Disusun oleh :
Elna Yanti Bahagia
Eva YuniEstra
Eva lauli
Eva Nurjanah
Dopit
Gusti
Indra
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Demam Thypoid Di Rumah Sakit Royal Prima Medan” sebagai syarat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Profesi Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
terutama kepada Ibu Kristina L Silalahi, S. Kep., Ns., M. Kep selaku dosen
pembimbing Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah yang telah mendukung dan
membantu proses penyusunan makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi mahasiswa khususnya bagi mahasiswa
keperawatan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena berbagai keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, berbagai bentuk
kritikan dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Medan, 21 November 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................2
D. Manfaat Penelitian.......................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS.....................................................................4
A. Konsep Teoritis Demam Typhoid...............................................4
1. Definsi Demam Typhoid.........................................................4
2. Etiologi Demam Typhoid........................................................4
3. Patofiologi................................................................................4
4. Manifestasi Klinis....................................................................5
5. Penatalaksanaan.......................................................................5
6. Pemeriksaan Penunjang...........................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis.........................................7
1. Pengkajian................................................................................7
2. Diagnosa Keperawatan............................................................8
3. Intervensi Keperawatan...........................................................8
4. Evaluasi....................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................11
A. Pengkajian..................................................................................11
iii
1. Biodata...................................................................................11
2. Keluhan Utama......................................................................12
3. Riwayat Penyakit Sekarang...................................................12
4. Riwayat Kesehatan Lalu........................................................13
5. Riwayat Kesehatan Keluarga.................................................13
6. Riwayat Keadaan Psikologis.................................................14
7. Pemeriksaan Fisik..................................................................16
8. Pola Kebiasaan Sehari Hari...................................................21
9. Hasil Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik.............................23
10. Penatalaksanaan Terapi........................................................25
B. Analisa Data...............................................................................26
C. Perumusan Diagnosa Keperawatan............................................27
D. Rencana Asuhan Keperawatan..................................................27
E. Catatan Perkembangan...............................................................28
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................31
A. Pengkajian..................................................................................31
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................31
C. Intervensi Keperawatan.............................................................31
D. Evaluasi......................................................................................32
BAB V PENUTUP.......................................................................................33
A. Kesimpulan................................................................................33
B. Saran......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................34
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri memiliki angka tinggi di
wilayah negara-negara berkembang yang beriklim tropis, seperti di wilayah asia, salah
satunya di Indonesia. Penderita Typhoid sebagian besar berusia > 9tahun (10–12 tahun)
sedangkan sebagian besar berusia ≤ 9 tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis menderita
typhoid dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis
menderita demam typhoid dibandingkan berjenis kelamin perempuan. (Hilda dan
Fariani, 2016)
1
Widodo, 2014). Melihat tingginya kasus demam typhoid membat penulis tertarik
melakukan asuhan keperawatan demam typhoid di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari penyakit demam typhoid?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit demam typhoid?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit demam typhoid?
4. Apa manifestasi klinis dari penyakit demam typhoid?
5. Bagaimana penatalakasanaan dari penyakit demam typhoid?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit demam typhoid?
7. Bagaimana pengkajian pasien yang memiliki penyakit demam typhoid?
8. Apa saja diagnosa keperawatan dari penyakit demam typhoid?
9. Bagaimana intervensi keperawatan dari penyakit demam typhoid?
10. Bagaimana evaluasi keperawatan dari penyakit demam typhoid?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi dari penyakit demam typhoid.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit demam typhoid.
3. Mengetahui patofisiologi dari penyakit demam typhoid.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit demam typhoid.
5. Mengetahui penatalakasanaan dari penyakit demam typhoid.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit demam typhoid.
7. Mengetahui pengkajian pasien yang memiliki penyakit demam typhoid.
8. Mengetahui diagnosa keperawatan dari penyakit demam typhoid.
9. Mengetahui intervensi keperawatan dari penyakit demam typhoid.
10. Mengetahui evaluasi keperawatan dari penyakit demam typhoid.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
2
Meningkatkan dan mengembangkan wawasan khususnya bagi mahasiswa
keperawatan.
2. Bagi Dosen
Sebagai bahan referensi pegangan dan acuan perangkat pendidikan pada
perkuliahan keperawatan untuk mendukung perkuliahan yang lebih efektif.
3. Bagi Masyarakat
Menghasilkan informasi terkait dengan Asuhan Keperawatan Demam Typhoid
yang dapat dijadikan sebagai bahan refrensi.
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016). Thypoid fever atau demam tifoid adalah
penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran.
(Wijayaningsih kartika sari, 2013).
2. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam
serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman
tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius
(optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah
lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
4
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa
tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan
jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu:
(Lestari Titik, 2016)
a. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
5
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai
nyeri dan peradangan.
c. Gangguan kesadaran
d. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.
5. Penatalaksanaan
6
3) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali. Pemberian
oral/intravena selama 21 hari.
4) Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,
selama 14 hari.
5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama 5-7 hari.
6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai
sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat.
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kgBB,
intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1
mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah
dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.
6. Pemeriksaan Penunjang
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella
typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum
penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita
membuatantibody (agglutinin)
- Kultur
7
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella typhi,
karena antibody igM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam. (Nurarif &
Kusuma, 2015).
1. Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan
juga pusing
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan juga pusing, berat badan
berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan
juga diare, klien mengeluh nyeri otot.
c. Pemeriksaan Fisik
8
e. Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai darikepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji
kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada ndera
f. Pemeriksaan dadaaru-paru
g. Pemeriksaan abdomen
h. Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
2. Diagnosa Keperawatan
- Hipovolemia
- Devisit nutrisi
- Hiportermia
- Nyeri
- Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatam
- Identifikasi makanan
9
Kriteria Hasil : yang disukai
-Lakukan penghangatan
aktif internal
10
bawah meningkatkan partisipasi
4. Evaluasi
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan
atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil
evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasl, klien bisa keluar dari siklus
proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembalike dalam siklus tersebut
mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk :
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi, 2008)
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS DATA
Nama : An E.M
Tempat/ Tgl Lahir : Medan, 8 Oktober 2014
Nama Ayah/ Ibu : Tn. R/ Ny. Y
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Jl. Dewa Ruci no 14
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
4. Tindakan operasi
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M belum pernah mengalami tindakan operasi
12
5. Alergi
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M tidak ada riwayat alergi
6. Kecelakaan
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M tidak pernah mengalami kecelakaan
7. Imunisasi
Imunisasi diberikan sesuai dengan arahan waktu pemberian imunisasi yaitu BCG, DPT,
Polio, Campak, Hepatitis
8. Aktifitas
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M sebelum sakit sangat aktif bermain dan berinteraksi
dengan lingkungannya, namun setelah sakit An E.M memilih berbaring di tempat tidur
karena mengatakannya bahwa badannya pegal pegal.
9. Tindakan keperawatan
Tindakan keperaatan yang dilakukan yaitu perawatan demam dan manajemen nutrisi
HEMATOLOGI
No Pemeriksaan Hasil Satuan Kritis Normal Metode
1 Hemoglobin *11.8 g/dl 13.5-15.5 -
2 Leukosit *13.48 10³/µl 5-11 -
3 Laju Endap Darah *27 mm/1 hours <20 -
4 Trombosit *472 10³/µl 150-450 -
5 Hematocrit 33.3 % 30.5-45.0 -
6 Eritrosit 4.59 10^6/mm3 4.50-6.50 -
7 MCV *72.5 µm³ 75.0-95.0 -
8 MCH *25.6 pg/cell 27.0-31.0 -
