Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH EDUKASI UPAYA PENCEGAHAN DEMAM

THYPOID BERULANG TERHADAP PENGETAHUAN DAN


KETRAMPILAN CUCI TANGAN 6 LANGKAH

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Keperawatan

DEVA KUKUH ADITYA


1911010031

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
HALAMAN PERSETUJUAN

i
Karya tulis ilmiah yang diajukan oleh:

Nama : Deva Kukuh Aditya

NIM : 1911010031

Program Studi : Keperawatan D3

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Judul : Pengaruh Edukasi Upaya Pencegahan Demam

Thypoid Berulang Terhadap Pengetahuan Dan

Ketrampilan Cuci Tangan 6 Langkah

Telah diterima dan disetujui

Purwokerto,

PEMBIMBING

Ns. Tina Muzaenah, S.Kep.,M.Kep

NIK.2160778

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah melimpahkan kenikmatan iman,
kenikmatan kesehatan dan kenikmatan kesempatan sehingga penulis dapat
membuat karya tulis ilmiah ini dengan judul Gambaran Pengetahuan Cuci Tangan
6 Langkah sebagi upaya pencegahan Demam Thypoid berulang. Pembuatan karya
tulis ilmiah ini dibuat guna untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar
Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep) Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak akan
terlaksana sebagimana yang diharapkan apabila tidak ada bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan dan juga motivasi kepada penulis.
Dengan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Jebul Suroso, S.Kp., M.Kep., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
2. Dr. Ns. Umi Solikhah, S.Pd., S.Kep., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhamadiyah Purwokerto.
3. Ns. Endiyono, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Keperawatan D-
III yang telah memberikan berbagai informasi terkait tentang tata laksana
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Ns. Tina Muzaenah, S.Kep., M.Kep., selaku Dosen Pembimbing yang dengan
ikhlas telah memberi banyak bantuan, pengarahan, motivasi, serta pengajaran
dan waktu luangnya dalam membimbing dari awal proposal hingga
terselesaikannya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ns. Agus Santosa, S.Kep,. M.Kep,. selaku Dosen penguji yang telah
memberikan arahan dan masukan
6. Kedua orang tua saya Bapak Margono dan Ibu Sri Yuniati tercinta yang telah
memberikan do’a dan selalu memberikan motivasi dan semangat kepada saya
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

iii
7. Keluarga besar saya yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada
saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Terimakasih untuk adik saya, Berlian Aziz Wibowo yang selalu menemani dan
memberi saya semangat.
9. Terimakasih untuk Widi Muliana Hidayati yang telah memberi semangat, dan
selalu mensuport saya.
10. Terimakasih untuk sahabat saya Fitri Rahmawati yang telah membantu dan
memberikan semangat kepada saya.
11. Teman terdekat saya Ragil Anggraeni, sefty Eka W, Yuanita Asari, yang
senantiasa selalu memberikan, semangat, masukkan dan arahan untuk
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Teman satu Angkatan Keperawatan D-III tahun 2019 yang selalu memberikan
dukungan selama tiga tahun bersama ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu.
Semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan mereka yang tidak
dapat penulis balas dengan sempurna meskipun dengan hadirnya gelar Ahli Madya
didalam nama penulis, dan semoga dengan membagikan ilmunya menjadikan amal
yang jariyah
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun besar harapan penulis agar kiranya karya tulis ilmiah ini
dapat bermanfaat untuk orang lain yang membacanya dan bernilai positif.

Purwokerto, 08 Februari 2022

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ............................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................ 4
C. TUJUAN PENELITIAN ................................................................. 4
D. MANFAAT PENELITI .................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6
A. TEORI DASAR .............................................................................. 6
1. DEMAM TYPOID ................................................................... 6
2. PENGETAHUAN ................................................................... 10
3. EDUKASI ................................................................................ 13
4. CUCI TANGAN 6 LANGKAH .............................................. 14
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 20
A. RANCANGAN STUDI KASUS ................................................... 20
B. LOKASI DAN WAKTU .............................................................. 21
C. POPULASI ATAU SAMPLE ....................................................... 21
D. DEFINISI OPERASIONAL ......................................................... 22
E. INSTRUMEN STUDI KASUS ..................................................... 23
F. UJI VALIDITAS DAN RELABILITAS ......................................... 24
G. METODE PENGUMPULAN DATA ........................................... 26
H. ANALISA DATA ......................................................................... 27
I. ETIKA PENELITIAN .................................................................. 28

