 09:35 2. Memonitor tekanan O: Suhu tubuh 38 C, turgor
darah, nadi dan RR kulit buruk
A: Masalah belum teratasi
09:38 3. Memonitor intake dan P: Intervensi dilanjutkan:
output - Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
10:04 4. Berkolaborasi - Kompres pasien
pemberian obat
2 11:08 1. Mengkaji adanya alergi S: Ibu klien mengatakan
makanan nafsu makan anaknya
mulai meningkat

21
11:10 2. Menganjurkan ibu klien O: Klien masih tampak
untuk memberi makan lemas, mual muntah mulai
sedikit tapi sering berkurang
A: Masalah belum teratasi
11:15 3. Melibatkan ibu klien P: Intervensi dilanjutkan:
dalam menentukan - Monitor adanya
makanan yang disenangi penurunan berat badan
yang sesuai dengan diet - Monitor turgor kulit
- Monitor kalori intake dan
11:20 4. Memberikan penjelasan output
tentang pentingnya nutrisi
2 Minggu, 21 1 14.59 1. Memonitor suhu S: Ibu klien mengatakan
November anaknya sudah tidak
2022 15.10 2. Memonitor tekanan demam
darah, nadi dan RR O: Suhu tubuh 37 C, Nadi:
80x/menit
15.14 3. Memonitor intake dan A: Masalah teratasi
output P: Intervensi dihentikan

17.20 4. Berkolaborasi
pemberian obat

17.25 5. Meningkatkan intake


cairan dan nutrisi

17.45 6. Mengompres pasien


2 18.00 1. Mengkaji adanya alergi S: Ibu klien mengatakan
makanan nafsu makan anaknya
membaik
18.08 2. Menganjurkan ibu klien O: BB normal, turgor kulit
untuk memberi makan baik, mual muntah (-)
sedikit tapi sering A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

22
18.20 3. Melibatkan ibu klien
dalam menentukan
makanan yang disenangi
yang sesuai dengan diet

18.24 4. Memberikan penjelasan


tentang pentingnya nutrisi

19.24 5. Memonitor adanya


penurunan berat badan

19:25 6. Memonitor turgor kulit

19.35 7. Memonitor kalori


intake dan output

23
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dari pengkajian yang dilakukan oleh penulis terhadap pasien pada tanggal 20
November 2022, diperoleh data sebagai berikut : secara umum data fokus yang ditemukan
dalam kasus nyata tidak jauh berbeda dengan data fokus dalam teori
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan menjadi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan yang merupakan tanggung jawab perawat (Carpenito, 2007).
Diagnosa keperawatan yang disebutkan dalam teori dan ditemukan dalam kasus nyata
adalah hipertermi berhubungan infeksi saluran ditandai dengan suhu 38,5 C
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perjalanan penyakit
ditandai dengan mual muntah, tampak lemas, turgor kulit buruk.
C. Intervensi dan Implementasi Keperaatan
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (intervesi). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan
pasien, factor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi.
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan rencana
tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan kepada pasien terlebih dahulu melakukan
pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien agar tindakan yang akan diberikan dapat
disetujui pasien dan kaluarga pasien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan
sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien.
Diagnosa pertama yaitu hipertermi berhubungan infeksi saluran ditandai dengan suhu
38,5 C, implementasi yang telah dilakukan antara lain: memonitor suhu, memonitor tekanan
darah, nadi dan RR, memonitor intake dan output, berkolaborasi pemberian obat,
meningkatkan intake cairan dan nutrisi,dan mengompres pasien

24
Implementasi dari diagnosa kedua yang telah dilakukan antara lain: mengkaji adanya
alergi makanan, menganjurkan ibu klien untuk memberi makan sedikit tapi sering,
melibatkan ibu klien dalam menentukan makanan yang disenangi yang sesuai dengan diet,
memberikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi, memonitor adanya penurunan berat
badan, memonitor turgor kulit, memonitor kalori intake dan output.
D. Evaluasi
Evaluasi meruapakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah digunakan untuk
menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah penulis susun, apakah tujuan
dapat tercapai, tercapai sebagian, atau belum tercapai dengan meninjau respon pasien dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Dalam kasus ini evaluasi keperawatan yang telah dilakukan masalah keperawatan dari
diagnosa pertama yaitu hipertermi berhubungan infeksi saluran ditandai dengan suhu 38,5 C
telah teratasi sehingga implementasi dihentikan. Sedangkan masalah keperawatan dari
diagnosa kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
perjalanan penyakit ditandai dengan mual muntah, tampak lemas, turgor kulit buruk dapat
teratasi sehingga implementasi dihentikan.

25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam Typhoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan
masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya
dengan kualitas kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh,
kebersihan tempat-tempat umun yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak
mendukung untuk hidup sehat.
Salah satu masalah yang timbul pada pasien demam tifoid yaitu hipertermia. Hipertermi
adalah suatu Keadaan dimana seorang individu mengalami peningkatan suhu tubuh di atas
37,8oC peroral atau 38,8oC perrektal karena factor eksternal (Nurrofiq, 2012). Hipertermi
berhubungan ketika sistem kontrol suhu normal tubuh tidak dapat secara efektif mengatur
suhu internal. Biasanya, pada suhu tinggi tubuh akan mendinginkan melalui penguapan
keringat. Namun, dalam kondisi tertentu (suhu udara di atas 95 oC atau 35 oC dan dengan
kelembaban yang tinggi), mekanisme pendinginan ini menjadi kurang efektif.
Menjaga suhu tubuh agar tetap dalam batas normal merupakan salah satu kebutuhan
biologis yang menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Sistem tubuh
yang berperan dalam menjaga suhu tubuh tetap dalam batas norma adalah termoregulasi.
B. Saran
Diharapkan pihak rumah sakit khususnya ruangan Anak dapat memberikan informasi
dan pengetahuan kepada petugas kesehatan khususnya perawat untuk melakukan asuhan
keperawatan pada anak yang lebih baik lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah I.
Yogyakarta: Nuha Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai