Anda di halaman 1dari 23

KONSEP DASAR ETIK YANG MELANDASI PROFESI KEPERAWATAN

Dosen Pengampu : Maria Adelheid Ensia., S.Pd. M.Kes

Kelompok 2

Disusun Oleh :

Diki Wahyudi 2019.C.11a.1041


Fitri Andrianai 2019.C.11a.1044
Lara Sinta 2019.C.11a.1047
Liana Puspa Cristiana 2019.C.11a.1049
Sentianai 2019.C.11a.1061
Tumise 2019.C.11a.1066

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019/ 2020

i
DAFTAR ISI

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karna atas
anugrah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata
kuliah Etika Keperawatan yang berjudul “Konsep Dasar Etika Yang Melandasi
Profesi Keperawatan” tepat waku.
Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Maria Adelheid
Ensia., S.Pd. M.Kes selaku dosen mata kuliah Etika Dan Hukum Kesehatan,dan
semua pihak yang turut membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun
sebutkan satu persatu.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Palangka Raya, 7 Maret 2020

Penulis

i
DAPTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................
i

DAFTAR ISI..................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
2
C. Tujuan.......................................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan.....................................................................................


3
2.2 Tujuan Etika Keperawatan........................................................................................
6
2.3  Pendekatan dalam Etika Keperawatan.....................................................................
8
2.4  Tipe-tipe Etika Keperawatan...................................................................................
8
2.5  Teori-teori dalam Etika Keperawatan......................................................................
9
2.6  Prinsip- prinsip Etika Keperawatan.........................................................................
11

BAB III PENUTUP

ii
A. Kesimpulan...............................................................................................................
18
B. Saran ........................................................................................................................
18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak besar


terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang
dilaksanakan oleh tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja
secara mandiri dan dapat pula bekerja sama dengan profesi lain. Perawat dituntut
untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien/klien baik secara individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan memandang manusia secara
biopsikososial spiritual yang komperhensif. Sebagai tenaga yang professional.
Dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang menjamin
terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggungjawab secara moral.
Masalah merupakan suatu bagian yang tat dapat dipisahkan dari segala segi
kehidupan. Tidak ada satupun benda ataupun subjek hidup yang bersih tanpa
masalah, namun ada yang tersembunyi namun ada juga yang lebih dominan oleh
masalahnya. Begitupun dalam praktik keperawatan, terdapat beberapa isu yang
bisa jadi merupakan masalah dalam praktik keperawatan kita. Baik merupakan
perbuatan dari pihak yang tidak bertanggung jawab, ataupun segala hal yang
terjadi disebabkan oleh pertimbangan etis.
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang
sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya.
Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah
etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Etika dan moral merupakan
sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun
dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia.
Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari

1
prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional.
(Doheny et all, 1982).
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang
berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk
memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekuensi dari hal tersebut tentunya
setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan
dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak
hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan
mempertimbangkan etika.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?


2. Apakah tujuan dari etika keperawatan?
3. Bagaimana pendekatan dalam etika keperawatan?
4. Apasajakah tipe-tipe etika keperawatan?
5. Apasajakah prinsip-prinsip etika keperawatan

C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan
2. Untuk laporan diskusi kasus
3. Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan
4. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan
keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang


berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal
yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan  dalam kode etik yang
bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan
kepercayaan dari profesi. Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik
dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan
tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001). Bioetik adalah studi tentang isu etika
dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo, 1997). Dalam pelaksanaannya etika
keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam sumpah janji
profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi
individu yang dilayani. Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau
wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional.
Kode etik menerapkan konsep etis Karena profesi bertanggung jawab pada
manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu.
Definisi yang lebih jelas dikemukakan oleh Curtin, yaitu etika merupakan
suatu disiplin yang diawali dengan mengidentifikasi, mengorganisasi,
menganalisis dan memutuskan perilaku manusia dengan menerapkan prinsip-
prinsip untuk mendeterminasi prilaku yang baik terahdap terhadap situasi yang
dihadapi (MacPahil, 1988). Berkaitan dengan etika dan moral, terdapat pula
istilah etiket yang merupakan cara atau aturan yang sopan dalam hubungan
social. Sedangkan etiket professional berarti prilaku yang diharapkan bagi setiap

