Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ELIMINASI URINE

Disusun oleh:

Dede Tatang Kurniawan

4338114401210056

Stikes Horizon Karawang

Program study Diploma 3 Keperawatan


LAPORAN PENDAHULUAN

ELIMINASI URINE

A. Laporan pendahuluan
Eliminasi Urine rine
B. Konsep Dasar Eliminasi Urine
1. Pengertian

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang melalui ginjal
berupa urin maupun melalui gastrointestinal yang berupa fekal. Pada eliminasi urine sistem yang
berperan adalah sistem perkemihan, seperti ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra ( Kozier, B., et. all,
2011 )

2. Fisiologi Eliminasi Urine

a . Ginjal

Ginjal adalah bagian tubuh yang sangat penting. Fungsi ginjal sebagai penyaring darah dari sisa-sisa
metabolisme menjadikan keberadaanya tidak bisa tergantikan oleh organ tubuh lainnya. Kerusakan atau
gangguan ginjal menimbulkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh. Ginjal bentuknya seperti
kacang, terdiri dari 2 bagian kanan dan kiri. Produk buangan (limbah) hasil metabolisme yang terkumpul
dalam darah melewati arteri renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20 % - 25 % curah jantung
bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap 1 ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit
pembentukan urine di Glomerulus.

b. Ureter

Ureter Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal ke bladder melalui ureter.
Panjang ureter dewasa 25-30 cm dan berdiameter1.25 cm. Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan, yaitu
lapisan dalam membran mukosa, lapisan tengah otot polos yang mentransfor urine melalui ureter
dengan gerakan peristaltik yang distimulasi oleh distensi urine dikandung kemih, lapisan luar jaringan
fibrosa menyokong ureter. Adanya obstruksi di ureter atau batu ginjal, menimbulkan gerakan peristaltik
yang kuat sehingga mencoba mendorong dalam kandung kemih, hal ini menimbulkan nyeri yang sering
disebut KOLIK GINJAL.

c. Kandung kemih

Kandung kemih adalah organ yang berbentuk seperti kantung dan terletak di panggul, di belakang tulang
kemaluan. Sebagai bagian sistem sekresi, fungsi utamanya adalah menyimpan urin dari ginjal hingga siap
untuk dikeluarkan. Organ ini terdiri dari beberapa lapisan jaringan otot yang dapat menampung urin
sebanyak 600 mL.

d. Uretra
Uretra merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh, kontrol pengeluaran pada spinter
eksterna yang dapat dikendalikan oleh kesadaran kita. Dalam kondisi normal,aliran urine yang
mengalami turbulasi membuat urine bebas dari bakteri, karena membran mukosa melapisi uretra
mesekresi lendir bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa mencegah masuknya bakteri.
Panjang uretra wanita lebih pendek 4 – 6.5 cm, sehingga menjadi faktor predisposisi infeksi saluran
kemih, sedangkan pria panjangnya 2 cm.

e. Proses Berkemih

Pada orang normal proses berkemih ini terdiri dari dua langkah, pertama kandung kemih secara
progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang dan kemudian timbul
refleks sarafyang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang akan berusaha mengosongkan kandung
kemih.

Komposisi urine

1) air (96%)
2) Larutan (4)
a). Larutan organik merupakan pelarut yang umumnya mengandung atom karbon dalam
molekulnya.
b). Larutan anorganik merupakan pelarut selain air yang tidak memiliki komponen organik di
dalamnya.
3. Pathways Eliminasi Urine
Pathways gangguan eliminasi urine
Bahan organik dan anorganik

Presipitasi kristal

Pembentukan inti baru

Mengadakan agregasi dan menjadikan kristal

Menempel di saluran kemih


Batu saluran kemih

Pembesaran kristal Otot detrusor tidak stabil

Kehilangan fungsi kognitif Obstruksi kandung kemih

Penurunan fungsi oto detrusor penyempitan uretra dan uretra Tekanan intravesika mng

Inkontinensia urine fungsional gangguan eliminasi urine Kontraksi kandung kemih invltr

Retensi urin Inkontinensia urine urgensi

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine

a. Diet dan asupan

Diet dan Asupan (intake) Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi
output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.

b. Respon keinginan untuk berkemih


Respons Keinginan Awal untuk Berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk
berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi
ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

c. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya
terhadap tersedianya fasilitas toilet.
d. Stres psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
e. Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih
menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
f. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut
dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang
air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
g. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus 8. Sosiokultural
Budaya.
h. Sosiokultural
dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada
masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
i. Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih mengalami kesulitan untuk berkemih dengan
melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
j. Tonus otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih,
otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine
11. Pembedahan Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan pemberian obat anestesi,
menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat mempengaruhi jumlah produksi urine.

k. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine,
sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
l. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomelurus yang dapat menyebabkan penurunan
jumlah reproduksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.
5. Perubahan produksi urine
Menurut kozier, B., ett. all (2011) berikut perubahan dari produksi urine:
a. Poliura
Poliura atau diuresis adalah produk urine dalam jumlah besar yang tidak normal oleh ginjal.
b. Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria digunakan untuk menggambarkan penurunan haluaran urine.
6. Perubahan eliminasi urine
Berikut merupakan
a. Frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih adalah berkemih dengan interval atau lebih sering dari biasanya.
b. Nokturia
Nokturia adalah berkemih dua kali atau lebih di malam hari.
c. Urgensi
Urgensi ( desakan) adalah perasaan seseorang harus berkemih.
d. Disuria
Disuria adalah sakit dan susah pada saat berkemih.
e. Retensi urine
Retensi urine merupakan kondisi dimana terjadinya gangguan pada saat melakukan
pengosongan kandung kemih.
f. Kandung kemih neurogonic
Kandung kemih neurogonic adalah suatu kondisi tidak dapat merasakan penuhnya pada
kandung kemih dan tidak mampu mengontrol sfingter kemihnya.
C. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pada riwayat keperawatan hal-hal yang harus dikaji, antara lain
a. Pola berkemih
1) Frekuensi (beberapa kali/perhari)
2) Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
3) Apa penyebabnya?
b. Gejala dan perubahan berkemih
1) Apakah klien sebelumnya pernah mengalami gejala seperti ini?
2) Apa penyebabnya?
c. Faktor yang mempengaruhi berkemih
1) Apa yang mempengaruhi faktor berkemih?
2) Deskripsi urin
3) Warna
4) Bau
5) Kejernihan
5. Pemeriksaan fisik: data focus
1) Abdomen
a) Inspeksi : amati abdomen untuk melihat bentuknya, kesimetrisan, adanya distensi atau
gerak peristaltic
b) Auskultasi : dengarkan bising usus, perhatikan intensitas, frekuensi, dan kualitasnya
c) Perkusi : mengetahui adanya distensi berupa cairan, masa, atau udara. Mulailah dari
bagian kanan atas dan seterusnya.
d) Palpasi: mengetahui konsistensi abdomen serta adanya nyeri tekan atau masa di
permukaan Abdomen.
2) Genitalia wanita
a) Inspeksi : amati daerah perinceal untuk melihat adanya tanda-tanda inplamasi nobul,
lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jumlah vagina.
3) Genitalia laki-laki
a) Inspeksi : amati untuk melihat adanya kebersihan, adanya lesi, tendermes
b) Palpasi : rasakan adanya pembesaran skronum
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan urin
Hal yang dikaji adalah warna, kejernihan, dan bau urine untuk melihat kejanggalan
dilakukan pemeriksaan protein, glukosa, dll
b) Tes darah
Hal yang dikaji BUN, bersih kreatinin, nitrogen non protein, sistoskopi, intravenus dan
pyelogram
2) Pemeriksaan diagnostic
a) Pyelogram intra vena
Memvisosialisasi duktus dan pelvis renalis serta memperlihatkan ureter, kandung kemih
dan uretra.
b) Sitoure Terogram pengosongan ( volding cystoure terogram )
Pengisian kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter. Di ambil foto salut kemih
bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan kandung kemih.
c) Ultra sonografi
Alat ini menggunakan gelombang suara yang tidak dapat di dengar, berfiekuensi tinggi,
yang memantul dari struktur jaringan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang akan muncul adalah
a. Gangguan Eliminasi Urin ( D. 0149 )
b. Inkontinensia Urin Fungsional ( D. 0044 )
c. Inkontinensia Urin Urgensi ( D. 0047 )
d. Retensi Urin ( D. 0050 )
F. Daftar Pustaka
Carpernito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14 Ed.
Philadelphia: Lippincott Willams & Wilkins
Ackley, B. J., Ladwig. G. B., & Mwkic, M. B. F. (2017). Nursing Handbook, An Evidence-Based
Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis: Elsevier.
Sparks & Taylor (2011). Nursing Diagnosis Pocket Guide. Philadelphia: Lippincott Willam &
Wilkins
McKinnon. K., et al. (2011). Predictors of acture urinary retention after transurethral resection
of the peoslate: a retrospective chart audit. Urologic Nursing. 31(4), 207-213

Anda mungkin juga menyukai