Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN II

KASUS PELANGGARAN ETIKA DALAM KEPERAWATAN


(DALAM SISTEMATIKA REVIEW)

OLEH KELOMPOK 5

1. I Gede Jaya Suputra (193213013)


2. I Komang Minggi Segara Taji (193213017)
3. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)
4. Ni Nyoman Ayu Krisna Sari (193213037)
5. Ni Putu Cintya Dewi (193213038)
6. Ni Putu Eka Cintya Parwita (193213040)
7. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049)
8. Rai Putra Angga Gunawan (193213051)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Kasus Pelanggaran Kode Etik Keperawatan”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Kasus Pelanggaran Kode Etik
Keperawatan” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Denpasar, 08 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Etika Keperawatan 2
2.2 Kode Etik Keperawatan 3
2.2.1 Kode Etik International Council of Nurses 3
2.2.2 Kode Etik American Nurses Association 4
2.2.3 Kode Etik Canadian Nurses Association Klien 5
2.2.4 Kode Etik Perawat Indonesia 7
2.3 Masalah/Etik Issu Keperawatan 11
2.3.1 Dilema Etik 13
2.4 Pengambilan Keputusan Etis 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang ikut
berperan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan
pada berbagai sarana pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di komunitas.
Keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai kunci
keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit, karena selain jumlahnya yang paling besar
jika dibandingkan dengan profesi lain, juga karena selama duapuluh empat jam perawat
harus selalu berada di smaping klien. Sebagai seorang profesional, perawat bertanggung
jawab dan mengemban tanggung gugat untuk membuat keputusan dan mengambil langkah-
langkah tentang asuhan keperawatan yang diberikan.
Pada dasarnya dalam pelayanan keperawatan yang berkualitas ada tiga pokok penting,
antara lain: pendekatan sikap berkaitan dengan kepedulian pada klien, upaya untuk
melayani dengan tindakan terbaik, serta tujuan untuk memuaskan klien yang berorientasi
pada standar pelayanan. Pelayanan dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memnuhi
hak-hak klien yang telah disepakati oleh komunitas profesi itu sendiri, dan pemenuhan hak-
hak klien sangat bergantung pada kompetensi profesional tenaga keperawatannya. Perawat
dapat dikatakan profesioanl apabila telah memiliki kompetensi yang diharapkan, yaitu
kompetensi intelektual, interpersonal, dan tehnikal, serta berlandaskan pada etika profesi.
Oleh karena itu, seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik,
dan kode etik untuk melindungi masyarakat, serta memajukan profesinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori etika keperawatan?
2. Bagaimana kode etik keperawatan?
3. Apa saja issu etika keperawatan?
4. Bagaimana pengambilan keputusan etis?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan tentang teori etika keperawatan.
2. Untuk menjelaskan tentang kode etik keperawatan.
3. Untuk menjelaskan tentang issu etika keperawatan.
4. Untuk menjelaskan tentang pengambilan keputusan etis.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Etika Keperawatan
Dalam lietratur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai moralitas,
pengakuan kewenangan, kepatuhan dan peraturan, etika sosial, loyal pada rekan kerja, serta
bertanggung jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan. Untuk menjadi seorang profesional
yang mampu berpartisipasi secara aktif dalam dimensi etik praktik keperawatan, perawat harus
secara terus-menerus mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas moral
mereka, mencari dukungan dari sumber profesional yang ada, serta mengembangkan
kemampuan dalam bidang etik.
Etika keperawatan sebagai tuntutan bagi profesi perawat bersumber dari pernyataan
Florence Nightingale dalam ikrarnya (Nightingale Pledge), yang berbunyi sebagai berikut.
“Saya sungguh-sungguh berjanji pada Tuhan dan demi keberadaan majelis ini, untuk
menjalani hidup saya dalam kesucian dan melaksanakan profesi saya dengan setia”
“Saya akan pantang melakukan apapun yang merugikan atau mencelakakan, dan tidak
akan mengambil atau dengan sengaja memberikan obat yang berbahaya”
“Dengan segala upaya, saya akan mengangkat standar profesi saya dan akan menjaga
kepercayaan semua hal yang bersifat pribadi, yang diberikan untuk saya jaga, dan semua
affair keluarga yang saya ketahui dalam praktik panggilan saya”
Selanjutnya pernyataan tersebut dianggap sebagai ikrar profesi keperawatan pada
masyarakat. Perawat mengemban identitas profesional dengan berikrar untuk mengerti,
menerjemahkan dan memperluas pohon pengetahuan, mengkritik dan mengatur diri dengan
disiplin yang sama, serta membudayakan sikap dan tingkah laku terpuji yang kemudian
dijadikan sebagai acuan.
Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara umum ada dua teori
penting yang harus dipahami tentang etika, yaitu Utilitarianism dan Deontologi.
1. Teori Utilitarianism
Sumijatun (2009), utilitarianism merupakan salah satu teori spesifik dari teleologi yang
lebih mencerminkan pada pengambilan keputusan yang terbaik dari sejumlah pilihan
atau tindakan yang dianggap oleh sebagian besar orang baik. Selain itu juga dilihat
ketepatan dan kuatnya alasan mengapa pilihan atau tindakan tersebut dilakukan.
Sedangkan Teleologi sendiri pada umumnya lebih banyak melihat pada konsekuensi
kegiatan yang dapat dinyatakan benar dan salah. Dalam Huda M., 2008, dikatakan
bahwa etika teleologi mengukur baik buruknya suatu tindakan itu, atau berdasarkan
2
tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkannya baik dan berguna. Oleh karena itu etika teleologi juga diidentikkan
dengan teori utillitarian, yakni baik buruknya sesuatu berdasarkan sifat berguna atau
tidaknya. Utulitarianism adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada
konsekuensi dan lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah besar dan
mendatangkan kebahagiaan untuk banyak orang serta mempunyai konsekuensi
kerugian yang sedikit atau minimal. Kesenangan seseorang sangat diperhatikan,
mempertimbangkan tindakan yang alami, dan dihubungkan dengan prinsip-prinsip
tanpa memikirkan posisi seseorang atau konsekuensi dari suatu tindakan.
2. Teori Deontologi
Deon berasal dari kata Yunani yang artinya adalah kewajiban yang akan dilakukan
tidak mengukur baik buruknya suatu perbuatan/tindakan berdasarkan hasil/dampaknya,
melainkan berdasarkan maksud pelaku dalam melaksanakan perbuatan tersebut.
Pendekatan deontologi berfokus pada kegiatan atau ukuran moral, pengambilan
keputusan dengan pendekatan deontologi akan selalu menjaga pada ukuran itu sendiri.
Keputusan diambil dengan mempertimbangkan keadaan pada saat itu dan dibandingkan
dengan dampaknya apabila keputusan tesebut diambil.
2.2 Kode Etik Keperawatan
Kode etik dari bahasa Latin codex yang berarti himpunan, kode etik adalah usaha
meghimpun apa yang tersebar serta menghimpun norma-norma yang disepakati dan ditetapkan
oleh dan untuk anggota profesi tertentu.
Kode etik bertujuan untuk memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang menyangkut
masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas yang konsekuen dan absolut.
Landasan utama dalam kode etik adalah prinsip penghargaan terhadap orang lain yang diikuti
dengan prinsip otonomi yang menempatkan klien sebagai fokus dari keputusan yang rasional.
Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu:
2.2.1 Kode Etik International Council of Nurses
Tanggung jawab dasar bagi seorang perawat terbagi menjadi empat, yaitu
meningkatakan kesehatan, mencegah penyakit, memperbaiki kesehatan, dan
mengurangi penderitaan.
Kebutuhan terhadap keperawatan bersifat universal. Perawat memberikan
pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, komunitas, serta mengoordinasi
pelayanan mereka dengan kelompok yang terkait.
