Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN ELIMINASI

Disusun Oleh :
Ambring Mujiarti (2011010028)

PRODI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021/2022
A. Konsep Kebutuhan Eliminasi

1. Definisi
Eliminasi adalah suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak
diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu eliminasi
urin dan eliminasi fekal. Eliminasi urin adalah system perkemihan dimana
system ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Eliminasi fekal
bersangkutan dengan saluran pencernaan, dimana saluran ini yang menerima
makanan dari luar dan diserap oleh tubuh.
2. Fisiologi Proses Eliminasi Dalam Tuhuh
a. Ginjal Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang
buncis, berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi
kolumna vertebra posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot
punggung bagian dalam. Ginjal terbentang dari vertebra torakalis ke-12
sampai vertebra lumbalis ke-3. Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih
tinggi 1,5 – 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hati.
b. Ureter Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute
keluar pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan
yang memiliki panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang
dewasa. Ureter membentang pada posisi retroperitonium untuk
memasuki kandung kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada
sambungan ureter ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter
kekandung kemih umumnya steril.
c. Kandung kemih Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos
yang terdiri dari dua bagian besar : Badan (corpus), merupakan bagian
utama kandung kemih dimana urin berkumpul dan, leher (kollum) dan
berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher
kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan
uretra.
d. Uretra Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari
tubuh melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang
mengalami turbulansi membuat urin bebas dari bakteri.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi
Proses penyakit dapat mempengaruhi fungsi ginjal (perubahan volume
atau kualitas urin), Tindakan eliminasi urin atau keduanya. Kondisi yang
mempengaruhi volume dan kualitas umumnya dikategorikan sebagai
pererenal, renal, atau postrenal. Berkurangnya aliran darah ke dan melalui
ginjal, kondisi penyakit dari jaringan ginjal dan obstruksi di saluran kemih
bawah yang menghalangi aliran urin dan ginjal terkadang mengubah fungsi
ginjal.
Faktor sosiokultural dapat mempengaruhi proses eliminasi urin karena
tingkat privasi yang diperlukan untuk buang air kecil setiap orang bervariasi
dengan norma-norma budaya. Faktor psikologis dimana kecemasan dan stress
emosional dapat menyebabkan rasa urgensi dan peningkatan frekuensi buang
air kecil. Sedangkan keseimbangan cairan berpengaruh berdasarkan asupan
makanan dan cairan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan buang air kecil antara
lain faktor usia, pertumbuhan dan perkembangan, lingkungan, Riwayat
pengobatan serta tonus otot. Masalah dengan buang air kecil juga dapat
berasal dari dehidrasi.
4. Gangguan pada Eliminasi
 Reterensi urin yaitu akumulasi urin akibat ketidakmampuan kandung
kemih untuk mengosongkan dengan benar.
 Infeksi saluran kemih yaitu perawatan kesehatan yang paling umum.
 Inkontinasia urin yaitu kebocoran urin yang tidak disengaja.
 Urinary diversions yaitu cedera radiasi pada kandung kemih atau
infeksi saluran kencing.
B. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Pola berkemih
2) Gejala dari perubahan berkemih
3) Faktor yang memengaruhi berkemih
b. Pemeriksaan fisik
1) Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
2) Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan
vagina.
3) Genetalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum
c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan urine (urinalisis) 

2) Warna : (N : jernih) 

3) Penampilan : (N : jernih) 

4) Bau (N : beraroma) 

5) pH : (N : 4,5-8,0)

6) Berat jenis  (N : 1,005 – 1,030) 

7) Glukosa  (N : negatif) 

8) Keton  (N : negatif)

9) Kultur urine (N: kuman patogen negatif)

2. Diagnosa Keperawatan
a. . Gangguan pola eliminasi urine : inkontinensia
Definisi : kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran
urine.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Infeksi saluran kemih
2) Trauma medulla spinalis
3) Inkontinensia
4) Keinginan berkemih yang segera
5) Sering ke toilet
6) Menghindari minum
7) Setiap berkemih kurang gizi dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.
b. 2. Retensi urine
Definisi : kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder
secara tuntas..
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Trauma
2) Pembedahan
3) Tidak tuntasnya pengeluaran urine
4) Infeksi saluran kemih
5) Pembedahan besar abdomen
c. Perencanaan
Tujuan yang diharapkan dianosa 1 : 

1) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam. 

2) Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine. 

3) Klien berkemih dalam keadaan rileks 

Tujuan yang diharapkan diagnose 2 :

1) Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam 


2) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada 
d. Intervensi
1) mengurangi / menghindari inkontinensia
2) menguatkan otot dasar pelvis
3) membantu mencegah distensi atau komplikasi
4) meningkatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi bladder
e. Daftar pustaka
Hidayat, A.Aziz, dkk. 2008. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Untuk
Kebidanan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan
klasifikasi. Jakarta: EGC
Potter, P.A dan Perry. A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan
Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai