Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH


KESEHATAN PADA LANSIA
INKONTINENSIA

OLEH KELOMPOK 2

1. I Gede Jaya Suputra (193213013)


2. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)
3. Ni Nyoman Ayu Krisna Sari (193213037)
4. Ni Putu Cintya Dewi (193213038)
5. Ni Putu Eka Cintya Parwita (193213040)
6. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049)
7. Rai Putra Angga Gunawan (193213051)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

INKONTINENSIA

I. KONSEP DASAR INKONTINENSIA


A. DEFINISI
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan. Inkontinensia urine didefinisikan sebagai
keluarnya urine yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa
memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial dan
higienis penderitanya. Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan
besersebagai bahasa awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita
lanjutusia. Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam
jumlahdan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan
kesehatandan sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa
tetesurin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai
inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses) (brunner, 2011).
Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS)
didefinisikan sebagai keluarnya urine yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol,
secara objektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau
higienis. Hal ini memberikan perasaan tidak nyaman yang menimbulkan dampak
terhadap kehidupan sosial, psikologi, aktivitas seksual dan pekerjaan. Juga
menurunkan hubungan interaksi sosial dan interpersonal. Inkontinensia urine dapat
bersifatakut atau persisten. Inkontinensia urine yang bersifat akut dapat diobati bila
penyakit atau masalah yang mendasarinya diatasi seperti infeksi saluran kemih,
gangguan kesadaran, vaginitis atrofik, rangsangan obat-obatan dan masalah
psikologik.
Diperkirakan prevalensi inkontinensia urine berkisar antara 15 – 30% usia
lanjut di masyarakat dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit
mengalami inkontinensia urine, dan kemungkinan bertambah berat inkontinensi
aurinnya 25-30% saat berumur 65-74 tahun. Masalah inkontinensia urine ini angka
kejadiannya meningkat dua kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Perubahan-perubahan akibat proses menua mempengaruhi saluran kemih bagian
bawah. Perubahan tersebut merupakan predisposisi bagi lansia untuk mengalami
inkontinensia, tetapi tidak menyebabkan inkontinensia. Jadi inkontinensia bukan
bagian normal proses menua.
B. ETIOLOGI
Etiologi inkontinensia urine menurut Aspriani (2014) yaitu:
1) Poliuria, nocturia
2) Gagal jantung
3) Factor usia: lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun.
4) Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh:
a) Penurunan produksi estrogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek
akibat melahirkan dapar mengakibatkan penurunan otot otot dasar
panggul.
b) Perokok
c) Minum alcohol
d) Obesitas
e) Infeksi saluran kemih (ISK)
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Aspriani (2014) yaitu:
1. Inkontinensia dorongan Gejalanya adalah berkemih sering disertai oleh
tingginya frekuensi berkemih (lebih sering 2 jam sekali). Spasme kandung
kemih atau kontraktur berkemih dalam jumlah kecil (kurang dari 100 ml) atau
dalam jumlah besar (lebih dari 500ml).
2. Inkontinensia stress Gejalanya adalah keluarnya urine pada saat tekanan
intra abdomen meningkat dan seringnya berkemih.
3. Inkontinensia reflex Gejalanya adalah tidak menyadari bahwa kandung
kemihnya sudah terisi, kurangnya berkemih, kontraksi spasme kandung
kemih yang tidak dicegah.
4. Inkontinensia fungsional Gejalanya adalah mendesaknya keinginan untuk
berkemih menyebabkan urine keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai.
5. Inkontinensia urine overflaw Gejalanya adalah mengeluh keluarnya sedikit
urine tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh, distensi kndung
kemih
D. PATOFISIOLOGI
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain fungsi
sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin.
Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah saluran kencing.Fungsi otak
besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih. Terjadi
hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam
kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Inkontinensia urine dapat timbul
akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan suprasakral. Ini sering
dihubungkan dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan timbul
sensasi urgensi. Lesi LMN dihubungkan dengan kelemahan sfingter yang dapat
bermanifestasi sebagai stress inkontinens dan ketidak mampuan dari kontraksi
detrusor yang mengakibatkan retensi kronik dengan overflow Ada beberapa
pembagian inkontinensia urin, tetapi pada umumnya dikelompokkan menjadi 4
yaitu :
1. Urinary stress incontinence Stress urinary incontinence terjadi apabila urin
secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut. Dalam
hal ini, tekanan di dalam kandung kencing menjadi lebih besar dari pada tekanan
pada urethra. Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengejan, tertawa,
bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan tekanan pada rongga perut.
Pengobatan dapat dilakukan secara tanpa operasi (misalnya dengan kegel
exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun secara operasi (carayang
lebih sering dipakai).
2. Urge incontinence Urge incontinence timbul pada keadaan otot detrusor yang
tidak stabil, dimana otot ini bereaksi secara berlebihan. Gejalanya antara lain
perasaan ingin kencing yang mendadak, kencing berulang kali, kencing malam
hari,dan inkontinensia. Pengobatannya dilakukan dengan pemberian obat-
obatandan beberapa latihan.
3. Total incontinence Total incontinence, dimana kencing mengalir ke luar
sepanjang waktu dan pada segala posisi tubuh, biasanya disebabkan oleh adanya
fistula (saluranab normal yang menghubungkan suatu organ dalam tubuh ke
organ lain atauke luar tubuh), misalnya fistula vesikovaginalis (terbentuk
saluran antara kandung kencing dengan vagina) dan/atau fistula
urethrovaginalis (saluranantara urethra dengan vagina). Bila ini dijumpai, dapat
ditangani dengantindakan operasi.
4. Overflow incontinence Overflow incontinence adalah urin yang mengalir keluar
akibat isinya yangsudah terlalu banyak di dalam kandung kencing akibat otot
detrusor yang lemah. Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat
penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, atau saluran kencing
yang tersumbat. Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah kencing (merasa urin
masih tersisa di dalam kandung kencing), urin yang keluar sedikit dan
pancarannya lemah. Pengobatannya diarahkan pada sumber penyebabnya.
E. KOMPLIKASI
Penderita dengan penyakit inkontinensia urine biasanya dapat menyebabkan antara
lain :
1. Infeksi saluran kemih.
2. Ulkus pada kulit.
3. Problem tidur.
4. Depresi dan kondisi medis lainnya
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang inkontinensia urine menurut Aspriani (2014). Uji
urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat mahal. Sisa-
sisa urine pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis.
Pengukuran yang spesifik dapat dilakukan dengan ultrasound atau katerisasi urine.
Merembesnya urine pada saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan.
Evaluasi tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada
desakan keinginan untuk berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang
diperiksa dalam posisi lithotomic atau berdiri. Merembesnya urine sering kali
dapat dilihat. Informasi yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada
keinginan berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih tak
terkendali, dan kapasitas kanduung kemih. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
yaitu:
1) Urinalis Dilakukan terhadap specimen urine yang bersih untuk mendeteksi
adanya factor yang berperan terhadap terjadinya inkontinensia urine seperti
hematuri, piouri, baktheriuri, glukosuria, dan proteinuria.
2) Pemeriksaan darah Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum
dikaji untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria.
3) Tes laboratorium tambahan Seperti kultur urin, blood urea nitrogen,
creatinin, kalsium, glukosa, sitologi.
4) Tes diagnostic lanjutan Perlu dilanjutkan bila evaluasi awal didiagnosis belum
jelas. Tes lanjutan tersebut adalah:
a) Tes urodinamik untuuk mengetahui anatmoi fungsi saluran kemih bagian
bawah.
b) Tes tekanan urethra untuk mengukur tekanan didalamu rethra saat
istirahat dan saat dinamis
c) Imaging tes terhadap saluran perkemihan bagian atas dan bagian bawah
5) Catatan berkemih Catatan berkemih dilakukan untuk mengetahui pola
berkemih. Catatan ini digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urine
saat mengalami inkontinensia urine dan tidak inkontinensia urine, dan
gejala berkaitan dengan inkontinensia urine. Pencatatan pola berkemih tersebut
dilakukan selama 1-3 hari. Catatan tersebut dapat digunakan untuk memantau
respon terapi dan juga dapat dipakai sebagai intervensi terapeutik karea dapat
menyadarkan lansia factor-faktor yang memicu terjadinya inkontinensia
urine pada dirinya.
G. PENGOBATAN/TERAPI
a) Obat-obatan
Terapi dengan menggunakan obat-obatan diberikan apabila masalah akut
sebagai timbulnya inkontinensia urine telah diatasi dengan berbagai upaya
bersifat nonfarmakologis telah dilakukan tetapi tetap tidak berhasil mengatasi
masalah inkontinensia tersebut.Obat-obatan yang dapat diberikan sesuai dengan
tipe inkontinensia :
1) Tipe inkontinensia urgensi atau stres dengan instabilitas detrusor dapat
diberikan obat antigolirgenik dan antispasmodic.
2) Tipe inkontinensia stres dengan kelemhan spihineter dapat diberikan obat
adrenergikagonis.