Perawat dan Individu
3
1. Tanggung jawab utama perawat adalah pada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
2. Perawat dalam memberikan perawatan, meningkatkan kondisi di mana
kebiasaan dan kepercayaan individu bersangkutan dihargai.
3. Perawat menjaga kerahasiaan informasi pribadi serta menggunakan
pertimbangan dalam membagi informasi tertentu.
Perawat dan Praktik
1. Perawat memiliki tanggung jawab pribadi pada praktik keperawatan dan dalam
mempertahankan kompetensi dengan terus belajar.
2. Perawat mempertahankan standar asuhan keperawatan tertinggi yang mungkin
dalam realita situasi tertentu.
3. Perawat menggunakan pertimbangan dalam hubungannya dengan kompetensi
individual ketika menerima dan mengalihkan tanggung jawab.
4. Ketika bertindak dalam kapasitas profesional, seorang perawat harus selalu
mempertahankan standar perilaku pribadi yang merefleksikan kemampuan
dalam profesinya.
Perawat dan Masyarakat
Perawat dan anggota masyarakat lainnya membagi tanggung jawab untuk
mengadakan dan mendukung tindakan dalam memenuhi kebutuhan sosial dan
kesehatan penduduk.
Perawat dan Sejawat
Perawat mendukung hubungan kooperatif dengan rekan sekerja dalam keperawatan
dan dari bidang lain. Perawat mengambil tindakan yang diperlukan untuk
melindungi individu ketika perawatannya terancam oleh rekan sekerja atau orang
lain.
Perawat dan Profesi
1. Perawat memainkan peran utama dalam menetapkan dan
mengimplementasikan standar yang diharapkan dalam praktik keperawatan dan
pendidikan keperawatan.
2. Perawat turut aktif dalam pengembangan inti pengetahuan profesional.
3. Perawat bertindak dalam organisasi profesi, berpartisipasi dalam menetapkan
serta mempertahankan kondisi kerja sosial dan ekonomi yang wajar dalam
keperawatan.
2.2.2 Kode Etik American Nurses Association
4
1. Perawat memberikan pelayanan dengan menghargai martabat manusia dan
keunikan klien tanpa mempertimbangkan status sosial atau ekonomi,
kepribadian, atau sifat masalah kesehatan.
2. Perawat melindungi hak terhadap kerahasiaan informasi tertentu.
3. Perawat bertindak sebagai pelindung klien dan masyarakat ketika perawatan
kesehatan dan keamanan dipengaruhi oleh praktik yang tidak kompeten, tidak
berdasarkan etik, atau bersifat ilegal terhadap siapapun.
4. Perawat memikul tanggung jawab dan tanggungan gugat untuk tindakan dan
pertimbangan keperawatan individual.
5. Perawat mempertahankan kompetensi dalam keperawatan.
6. Perawat melatih pertimbangan dan menggunakan kompetensi serta kualifikasi
individual sebagai kriteria dalam mencari konsultasi, menerima tanggung
jawab, dan menyerahkan aktivitas keperawatan kepada orang lain.
7. Perawat berpartisipasi dalam aktivitas membantu pengembangan pengetahuan
profesi.
8. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melakukan implementasi serta
meningkatkan standar keperawatan.
9. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melindungi masyarakat dari
terjadinya salah informasi dan salah interpretasis serta mempertahankan
integritas keperawatan.
10. Perawat melakukan kerjasama dengan anggota profesi kesehatan lain
masyarakat dalam meningkatkan usaha komunitas dan nasional untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan umum.
2.2.3 Kode Etik Canadian Nurses Association Klien
Klien
- Nilai I: menghargai kebutuhan dan nilai klien
Seorang perawat memperlakukan klien dengan menghormati kebutuhan dan
nilai mereka.
- Nilai II: menghargai pilihan klien
Berdasarkan penghargaan dan hak klien untuk mengontrol perawatan mereka
sendiri, asuhan keperawatan merefleksikan penghargaan hak untuk memilih
yang dimiliki klie.
- Nilai III: kerahasiaan

5
Perawat memegang kerahasiaan seluruh informasi mengenai klien yang
dipelajari dalam lingkungan perawatan kesehatan.
