Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERTOLONGAN ELEMINASI URINE (BAK)


DAN ALVI FEKAL (BAB)

Disusun Oleh :

Nama : 1. Serli Astuti


2. Intan Aulya Syahfitri
3. Rumiyati
4. Ari Zona

SMK NEGERI 13 SAROLANGUN


TAHUN AJARAN 2021 / 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses). Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang
normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan
bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor,
pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta
pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit
dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak
mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal lingkungan
rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan
kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawatan
harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu eliminasi?
2. Apa itu Eliminasi Urine ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi alvi?
4. Apa saja gangguan eliminasi urine dan fekal?
5. Apa tindakan mengatasi masalah eliminasi urine?
6. Apa itu Eliminasi Alvi ?
7. Bagaimana Proses Buang Air Besar (Defekasi) ?
8. Apa saja Gangguan/Masalah Eliminasi Alvi ?
9. Apa saja Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi ?
10. Bagaimana Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar) ?
BAB II

PEMBAHASAN

 2.1 Pengertian Eliminasi


Merupakan proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa urin dan alvi.
Kebutuhan eliminasi ini dibagi menjadi 2, yaitu eliminasi urin dan eliminasi alvi. Jenis-jenis
eliminasi :
A. Eliminasi Urin (Bak)
Eliminasi urin merupakan kebutuhan manusia dimana berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia dan menjaga homeostasis tubuh.
1. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine

a. Ginjal
Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh dan juga
menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urin. Bagian ginjal terdiri atas
nefron dimana melalui nefron urin disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal. Kemudian di
salurkan melalui ureter ke kandung kemih.
b. Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni
(urin). Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan moboris ke otot lingkar
bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi
kendur dan terjadi kontraksi sphingter bagian dalam sehingga urin tetap tinggal dalam
kandung kemih.
c. Uretra
Uretra berfungsi untuk menyalurkan urin ke bagian luar
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria ( kandung kemih ). Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250-400 cc (dewasa) dan
200-250 cc (anak-anak). Setelah menerma rangsang lalu diteruskan melalui medulla spinalis
ke pusat pengontrol di korteks serebral. Selanjutnya otak memberi rangsangan (impuls)
melalui medulla spinalis ke neuro motoris. Di daerah seleral,terjadi nkontraksi otot ditrusor
dan di relaksasi otot sphincter internal.
Urine dilepaskan dari vesica urinaria,tetapi masih tetahan untuk spikter eksternal. Jika
waktu memungkinkan spinc eksternal akan relaksasi dan mengeluarkan urine. Dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa factor dimana
jika faktor-faktor ini mengalami masalah atau tidak bekerja dengan baik maka akan
menimbulkan gangguan-gangguan pada eliminasi urine. Berikut ini beberapa faktor dan
gangguan yang terjadi dalam eliminasi urine

B. Faktor Eliminasi Urin


1. Diet dan asupan (intake)
jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi out put urine.
2. Respon
Kebiasaan mengabaikan keinginan untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak
tertahan didalam vesika urrinaria sehingga mempengaruhi jumlah pengeluaran hidup
3. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine seperti diabetes mellitus dan
lain-lain

C.  Gangguan-Gngguan Eliminasi Urin


1. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinesianjika tidak
berkemih.
2. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih.
3. Inkontinensia urin
Ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap dalam mengontrol
eskresi.
4. Perubahan pola eliminasi urin
Keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urin karena obstruksi
anatomis kerusakan motorik sensorik dan infeksi saluran kemih.

D. Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urin


a. Pengumpulan urin untuk bahan pemeriksaan
- Pengambilan urin biasa
Pengambilan urin biasa merupakan pengambilan urin seperti buang air kecil
biasa digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dealam urin dan lain-lain.
- P.U.S
Menggunakan alat steril, biasanya dilakukan dengan kateterisasi.
- P.U.S 24 jam
Bertujuan untuk mengetahui jumlah urin selama 24 jam dan mengukur berat
jenis, asupan dan output serta fungsi ginjal.
b. Buang air kecil dengan urineal
Hal ini dilakukan untuk menampung urin dan mengetahui kelainan dari urin
(warna dan jumlah) pada pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri.
c. Melakukan keteterisasi
Tindakan memasukkan kateter ke dalam kantong kemih melalui uretra.
Kateterisasi terbagi menjadi 2 tipe intermiten (straight kateter) dan tipe indwelling
(foley kateter)
Tipe intermiten
a. Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi.
b. Retensi akut setelah trauma uretra.
c. Tidak mampu berkemih akibat obat sedaktif atau analgesik.
d. Cedera tualng belakang.
e. Degenerasi neuromuskular secara progresif.
f. Untuk mengeluarkan urine residual.
Tipe indwelling
a. Obstruksi aliran urine.
b. Post op uretra dan struktur disektitarnya (TUR-P).
c. Obstruksi uretra.
A. Eliminasi Alvi (BAB)
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (BAB) adalah sistem
gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar pada batas antara usus besar
dan ujung usus halus terdapata katup iieocaecal. Katup ini biasanya mencegah zat yang
masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk kembali
keusus halus. Produk buangan yang memasuki usus besar isinya berupa cairan. Setiap hari
saluran anus menyerap sekitar 800-1000 ml cairan.