3) Tipe stres, tipe urgensi yang berhubungan dengan vaginitis atropi dapat
diberikan obat estrogen agonis.
4) Tipe luapan dan atau overlow dengan vesikula urinaria atonik dapat
diberikan obat kolinergik agonis.
b) Terapi farmakologi
Obat-obatan yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah
antikolinergik seperti Oxybuttinin, Propanetteine, Dyclomine, flasvoxate,
Imipramine. Pada inkontinensia stress diberikan alfa andregenic agonis,
yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra. Pada sfingter relax
diberikan kolinergikagonis, seperti bethanecol atau alfakolinergik
antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, terapi diberikan secara
singkat.
c) Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi,
bila terapi non farmaakologis dan farmakologis tidak berhasil.Inkontinensia
overflow umunya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangka
retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikum,
hyperplasia prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita).
d) Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya
inkontinensia urin, seperti hyperplasia prostat, infeksi saluran kemih,
diuretic, hiperglikemi, dan lain-lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan:
1) Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu
nerkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi
berkemih 6-7x/hari. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan
untuk berkemih bila belum waktunya. Lansia dianjurkan untuk
berkemih pada interval waktu tertentu, mula mula setiap jam,
selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin
berkemih 2-3 jam.
2) Membiasakan berkemih pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
kebiasaan lansia. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari
lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat
memberitahukan petugas bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada
lansia dengan gangguan fungsi kognitif(berpikir).
3) Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengontraksikan otot
dasar panggul secara berulang-ulangAdapun cara mengontraksikan otot
dasar panggul tersebut adalah dengan cara:a)Berdiri dilantai dengan
kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian pinggul
digoyangkan ke kanan dan kekiri ±10 kali, kedepan dan kebelakang
±10kali, dan berputar searah dan berlawanan dengan arah jarum jam ±10
kali.b)Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar
dilakukan ±10 kaliHal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi
lebih kuat dan urethra dapat tertutup dengan baik.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas.
Identitas Klien inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung
terjadi pada lansia (usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi
tidak menutup kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.
2. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama
Pada kelayan inkontenesia urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia,
urgence, dysuria, polyuria, oliguria, dan staguri.
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat
ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang
mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan
cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan
dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih
sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidak mampuan.
• Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi
trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan
apakah dirawat dirumah sakit.
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan,
penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.
3. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena respon
dari terjadinya inkontinensia.
- Pemeriksaan Sistem :
a) B1 (breathing)
Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai
oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.
b) B2 (blood)
Peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
c) B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
d) B4 (bladder)
Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat
karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih
serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran
daerah supra pubik lesi pada meatus uretra,banyak kencing dan nyeri saat
berkemih menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah klien terpasang
kateter sebelumnya. Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik
/ pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di
luar waktu kencing.
e) B5 (bowel)
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan
palpasi pada ginjal.
f) B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas
yang lain, adakah nyeri pada persendian.
4. Pengkajian fungsional
1. ADL (Activity Daily Living)
- Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi obsservasi kemampuan klien untuk melakukan
aktivitas kehdupan sehari-hari/Activity Daily Living (ADL)

Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
A
berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
C
fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian
D
dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
E
ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
F
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain-Lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun ia dianggap mampu.
- Barthel Indeks

Item yang
NO Skor Nilai
dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega, dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi, dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu
(missal mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil0= Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
(Bladder) terkontrol
1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari
7 hari)
6 Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
(Bowel) enema)
1 = Kadang inkotinensia
(sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)

7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain


toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu orang
3= Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan
(alat bantu) 2 = Mandiri
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
2. Pengkajian kognitif
- Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon
Anda? Dimana alamat
Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya
sampai bilangan terkecil)
Keterangan
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual bera
- Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan Mini
Mental Status Exam (MMSE)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa
sekarang?)
5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota)
(rumah sakit) (lanatai)?
Registrasi
3 Sebutkan nama 3 objek : 1 detik untuk
mengtakan masing-masing. Beri 1 poin untuk
setiap jawaban
yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti
setelah 5 jawaban. Berganti eja “kata” ke belakang
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Mengingat
3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas.
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan
atau tetapi (1 poin)
Nilai total
Keterangan :
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
3. Pengkajian Status Emosional
- Identifikasi masalah
emosional Pertanyaan tahap 1
1) Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
2) Apakah klien sering merasa gelisah?
3) Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
4) Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
2) Ada atau banyak pikiran?
3) Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
5) Cenderung mengurung diri?
4. Pengkajian Psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,sikap klien pada
orang lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
5. Pengkajian Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian,
harapan- harapan klien, dan lain-lain.
6. Pengkajian Depresi
Pengkajian depresi menggunakan Geriatric Depression Scale)

NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK


1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa
puas dengan kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan
banyak kegiatan atau kesenangan akhir-
akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa
hampa/kosong di dalam hidup ini?

4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan?


5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai
harapan yang baik di masa depan?

6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai


pikiran jelek yang mengganggu terus
menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat
yang baik setiap saat?

8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu


yang buruk akan terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia
sebagian besar waktu?
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak
mampu berbuat apa- apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah
dan gelisah?
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal
dirumah daripada keluar dan
mengerjakan sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa
kawatir tentang masa depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini
sering pelupa?
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup
Bapak/ Ibu sekarang ini menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih
dan putus asa?

17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak


berharga akhir-akhir ini?
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa
kawatir tentang masa lalu?
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini
mengembirakan?
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk
memulai kegiatan yang baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh
semangat?
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi
sekarang ini tidak ada harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang
lain lebih baik keadaanya daripada
Bapak/ Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena
hal- hal yang sepele?
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin
menangis?
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi?

27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu


bangun tidur di pagi hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka
berkumpul di pertemuan sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu
membuat suatu keputusan?
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap
mudah dalam memikirkan sesuatu seperti
dulu?
Ket:
Setiap jawaban yang “ SESUAI” diberi skor 1
Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi
Skor 11-20 : Menunjukkan depresi ringan
Skor 21-30 : Menunjukkan depresi sedang/ berat
7. Pengkajian Risiko Jatuh
- Pengakjian dengan menggunakan MORSE Scale

Tgl/Jam
No Item Penilaian
I 1 2 3 4
Skor
A
1 Usia
a. Kurang dari 60 0
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifokal 2
2
e. Katarak/ glaukoma
3
f. Hamper tidak melihat/ buta
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
d. Jatuh pada saat dirawat 3
sekarang
5 Kognisi
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti perintah 2
c. Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
3
e. Disorientasi
6 Pengobatan dan Penggunaan
Alat Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
2
b. Antihipertensi/
2
hipoglikemik/
2
antidepresan
c. Sedative/
psikotropika/narkotika
d. Infuse/ epidural/
spinal/ dower
catheter/ traksi
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu 1
berpindah 2
c. Kordinasi/ keseimbangan 3
4
memburuk
4
d. Dibantu sebagian
e. Dibantu penuh/bedrest/nirse
assist
f. Lingkungan dengan banyak
furniture
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/ penyakit 2
jantung/ stroke/ ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ 3
Parkinson
c. Pasca bedah 0-24 jam

Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf

- Pengkajian dengan instrumen “THE TIMED UP AND GO” (TUG)


NO LANGKAH
1 Posisi pasien duduk di kursi
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter),
kembali ke kursi, ukur waktu dalam detik

8. APGAR keluarga
NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG - TIDAK
(2) KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman- teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
(adaptasi)
2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga
(teman- teman) saya membicarakan
sesuatu dan mengungapkan masalah
dengan saya (hubungan)

3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas (pertumbuhan)

4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga
(teman- teman) saya mengekspresikan
afek dan berespons terhadap emosi
saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama- sama mengekspresikan
afek dan berespon