- Nilai IV: harga diri klien
Perawat dipandu dalam menghargai harga diri klien.
- Nilai V: kompetensi asuhan keperawatan
Perawat memberikan perawatan yang kompeten kepada klien.
Peran dan Hubungan Keperawatan
- Nilai VI: praktik, pendidikan, penelitian, dan administrasi keperawatn
Perawat mempertahankan rasa percaya dalam perawatan dan keperawatan.
- Nilai VII: kerja sama dalam asuhan keperawatan
Perawat menghargai dukungan dan keahlian rekan sejawat dalam keperawatan
dan bidang lainnya sebagai sesuatu yang penting untuk perawatan kesehatan
yang baik.
- Nilai VIII: perlindungan terhadap klien dari ketidak percayaan
Perawat melakukan langkah-langkah untuk meyakinkan bahwa klien menerima
perawatan yang profesional dan etis.
- Nilai IX: kondisi kepegawaian
Kondisi kepegawaian harus dilakukan dengan cara yang positif, untuk
perawatan klien dan kepuasan profesional perawatan.
- Nilai X: tindakan kerja
Tindakan kerja yang dilakukan oleh perawat ditujukan pada kondisi melindungi
kepegawaian sehingga memungkinkan perawatan yang aman dan layak bagi
klien dan meningkatkan kepuasan profesional perawat.
Etik Keperawatan masyarakat
- Nilai XI: edvokasi terhadap minat klien, komunitas, dan masyarakat
Perawat melindungi minat klien.
- Nilai XII: menunjukkan nilai dan etik keperawatan
Perawat menunjukkan nilai dan etik keperawatan pada rekar kerja dan orang
lain.
Profesi Keperawatan
- Nilai XIII: tanggung jawab asosiasi perawat professional
Organisasi perawat profesional bertanggung jawab atas penjelasan,
perlindungan, dan mempertahankan tindakan keperawatan secara etis.
Upaya menjalankan tugas ini menurut organisasi perawat profesional
6
tetap bersifat responsif terhadap hak, kebutuhan, serta legitimasi klien dan
perawat.
2.2.4 Kode Etik Perawat Indonesia
Keputusan Munas VI PPNI di Bandung, Nomor: 09/MUNAS-
VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Keperawatan Indonesia.
Mukadimah
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraab fisik,
material, dan mental, spiritual untuk makhluk insani dalam wilayah Republik
Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan di Indonesia berpedoman kepada
sumber asalnya yaitu kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan
keperawatan.
Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan
keperawatan bersifat universal bagi klien (individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu
berdasarkan pada cita-cita yang luhur, niat yang murni untuk keselamatan dan
kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien, cakupan
tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan penderitaan, serta
memulihkan kesehatan yang semuanya ini dilaksanakan atas dasar pelayanan
paripurna.
Dalam mmelaksanakan tugas profesional yang berdaya guna dan berhasil guna,
para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang luhur dengan ilmu
dan keterampilan yang memadai serta dengan kesadaran bahwa pelayanan yang
diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.
Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian
untuk kepentingan kamanusiaan, bangsa, dan tanah air; Persatuan Perawat Nasional
Indonesia menyadari bahwa perawat Indonesia yang berhiwa Pancasila dan
berlandaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 merasa terpanggil untuk
menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab,
berpedoman kepada dasar-dasar seperti yang tertera berikut.
Perawat dan Klien

7
1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut, serta kedudukan sosial.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan
kelangsungan hidup beragama klie.
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuahn keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika deperlukan oleh yang
berwenang sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Perawat dan Praktik
1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan
melalui belajar terus-menerus.
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai denngan kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang adekuat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi, dan memberikan delegasi kepada orang lalin.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional.
Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
Perawat dan Teman Sejawat
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat maupun
denngan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberiakan
pelyanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis, dan ilegal.
Perawat dan Profesi
8
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan.
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi membangun dan memelihara
kondisi kerja kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi.