B. Proses Buang Air Besar (Defekasi)

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar
terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak dimedula dan sum
sum tulang belakang. Apa bila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam
akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defekasi dirangsang untuk buang air besar
kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu
menguncup atau mengendor . Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak
direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai
macam mikroorganisme, sekresi klenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh.

Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu
pertama, refleks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam
rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexsus mesenterikus merangsang gerakan
peristaltik, dan akhirnya feses sampai dianus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka
terjadilah proses defekasi. Kedua , reflek defekasi para simpatis. Adanya feses dalam rektum
yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsnag kekolon desenden, kemudian
kesigmoid, lalu ke rektum dengangerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingter
interna, maka terjadi lah proses defekasi saat sfingter internal berelaksasi.

C. Gangguan/Masalah Eliminasi Alvi

1. Konstipasi
Kontipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi
mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau
keras,atau keluarnya tinja terlalu keras dan kering.
Tanda klinis :
a. adanya feses yang keras.
b. defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. menurunnya bising usus.
d. adanya keluhan pada rektum.
e. nyeri saat mengejan dan defekasi.
f. adanya perasaan masih ada feses.

Kemungkinan penyebab :
a. defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebropinalis,
CVA(cerebro vaskular accident) dll.
b. pola defekasi yang tidak teratur.
c. nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. penggunaan obat seperti antasida,laksantif,atau anaestesi.
f. proses menua(usia lanjut).

2. Diare
Diare merupakan keeadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa
mual dan muntah.
Tanda klinis :
a. Adanya pengeluaran feses cair.
b. Frekuensi lebih dari 3kali sehari.
c. Nyeri atau kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.
Kemungkinan penyebab :
- Malabsorpsi atau inflamasi, proses inferksi
- Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.
- Efek tindakan pembedahan usus.
- Efek penggunaaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain.
- Sters psikologis
3. Inkontinensia usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses
defekasi normal mengalami proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut
juga sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
4. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung atau usus.
5. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabkan karena konstipasi,
perenggangan saat defekasi dll
6. Fecal impaction
Merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi materi feses yang berkepanjangan.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi


1. Usia
2. Diet
3. Asupan Cairan
4. Aktivitas
5. Pengobatan
6. Gaya Hidup
7. Penyakit
8. Nyeri

D. Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)

a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan


Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan
untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dn
pemeriksaan kultur (pembiakan).
b. Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot
Menolong buang air besar dengan mengunakan pispot merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara
sendiri dikamar kecil dengan cara membantu menggunakan pispot (penampung)
untuk uang air besar ditempat tidur, dengan tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi
alvi.
c. Memberikan hukna rendah
Merupakan tinadakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke
kolon desenden dengan menggunakan kanula rekti melalui anus,yang bertujuan untuk
mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi
makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi
pasien yang mengalami kesulitan dalam buang air besar.
d. Membrikan huknah tinggi
Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asenden dengan menggunakan kanula
usus, dengan tujuan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah atau untuk
prosedur diagnostik.
e. Membersihkan gliserin
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan gliserin
kedalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin,bertujuan merangsang
peristaltik usus,sehungga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang
mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk persiapan operasi.
f. Mengeluarkan feses dengan jari
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan jari kedalam rectum
pasien cara ini digunakan untuk mengambil atau mengahancurkan masa feses
sekaligus mengeluarkannya.indikasi tindakan ini apabila massa feses terlalu keras dan
dalam pemberian enema tidak berhasil, konstipasi serta terjadi pengerasan feses pada
lansia yang tidak mampu di keluarkan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua yaitu kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan
eliminasi alvi. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine :
a. Diet Keinginan Untuk Berkemih
b. Stress
c. Asupan
Gangguan eliminasi urine adalah retensi urine dan enurisis. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi kebutuhan eliminasi alvi adalah:
a. Usia
b. Diet
c. Asupan
d. Cairan
e. Gaya hidup
f. Aktifitas
g. Kebiasaan
Gangguan eliminasi alvi adalah konstipasi diare kembung dan hemorod.

3.2 Saran
- Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine ataupun eliminasi alvi dalam
kehidupan sehari-hari.
- Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urin atau alvi agar tidak terjadi gangguan-
gangguan yang tidak di inginkan.
- Melakukan pola hidup sehat

Anda mungkin juga menyukai