JUMLAH

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inkonteninsia Urine: Stres berhubungan dengan kelemahan otot pelvis dan
peningkatan tekanan intra abdomen.
2. Inkontinensia Urine : Refleks yang berhubungan dengan tidak adanya sensasi
untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi
kandung kemih.
3. Inkontinensia Urine : Urgensi yang berhubungan dengan gangguan implus eferen
inhibitor sekunder akibat disfungsi otak atau medulla spinalis.
4. Inkontinensia Urine : Fungsional berhubungan dengan ketidakmampuan a.
5. Gangguan integritas kulit b.d timbul rasa gatal disekitar organ genetalia.
6. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung
kemih.
C. INTERVENSI KEPERAWARAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Inkonteninsia Urine Setelah dilakukan Latihan otot panggul 1. Untuk mengetahui
Stres asuhan keperawatan pengeluaran urine
selama…x24 jam Observasi 2. Untuk
diharapkan kontinensia 1. Monitor pengeluaran memberikan
urine pasien membaik urine pujian selama
dengan kriteria hasil: Terapeutik melakukan
1. Kemampuan 2. Berikan Latihan dengan
mengontrol reinforcement benar
pengeluaran positif selama 3. Untuk
urine meningkat melakukan Latihan menganjurkan
dari skala 2 dengan benar pasien berbaring
menjadi 5 Edukasi 4. untuk tidak
2. Residu volume 3. Anjurkan berbaring mengkontraksikan
urine setelah 4. Anjurkan tidak perut, kaki dan
berkemih mengkontraksikan bokong saat
menurun dari perut, kaki dan melakukan
skala 2 menjadi 4 bokong saat Latihan otot
3. Distensi kandung melakukan Latihan panggul
kemih menurun otot panggul 5. Untuk melakukan
dari skala 2 Kolaborasi rehabilitasi medik
menjadi 5 5. Kolaborasi
4. Frekuensi rehabilitasi medik
berkemih untuk mengukur
membaik dari kekuatan kontraksi
skala 2 menjadi 5 otot dasar panggul,
5. Sensasi berkemih jika perlu
membaik dari
skala 2 menjadi 5
2. Inkontinensia Urine Setelah dilakukan Kateterisasi Urine 1. Untuk mengetahui
: Refleks asuhan keperawatan Observasi kondisi pasien
selama…x24 jam 1. Periksa kondisi 2. Mempersiapkan
diharapkan kontinensia pasien (mis. peralatan
urine pasien membaik Kesadaran, tanda- 3. Menyiapkan
dengan kriteria hasil: tanda vital, daerah pasien
1. Kemampuan perineal, distensi 4. Menggunakan
mengontrol kandung kemih, sarung tangan saat
pengeluaran inkontinensia urine, melakukan
urine meningkat refleks berkemih) tindakan
dari skala 2 Terapeutik 5. Membersihkan
menjadi 5 2. Siapkan peralatan , daerah perineal
2. Residu volume bahan-bahan dan 6. Melakukan insersi
urine setelah ruang tindakan 7. Untuk
berkemih 3. Siapkan pasien: menyambungkan
menurun dari bebaskan pakaian kateter urine
skala 2 menjadi 4 bawah dan posisikan dengan urine bag
3. Distensi kandung dorsal rekumben Isi balon dengan
kemih menurun 4. Pasang sarung dengan Nacl 0.9
dari skala 2 tangan % sesuai anjuran
menjadi 5 5. Bersihkan daerah pabrik
4. Frekuensi perineal atau 8. Fiksasi selang
berkemih proposium dengan kateter diatas
membaik dari cairan NaCl atau simpisis atau di
skala 2 menjadi 5 Aquadest paha
6. Lakukan insersi 9. Pastikan kantung
5. Sensasi berkemih
kateter urine dengan urine ditempatkan
membaik dari
menerapkan prinsip lebih rendah dari
skala 2 menjadi 5
aseptic kandung kemih
7. Sambungkan kateter 10. Berikan label
urine dengan urine waktu
bag Isi balon dengan pemasangan
dengan Nacl 0.9 % 11. Menjelaskan
sesuai anjuran tujuan dan
pabrik prosedur tindakan
8. Fiksasi selang 12. Menganjurkan
kateter diatas menarik nafas
simpisis atau di paha
9. Pastikan kantung
urine ditempatkan
lebih rendah dari
kandung kemih
10. Berikan label waktu
pemasangan
Edukasi
11. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemasangan kateter
urine
12. Anjurkan menarik
nafas saat insersi
selang cateter
3. Inkontinensia Urine Setelah dilakukan Latihan berkemih 1. Untuk
: Urgensi
asuhan keperawatan Observasi mengetahuo pola
selama…x24 jam 1. Monitor pola dan dan kemampuan
diharapkan kontinensia kemampuan berkemih
urine pasien membaik berkemih 2. Menghindari
dengan kriteria hasil: Terapeutik penggunaan
2. Hindari penggunaan kateter indwelling
1. Kemampuan
kateter indwelling 3. Agar area toilet
mengontrol
3. Siapkan area toilet aman
pengeluaran
yang aman 4. Untuk mengetahui
urine meningkat
Edukasi arah menuju
dari skala 2
4. Jelaskan arah-arah kamar mandi
menjadi 5
menuju kamar
2. Residu volume Untuk
mandi/toilet pada
urine setelah pasien dengan mendukung
berkemih gangguan output adekuat
menurun dari penglihatan
skala 2 menjadi 4
5. Anjurkan intake
3. Distensi kandung