3
anggota profesi untuk bertindak dengan kapasitas profesionalnya (Tabbner
1981).
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan menjadi
prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat
keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh
semuaprofesi termasuk keperawatan, yang mendasari prinsip-prinsip suatu
profesi dan tercermin dalam standar praktik profesi (Doheny, Cook, Stoper,
1982).
Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau
bermoral. Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun
pernyataan tentang keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika
profesi sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi
angngota profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota
profesi memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus yangn dipergunakan
untuk membuat keputusan yang memengaruhi orang lain.
Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum
untuk melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan
menjamin pelayanan yang diberikan berdasarkan standar dan pelaksana
pelayanan merupakan tenaga profesional yang berkompetenn Perawat harus
membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang memberi gambaran
tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan. Perawat juga harus mengerti
undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan kesehatan kepada umum,
terutama undang-undang yang mengatur praktik keperawatan. Perawat harus juga
memperhatikan fungsi dan tanggung jawabnya, seperti yang dijelaskan oleh
hukum dan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi keperawatan. Etika profesi
keperawatan dikenal sebagai practice discipline, yang perwujudannya dikenal
melalui asuhan atau praktik keperawatan.
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi
yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling
memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang

4
bersangkutan. Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk
tercapainya kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai
kontrak sosial dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan
bagi perawat untuk terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan
yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus
dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi.
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatann. Etika profesi
keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi
keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama
perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan
untuk menaati dan menentukan kode etik yang telah disepakati. Secara spesifik
etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam melaksanakan
praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini. Disamping itu,
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan
masyarakat mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin
komplek untuk itu, perawat dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil
keputusan atas dasar penalaran saintifik dan etis.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus
mengambil suatu keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan klien.
Keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran
ilmiah dan penalaran etika, hal yang baik bagi pelayanan keperawatan klien
diukur dari sudut keyakinannya sendiri, norma masyarakat, dan standar
profesional. Dalam melaksankan praktik keperawatan, perawat berhadapan
dengan manusia atau klien. Perawat meyakini bahwa klien mempunyai harga
diri, martabat, dan otonomi; dan integritas perawat harus dipertahankan dalam
memberi pelayanan atau asuhan keperawatan. Disamping itu, keperawatan
mempunyai tanggung jawab untuk memciptakan lingkungan yang kualitas
pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat
istiadat klien.

5
2.2 Tujuan Etika Keperawatan
Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk
mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur
ini, keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan
mengevaluasi perilaku moral perawat.
Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan
dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan
bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan
kepada profesi (ANA, 1976 dalam buku Suhaemi, 2010). Secara umum tujuan
etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan
klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan
masyarakat kepada profesi keperawatan.
Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantang untuk mengembangkan etika
profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru
dan mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi
muda, secara terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar
setiap perawat tetap menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat
menjadi wasit untuk anggota profesi yang bertindak kurang profesional karena
melakukan tindakan “di bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan
masyarakat terhadap profesi keperawatan.
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku
Suhaemi 2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu mengenal dan
mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan, membentuk strategi
atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan, dan menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat
di pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada
Tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
Perawat membutuhkan kemampun untuk menghubungkan dan
mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap
tindakan yang dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah Tuhan dalam:

6
1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat
sendiri, maupun masyarakat.
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan
pandangan (hal yang dianggap benar).
Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi
keperawatan adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya dan etika yang
berhubunngan dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam
yang menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan
milik perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi (2010) pendidikan
etika keperawatan bertujuan :
1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi
kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim
kesehatan tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas,
keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik.
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar
praktik keperawatan professional. Diakui bahwa pengembangan
keterampilan ini melalui dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang
memerlukan pengambilan keputusan yang baik dan benar dipandang dari
sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip
etika keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.
Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang
berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan
nilai, norma yang timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika
keperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan

7
diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi
dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.