v
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 30

vi
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Kerangka Teori

TABEL 2.2 Kerangka Konsep

TABEL 3.1 Definisi Oprasional

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar SAP

Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 Kuisioner

Lampiran 5 Lembar Observasi

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi yang usus halus yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Penyakit Thypoid bisa ditularkan

melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi oleh bakteri

Salmonella thypi. Demam Thpoid banyak ditemukan diberbagai negara

berkembang yang terletak di daerah yang beriklim tropis dan subtropics

dengan angka kejadian yang masih terlalu tinggi yaitu 500 per 100.000

(Lolon, 2018). Sehingga Demam Thypoid masih menjadi salah satu masalah

utama kesehatan pada negara-negara yang beriklim tropis

Menurut WHO (World Health Organisation) diperkirakan angka

terjadinya kasus Thypoid di seluruh dunia mencapai sekitar 21 juta kasus

dengan 128.000 sampai 161.000 kematian disetiap tahunnya. Kasus yang

paling banyak ditemukan yaitu di bagian Asia Selatan dan Asia Tenggara

(WHO, 2018). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2016)

mengungkapkan kasus Thypoid di Indonesia menjadi urutan ke tiga dari 10

penyakit yang paling banyak ditemukan di rumah sakit yaitu sebesar 41.081

kasus dan sebanyak 276 kasus yang meninggal dunia (Indrayanti, 2017).

Sedangkan di Jawa Tengah dalam kurun waktu 3 tahun berturut-turut

menduduki peringkat ke 3 pada tahun 2014 ada 17.606 kasus, tahun 2015

terdapat 13.397 kasus, sedangkan pada tahun 2016 terjadi 244.071 kasus

demam thypoid (Kementrian kesehatan RI, 2012)

1
Demam Thypoid di Purbalingga belum bisa ditangani dengan baik,

dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan kabupaten Purbalingga

menunjukan peningkatan kasus dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.

Pada tahun 2013 terjadi sebanyak 12.446 kasus dengan Incidene Rate (IR)

14,11/1.000 penduduk. Pada tahun 2014, jumlah kasus Demam Thypoid

meningkat menjadi 14.387 kasus dengan IR sebesar 16,13/1000 penduduk

(DKK Purbalingga, 2014)

Demam Thypoid juga banyak dijumpai pada kehidupan masyarakat

perkotaan maupun perdesaan karena sangat erat kaitannya dengan sanitasi

lingkungan yang kurang bersih, perawatan diri dan perilaku masyarakat

(Mutiarasari dan Handayani, 2017). Menurut Nafiah (2018) demam

Thypoid masih sangat tinggi sehingga perlu dilakukannya pencegahan

diantaranya dengan menghindari konsumsi makanan yang kurang matang,

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menghindari makanan yang

kurang higenis, membiasakan membawa air minum dari rumah dan selalu

mebjaga sanitasi lingkungan. Penularan yang disebabkan Salmonella Thypi

sangat erat kaitannya dengan makanan dan minuman, dengan adanya

penularan tersebut maka yang berperan dari trasmisi bakteri melalui higyene

makan dan higyene personal (Kusuma, Saleh. Selviana, 2015). Higyene

personal masyarakat berkaitan erat dengan mencuci tangan 6 langkah

sebelum dan sesudah makan. penyakit ini juga termasuk dalam jenis

penyakit multifaktoral yang dapat menular melalui beberapa faktor seperti

2
umur, jenis kelamin, sanitasi lingkungan, pekerjaan, Pendidikan, personal

higyene, dan tempat tinggal penderita (Rustam, 2012)

Di Indonesia penyakit demam Thypoid masih sangat endemis yang

sangat mengancam kesehatan karena meningkatnya resistensi obat sehingga

menyulitkan dalam upaya pengobatan (Purba, et al. 2016). Demam Thypoid

juga dapat dicegah dengan menjaga kebersihan air dan makanan serta

mencuci tangan 6 langakah sebelum makan (Sharma et al, 2018)

Hand hygiene merupakan istilah cuci tangan 6 langakah

menggunakan air bersih dan sabun yang penting untuk dilakukan sebagai

salah satu cara untuk mengurangi terjadinya infeksi (Susilo, 2015). Promosi

kesehatan saat ini sangat penting dilakukan seperti program pemerintah

tentang cuci tangan pakai sabun yang saat ini sedang dilakukan dan

dibuktikan dengan adanya anjuran pemerintah kepada masyarakat untuk

selalu mencuci tangan 6 langkah untuk mencegah infeksi (Setkab, 2020)

