DISUSUN OLEH:KELOMPOK I
i
KATA PENGANTAR
Terima kasih tak terhingga kami ucapkan kepada guru pembimbing kami yang
telah memberikan cara tugas ini. Kami mendapatkan suatu pelajaran baik dalam
penulisan makalah serta mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pun untuk teman-teman
yang akan melakukan dengan tema yang sama. Kami menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini sangat banyak kekurangannya,dan masih jauh dari
kata sempurna, karena pengetahuan kami yang kurang luas,oleh karena itu dengan
rendah hati dan tangan terbuka kami mohon segala kritik dan saran sangat kami
harapkan agar dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………...i
Kata Pengantar……………………………………………………..ii
Daftar Isi……………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1Kesimpulan ……………………………………………..21
3.2Saran....…………………………………………………..21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap
pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada
individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup
sehari-hariya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien
adalah etika.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan
prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat
keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua
profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu
profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional. (Doheny et all,
1982).
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang
berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk
memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekuensi dari hal tersebut
tentunya setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu
dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan
keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan
bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk
yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung
jawab moral. (Nila Ismani, 2001). Etika juga merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral atau ilmu
kesusilan yang menyangkut aturan atau prinsip penentuan tingkah laku yang
baik dan buruk, kewajiban dan tanggung jawab. Sehingga dalam bekerja,
perawat harus mengetahui tentang kode etik, nilai nilai dalam keperawatan.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang , rumusan masalah yang didapat yaitu :
1. Apa pengertian dari kode etik?
2. Apa saja nilai yang diperlukan oleh seorang perawat?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang didapat yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kode etik.
2. Untuk mengetahui nilai yang diperlukan oleh seorang perawat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
ETIK
Merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara
moral atau ilmu kesusilan yang menyangkut aturan atau prinsip penentuan tingkah
laku yang baik dan buruk, kewajiban dan tanggung jawab.
1. Kode Etik
Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar
kesempurnaan dan nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan
oleh semua anggota kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang
waktu, dan berfungsi sebagai standar untuk tindakan profesional mereka.
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas
dan pelayanan dari profesi yang member tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan praktek dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan
pasien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat, profesi dan diri sendiri.
Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan daftar prilaku atau bentuk pedoman
atau panduan etik prilaku professi keperawatan secara professional dengan tujuan
utama adanya kode etik keperawatan adalah memberikan perlindungan bagi
pelaku dan penerima praktek keperawatan.(Aiken, 2003).
Para ahli falsafah moral telah mengemukakan beberapa teori etik, yang secara
garis besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.
a. Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani telos yang berarti akhir. Pendekatan ini
sering disebut dengan ungkapan the end fustifies the means atau makna dari suatu
tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada
pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin
bagi manusia.Contoh penerapan teori ini misalnya bayi-bayi yang lahir cacat lebih
baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban di masyarakat.
3
b. Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti tugas. Teori ini
berprinsip pada aksi atau tindakan. Contoh penerapan deontologi adalah seorang
perawat yang yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya
terjadi, walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain misalnya
seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan
agamanya yang melarang tindakan membunuh. Penerapan teori ini perawat tidak
menggunakan pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam
hal ini calon bayi) merupakan tindakan yang secara moral buruk. Prinsip etika
keperawatan meliputi kemurahan hati (beneficence). Inti dari prinsip kemurahan
hati adalah tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang menguntungkan
pasien dan menghindari perbuatan yang merugikan atau membahayakan pasien.
Prinsip ini seringkali sulit diterapkan dalam praktik keperawatan. Berbagai
tindakan yang dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan pasien,
serta tidak ada kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas
semua cara yang menguntungkan pasien. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah adanya sumbangsih perawat terhadap kesejahteraan kesehatan,
keselamatan dan keamanan pasien.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina
profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan
di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di jakarta pada tanggal
29 November 1989.
a. Kode etik keperawatan Indonesia
Kode etik keperawatan Indonesia terdiri dari 4 bab dan 16 pasal yaitu :
1) Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.
2) Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap tugasnya.
4
3) Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap
sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
4) Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap profesi keperawatan.
5) Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.
5
kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas
dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
6
4) Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi
a) Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-
sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b) Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
c) Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
d) Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya
.