2.3  Pendekatan dalam Etika Keperawatan


Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting memahami metode
pendekatan yang digunakan dalam diskusi permasalahan etika. Ladd.J (1978 dikutip
oleh Frell; lih. McCloskey, 1990 dalam buku Suhaemi, 2010) menyatakan ada empat
metode utama, yaitu otoritas, consensus hominum, pendekatan intuisi atau self-
evidence, dan metode argumentasi.
a. Metode otoritas menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan
berdasarkan pada otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan
supernatural, kelompok manusia, atau institusi seperti majelis ulama, dewan
gereja, atau pemerintah. Penggunaan metode ini terbatas hanya pada penganut
yang percaya.
b. Metode consensum hominum menggunakan pendekatan berdasarkan pada
persetujuan masyarakat luas atau peda sekelompok manusia yang terlibat dalam
pengkajian suatu masalah. Segala sesuatu yang diyakini bijak, dan secara etika
dapat diterima, dimasukkan dalam keyakinan.
c. Metode pendekatan intuisi atau self-evidence dinyatakan oleh para ahli filsafat
berdasarkan pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknik intuisi. Metode
inipun terbatas hanya pada orang-orang yang mempunyai intuisi tajam.
d. Metode argumentasi atau metode sokratik menggunakan pendekatan dengan
mengajukan pertanyaan atau mencari jawaban yang mempunyai alasan tepat.
Metode analitik ini digunakan untuk memahami fenomena etika.

2.4  Tipe-tipe Etika Keperawatan


Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam
etik menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik

8
difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theologi.
Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan
pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua
tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan
kemampuan organisme terhadap pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik
antara lain peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberiaan pelayanan
kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan,kesehatan modern, aplikasi teori etik, dan
prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan.

2. Clinical Ethics/Etik Klinik


Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics
adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya
merespons permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

3. Nursing Ethics/Etik Keperawatan


Bagian dari bioetik yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik
dalam keperawatan.

2.5  Teori-teori dalam Etika Keperawatan


Teori dasar etika merupakn penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam
pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral
telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology.

9
1. Teleoloi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir). Istilah
teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian. Teleologi
merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadii. Pendekatan ini sering disebut
dengan ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu tindakan
ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian
hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal
dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku
Suhaemi, 2010).
Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarienisme
dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai
suatu tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan
kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih
terbatas tidak melibatkan aturan umum, tetapi berupaya menjelaskan pada suatu
situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat
memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya
pada individu. Contoh penerapan teori ini; bayi yang lahir cacat lebih baik
diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.

2. Deontologi
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip pada
aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil
akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam
konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakann melakukan tanggung jawab
moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral
benar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan
tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperative. Contoh
penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi
tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat

10
menyakitkan. Contoh lain seorang perawat menolak membantu pelaksanaan aborsi
karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh. Dalam
menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan,
misalnya tindakan aborsi dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya karena
setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan
tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan
menjadi lima prinsip penting, yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran
dan ketaatan (Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2010).

2.6  Prinsip- prinsip Etika Keperawatan


Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidat
akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan
maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan
(Suhami,2010). Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang
bersifat etis dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
1.      Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?
2.      Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang
bekerja sama dengan saya?
3.      Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?
4.      Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?

Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang seharusnya,
perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak pasien, dan
haknya sendiri untuk mempertahankan kewibawaan.
Fungsi kode etik menurut Hipocrates :
1.      Menghindari ketegangan antar-manusia
2.      Memperbaiki status kepribadian
3.      Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan

11
Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik
keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):
1.      Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan.
Standar ini akan melindungi perawat dan pasien
2.      Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional,
memperbaiki, dan memelihara standar tersebut
3.      Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti
orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi
anggota profesional
4.      Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat
keputusan dalam situasi keperawatan
Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada
perawat sendiri.
Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang
etis dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum
dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral
berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan,
atau di izinkan dalam suatu keadaan. Terdapat tiga prinsip moral yang sering
digunakan dalam diskusi moral, yaitu autonomy, non-maleficience, dan justice
(Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2010).
1. Autonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan
nomos, artinya aturan. Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri
atau mengatur diri sendiri. Menghargai otonomi berarti menghargai manusia
sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya. Prinsip otonomi sangat penting dalam
keperawatan. Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus

12
melibatkan klien untuk berpartisipasi  dalam membuat keputusan yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan klien tersebut.
Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :
1. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya.
2. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting
diketahui klien dalam membuat suatu pilihan.
3. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan
atau penyimpangan.
4. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki
informasi tersebut.
5. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah
tidak bersedia menjelaskannya.

