Disusun Oleh :
PRIYO GUNANTO
NPM 2022207209336
1
A. KONSEP DASAR MEDIK
1. Definisi
Inkontinensia urine adalah berkemih diluar kesadaran, pada waktu dan tempat
yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau sosial. Aspek sosial yang
akan dialami oleh lansia antara lain kehilangan harga diri, merasa terisolasi dan
depresi.
yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial
2. Klasifikasi
1) Inkontinensia Stress
aktivitas kandung kemih. Tipe inkontinensia urine ini sering diderita wanita yang
sampai ke toilet. Mereka tidak merasakan adanya tanda untuk berkemih. Kondisi
ini terjadi karena kandung kemih seseorang berkontraksi tanpa didahului oleh
3) Inkontinensia Overflow
urinenya mengalir terus menerus. Hal ini disebabkan karena obstruksi saluran
kemih seperti pada pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk pembesaran prostat
2
4) Inkontinensia Refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti
demensia. Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi refleks yang
5) Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang utuh dan
sistem perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat ketidakmampuan lain yang
3. Etiologi
a. Poliuria, noktoria
b. Gagal jantung
d. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh:
3) Obesitas.
4. Anatomi Fisiologi
3
1) Ureter
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat dan
3) Uretra
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dari tubuh. Pada laki-laki
5. Patofisiologi
a. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan vesika urinaria
(kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml.
Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih dapat
ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan berkemih
atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter internal dan sfingter
ekternal relaksasi, yang yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda hampir
semua urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia tidak semua urine
4
dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap adekuat. Jumlah
yang lebih dari 100 ml mengidentifikasi adanya retensi urine. Perubahan yang
lainnya pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi kandung kemih tanpa
jaringan uretra dan efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot-
b. Fungsi otot besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih.
banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Fungsi sfingter yang
d. Inkontinensia overflow, dicirikan dengan aliran urine buruk atau lambat dan
adekuat.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan glukosa dalam
urine.
obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika pasien
berkemih.
5
c. Cysometry digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular kandung kemih
kandung kemih dan uretra serta mengkaji hipertrofi lobus prostat, struktur uretra,
eksternal.
h. Pemeriksaan rektum pada pasien pria dapat menunjukkan pembesaran prostat atau
mentebabkan inkontinensia.
pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung kemih.
8. Penatalaksanaan Medik
inkontinensia akibat dari inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Obat
spasme kandung kemih jika dicurigai ada ketidakstabilan pada otot destrusor. Obat
kemih. Estrogen baik dalam bentuk oral, topikal, maupun supositoria, digunakan jika
ada vaginitis atrofik. Inkontinensia stress kadang dapat diterapi dengan obat
antidepresan.
b. Terapi perilaku meliputi latihan berkemih, latihan kebiasaan dan waktu berkemih,
penyegeraan berkemih, dan latihan otot panggul (latihan kegel). Pendekatan yang
6
dipilih disesuaikan dengan masalah pasien yang mendasari. Latihan kebiasaan dan
latihan berkemih sangat sesuai untuk pasien yang mengalami inkontinensia urgensi.
Latihan otot panggul sangat baik digunakan oleh pasien dengan fungsi kognitif yang
utuh yang mengalami inkontinensia stress. Intervensi perilaku umumnya tidak dipilih
tambahan, seperti umpan biologis dan rangsangan listrik, berfungsi sebagai tambahan
demensia atau kerusakan kognitif, mencakup menjaga jadwal berkemih yang tetap,
c. Spiral dapat diresepkan bagi pasien wanita yang mengalami kelainan anatomi seperti
prolaps uterus berat atau relaksasi pelvik. Spiral tersebut dapat dipakai secara internal,
seperti diafragma kontrasepsi, dan menstabilkan dasar kandung kemih serta uretra,
d. Toileting terjadwal
e. Penggunaan pads
f. Indwelling kateter, jika retensi urine tidak dapat dikoreksi secara medis/pembedahan
9. Komplikasi
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
7
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha yang
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK ( infeksi saluran kemih ) yang
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita
hipertensi
f. Pemeriksaan fisik
1) B1 (breathing)
Kaji adanya pernafasan adanya gangguan pada palo nafas, sianosis karena
suplai oksigen menurun. Kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi
2) B2 (blood)
3) B3 (brain)
4) B4 (bladder)
disertai keluhan keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran
daerah supra pubik lesi pada neatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat
berkemih mendadah disurea akibat dari infeksi, apakah klien terpasang kateter
sebelumnya.
Palpasi : rasa nyeri disapat pada daerah supra pubik atau pelvis, seperti rasa
terbakar di uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga diluar waktu kencing.
5) B5 (bowel)
Bising usus adalah peningkatan atau penurunan, adanya nyeri tekan abdomen,
6) B6 (bone)
8
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkan dengan ekstremitas yang
2. Diagnosa Keperawatan
kemih.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang lama.
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine
3.