Hand hygiene menjadi salah satu memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesehaytan fisik dan psikis. Orang yang sering

mencuci tangan 6 langkah yaitu mencerminkan perilaku hidup sehat dan

bersih, beberapa kebiasaan cuci tangan yang sering dilakukan yaitu sebelum

dan sesudah makan. Peningkatan Hand hhygiene perorangan yaitu salah

satu program pencegahan yakni perlindungan diri terhadap penularan

Demam Thypoid (Depkes RI, 2018)

Berdasarkan latar belakang diatas demam Thypoid masih menjadi

masalah di Indonesia dengan kurangnya kesadaran masyarakat untuk

3
menjaga kebersihan diri yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,

kesadaran masyarakat dapat terbentuk dari tingkat pengetahuannya

sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang Edukasi Upaya Pencegahan

Demam Thypoid Berulang Terhadap Pengetahuan dan Ketrampilan Cuci

Tangan 6 Langkah kepada pasien yang berada di rumah sakit

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Edukasi Upaya Pencegahan

Demam Thypoid Berulang Terhadap Pengetahuan dan Ketrampilan Cuci

Tangan 6 Langkah”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Edukasi Upaya Pencegahan Demam Thypoid

Berulang Terhadap Pengetahuan dan Ketrampilan Cuci Tangan 6

Langkah

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden

b. Mengetahui pengetahuan pencegahan demam Thypoid berulang dan

ketrampilan cuci tangan 6 langkah sebelum edukasi

c. Mengetahui pengetahuan pencegahan demam Thypoid berulang dan

ketrampilan cuci tangan 6 langkah setelah edukasi

4
d. Mendeskripsikan Pengaruh Edukasi Upaya Pencegahan Demam

Thypoid Berulang Terhadap Pengetahuan Dan Ketrampilan Cuci

Tangan 6 Langkah

D. Manfaat Peneliti

1. Bagi masyarakat umum

Penilitian ini diharapkan bisa menjadi pemberi informasi bagi

penderita, masyarakat luas untuk mencegah terjadinya demam Thypoid

berulang atau penanggulangan demam Thypoid

2. Bagi pengembang ilmu keperawatan

Penelitian ini diharapkan bisa berguna untuk menjadi tambahan

referensi terkait upaya pencegahan demam Thypoid berulang

3. Bagi penulis

Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan terkait edukasi upaya pencegahan demam

Thypoid berulang terhadap pengetahuan dan ketrampilan cuci tangan 6

langkah

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dasar

1. Demam Thypoid

a. Definisi

Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut berhubungan

dengan saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri salmonella thypi.

Demam thypoid akan sangat berbahaya apabila tidak segera

ditangani dengan baik dan benar bahkan dapat menyebabkan

kematian. Masalah menjadi tidak baik apabila muncul gambaran

klinik yang berat, demam tinggi (hiperpireksia), febris kontinua,

kesadaran yang sangat menurun (stupor, koma, atau derilium),

timbulnya komplikasi berat seperti dehidrasi dan asidosis, perforasi

(Purba et al, 2016)

Sedangkan menurut Ardiansyah demam Thypoid adalah

penyakit yang menyerang usus halus dan terkadang berada pada

saluran darah yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Thypi dan

Salmonella Parathypi A, B dan C, yang dapat menjadikan

gastroenteristis (keracunan makanan) atau septicemia (tidak

menyerang usus) (Ardiansyah, 2012)

6
b. Etiologi

Demam Thypoid muncul diakibatkan oleh bakteri jenis

salmonella yang masuk kedalam tubuh melalui system pencernaan

(mulut, esophagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar)

yang masuk bersamaan dengan makanan atau minuman yang sudah

terkontaminasi bakteri salmonella thypi. Penyebaran bakteri ini

melalui muntahan, urine, dan kotoran-kotoran orang penderita

demam Thypoid yang secara tidak langsung terbawa oleh kaki-kaki

lalat yang menghinggapinya kemudian dan lalat itu mengontaminasi

makanan, buah-buahan, maupun sayuran segar. Bakteri Salmonella

Thypi ini mampu berkembang dengan baik pada suhu 370C dan dapat

bertahan hidup dalam air yang beku, air tanah maupun air laut

(Inawati, 2017)

c. Patofisiologi

Bakteri salmonella thypi yang masuk kedalam tubuh melalui

makanan dan minuman, sebagian bakteri dapat dihancurkan oleh

asam lambung sebagian masuk ke usus halus dan menempel di

lapisan plague payeri sehingga bakteri menghasilkan protein yang

mengganggu usus dan memaksa sel usus untuk membentuk kerutan

yang melapisi bakteri dalam fasikel, bakteri akan menyebrang

melalui sitoplasma (Wibisono et al, 2014)