5) Tanggung jawab Perawat terhadap Negara
a) Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah
digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b) Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
masyarakat.
b. Kode Etik Keperawatan Menurut ICN (International Council 0f Nurses Code
for Nurses)
ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia
yang didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover
Squar, London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian Kode Etik ini diuraikan
sebagai berikut :
7
b) Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan terhadap kehidupan yang
bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia.
c) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok, dam masyarakat, perawat mengikut sertakan
kelompok dan institusi terkait.
2) Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas,
perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai
nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan
inidividu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi pasien atau klien.
Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat
memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau
pengadilan.
3) Perawat dan Pelaksanaan praktek keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan
standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan
standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan
yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu.
Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai
dengan standar profesi keperawatan.
4) Perawat dan lingkungan Masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap mempunyai inisiatif, dan
dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan
masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
8
6) Perawat dan Profesi Keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar
praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif
dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan
secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasi
dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi
pelaksanaan praktek keperawatan.
c. Tujuan Kode Etik Keperawatan
Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati
martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien,
teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan
maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
9
2.2 Lima Dasar Etika Keperawatan
Bandman(1990)secara umum menjelaskan bahwa permasalahan etika
keperawatan pada dasar nya terdiri dari lima jenis,yaitu;
1. Kuantitas melawan kulalitas hidup
2. Kebebasan melawan penanganan dan pencegahan bahaya
3. Berkata secara jujur melawan berkata bohong
4. Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah
agama,politik,ekonomi dan ideology
5. Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba-coba
Nilai merupakan hal yang tidak lepas dalam praktek profesi keperawatan.
American Nurse Asociation (ANA) mengatakan bahwa nilai merupakan hal yang
penting dan ditegaskan keberadaanya (emphasized) dalam Kode Etik
Keperawatan (ANA, 2001). Nilai merupakan pandangan dan evaluasi individu
atau masyarakat terhadap apa yang baik dan diinginkan ataukah sesuatu itu tidak
baik dan tidak diinginkan (Rich and Butts, 2010).
Nilai dalam keperawatan mencakup penghargaan akan apa yang penting
dan baik untuk profesi dan keperawatan begitu pula baik untuk pasien sendiri
(Rich and Butts, 2010). Mempertahankan integritas dalam menghargai nilai
berarti bertindak secara konsisten dengan nilai personal manusia dan nilai dari
profesi (ANA, 2001). Nursing Council of Hongkong dalam kode etik keperawatan
diwilayahnya mengatakan bahwa perawat harus mengahargai martabat, nilai,
budaya dan kepercayaan pasien dan keluarga dalam memberikan pelayanan
keperawatan (NCH, 2009).
Nilai dalam keperawatan mempunyai peran vital dalam penyelesaian
masalah etik. Rich dan Butts menjelaskan ketika perawat dipaksa dan ditekan
untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai mereka, nilai dari seorang
perawat harus dapat memandu penalaran moral dan aksi perawat bahkan ketika
10
orang lain menantang kepercayaan perawat (Rich and Butts, 2010). Dari sini jelas
bahwa etika atau perilaku etik yang digunakan perawat dalam praktek profesinya
tidak lepas dari nilai-nilai keperawatan sendiri sebagai dasar, sebagai panduan
yang memberikan pencerahan dan tertuang dalam Kode Etik Keperawatan.
Nilai adalah cikal bakal daripada etika keperawtan itu sendiri. Pullman
mengatakan bahwa ada dua konsep dari martabat manusia. Yang pertama adalah
martabat dasar (basic dignity), dan kedua adalah martabat personal (personal
dignity). Memahami konsep martabat individu yang menjadi bagian utama dan
penting dari diri seseorang dan pasien lainnya merupakan nilai sendiri yang mana
menjadi dasar bagi perawat dalam melakukan penalaran moral (Pullman, 1999).
Penalaran moral yang menjadi dasar perilaku etik seorang perawat dijelaskan
pullman diatas harus menghargai dan memahami martabat dari individu. Nilai
yang profesional adalah bagian didalam penalaran moral (moral reasoning) (Rich
and Butts, 2010).
1. Nilai Perawatan
Suatu pernyataan umum telah muncul dalam keperawatan bahwa merawat
bertindak sebagai nilai sentral keperawatan, memberikan suatu kerangka
bagi penelitian profesional, pendidikan, dan pengembangan teori.