Dengan melihat contoh-contoh dari kode etik tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa setiap profesi-termasuk perawat-telah mengembankan kode etik
yang menjelaskan tindakan profesional. Walaupun kode etik keperawatan dari
berbagai sumber berbeda, tetapi semuanya merefleksikan prinsip-prinsip etik.
Prinsip-prinsip Etik
Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985) dan juga PPNI
(2003) prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati klien dan
keluarganya. Perawat harus menghargai hak-hak klien untuk pencegahan
bahaya dan mendapatkan penjelasan secara benar. Dalam prinsip ini terkandung
arti bahwa kehidupan merupakan hak milik yang paling berharga dan mendasar
pada manusia. Prinsip ini menjelaskan mengapa penghentian pengobatan pada
seseorang tidak pernah dianggap ringan.
2. Otonomi
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat
keputusan sendiri, meskipun demikian masih terdapat berbagai keterbatasan,
terutama yang terkait dengan situasi dan kondisi, latar belakang individu,
cmapur tangan hukum, dan tenaga kesehatan profesional yang ada.
3. Beneficence (kemurahan hati/muslahat)
Kemurahan hati atau maslahat berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan
hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain. Kesulitan biasanya muncul
pada saat menentukan siapa yang harus memutuskan hal yang terbaik untuk
seseorang. Apabila prinsip kemurahan hati mengalahkan prinsip otonomi, maka
hasilnya adalah paternalisme yang berarti perlakuan yang berdasarkan pada apa

9
yang dipercayai oleh para profesional kesehatan untuk kebaikan klien, kadang-
kadang tidak melibatkan keputusan dari klien.
4. Non-maleficence (tidak merugikan)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan
kerugian atau cedera pada kliennya. Kerugian atau cedera dapat diartikan
sebagai kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan, kematian, atau adanya
gangguan emosi seperti perasaan tidak berdaya, merasa terisolasi, dan adanya
penyesalan.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban porawat untuk mengatakan suatu
kebenaran dan tidak berbohong atau menipu orang lain. Prinsip ini mempunyai
implikasi yang cukup berat bagi perawat, karena terkadang perawat harus
melakukan suatu kebohongan yang tidak dikehendakinya.
6. Confidensialitas (kerahasiaan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat untuk merahasiakan semua
informasi tentang klien yang dirawatnya, dan perawat hanya akan memberikan
informasi tersebut pada orang yang tepat. Perawat menghindari pembicaraan
mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung terlibat
dalam perawatan klien.
7. Fidelity (kesetiaan)
Prinsip kesetiaan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Perawat harus memegang
janji yang dibuatnya pada klien, kejujuran dan kesetiaan merupakan modal
dalam memupuk rasa percaya klien oada perawat. Apabila klien dan
keluarganya sudah tidak percaya lagi pada perawat yang menanganinya, maka
tujuan dari asuhan keperawatan tidak akan berhasil.
8. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk dapat berlaku adil
pada semua orang yaitu tidak memihak atau berat sebelah. Persepsi keadilan
bagi perawat dan klien sering berbeda, terutama yang terkait dengan pemberian
pelayanan. Perawat akan mendahulukan klien yang situasi dan kondisinya
memerlukan penanganan segera dan menunda melayani klien lain yang
kebutuhannya termasuk di bawah prioritas. Tidak seluruh klien dapat

10
memahami situasi ini, sehingga akan menimbulkan rasa kurang nyaman bagi
klien yang merasa dirinya kurang diperhatikan oleh perawat.
2.3 Masalah/Etik Issu Keperawatan
Setelah beberapa penjelasan mengenai teori etika keperawatan, kode etik perawat dalam
praktek keperawatan, masalah etik menimbulkan konflik antara kebutuhan pasien dengan
harapan perawat. Masalah eika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika
kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis.
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti berkata tidak
jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian pemberian makanan dan
cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa permasalahan etik yang langsung
berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti: evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab
terhadap peralatan dan barang, memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi
asuhan keperawatan yang buruk, masalah peran merawat dan mengobati. Disini akan dibahas
sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik yang berkaitan lansung pada praktik
keperawatan.
1. Konflik Etik antara Teman Sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian
kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka
perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan
tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut.
Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai
pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat
harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang
melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan
bijaksana.
2. Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan atau pengobatan
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk
pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang
memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya.
Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh
beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan,
social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan
merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih,
menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya,
11
yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak
terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
3. Masalah antara peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali
peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai
perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang
melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada
didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara
peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan saja
masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-negara
lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi
besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan
hukum para pelaku asuhan keperawatan hal inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.
4. Berkata Jujur atau Tidak jujur
Di dalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak
merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat
adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya
oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa
ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk
menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak
mau pasien takut akan suntikan yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat
telah mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan
menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak
pasien.
5. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti
mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah meninggal
dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum
dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan
12
memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering
terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien,
memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain.
Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan informai yang jelas terhadap
keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat penting,
Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat itu
diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain
bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan
karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan
barang din tempat kerja.
2.3.1 Dilema Etik
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang
memuaskan dan tidak memuaskan sebanding.
Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat
keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional. Kerangka Pemecahan Masalah Etik:
a. Mengembangkan data dasar
b. Mengidentifikasi konflik
c. Membuat tindakan alternatif
d. Menentukan siapa yang terlibat dan siapa pengambil keputusan
e. Mengidentifikasi kewajiaban perawat
f. Membuat keputusan
Kasus permasalah etik dalam keperawatan:
Sidak ke RS, Dokter dan Perawat Tidur, Gubernur Zumi Zola
Ngamuk
JAMBI – Gubernur Jambi Zumi Zola, yang juga artis, mengamuk melihat
perawat dan dokter di RSUD Raden Mattaher tidur saat dia melakukan
inspeksi mendadak (sidak), Jum’at (20/01/2017) dini hari.
Dalam sidak itu, sekitar pukul 01.00 WIB, Zumi Zola ditemani beberapa
rombongan tiba di gedung perawatan kelas III RSUD Raden Mattaher Jalan
Letjen Soeprapto, No31, Telanaipura, Jambi. Ketika memasuki ruangan,
Zola mendapati tempat perawat dan dokter jaga kosong.
13
Kesal dengan apa yang dilihat, Zumi pun langsung menggedor pintu
kamar yang ada di meja penjagaan. Begitu masuk ke dalam kamar tersebut,
Zola mendapati para perawat dan dokter sedang terlelap tidur.
Sang Gubernur pun berteriak membangunkan mereka. Betapa
terkejutnya mereka, saat terbangun, dilihatnya Gubernur Jambi yang
membangunkannya. Lalu, para perawat dan dokter disuruh keluar kamar
dan diminta untuk berbaris di ruang jaga dan Zumi Zola memarahi mereka
dengan nada tinggi.
Tidak di ruangan itu saja, Zola kemudian melanjutkan sidaknya ke
gedung perawatan Jantung. Di sana, ruang jaga juga kosong. Namun, di
kamar belakang ruang jaga, pintu kamar dikunci dari dalam. Zola pun
berkali-kali menggedor pintu tersebut yang akhirnya pintu dibuka.
Begitu masuk, Zola menyaksikan para perawat dan dokter yang terbangun
dan terkaget-kaget melihat kehadiran dirinya ada di depan mata. Ketika
mendatangi ruang perawatan lainnya, para perawat dan dokter sudah ada di
ruang jaga.
“Ada pegawai rumah sakit yang memberi tahu para perawat dan dokter
di ruang perawatan lainnya. Sidak bocor,” ujar salah seorang staf yang
mengikuti Zumi Zola.
Gubernur Zumi Zola mengatakan, dirinyamengadakan sidak di RSUD
Raden Mattaher lantaran sering mendapatkan pengaduan dari warga yang
mengeluhkan pelayanan para perawat dan dokter rumah sakit.
“Makanya, Saya mengecek para dokter dan perawat yang bertugas
malam di rumah sakit. Ada yang mengadu ke saya, di waktu malam jam 12
ke atas, jika infus habis atau kondisi pasien memburuk, perawat dan dokter
rumah sakit ini tidak ada di tempat,” tutur Zola.
Ketika mengecek sendiri, ternyata para perawat dan dokter sedang tidur
di dalam kamar. “Apalagi ada yang kamarnya dikunci dari dalam. Lalu jika
terjadi sesuatu pada pasien bagaimana. Ini tidak boleh,” ungkap Zola.
Zumi Zola mengaku akan memberi sanksi tegas kepada para perawat
dan dokter yang ketahuan terlelap tidur saat bertugas ketika dilakukan

14
sidak. “Yang pegawai negeri, termasuk dokternya, akan dipindah dari
rumah sakit. Yang honorer, akan menyusul diberhentikan. Baru-baru ini kan
kami sudah memberhentikan 59 honorer, mereka yang tidur akan
menyusul,” tukas Zola.
Plt Direktur Utama RSUD Raden Mattaher, drg Iwan Hendrawan
menyebutkan perawat dan dokter yang kedapatan tidur saat disidak
gubernur berjumlah 12 orang. “Sesuai perintah Pak Gubernur, mereka akan
mendapatkan sanksi tegas,” katanya. (poskotanews.com)
2.4 Pengambilan Keputusan Etis
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen
yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat, terutama yang terkait dengan
permasalahan pada tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannyan dengan perkembangan praktik
keperawatan yang semakin kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan di tengah
situasi yang selalu berubah, serta perkembangan budaya yang ada menyababkan tugas
pengambilan keputusan menjadi lebih berat. Dampak pengambilan keputusan yang kurang
tepat akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun
untuk institusi di mana individu tersebut bekerja.
Pengambil keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif atau
kemungkinan. Pengambilan keputusan dalam keperawatan diaplikasikan dengan cara
membangun model dari beberapa disiplin ilmu yang antara lain adalah ekonomi, filosofi,
politik, psikologi, sosiologi, budaya, kesehatan, dan ilmu keperawatan itu sendiri. Model dibuat
spesifik dalam pemecahan masalah etika dan permasalahan.
Pemecahan Masalah Sidak di Rumah Sakit :
Kasus “Sidak di Rumah Sakit” termasuk permasalahan etik yaitu dilema etik. Menurut
pendapat saya, perbuatan para perawat di Rumah Sakit tersebut kurang manusiawi dan tidak
selayaknya dia tidur sewaktu dinas di tempat kerjanya. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan,
seorang perawat harusnya selalu siap setiap saat. Karena, jika ada keterlambatan dalam
penanganan kepada pasien, hal tersebut bisa berakibat fatal pada keadaan pasien.
Jika saya diminta bantuan untuk menyelesaikan kasus tersebut, saya akan mencari tahu
apa penyebab keselahan sistem pelayanan di Rumah Sakit tersebut. Serta menasehati dan
memberi tahu perawat disana, bahwa apa yang dia lakukan itu salah dan menyimpang dari etik
keperawatan, karena saya sebagai teman sejawatnya seharusnya mengingatkan jika ada teman
yang melakukan pelanggaran atau dilema etik.

15
Penerapan penyelesaian dilema etik pada kasus tersebut, saya memakai Kerangka
Penyelesaian/Pemecahan Masalah Etik/Dilema Etik menurut Kozier & Erb tahun 1989 :
1. Mengembangkan data dasar.
a. Orang yang terlibat: Dokter jaga, Perawat, Gubernur, Direktur Rumah Sakit
b. Tindakan yang diusulkan: pemberian sanksi kepada perawat karena telah
melanggar kode etik dan membebastugaskan perawat dalam kurun waktu tertentu..
c. Maksud dari tindakan tersebut: untuk mencegah kelalaian perawat akan tugasnya
saat sedang dinas atau berhubungan dengan pasien.