7
Setelah sampai di kelenjar getah bening selanjutnya bakteri

masuk ke aliran darah melalui duskus torasikus sehingga terjadi

bacteremia pertama yang asimtomatik. Salmonella Thypi

menghasilkan endotoksin yang berperan dalam inflamasi yang

menjadikan kuman berkembang biak sehingga memunculkan

demam selanjutnya perdarahan saluran cerna dapat terjadi apabila

proses patologis semakin berkembang (Wibisono et al, 2014)

d. Manifestasi Klinik

Menurut Wibisono, et al. (2014) Manifestasi klinik demam Thypoid

1) Nyeri kepala, lemas dan nyeri otot pada minggu pertama

2) Mengalami demam selama 3 minggu, dengan minggu pertama

suhu tubuh meningkat pada sore hari, minggu kedua tubuh terus

mengalami peningkatan, minggu ketiga suhu tubuh mulai turun

dan kondisi tubuh berangsur membaik

3) Gangguan saluran cerna yang ditandai dengan bau mulut, bibir

pecah-pecah, lidah terlihat putih dan kotor, mual dan tidak nafsu

makan

4) Penurunan kesadaran

e. Gejala

Demam Thypoid ditandai dengan munculnya demam di sore hari

dan serangkaian infeksi pada saluran pencernaan (Nelwan, 2012).

8
Ciri-ciri demam Thypoid

1) Demam yang terlalu tinggi pada sore hari hingga mencapai suhu

400C

2) Sakit kepala

3) Sakit tenggorokan

4) Nyeri abdomen disertai rasa lemas

5) Mual hingga muntah

6) Munculnya bitnik merah pada kulit

7) Nafsu makan menurun

f. Komplikasi

Menurut Lolon (2018), Komplikasi demam Thypoid ada 2 golongan

1) Komplikasi intestinal

a) Perdarahan

Terjadi setelah minggu pertama yang ditandai dengan suhu

tubuk menurun dan detak jantung meningkat

b) Perforasi usus

Terjadi setelah minggu pertama dan didahului oleh perdarahan

dan ditandai dengan nyeri abdomen yang kuat dan muntah-

muntah

2) Komplikasi eksternal

a) Hepatitis dan kholesistitis

b) Pneumonia atau bronkhoitis

c) Miokarditis toksik

9
d) Thrombosis dan flebitis

3) Komplikasi lain

a) Sumsum tulang

b) Nefritis

c) Parotitis

g. Upaya pencegahan demam Thypoid

Menurut Nafiah (2018) demam Thypoid masih sangat tinggi

sehingga perlu dilakukan pencegahan, diantaranya:

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

2) Menghindari konsumsi makanan dan minuman yang kurang

matang dan tidak higenis

3) Membiasakan membawa air minum dari rumah

4) Menjaga sanitasi lingkungan

2. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah suatu rasa keingintahuan melalui

proses sensori pada mata, telinga dan objek tertentu yang penting

terhadap perilaku terbuka, pengetahuan juga dipengaruhi oleh

faktor pendidikan (Notoatmodjo, 2014)

Pengetahuan memiliki dua aspek positif dan negatif yang

membentuk sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif yang

dimiliki seseorang maka akan menimbulkan sikap positif terhadap

objek tertentu (Notoatmodjo, 2014)

10
b. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengaetahuan seseorang terhadap suatu objek

memiliki intensitas atau tingkatan yang berbeda (Notoatmodjo,

2014). Secara garis besar ada 6 tingkat pengetahuan yaitu:

1) Tahu (Know)

Ukuran untuk melihat seseorang itu tahu yaitu apabila orang itu

dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan dan sebagainya

2) Memahami (Comperehention)

Memahami bukan hanya sekedar tahu tetapi dapat

menginterpresentasikan secara benar tentang objek yang

diketahui. Orang yang memahami harus bisa menjelaskan,

memberi contoh dan menyimpulkan

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek dan

dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan

atau memisahkan kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen suatu objek atau masalah

11
5) Sintesis (Syntesis)

Seintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum

pengetahuan yang sudah dimilikinya

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan penilaian terhadap suatu

objek tertentu

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah:

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang ain dalam meraih cita-cita

2) Pekerjaan

Suatu keburukan yang harus dilakukan demi kehidupan diri

dan keluarganya

3) Umur

Umur menjadi kekuatan seseorang dalam kematangan berfikitr

dan bekerja

4) Faktor lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar yang

sangat mempengaruhi perkembangan dan pemikiran baik

individu maupun kelompok

12
5) Social budaya

Social budaya pada masyarakat yang menciptakan pengaruh

sikap dalam menerima informasi

3. Edukasi

a. Devinisi

Edukasai atau bisa disebut dengan proses Pendidikan

adalah suatu perubahan perilaku yang dinamis, dimana

perubahan tersebut bukan hanya sekedar transfer materi dari

satu orang ke orang lain akan tetapi perubahan tersebut terjadi

karena adanya kesadaran diri sendiri pada individu, kelompok

maupun masyarakat (Mubarak dan Chayatin, 2009)

b. Tujuan

Menurut Mubarak dan Chayatin (2009) tujuan edukasi

yaitu:

1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri

2) Memhami apa yang dapat mereka laukan terhadap

permasalahannya

3) Memutuskan kegiatan apa yang paling tepat guna untuk

meningkatkan taraf hidup sehat

Sedangkan tujuan Pendidikan edukasi menurut Undang-

undang kesehatan No. 23 tahun 1992 maupun WHO yaitu

“meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan

13
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun social.

Pendidikaan di semua program kesehatan baik pemberantasan

penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat maupun

pelayanan kesehatan yang lainnnya

c. Manfaat

Manfaat dari edukasi itu sendiri yaitu:

1) Memberikan manusia pengetahuan yang luas

2) Mengembangkan kepribadian menjadi lebih baik

3) Menanamkan nilai-nilai yang positif bagi manusia

4) Untuk melatik manusia mengembangkan bakat yang dia

punya

4. Cuci tangan 6 langkah

a. Definisi

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia (2014) cuci tangan 6 langkah menggunakan air mengalir

dan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi untuk membersihkan

tangan dan jari menggunakan air dan sabun yang berguna untuk

memutuskan mata rantai bakteri sehingga dapat mencegah

terjadinya penularan infeksi dan menjadi salah satu upaya

pencegahan penyakit, cuci tangan 6 langkah harus sering dilakukan

karena tangan sering kali menjadi agen pembawa bakteri dan

menyebabkan pantogen dengan mudah berpindah dari satu orang ke

orang lain baik dengan berkontak langsung maupun tidak langsung

14
b. Waktu-waktu untuk cuci tangan 6 langkah

Ada beberapa waktu untuk mencuci tangan 6 langkah

menurut Anik (2013):

1) Pada saat tangan kotor setelah memegang sesuatu (memegang

uang, memegang binatang, memegang pintu, berkebun, bermain

dll)

2) Sebelum dan sesudah makan

3) Setelah BAB dan BAK

4) Sebelum memegang makanan

c. Manfaat

Manfaat mencuci tangan menurut Anik (2013):

1) Membunuh kuman, bakteri yang berada di tangan

2) Mencegah terjadinya penularan penyakit seperti demam Typoid,

Diare, Penyakit kulit

3) Tangan menjadi bersih dan terbebas dari bakteri

d. Cara mencuci tangan 6 langkah

Cara mencuci tangan 6 langkah menggunakan sabun dan air

mengalir Anik (2013) :

15
1) Basahi kedua telapak tangan sampai lengan memakai air yang

mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok dengan kedua

telapak tangan

Gambar 1. langkah-langkah mencuci tangan

2) Gosok kedua punggung tangan dan jari-jari secara bergantian

16
3) Telapak dengan telapak dan jari-jari saling mengait, gosok kedua

telapak tangan dan jari-jari

4) Letakan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling

mengunci

5) Jempol kanan digenggam menggunakan tangan kiri dan digosok

memutar, dan bergantian

17
6) Jari kiri menguncup gosok memutar pada telapak tangan kanan

dan sebaliknya, gosok kuku pada telapak tangan

7) Setelah selesai siramlah menggunakan air mengalir

e. Kerangka teori

Faktor yang Demam


mempengaruhi Thypoid
edukasi berulang

Pengetahuan Upaya Pencegahan

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah


makan (ketrampilan)
Edukasi 2. Menghindari konsumsi makanan dan
minuman yang kurang matang dan
tidak higenis
3. Membiasakan membawa air minum
dari rumah
4. Menjaga sanitasi lingkungan

2.1 kerangka teori


Sumber: Anik (2018)

18
f. Kerangka konsep

Berdasarkan masalah dan tujuan dari penelitian ini merupakan

model konseptual teori berhubungan faktor masalah penting

Edukasi upaya Pengetahuan dan


pencegahan Demam ketrampilan cuci
Thypoid berulang tangan 6 langkah

2.2 kerangka konsep


Keterangan:
: Diteliti
: Hubungan

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan studi Kasus

Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan metode pre experiment

dengan desain pre post test. Metode pre exsperimen adalah metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan (Sugiyono, 2013)

Di dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin mengetahui pengaruh

edukasi upaya pencegahan demam Thypoid berulang terhadap pengetahuan

upaya pencegahan demam Thypoid berulang dan ketrampilan cuci tangan 6

langkah pada penderita demam Thypoid di rumah sakit

X
O1 O2

Keterangan:

O1 : Pengetahuan upaya pencegahan demam Thypoid dan ketrampilan

cuci tangan 6 langkah sebelum edukasi

O2 : Pengetahuan upaya pencegahan demam Thypoid dan ketrampilan

cuci tangan 6 langkah setelah edukasi

X : Intervensi edukasi upaya pencegahan demam Thypoid berulang

20
B. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

2. Waktu

Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2022

C. Populasi atau sample

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek /

subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulan

(Notoatmodjo, 2012)

Populasi pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah semua pasien

demam Thypoid yang dirawat di ruang Penyakit dalam Rumah Sakit

2. Sample

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Apabila populasi terlalu besar maka peneliti

tidak akan mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya

keterbatasan dana, keterbatasan tenaga dan waktu, maka peneliti

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (sugiyono, 2018)

Sample dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah seluruh pasien

demam Thypoid yang dirawat di Ruang pengenyakit dalam Rumah

sakit yang memenuhi kriteria Inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria

inklusi dan eksklusi pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:

21
a. Kriteria Inklusi

1) Pasien menderita demam Thypoid

2) Paasien bersedia menjadi responden

3) Usia dewasa 18-40 tahun

b. Kriteria eksklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Memiliki penyakit penyerta

3. Teknik sampling

Teknik sampling adalah pengambilan sampel, untuk

menentukan sample yang akan digunakan untuk penelitian terdapat

berbagai macam Teknik sampling (sugiyono, 2015). Dalam karya

Tulis Ilmiah ini menggunakan Teknik accidental sampling yaitu

Teknik penentuan sampel berdasarkan apa yang ada tempat bertemu

dengan peneliti dan memenuhi kriteria

D. Definisi oprasional

Variable Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


oprasional
Umur Terhitung lama Mengisi Kuisioner 18-40 tahun Ordinal
hidup dari kuisioner
dilahirkan
sampai
dilakukan
penelitian
Jenis Lama waktu Mengisi Kuisioner 1. Laki-laki Ordinal
kelamin hidup atau ada kuisioner 2. Perempuan
sejak
dilahirkan
Pendidikan Pendidikan Mengisi Kuisioner 1. SD/Sederajat Ordinal
terakhir yang kuisioner 2. SMP/Sederajat
pernah 3. SMA/Sederajat
diselesaikan 4. Mahasiswa

22
Edukasi Penyuluhan Mengisi Kuisioner 1. Kurang: jika skor Edukasi
upaya kesehatan kuisioner <8
pencegahan tentang upaya 2. Baik: jika skor >8
pencegahan
demam
Thypoid
berulang dan
cuci tangan 6
langkah
Pengetahuan Informasi yang Mengisi Kuisioner 1. Kurang: jika skor Ordinal
upaya diketahui kuisioner <8
Pencegahan responden 2. Baik: jika skor >8
DT berulang tentang upaya
yang dapat
dilakukan
untuk
mencegah
terjadinya
demam
Thypoid
berulang
Ketrampilan Kemampuan Observasi Lembar Ceklist lembar Ordinal
cuci tangan responden observasi observasi
6 langkah melakukan
cuci tangan 6
langkah
dengan baik
dan benar
Tabel 3.1 definisi oprasional

E. Instrument Studi kasus

Instrument yang digunakan adalah kuisioner pengetahuan

menggunakan skala likert dimana responden diberikan 2 pilihan jawaban

yang berskala ordinal terhadap pernyataan dengan disajikan berupa tanda

ceklis (centang). Pada 12 pertanyaan yang diberikan yaitu Benar (Skor 1)

dan Salah (Skor 0) dimodivikasi dari kuisionernya

23
Untuk mengetahui ketrampilan Cuci Tangan 6 langkah

menggunakan lembar observasi yang telah tesedia dengan pilihan jawaban

0 (tidak dilakukan), 1 (dilakukan Tetapi salah), 2 (dilakukan dengan Benar)

F. Uji validitas dan reliabilitas

Adapun pengukuran uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

1. Uji validitas

Suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument. Yang dapat mengungkapkan data dari

variable yang diteliti secara tepat, dalam hal ini peneliti megunakan

kuisioner yang disusun secara tepat dan perlu diuji. Untuk menghitung

r atau korelasi dan tingkat signifikannya dapat menggunakan program

komputer. Rumus korelasi yang digunakan adalah rumus yang

digunakan oleh person yaitu korelasi product moment person. Setelah

itu dilihat dari indeks kolerasinya (r table)

Rumus Person Product Moment:

rxy = koefisien korelasi product moment

N = jumlah responden

Σx = jumlah skor individu tiap intem soal

Σy = jumlah sekor tiap individu

Nilai r yang dapat diperhitungkan rumus product moment

tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel, dengan taraf signifikasi 5%.

Secara keseluruhan uji validasi jika didapat rxy hitung lebih besar dari

24
rxy tabel maka intem penyataan dinyatakan valid. Dan jika rxy hitung

lebih kecil dari rxy tabel maka intem pertanyaan dikatakan tidak valid.

Pada Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan kuisioner yang diadopsi

dan telah dilakukan uji validitas oleh Siti Nur cholifah (2018) dengan nilai

validasi 0,415 gengan (r tabel 0,344)

2. Uji reliabilitas

Reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setelah

pertanyaan dinyatakan valid maka proses selanjutnya adalah menguji

reliabilitas kuisioner dengan cara komputerisasi menggunakan alpha

Cronbach. Teknik ini dapat digunakan menentukan apakah instrument

penelitian reliabel atau tidak. Pengukuran reabilitas menggunakan

bantuan software dengan rumus alpha Cronbach.0,60

Rumus alpha chronbach adalah

Ri = Koefisien reabilitas instrument

k = banyak butir pernyataan

total varian butir

Varian butir

Uji reabilitas ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS Versi 23

dengan Teknik uji alpha combach. Teknik ini dapat digunakan untuk

menentukan apakah suatu penelitian reliabel atau tidak. Dengan rumus

alpha combach > 0,60. Setelah didapat uji reabilitas maka nilai tersebut

25
dibandingkan dengan nilai uji reabilitas maka nilai tersebut disbanding

dengan nilai uji reabilitas tabel maka pernyataan dinyatakan reliabel.

Hasil nilai alpha combach variable pengetahuan pencegahan demam

Thypoid berulang 0,859. Berdasarkan nilai alpha combach tersebut

dapat disimpulkan bahwa kuisioner ini relibel atau konsisten. Sehingga

kuisioner ini dapat digunakan untuk penelitian

G. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dambil langsung dari responden menggunakan

metode kuisioner. Metode kuisioner adalah pengumpulan data melalui

pengkajian beberapa intem pertanyaan dan diberi jawaban oleh

responden dengan bentuk tertulis

2. Data sekunder

Data yang didapat dari pihak lain dan data tersebut sudah ada

3. Tahap pengumpulan data

a. Tahap persiapan

1) Mencari dan mengidentifikasi permasalahan

2) Peneliti berkonsultasi dengan pembimbing

3) Mengajukan pembuatan proposal

4) Peneliti menyusun proposal

5) Peneliti melakukan konsultasi proposal penelitian dengan

dosen pembimbing

6) Mendaftar seminar proposal

26
7) Mengurus surat ijin penelitian

b. Tahap pelaksanaan

1) Memberikan infoermed consent pada responden sebagai

bentuk persetujuan

2) Memberikan bolpoin kepada responden untuk mengisi

kuisioner

3) Melaksanakan pengambilan data dengan membagikan

kuisioner

4) Kuisioner yang sudah selesai diisi dikumpulkan kepada

peneliti dan peneliti memeriksa kelengkapan isi kuisioner

responden

5) Setelah data terkumpul, peneliti mulai melakukan pengolahan

data

H. Analisa Data

1. Anlisis univariat

Analisis univariat analisis yang digunakan untuk

menggambarkan kumpulan data yang berupa frekuensi, nilai

minimal-maksimal, mean, median, dan standar devrasi. Analisa

univariat pada Karya Tulis Ilmiah ini untuk mengetahui karakteristik

pengetahuan responden terhadap pengetahuan ketrampilan cuci

tangan sebelum dan sesudah edukasi

27
2. Analisis bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk

menganalisis hubungan antara variabel edukasi upaya pencegahan

demam Thypoid berulang dengan variabel pengetahuan upaya

pencegahan demam Thypoid berulang den ketrampilan cuci tangan

6 langkah.

Pada karya tulis ilmiah ini akan melihat pengaruh edukasi

upaya pencegahan demam Thypoid berulang terhadap pengetahuan

upaya pencegahan demam Thypoid berulang dan ketrampilan cuci

tangan 6 langkah pada pasien demam Thypoid dengan

menggunakan uji paired t-test

I. Etika Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah respoinden maka peneliti harus

menjaga perlindungan ha katas data responden. Penelitian studi kasus ini

penulis sebelum melakukan penelitian sudah mengajukan permohonan

perizinan kepada responden

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Informed consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden dengan bentuk lembar persetujuan

2. Anomianity (tanpa nama)

Digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek studi kasus tetapi peneliti bemberi kode

sebagai pengganti nama

28
3. Confidentialy (kerahasiaan)

Informasi yang telah dikumpulkan akan terjamin kerahasiaannya oleh

peneliti dan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu

4. Beneficence (Maanfaat)

Peneliti melaksanakan studi kasus sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi

subjek studi kasus

29
DAFTAR PUSTAKA

Anik, M. (2013). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info
Media
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Pres
Bagian Pengendalian Penyakit. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga.
Purbalingga: Dinkes Kabupaten Purbalingga.
Christenson, J.C. (2013). Salmonella infection. Pediatr Rev 34:375-383
Cholifah, S. N. (2018). Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesalahan Dengan
Kejadian Demam Thypoid Pada Orang Dewasa di puskesmas Balerejo
Kabupaten Madiun. Madiun. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Depkes RI. (2018).
http://www.pusdatin.kemenkes.go.id/folder/view/01/stucture.publikasi-
pusdatin-info-datin-htlm. Diakses maret 2021
Inawati. (2017). Demam Typhoid.Artikel Kesehatan Departemen Patologi Anatomi
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Kemenkes, RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: kementrian
kesehatan RI
Kusuma, B. F., Saleh, I., Selviana. (2015). (Jurnal Mahasiswa dan Penelitian
Ilmiah), 41-53. JUMANTIK
Lolon, Maria M. (2018). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem system
pencernaan (demam Thypoid). Karya Tulis Ilmiah, Prodi DIII Keperawatan.
Kendari; Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan
Kendari
Mubarak, W.I, Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Nafiah, F. (2018). Kenali Demam Thypoid Dan Mekanisme.Yogyakarta: budi
Utama
Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2016). Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi. 4. Jakarta: Salemba Medika
Oktavia, N. (2015). Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Ed.1. Yogyakarta:
Deepublish
Purba, E, I, Wandra, T, Nugrahini N. (2016). Program Pengendalian Demam Tifoid
di Indonesia: Tantangan dan Peluang, Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 26 (2): 99-108

30
Ruztam, M, Z. (2012). Hubungan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Demam
Tifoid pada Pasien Rawat Inap di RSUD Salewangan Maros. Jurnal
IlmiahKesehatan STRADA.p:58-63
Setkab. (2020). Achmad Yurianto: Cuci Tangan Lebih Efektif Gunakan Sabun dan
Air Mengalir. In Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Sharma T, Bhatnagar S, Tiwari A. (2018). Thypoid Diagnostic. Looking Beneath
the Surface. J Clinical Diagnostic. 12: 01-07
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan kuantitatif, kualitatif R&D.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung.
Alfabeta
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Susilo, D. B. (2015). Kepatuhan Pelaksanaan Kegiatan Hand Hygiene Pada
Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit X Surabaya Comliance Implementation
Hand Hygiene. Dwi Bagus Susilo,2(2), 200-204.
Wibisono Elita et al. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: CV. Trans Info
Media

31

Anda mungkin juga menyukai