2. Nilai Advokasi
Mendukung, menjunjung, dan berbicara bagi nilai yang dianut orang lain
disebut advokasi. Kesehatan terpaku pada kesehatan itu sendiri, tetapi
lebih diarahkan pada suatu makna di mana seseorang hidup dalam
kehidupan yang berarti bagi diri mereka sendiri (American Nurse
Association [ANA] Code of Ethics, 1985).
Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association (ANA)
adalah sebagai berikut:
11
3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya
terancam oleh praktik seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis, atau
ilegal
4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan
perawatan yang dijalankan masing-masing individu.
5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan
kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan
konsultasi, menerima tanggung jawab, dan melimpahkan kegiatan
keperawatan kepada orang lain.
7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan
pengetahuan profesi.
8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan
meningkatkan standar keperawatan.
9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan
membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang
berkualitas.
10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik
terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan
integritas perawat.
11. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga
masyarakat Iainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan
nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan publik.
12. Tanggung jawab Keperawatan
12
bertanggung jawab atas semua bentuk tindakan klinis keperawatan atau kebidanan
yang dilakukan dalam lingkup tugasnya.
Perawat menghargai aspek legal dan moral baik dari individu, termasuk
anak-anak, untuk berpartisipasi kapanpun dimungkinkan dalam
pengambilan keputusan terhadap pelayanan keperawatan dan medis yang
akan mereka terima (ACN, 2009). Kepercayaan seorang perawat,
berdasar pada penalaran moral yang baik, yang harus mengarahkan
perawat saat memberikan pelayanan (Butts, 2006).
13
Karena perawat menerima dan menghargai moral individu pasien dalam
memberikan layanan asuhan keperawatan yang berkualitas, maka etika
perawat dalam praktek keperawatan harus memperhatikan moral individu
baik moral pasien maupun moral perawat sendiri. Hal ini menandakan
bahwa aspek moral berpengaruh kepada etika profesi keperawatan.
Perbedaan moral pada setiap individu menuntut perbedaan ‘kebijaksanaan
penilaian moral’ oleh perawat dalam memberikan pelayanan yang beretika
dan profesional.
14
kesehatan yang mereka cari. Perawat saat memberikan pelayanan hendaknya
mampu menghargai nilai budaya yang ada di dalam sebuah komunitas dan
dapat dijadikan dasar etika dalam berhubungan dengan masyarakat
a. Altruisme
Merupakan perilaku yang menggambarkan kepedulian dan kesejahteraan
orang lain. Sikap dari nilai altruisme yang ditampilkan perawat meliputi
pemberian perhatian, komitmen atau prinsip yang dipegang teguh oleh
perawat untuk mempertahankan janji, rasa iba, kemurahan hati, serta
ketekunan.
Pada altruisme salah satu yang penting adalah sifat empati atau merasakan
perasaan orang lain di sekitar kita. Hanya altruisme timbal
balik yang mempunyai dasar biologis. Kerugian potensial dari
altruisme yang dialami individu diimbangi dengan kemungkinan menerima
pertolongan dari individu lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa altruisme
merupakan bagian “sifat manusia” yang ditentukan secara genetika, karena
keputusan untuk memberikan pertolongan melibatkan proses kongnisi sosial
komplek dalam mengambil keputusan yang rasional (Latane&Darley,
Schwartz, dalam Sears, 1991).
Perawat yang memiliki nilai yang baik pasti akan menggali metode dan
keterampilan yang diperlukan untuk memberdayakan asuhan yang efektif
(Bishof & Scudder, 1990). Mereka menunjukkan kepedulian terhadap klien
dengan mendukung dan menguatkan klien, sehingga klien dapat sembuh dari
sakitnya, dapat mengatasi kelemahannya, dan hidup lebih sehat. Mereka
15
peduli dengan kesejahteraan klien. Kehadiran kepedulian seringkali
membantu proses penyembuhan (Bishof & Scudder, 1990).
b. Persamaan
Persamaan adalah mempunyai hak dan status yang sama, sikap yang dapat
ditunjukkan perawat yaitu menerima, adil atau tidak diskrinatif.
c. Empati
Adalah berusaha menempatkan diri pada seseorang yang bersangkutan
sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang besangkutan
tersebut. Empati berbeda dengan simpati, sikap melibatkan perasaan terhadap
sesuatu hal, sehingga tidak dapat lagi berfikir objektif merupakan sikap
simpati yang tidak seharusnya dimiliki oleh perawat. Senyum dan rasa
empati yang ditimbulkan setidaknya akan menjadi multivitamin dosage
tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super keras akan menyembuhkan
rasa terpelentirnya hati seorang pasien yang sedang menderita penyakit
sekeras apapun. Ada hal yang tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga tidak
harus dengan percobaan yang mahal, ada yang timbul dari hati yaitu
keikhlasan untuk menolong sesama.
d. Kebebasan
Kebebasan adalah memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk
percaya diri, harapan, disiplin, serta kebebasan.
e. Keadilan
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
16
f. Otonomi
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri
sendiri. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah
bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesioanal merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak hak pasien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
g. Non- Malefience
Non –malefience adalah tidak melukai atau tindak menimbulkan bahaya
atau cidera bagi orang lain.
h. Benefience
Benefience adalah hanya melakukan suatu yang baik, kebaikan,
memerlukan penegakan dari kesalahan atau kejahatan orang lain.
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik
dengan otonomi.
i. Kejujuran
Kejujuran adalah berarti dengan penuh dengan kebenaran nilai ini
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
17
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa
”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak
untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
j. Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan untuk kebutuhan individu mengharigai janji
dan komitmennya terhadap orang lain. Prinsip fidelity dibutuhkan individu
untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia
pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat
terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari
perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
18
Perawat berpartisipasi secara aktif dalam penyelesaian masalah pelayanan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain, khususnya dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan melalui riset
2. Pilihan
Mendukung dan menghargai otonomi klien serta membantunya
mengekspresikan kebutuhan dan nilai kesehatan serta mendapatkan
informasi pelayanan yang tepat.
Perawat bertanggung jawab untuk mencarikan dan memberikan informasi
yang lengkap tentang risiko dan keuntungan dari beberapa alternatif
tindakan yang ditawarkan serta memberikan kebebasan untuk menentukan
pilihan.
Apabila klien tetap menolak semua alternatif yang ditawarkan, perawat
tetap berupaya agar menentukan pilihan yang mempunyai dampak yang
paling kecil.
3. Martabat
Perawat menghargai dan mengadvokasi martabat dan kehormatan diri
manusia.
Perawat dalam melaksanakan asuhan bertanggung jawab terhadap
kebutuhan, nilai-nilai dan pilihan klien.
Perawat juga mempunyai perhatian terhadap kelompok risiko serta
mengadvokasi martabat klien dalam penggunaan teknologi ditatanan
pelayanan kesehatan.
Perawat mengobservasi kondisi kesehatan dan sosial yang memungkinkan
seorang hidup bermartabat sepanjang hidupnya dan selama proses
kematian.
4. Akuntabilitas
Perawat bertindak secara konsisten sesuai dengan standar praktik dan
tanggung jawab profesi.
19
Perawat klinik, manajer, pendidik maupun peneliti, harus menyadari
tanggung jawab profesinya dan akuntabel dalam mengawal mutu asuhan
keperawatan.
Walaupun tanggung jawabnya berbeda namun semua berorientasi pada
praktik keperawatan yang aman, kompeten dan berlandaskan etik profesi.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk
secara moral
Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar
kesempurnaan dan nilai kelompok.
Nilai merupakan pandangan dan evaluasi individu atau masyarakat
terhadap apa yang baik dan diinginkan ataukah sesuatu itu tidak baik dan
tidak diinginkan (Rich and Butts, 2010).
Profesi keperawatan mengakui adanya perbedaan di dalam masyarakat.
Menghargai perbedaan masyarakat memerlukan perawat untuk memahami
bagaimana latar belakang perbedaan budaya dan bahasa dapat
mempengaruhi ketersediaan dan penerimaan layanan keperawatan dan
kesehatan di sebuah tempat (ACN, 2009)
3.2 Saran
1. Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui
masalah yang berhubungan nilai etik dalam keperawatan
2. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan
pasien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien, sehingga
sangat diharapkan perawat memahami nilai etik keperawatan
3. Penyusunan makalah ini belum sempurna, untuk itu diperlukan peninjauan
ulang terhadap isi dari makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scrib.com/doc/138006497/Nilai-nilai-Keperawatan
http://humamakper1/2014/11/nilai-nilai-dalamm-keperawatan.html
https://hendrapriyatnanto.wordpress.com/2012/11/23/etika-dan-nilai-
keperawatan/
http://rumah-perawat.blogspot.com/2016/11/nilai-moral-dan-budaya-
dalam-etika.html
22