9
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Rencana
Tujuan Kriteria Hasil Rasional Paraf
DP keperawatan Keperawatan
1 Gangguan Setelah 1. Kandung 1. Kaji kebiasaan 1. Berkemih yang
Eliminasi dilakuka kemih pola berkemih sering dapat
Urine b.d n kosong dan gunakan mengurangi
kehilangan tindakan secara catatatn dorongan dan
kemampuan keperwat penuh berkemih beri distensi
untuk an 2. Intake sehari kandung
menghambat selama cairan kemih
kontraksi 3x24 dalam
kandung jam, rentang 2. Pembatasan
kemih klien normal 2. Ajarkan unutk cairan pada
ditandai mampu 3. Balance membatasi malam hari
oleh : mengont cairan masukan dapat
DS: keluarga rol seimbang cairan pada mencegah
mengatakan eliminasi 4. Keluhan malam hari terjadniya
NY.M seing urine tidak bisa enurasis
kencing tanpa menahan
disadari kencing 3. Ajarkan teknik 3. Unutk
(ngompol). berkurang unutk membantu dan
Klien sendiri 5. Keluhan mencetuskan melatih
mengatakan nyeri di refleks pengosongan
tidak bisa daerah berkemih kandung
menahan jika perut (ransangan kemih
sudah terasa hilang pacantus
ingin BAK. dengan
klien juga penepukan
mengatakan supra pubik)
frekuensi 4. Berikan 4. Hidrasi
berkemih tiap penjelasan optimal
ahri tentang diperlukan
15-18x/hari. penitngnya unutk menegah
Sebelumnya hidrasi ISK dan batu
Ny.M ada optimal, ginjal
riwayat sedikitnya
hipertensi 2 2000cc/hari
tahun lalu bila tidak ada
dan kontra indikasi
mengonsumsi 5. Kapasitas
obat diuretik. 5. Bila masih kandung
Klien juga terjadi kemih
mengatakan inkontinensia mungkin tidak
saat dia kurangi waktu cukup untuk
bersin, antara menumpang
membungkuk berkemih yang volume urine
, batuk tiba- telah sehingga
tiba keluar direncaakan diperlukan
sedikit untuk lebih
kencing. 6. Kolaborasi sering
DO : Klien dengan dokter berkemih
tampak dalam
terpasang mengkaji efek 6. Menurunkan
kateter medikasi dan frekuensi
indweling, tentukan inkontinensia
terdapat kemungkinan
distensi perubahan
kandung obat,
kemih. dosis/jadwal
pemberian
obat
10
2 Gangguan Setelah 1. Fungsi 1. Ingatkan
fungsi dilakuka kognitif kembali hal-
kognitif n bernilai hal yang lupa,
berhubungan tindakan 10 seperti bak,
dengan keperaw 2. Klien bisa bab, tempat
Proses atan menginga 2. Ingatkan hari,
degenerasi selama t tanggal tanggal, bulan
ditandai 3x24 lahirm dan tahun,
oleh : jam, umurnya, serta ingatkan
DS: klien fungsi tahun untuk
mengatakan kognitif kemerdek mencoret
tidak tidak aan dan kalender
mengingat mengala menghitu 3. Buat catatan
umurnya, mi ng. unutk nomor
kapan dia ganggua telepon
lahir, dan n penting
tidak tahau 4. Meltih
tahun berapa mengingat dan
dia lahir memperlihatka
DO: analisis n album pada
hasil fungsi orang-oran
kognitif yang dikenal
berjumlah 6, 5. Memperkenal
dikategorikan kan keluarga
bahwa fungsi kembali di
kognitifnya ajak
ada gangguan berkomunikasi
Mencatat
seriap pesan,
siapkan obat
pada tempat
yang sudah
ada lebelnya\
11
analisisnya terjadinya
berjumlah 13 6. Temani jatuh dan
dikategorikan pasien menghindari
bahwa pasien kalau lantai yang
mandiri. WC berjalan licin
terpisah dari 7. Memudahkan
kamar, klien untuk
jaraknya 7. Tempat mencapai
sekitar 10 tidur lebih lantai.
meter. rendah,
sehingga
klien bisa 8. Meminimalisir
mencapai terjadinya
lantai jatuh
8. Berikan
peneranga
n yang
cukup
4 Gangguan Setelah 1. Freku 1. Ciptakan 1. Meningkatkan
Pola Tidur dilakuka ensi suasana kualitas tidur
berhubungan n tidur dan lansia
dengan tindakan pasien peneranga
Nokturia kan mala n yang
pada malam keperaw m hari cukup
hari atan menin bagi lansia 2. Memberikan
DS : Klien selama gkat tidur suasana yang
mengatakan 3x24 ja, 2. Pasien 2. Hindari tenang bagi
tidurnya kebutuha tampa penyebab lansia untuk
tergaggu n tidur k keributan istirahat
karna sering pasien tidak yang akan
kencing pada dalam meng menggang
malam hari rentang uap, gu tidur
DO : normal ocnju pasien
conjungtiva ngtiva seperti
anemis, anemi kebisingan
palpebrae s, musik
gelap, sering palpe 3. Meminimalka
menguap brae n keadaan
gelap 3. Kurangi sering
intake berkemih pada
cairan malam hari
yang
berlebihan
pada saat 4. Untuk
menjelang meningkatkan
tidur frekuensi
4. Jika perlu tidur, karena
tingkatkan dengan
aktivitas aktivitas maka
lansia akan membuat
pada siang pasien tidur
hari lebih nyenyak
seperti
berkebun 5. Menambah
pengetahuan
lansia tentang
pentingnya
5. Beritahu tidur
lansia
tentang
manfaat
istirahat
12
DAFTAR PUSTAKA
Nadirawati, 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga : Teori dan Aplikasi Praktik.
Bandung : Refika Aditama.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
13