Anda di halaman 1dari 7

Laporan Pendahuluan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

Pembimbing: Tutik Agustini, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


KEBUTUHAN ELIMINASI

DISUN OLEH:

Nama : Latifah Rahmawati Bauw


Stambuk : 14220220025
Kelas : B1

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI

A. DEFINISI
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa – sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan dapat melalui urin atau feses. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostasis melalui pembuangan feses dan urin. (Wartonah, 2017)
Eliminasi urin adalah pengosongan kandung kemih yang lengkap.(SLKI,
2018)
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa feses yang
berasal dari saluran pencernaan, kemudian dikeluarkan melalui anus. (Cynthia, Dea
Laras 2018). Gangguan eliminasi urine adalah keadaan Ketika seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine (Lynda Juall Carpenito-
Moyet, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13, 2010).
Masalah – masalah eliminasi urine :
1. Inkontinensia urine
Merupakan ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia : pertama, stress
inkontinensia yaitu stress yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen
meningkat seperti pada saat tertawa. Kedua, urge inkontinensia yaitu
inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi
akibat infeksi saluran kemih bagian bawah bladder.
2. Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan bladder
untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine
yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250-400ml.
(Tarwoto Martonah, 2006)
B. TANDA DAN GEJALA
1. Inkontinensia urine
a. Ketidakmampuan pasien dalam menahan BAK sebelum mencapai toilet tepat
waktu.
b. Ketidakmampuan pasien untuk mengontrol eksresi urine.
2. Retensi urine
a. Data mayor (harus terdapat, satu atau lebih)
1) Distensi kandung kemih
2) Distensi kandung kemih
3) Distensi kandung kemih dengan sering berkemih atau menetes
4) Residu urine 100 cc atau lebih
b. Data minor (mungkin terdapat)
1) Individu menyatakan bahwa kandung kemihnya tidak kosong setelah
berkemih

C. ETIOLOGI
1. Usia
2. Diet
3. Asupan cairan
4. Aktivitas
5. Pengorbanan
6. Gaya hidup
7. Penyakit
8. Nyeri
9. Kehamilan
D. PATOFISIOLOGIS
Saluran kencing adalah satu jenis untuk mengeluarkan kotoran beberapa garam
organis produk – produk buangan yang mengandung nitrogen dan air disingkirkan
dari aliran darah dikumpulkan dan dibuang atau dibuang atau dikeluarkan melalui
fungsi yang baik dari saluran urine.
1. Ginjal
Terletak di kanan dan kiri tulang punggung, di belakang peritoneum dan di
belakang rongga perut.
2. Ureter
Adalah penghubung antara ginjal dari kandung kencing.
3. Kandung kemcing
Adalah sebuah kantung dengan otot yang mulus yang berfungsi penampung air
seni.
4. Uretra
Ukurannya 13,7 – 16,2 cm terdiri dari 3 bagian : prostate, selaput, dan bagian
yang berongga. Ada 3 tahap pembentukan urine :
1) Proses filtrasi
Terjadi di Glomerulus adanya penyerapan darah, sedangkan Sebagian lagi
(glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat), di tamping oleh simpai
bowman untuk diteruskan ke tubulus ginjal.
2) Proses reabsorbsi
Terjadi penyerapan Kembali dari sampai bowman yaitu : glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion bikarbonat pada tubulus atas (obligat
reabsorbsi) sodium dan ion bikarbonat pada tubulas bawah (reabsorbsi
fakultatif) sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi
Sisanya penyimpanan Kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan
keluar pada ginjal selanjutnya keluar.

Sedangkan fisiologis defekasi adalah

1. Mulut

Proses pertama dalam system pencernaan berlangsung di mulut.

2. Faring

Berfungsi dalam system pencernaan sebagai penghubung antara mulut


dan esophagus.

3. Esofagus

Pada saat menelan, makanan akan di picu oleh gelombang peristaltic


yang akan mendorong masuk ke lambung.

4. Lambung

Di dalam lambung makanan yang masuk akan disimpan lalu di


salurkan ke usus halus.

5. Usus halus

Usus halus merupakan tempat penyerapan berlangsung.

6. Usus besar

Usus Besar adalah organ penyimpanan makanan

7. Rectum dan anus


E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan. Mengingat tujuan pemeriksaan
berbeda – beda, maka pengambilan sampel urine juga di beda – bedakan
sesuai dengan tujuannya.
2. Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal. Menolong BAK
dengan menggunakan urinal merupakan Tindakan keperawatan dengan
membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri dikamar kecil dengan
menggunakan alat penampung dengan tujuan menampung urine dan
mengetahui kelainan urine berupa warna dan jumlah urine yang dikeluarkan
pasien.
3. Melakukan katerisasi. Katerisasi kandung kemih adalah dimasukkannya
kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni
atau urine
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi
urine, khususnya prosedur – prosedur yang berhubungan dengan Tindakan
pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP). Pemeriksaan ini
dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu
Tindakan sistekopi dapat menimbulkan edema local pada uretra. (A. Aziz, 2018)

G. PENGKAJIAN UNTUK MASALAH PSIKOSOSIAL


Pengkajian eliminasi miksi dimulai dari menemukan perubahan – perubahan
yang terjadi saat proses eliminasi. Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan
seseorang yang mengalami gangguan pola eliminasi urine, disebabkan oleh multiple
(obstruksi anatomis), kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan
pola eliminasi terdiri atas :
1. Frekuensi : Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari.
Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan jumlah cairan yang masuk.
Frekuensi yang tinggi tanpa tekanan asupan cairan dapat diakibatkan oleh
sistitis. Frekuensi yang tinggi dijumpai pada keadaan stress atau hamil.
2. Urgensi : Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut
mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil
memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol stigfer eksternal dan
perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada mereka.
3. Dysuria : Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini
sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan
struktur uretra.
4. Polyuria : poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar
oleh ginjal tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya
ditemukan pada penderita diabetes melitus, defisiensi antidiuretic hormone
(ADH), dan penyakit ginjal kronik.
5. Urinaria supresi : Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara
mendadak. Secara normal, urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus
pada kecepatan 60-120 ml/jam.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine,
inkontinensi dan enuresis.
2. Perubahan dalam eliminasi fekal berhubungan dengan konstipasi, diare,
inkontinensi dan enuresis.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensia urine
4. Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria, nyeri saat
mengejan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter
6. Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensia
7. Self care deficit : toileting jika klein inkontinensi.
8. Potensi defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi saluran
urinaria akibat proses penyakit.
I. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
- Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine
- Monitor urine (mis, frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
2. Terapeutik
- Catat waktu – waktu dan haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
- Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
3. Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
- Ajarkan mengambil specimen urine midstream
- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
- Ajarkan terapi modalitas penguatan otot – otot panggul/perkemihan
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
- Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat suppositoria uretra, jika perlu

J. EVALUASI
1. Dehidrasi berkurang
2. Pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi
3. Kandung kemih tidak akan distensi setelah berkemih
4. Klien akan menyangkal adanya rasa penuh pada kandung kemihnya setelah
berkemih
5. Klien akan mencapai pengosongan urine total dalam 24 jam setelah kateter
diangkat.

Anda mungkin juga menyukai