Disusun Oleh :
PEMBAHASAN
a. Ginjal
Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh dan juga
menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urin. Bagian ginjal terdiri atas
nefron dimana melalui nefron urin disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal. Kemudian di
salurkan melalui ureter ke kandung kemih.
b. Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni
(urin). Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan moboris ke otot lingkar
bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi
kendur dan terjadi kontraksi sphingter bagian dalam sehingga urin tetap tinggal dalam
kandung kemih.
c. Uretra
Uretra berfungsi untuk menyalurkan urin ke bagian luar
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria ( kandung kemih ). Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250-400 cc (dewasa) dan
200-250 cc (anak-anak). Setelah menerma rangsang lalu diteruskan melalui medulla spinalis
ke pusat pengontrol di korteks serebral. Selanjutnya otak memberi rangsangan (impuls)
melalui medulla spinalis ke neuro motoris. Di daerah seleral,terjadi nkontraksi otot ditrusor
dan di relaksasi otot sphincter internal.
Urine dilepaskan dari vesica urinaria,tetapi masih tetahan untuk spikter eksternal. Jika
waktu memungkinkan spinc eksternal akan relaksasi dan mengeluarkan urine. Dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa factor dimana
jika faktor-faktor ini mengalami masalah atau tidak bekerja dengan baik maka akan
menimbulkan gangguan-gangguan pada eliminasi urine. Berikut ini beberapa faktor dan
gangguan yang terjadi dalam eliminasi urine
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar
terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak dimedula dan sum
sum tulang belakang. Apa bila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam
akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defekasi dirangsang untuk buang air besar
kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu
menguncup atau mengendor . Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak
direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai
macam mikroorganisme, sekresi klenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu
pertama, refleks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam
rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexsus mesenterikus merangsang gerakan
peristaltik, dan akhirnya feses sampai dianus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka
terjadilah proses defekasi. Kedua , reflek defekasi para simpatis. Adanya feses dalam rektum
yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsnag kekolon desenden, kemudian
kesigmoid, lalu ke rektum dengangerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingter
interna, maka terjadi lah proses defekasi saat sfingter internal berelaksasi.
1. Konstipasi
Kontipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi
mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau
keras,atau keluarnya tinja terlalu keras dan kering.
Tanda klinis :
a. adanya feses yang keras.
b. defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. menurunnya bising usus.
d. adanya keluhan pada rektum.
e. nyeri saat mengejan dan defekasi.
f. adanya perasaan masih ada feses.
Kemungkinan penyebab :
a. defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebropinalis,
CVA(cerebro vaskular accident) dll.
b. pola defekasi yang tidak teratur.
c. nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. penggunaan obat seperti antasida,laksantif,atau anaestesi.
f. proses menua(usia lanjut).
2. Diare
Diare merupakan keeadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa
mual dan muntah.
Tanda klinis :
a. Adanya pengeluaran feses cair.
b. Frekuensi lebih dari 3kali sehari.
c. Nyeri atau kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.
Kemungkinan penyebab :
- Malabsorpsi atau inflamasi, proses inferksi
- Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme.
- Efek tindakan pembedahan usus.
- Efek penggunaaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain.
- Sters psikologis
3. Inkontinensia usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses
defekasi normal mengalami proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut
juga sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
4. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung atau usus.
5. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabkan karena konstipasi,
perenggangan saat defekasi dll
6. Fecal impaction
Merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi materi feses yang berkepanjangan.
3.1. Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua yaitu kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan
eliminasi alvi. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine :
a. Diet Keinginan Untuk Berkemih
b. Stress
c. Asupan
Gangguan eliminasi urine adalah retensi urine dan enurisis. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi kebutuhan eliminasi alvi adalah:
a. Usia
b. Diet
c. Asupan
d. Cairan
e. Gaya hidup
f. Aktifitas
g. Kebiasaan
Gangguan eliminasi alvi adalah konstipasi diare kembung dan hemorod.
3.2 Saran
- Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine ataupun eliminasi alvi dalam
kehidupan sehari-hari.
- Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urin atau alvi agar tidak terjadi gangguan-
gangguan yang tidak di inginkan.
- Melakukan pola hidup sehat