9 MCHC *35.4 g/dl 32.0-34.0 -
10 RDW 13.4 % 11.50-14.50 -
11 PDW 15.8 fl 15.0-55.0 -
12 MPV 9.0 fl 6.50-9.50 -
13
13 PCT 0.42 % 0.10-0.50 -
14 Eosinofil 1.9 % 1-3 -
15 Basofil 0.3 % 0-1 -
16 Monosit 6.3 % 2-8 -
17 Neutrofil 65.8 % 50-70 -
18 Limfosit 25.7 % 20-40 -
19 UC 0 % 0-4 -
IMMUNOSEROLOGI INFECTION
No Pemeriksaan Hasil Satuan Kritis Normal Metode
1 Ig M Salmonella Thypii *Positive Skala: 4 - Negative -
3. Lingkar Kepala : 51 cm
4. Kepala : Bentuk bulat simetris tidak ada benjolan, ubun-ubun keras dan
tertutup, keadaan kulit kepala bersih
6. Leher : Posisi trachea medial normal, tidak ada pembesaran kelanjar thyroid,
7. Telinga : Bentuk telinga simetris ka/ki, ukuran telinga simteris ka/ki, lubang
telinga bersih, ketajaman pendengaran baik
8. Hidung : Tulang hidung dan posisi septum nasi anatomis, lubang hidung
bersih, tidak menggunakan pernafasan cuping hidung
9. Mulut : Keadaan bibir lembab, tidak ada peradangan pada gusi dan gigi,
stomatitis tidak ada, kurang mampu menelan dengan baik
10. Dada : Bentuk thorak simetris (A:P = 1:2), frekuensi pernafasan 24x/ menit,
irama reguler, tidak ada tanda kesulitan bernafas
14
11. Paru-paru : Palpasi getaran suara simetris ka/ki, perkusi resonan, suara nafas
vesikuler, suara ucapan jelas, suara tambahan tidak ada
12. Jantung : Cyanosis (-), clubbing finger (-), nadi perifer jelas dan teratur,
kardiomegali (-), bunyi jantung I normal, bunyi jantung II normal,
bunyi jantung tambahan tidak ada, murmur tidak ada, frekuensi 80x/
menit
13. Perut : Bentuk abdomen simetris, tidak teraba benjolan/ massa abdomen, suara
16. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : Kesimetrisan otot simetris ka/ki, tidak ada edema, tidak ada
kelainan
b. Ektremitas bawah : Kesimetrisan otot simetris ka/ki, tidak ada edema, tidak ada
kelainan
2. Motorik halus
Motorik halus memilih garis yang lebih panjang
3. Motorik kasar
Motorik kasar berdiri 1 kaki 6 detik
15
GENOGRAM
V. GENOGRAM
Keterangan
Laki – Laki
Perempuan
Pasien
Meninggal
16
Baik, teman klien ada yang datang berkunjung selama klien dirawat
2. Pola tidur
* Kebiasaan sebelum tidur ( perlu mainan, bercerita, benda yang dibawah tidur:
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M sebelum tidur biasanya mendengar cerita dari buku
dongeng
* Tidur Siang
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M aktu tidur siang biasanya jam 14.00 WIB
3. Mandi:
Klien mandi 2x/hari ke kamar mandi
4. Aktifitas bermain
Ny. Y mengatakan bahwa An E.M semenjak sakit tidak pernah bermain dengan
temannya
5. Eliminasi
2. BAB
3. BAK
17
b. Karekteristik : Kuning Retensi: tidak
5. Kognitif
Kemampuan kognitif klien baik
6. Bahasa
Klien tampak menggunakan Bahasa Indonesia ketika berbicara dengan sesamanya
18
ANALISA DATA
Hipertemi
2 DS: Ibu klien Salmonella tyhosa Ketidakseimbangan
mengatakan nafsu Nutrisi kurang dari
makan anaknya Menginfeksi kebutuhan
berkurang saluran
DO: Klien tampak
lemas, turgor kulit Tifus abdominalis
buruk,mual, muntah
Diserap usus halus
19
INTERVENSI KEPERAWATAN
20
sesuai dengan diet
Skala: 4. Berikan penjelasan
1. Memburuk pada pasien tentang
2. Cukup memburuk pentingnya nutrisi
3. Sedang
4. Cukup membaik b. Monitor nutrisi:
5. Membaik 1. Monitor adanya
penurunan berat
badan
2. Monitor turgor
kulit
3. Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catatan Perkembangan
Nama Pasien : An E.M Umur : 8 Tahun
No. Register : 196951 Diagnosa: Demam Thypoid
21
11:10 2. Menganjurkan ibu klien O: Klien masih tampak
untuk memberi makan lemas, mual muntah mulai
sedikit tapi sering berkurang
A: Masalah belum teratasi
11:15 3. Melibatkan ibu klien P: Intervensi dilanjutkan:
dalam menentukan - Monitor adanya
makanan yang disenangi penurunan berat badan
yang sesuai dengan diet - Monitor turgor kulit
- Monitor kalori intake dan
11:20 4. Memberikan penjelasan output
tentang pentingnya nutrisi
2 Minggu, 21 1 14.59 1. Memonitor suhu S: Ibu klien mengatakan
November anaknya sudah tidak
2022 15.10 2. Memonitor tekanan demam
darah, nadi dan RR O: Suhu tubuh 37 C, Nadi:
80x/menit
15.14 3. Memonitor intake dan A: Masalah teratasi
output P: Intervensi dihentikan
17.20 4. Berkolaborasi
pemberian obat
22
18.20 3. Melibatkan ibu klien
dalam menentukan
makanan yang disenangi
yang sesuai dengan diet
23
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dari pengkajian yang dilakukan oleh penulis terhadap pasien pada tanggal 20
November 2022, diperoleh data sebagai berikut : secara umum data fokus yang ditemukan
dalam kasus nyata tidak jauh berbeda dengan data fokus dalam teori
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan menjadi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan yang merupakan tanggung jawab perawat (Carpenito, 2007).