2.Non-maleficience
Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya atau
cedera bagi orang lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2010)
menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih
keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak
merugikan orang lain. Contohnya seorang klien yang mempunyai kepercayaan
bahwa pemberian transfusi darah bertentangan dengan keyakinannya, dan
mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang kronis. Sebelum
kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfusi darah. Pada suatu saat,
ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan hebat, dokter
seharusnya mengintruksikan untuk memberikan transfusi darah. Dalam hal
ini, akhirnya transfuse darah tidak diberikan karena prinsip beneficience,
walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi penyalahgunaan
prinsip maleficienc.

13
3. Keadilan
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua
individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang
sama tidak selalu identic, tetapi dalam hal ini persamaan mempunyai kontribusi
yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Dalam aplikasinya,
prinsip moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat komplementer sehingga
kadang-kadang menimbulkan masalah dalam berbagai situasi.
Kontak yang terus-menerus antara perawat dengan klien membutuhkan suatu
hubungan perawat-klien yang spesiifik, yang dibina atas dasar saling percaya.
Hubungan yang spesifik ini merupakan dasar dalam etika keperawatan.
Hubungan perawat klien didasarkan pada penghargaan atas harkat dan
martabak manusia, penumbuhan rasa saling percaya, cara pemecahan masalah,
dan kolaborasi. Dalam hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi
sebagai narasumber dalam memberi informasi yang relevan dengan masalah
klien. Perawat juga dapat berfungsi sebagai konselor, yaitu ketika klien
menjelaskan perasaannya dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sakitnya.
Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua,
saudara kandung, atau orang yang paling dekat dengan klien sehingga
memungkinkan klien mengeksplorasi perasaanya sesuai dengan  sifat hubungan
tersebut. Fungsi lain yang dilaksanakan perawat adalah sebagai seorang ahli
yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi masalah
dalam kebutuhan kllien. Pada proses hubungan perawat-klien, klien
mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan pertolongan, artinya
klien mempercayakan dirinya terhadap asuhan keperawatan yang diberikan,
untuk ini perawat mempunyai kewajiban menghargai kepercayaan klien dengan
memberikan asuhan secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien,
dan menjaga kerahasian klien. Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil
dan penghargaan atats hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan
kebenaran dan kewajiban untuk tidak menipu. Perawat diharapkan berinteraksi

14
dengan klien dengan cara selalu mengatakan yang sebenarya. Kepercayaan ini
dibutuhkan klien dalam menghadapi keadaan sakitnya dan hal ini sangat
penting dalam menjamin kolaborasi perawat-klien yang optimal. Hubungan
perawat-klien ini menjadi dasar dalam peran perawat sebagai pembela klien.

Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai berikut:


1. Otonomy (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

2. Berbuat Baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.

3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan
kemanusiaan. Nilai ini Direfleksikan dalam praktik professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

15
4. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik dan psikologis
selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.\

5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat
beberapa argumen mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa “doctors know best” sebab individu memiliki
otonomi,mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling
percaya.

6. Menepati Janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan dan kesetiaan adalah kewajiban seseorang
untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.

16
7. Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien diluar
area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dihindari.

8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang
berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai,
norma yang timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan
tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakini oleh peserta
didik melalui pembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi dalam lingkungan
pekerjaan dan lingkungan profesi.
Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung
pada perawat sendiri. Perawat bebas mendengarkan kata hatinya bila telah
menerima nilai yang baik, kata hati akan menuntunnya, dan akan tertanam nilai
moral.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K.2001. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama


Ismani, Nila.2001.Etika Keperawatan.Jakarta :  Widia Merdeka
Notoatmodjo, Soekijo.2010.Etika Dan Hukum Kesehatan.Jakarta : PT
Rineka Cipta
https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-etika-keperawatan-49173288
https://www.scribd.com/doc/42618297/ETIKA-KEPERAWATAN
https://fikunpad-divarosya.blogspot.com/2009/01/etika-keperawatan.html

19

Anda mungkin juga menyukai