2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
a. Konflik yang terjadi pada Perawat:
- Merasa prihatin terhadap perawat di RS tersebut, karena telah melanggar
prinsip-prinsip keperawatan seperti, Non-maleficence (tidak merugikan),
beneficence (kemurahan hati).
- Konflik yang mungkin timbul dengan apa yang dilakukan para perawat saat
sedang tidur pulas, bisa berakibat fatal pada keadaan pasien.
b. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.
c. Mengikuti sanksi yang diberikan Gubernur:
- Mematuhi peraturan yang dibuat oleh Gubernur.
- Mengingkari kode etik perawat dengan teman sejawat.
- Sudah berbuat adil terhadap teman sejawat lainnya.
- Para perawat di pindahkan ke Rumah Sakit lain.
d. Mendiskusikan masalah dengan Direktur RS dengan memberitahu bahwa para
perawat mempunyai tanggungan anak dan istri:
- Direktur RS mungkin akan mempertimbangan sanksi yang diberikan kepeda
para perawat.
- Direktur RS mungkin tetap bersih kukuh dengan sanksi yang diberikan kepada
para perawat karena menuruti perintah Gubernur.
3. Mengidentifikasi kewajiban perawat.
Dalam membantu para perawat membuat keputusan, saya sebagai teman sejawat perlu
membuat daftar kewajiban perawat terhadap teman sejawat:
a. Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga kesehatan
lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan perlayanan kesehatan secara menyeluruh.
16
b. Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada
sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam
rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
4. Membuat keputusan.
a. Menasehati para perawat untuk tidak tidur lagi sewaktu dinas.
b. Mendiskusikan permasalahan tersebut dengan Direktur RS dan perawat lainnya.
Nilai-nilai esensial yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan perawat yang tidur
saat dinas tersebut adalah:
a. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang
lain termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau
kemurahan hati serta ketekunan.
b. Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan
dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi.
Prinsip-prinsip etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan perawat yang tidur
saat dinas tersebut adalah:
a. Respek: dalam prinsip ini terkandung arti bahwa kehidupan merupakan hak milik yang
paling berharga dan mendasar pada manusia.
b. Beneficence (kemurahan hati/muslahat): kemurahan hati atau maslahat berkaitan
dengan kewajiban untuk melakukan hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain.
Kesulitan biasanya muncul pada saat menentukan siapa yang harus memutuskan hal
yang terbaik untuk seseorang.
Kode etik yang saya gunakan dalam menyelesaikan permasalahan perawat yang tidur saat dinas
tersebut adalah:
a. Perawat dan Teman Sejawat: perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan
perawat maupun denngan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
Teori etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan perawat yang tidur saat dinas
tersebut adalah:
a. Utulitarianism adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada konsekuensi dan
lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah besar dan mendatangkan
kebahagiaan untuk banyak orang serta mempunyai konsekuensi kerugian yang sedikit
atau minimal

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara
umum ada dua teori penting yang harus dipahami tentang etika, yaitu
Utilitarianism dan Deontologi.
Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu: kode etik
International Council of Nurses, kode etik American Nurses Assosciation, kode
etik Canadian Nurses Association, kode etik Perawat Indonesia. Masalah eika
keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih
dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis.
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang
memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Pengambilan keputusan
merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang harus
dipertimbangkan secara matang oleh perawat, terutama yang terkait dengan
permasalahan pada tatanan klinik.
3.2 Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama
bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin
supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan
sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik
keperawatan).
Dalam setiap melakukan tindakan perawat dituntut untuk dapat
bertindak secara mandiri maupun secara kolaborasi. Namun, tetap ingat akan
etika-etika keperawatan tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA
Sumijatun. 2011. Membudayakan Etik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Setyawan, Dody. 2012. Etik, Dilema Etik Dan Contoh Kasus Dilema Etik.
http://poskotanews.com/2017/01/21/sidak-ke-rs-dokter-dan-perawat-tidur-
gubernur-zu mi-zola-ngamuk/ (diakses pada tanggal 10 November 2017, pukul
12.33)

19

Anda mungkin juga menyukai