Diagnosa keperawatan yang disebutkan dalam teori dan ditemukan dalam kasus nyata
adalah hipertermi berhubungan infeksi saluran ditandai dengan suhu 38,5 C
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perjalanan penyakit
ditandai dengan mual muntah, tampak lemas, turgor kulit buruk.
C. Intervensi dan Implementasi Keperaatan
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (intervesi). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan
pasien, factor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi.
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan rencana
tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan kepada pasien terlebih dahulu melakukan
pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien agar tindakan yang akan diberikan dapat
disetujui pasien dan kaluarga pasien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan
sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien.
Diagnosa pertama yaitu hipertermi berhubungan infeksi saluran ditandai dengan suhu
38,5 C, implementasi yang telah dilakukan antara lain: memonitor suhu, memonitor tekanan
darah, nadi dan RR, memonitor intake dan output, berkolaborasi pemberian obat,
meningkatkan intake cairan dan nutrisi,dan mengompres pasien
24
Implementasi dari diagnosa kedua yang telah dilakukan antara lain: mengkaji adanya
alergi makanan, menganjurkan ibu klien untuk memberi makan sedikit tapi sering,
melibatkan ibu klien dalam menentukan makanan yang disenangi yang sesuai dengan diet,
memberikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi, memonitor adanya penurunan berat
badan, memonitor turgor kulit, memonitor kalori intake dan output.
D. Evaluasi
Evaluasi meruapakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah digunakan untuk
menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah penulis susun, apakah tujuan
dapat tercapai, tercapai sebagian, atau belum tercapai dengan meninjau respon pasien dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Dalam kasus ini evaluasi keperawatan yang telah dilakukan masalah keperawatan dari
diagnosa pertama yaitu hipertermi berhubungan infeksi saluran ditandai dengan suhu 38,5 C
telah teratasi sehingga implementasi dihentikan. Sedangkan masalah keperawatan dari
diagnosa kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
perjalanan penyakit ditandai dengan mual muntah, tampak lemas, turgor kulit buruk dapat
teratasi sehingga implementasi dihentikan.
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam Typhoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan
masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya
dengan kualitas kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh,
kebersihan tempat-tempat umun yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak
mendukung untuk hidup sehat.
Salah satu masalah yang timbul pada pasien demam tifoid yaitu hipertermia. Hipertermi
adalah suatu Keadaan dimana seorang individu mengalami peningkatan suhu tubuh di atas
37,8oC peroral atau 38,8oC perrektal karena factor eksternal (Nurrofiq, 2012). Hipertermi
berhubungan ketika sistem kontrol suhu normal tubuh tidak dapat secara efektif mengatur
suhu internal. Biasanya, pada suhu tinggi tubuh akan mendinginkan melalui penguapan
keringat. Namun, dalam kondisi tertentu (suhu udara di atas 95 oC atau 35 oC dan dengan
kelembaban yang tinggi), mekanisme pendinginan ini menjadi kurang efektif.
Menjaga suhu tubuh agar tetap dalam batas normal merupakan salah satu kebutuhan
biologis yang menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Sistem tubuh
yang berperan dalam menjaga suhu tubuh tetap dalam batas norma adalah termoregulasi.
B. Saran
Diharapkan pihak rumah sakit khususnya ruangan Anak dapat memberikan informasi
dan pengetahuan kepada petugas kesehatan khususnya perawat untuk melakukan asuhan
keperawatan pada anak yang lebih baik lagi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah I.
Yogyakarta: Nuha Medika.
27