cairan adekuat untuk
kemih menurun
mendukung output
dari skala 2
urine
menjadi 5
4. Frekuensi
berkemih
membaik dari
skala 2 menjadi 5
5. Sensasi berkemih
membaik dari
skala 2 menjadi 5
4. Inkontinensia Urine Setelah dilakukan Perawatan inkontinensia 1. Untuk
: fungsional
asuhan keperawatan urine mengidentifikasi
selama…x24 jam Observasi inkotinensia urine
diharapkan kontinensia 1. Identifikasi 2. Menjaga
urine pasien membaik Penyebab kebersihan genital
dengan kriteria hasil: Inkontinensa Urine dan kulit sekitar
Terapeutik 3. Memberikan
2. Bersihkan genital dan pujian atas
kulit sekitar secara keberhasilan
rutin mencegah
3. Berikan pujian atas inkontinensia
keberhasilan 4. Membatasi
mencegah konsumsi cairan
inkontinensia 5. Untuk memantau
Edukasi cairan keluar dan
4. Anjurkan membatasi masuk
konsumsi cairan 2-3 6. Merujuk ke ahli
jam menjelang tidur inkotinensia
5. Anjurkan memantau
cairan keluar dan
masuk serta pola
eliminasi urine
Kolaborasi
6. Rujuk ke ahli
inkontinensia, jika
perlu
5. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit 1. Untuk
kulit
asuhan keperawatan Observasi mengidentifikasi
selama…x24 jam 1. Identifikasi penyebab penyebab
diharapkan integritas gangguan integritas gangguan
kulit dan jaringan pasien kulit (mis. Perubahan integritas kulit
meningkat dengan sirkulasi, perubahan 2. Untuk mengubah
kriteria hasil: status nutrisi, posisi setiap 2 jam
1. Kerusakan peneurunan 3. Untuk menjaga
jaringan kelembaban, suhu kebersihan
menurun dari lingkungan ekstrem, 4. Untuk
skala 2 menjadi 5 penurunan mobilitas) Melembabkan
5. Untuk minum air
2. Kerusakan Terapeutik yang cukup
lapisan kulitt 2. Ubah posisi setiap 2
menurun dari jam jika tirah baring
skala 2 menjadi 5 3. Bersihkan perineal
3. Kemerahan dengan air hangat,
menurun dari terutama selama
skala 2 menjadi 5 periode diare
4. Pigmentasi Edukasi
abnormal 4. Anjurkan
menurun dari menggunakan
skala 2 menjadi 5 pelembab (mis.
5. Suhu kulit Lotin, serum)
membaik dari
5. Anjurkan minum air
skala 2 menjadi 5
yang cukup
6. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Manajemen eliminasi 1. Untuk
urin
asuhan keperawatan urine mengidentifikasi
selama…x24 jam Observasi tanda dan gejala
diharapkan eliminasi 1. Identifkasi tanda dan retensi
urine pasien membaik gejala retensi atau 2. Mencatat waktu
dengan kriteria hasil: inkontinensia urine dan haluaran
1. Sensasi berkemih Terapeutik berkemih
membaik dari 2. Catat waktu-waktu 3. Membatasi asupan
skala 2 menjadi 5 dan haluaran cairan
2. Desakan berkemih berkemih 4. Agar mengetahui
(urgensi) menurun 3. Batasi asupan cairan, tanda dan gejala
dari skala 2 jika perlu infeksi saluran
menjadi 5 Edukasi kemih
3. Distensi kandung 4. Ajarkan tanda dan 5. Pendelegasian
kemih menurun gejala infeksi pengobatan
dari skala 2 saluran kemih
menjadi 5 Kolaborasi
5. Kolaborasi
4. Volume residu
pemberian obat
urine menurun
suposituria uretra
dari skala 2
jika perlu
menjadi 5
5. Urine menetes
(dribbling)
menurun dari
skala 2 menjadi 5

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil
yang di harapakan.Tindakan keperawatan harus mendetail.Agar semua tenaga
keperwatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan kondisi pasien
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan
pasien atau kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan
proses yang interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan,
respon klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang yang
diharapkan. Kemudian berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau
hasil yang diperlukan. Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan
computer keperawatan, yaitu :
a) Proses (sumatif)
Fokus tipe ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah
perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan.
b) Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan klien
DAFTAR PUSTAKA

Artinawati, S. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik. IN MEDIA. Bogor. Aspiani, R Buku


Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi.

Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta : CV. Trans Info. Media. Buku Ajar
Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan. Praktik.

Nurarif AH dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC- NOC. Jogjakarta: Medikal Jogja

Nugroho, 2012. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik edisi 3. Jakarta : EGC

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017.Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai