Disusun Oleh :
Vina 2019.C.11a.1067
Winta 2019.C.11a.1069
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Masa Esa karena atas
karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan “Makalah Atresia Ductus Hepaticus”
ini dapat terselesaikan dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Penulis
berharap Makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan pembaca.
Namun penulis cukup menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Atresia bilier ditemukan pada 1 dalam 10.000 kelahiran hidup dan 1 dalam 25.000
kelahiran hidup. Tampaknya tidak terdapat predileksi rasial atau genetik kendati ditemukan
predominasi wanita sebesar 1,4:1 (McEvoy dan Suchy, 1996; Whitington, 1996). Di Belanda,
dilaporkan kasus atresia bilier sebanyak 5 dari 100.000 kelahiran hidup, di Perancis 5,1 dari
100.000 kelahiran hidup, di Inggris dilaporkan 6 dari 100.000 kelahiran hidup. Di Texas
tercatat 6.5 dari 100.000 kelahiran hidup, 7 dari 100.000 kelahiran hidup di Australia, 7,4 dari
100.000 kelahiran hidup di USA dan dilaporkan terdapat 10,6 dari 100.000 kelahiran hidup di
Jepang menderita atresia bilier. Dari 904 kasus atresia bilier yang terdaftar di lebih 100
institusi, atresia bilier di dapatkan pada ras Kaukasia (62%), berkulit hitam (20%), Hispanik
(11%), Asia (4,2%) dan Indian amerika (1,5%). Walau jarang namun jumlah penderita
atresia bilier yang ditangani RS. Cipto Mangun Kusumo (RSCM) pada tahun 2002-2003
tercatat mencapai 37-38 bayi atau 23% dari 163 bayi berpenyakit kuning akibat kelainan
fungsi hati. Sedangkan di RSU Dr. Soetomo Surabaya antara tahun 1999-2004 ditemukan
dari 19.270 penderita rawat inap di1Instalansi Rawat Inap Anak, tercatat 96 penderita
dengan penyakit kuning gangguan fungsi hati didapatkan 9 (9,4%) menderita atresia bilier
( Widodo J, 2010).
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu di
dalam maupun di luar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan perkembangan saluran
empedu ini tidak diketahui. Jika aluran empedu buntu, maka empedu akan menumpuk di hati.
Selain itu akan terjadi ikterus atau kuning di kulit dan mata akibat tingginya kadar bilirubin
dalam darah. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati
bisa berakibat fatal atau sampai terjadi kematian.
Deteksi dini dari kemungkinan adanya atresia bilier sangat penting sebab efikasi
pembedahan hepatik-pontoeterostomi (operasi Kasai) akan menurun bila dilakukan setelah
umur 2 bulan. Bagi penderita atresia bilier prosedur yang baik adalah mengganti saluran
empedu yang mengalirkan empedu ke usus. Selain itu,terdapat beberapa intervensi
keperawatan yang penting bagi anak yang menderita atresia bilier. Penyuluhan yang meliputi
semua aspek rencana penanganan dan dasar pemikiran bagi tindakan yang akan dilakukan
harus disampaikan kepada anggota keluarga pasien. (Donna L. Wong, 2008)
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari atresia bilier.
b. Untuk mengetahui etiologi dari atresia bilier.
c. Untuk mengetahui apa-apa saja manifestasi klinis dari atresia bilier.
d. Untuk mengetahui gambaran patofisiologi dari atresia bilier.
e. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dibutuhkan untuk mengetahui atresia
bilier.
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat dalam mengatasi atresia bilier
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Atresia bilier merupakan suatu keadaan yang relatif jarang, dimana tidak terdapatnya
sebagian sistem bilier antara duodenum dan hati sehingga terjadi hambatan aliran empedu
yang mengakibatkan ikterus neonatorum. Kondisi ini pertama kali dideskripsikan oleh John
Thompson pada tahun 1892. Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di
dalam pipa/ saluran-saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke
kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan kondisi kongenital yang berarti terjadi saat
kelahiran (Lavanitale, 2010). Atresia bilier merupakan suatu defek kongenital yang
merupakan hasil dari tidak adanya atau obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada
ekstrahepatik atau intrahepatik.
2.2 Epidemiologi
Atresia billiaris lebih banyak terjadi pada perempuan, Rasio atresia bilier pada anak
perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1. Prevalensi terjadinya 1 : 15.000 disetiap angka
kelahiran. Insidensi lebih banyak terjadi pada anak-anak asia dan anak kulit hitam. Di US,
sekitar 300 bayi yang lahir setiap tahunnya dengan kondisi atresia billiaris. Bentuk janin-
embrio yang ditandai dengan kolestasis awal, muncul dalam 2 minggu pertama kehidupan,
dan menyumbang 10-35% dari semua kasus. Dalam bentuk ini, saluran-saluran empedu
terputus saat lahir, dan 10-20% dari neonatus yang terkena dampak telah dikaitkan cacat
bawaan, termasuk Situs inversus , polysplenia , malrotasi, atresia usus, dan anomali jantung,
antara lain.
Dari 904 kasus atresia billiris yang terdaftar di lebih 100 institusi, atresia billiaris
didapat pada ras Kaukasia (62%), berkulit hitam (20%), hispantik (11%), Asia (4,2) dan
Indian Amerika (1,5%). Kasus atresia bilier dilaporkan sebanyak 5:100.000 kelahiran hidup
di belanda, 5:100.000 kelahiran hidup di perancis, 6:100.000 kelahiran hidup di Inggris,
6,5:100.000 kelahiran hidup di Texas, 7:100.000 kelahiran hidup di australia, 7,4:100.000
kelahiran hidup di USA, dan 10,6:100.000 kelahiran hidup di Jepang
2.3 Etiologi
Penyebab dari atresia bilier tidak diketahui dengan pasti. Mekanisme autoimun
mungkin merupakan sebagian penyebab terjadinya progresivitas dari Atresia bilier. Dua tipe
dari atresia biliaris adalah bentuk fetal dan terjadi selama masa fetus dan timbul ketika lahir,
serta bentuk perinatal lebih spesifik dan tidak terlihat pada minggu kedua sampai minggu
keempat kehidupan.
Sebagian ahli menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan
adanya kelainan kromosom trisomi17, 18 dan 21; serta terdapatnya anomali organ pada 30%
kasus atresia bilier. Namun, sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresia bilier adalah
akibat proses inflamasi yang merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi.
Beberapa anak, terutama mereka dengan atresia bilier, seringkali memiliki cacat lahir
lainnya di jantung, limpa, atau usus. Sebuah fakta penting adalah bahwa atresia bilier bukan
merupakan penyakit keturunan. Kasus dari atresia bilier pernah terjadi pada bayi kembar
identik, dimana hanya 1 anak yang menderita penyakit tersebut. Atresia bilier kemungkinan
besar disebabkan oleh sebuah peristiwa yang terjadi selama hidup janin atau sekitar saat
kelahiran. Kemungkinan yang "memicu" dapat mencakup satu atau kombinasi dari faktor-
faktor predisposisi seperti:
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala penyakit
ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup, seperti :
1. Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat tinggi
(pigmen empedu) dalam aliran darah.
2. Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi baru lahir.
Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan. Seorang
bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat lahir, tapi ikterus berkembang
pada dua atau tiga minggu setelah lahir.
3. Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan dari
hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan dibuang dalam
urin.
4. Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang masuk
ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi bengkak akibat
pembesaran hati.
5. Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat
6. Degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus, dan
hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan lemak yang larut
dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi, defisiensi lemak larut dalam air
serta gagal tumbuh.
7. Lemah
8. Letargi
9. Anoreksia
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
2.5 Klasifikasi
Tipe- tipe atresia biliary, secara empiris dapat dikelompokkan dalam 2 tipe:
Klasifikasi dengan menggunakan system klasifikasi Kasai, cara ini banyak digunakan.
Mengklasifikasikan kasus atresia biliaris berdasarkan lokasi dan tingkat patologinya, yaitu:
2.6 Patofisiologi
Jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa gatal.
Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan dikeluarkan ke dalam aliran darah, yang dapat
mewarnai kulit dan bagian putih mata sehingga berwarna kuning. Degerasi secara gradual
pada hati menyebabkan joundice, ikterik dan hepatomegaly. Karena tidak ada aliran empedu
dari hati ke dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi, kekurangan
vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D,E,K dan gagal tumbuh.Vitamin A, D, E, K larut
dalam lemak sehingga memerlukan lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-
vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan lemak didalam tubuh, kemudian digunakan
Saat diperlukan. Tetapi mengkonsumsi berlebihan vitamin yang larut dalam lemak dapat
membuat anda keracunan sehingga menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, dan
masalah hati dan jantung.
2.8 Komplikasi
- Sirosis
- Gagal hati
- Gagal tumbuh
- Hipertensi portal
- Varises esophagus
- Asites
- Encephalopathy
2.9 Penatalaksanaan
Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam pipa/ saluran-
saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu
(gallbladder). Ini merupakan kondisi kongenital yang berarti terjadi saat kelahiran. Penyebab
terjadianya atresia bilier tidak diketahui dengan pasti. Mekanisme autoimun mungkin
merupakan sebagian penyebab terjadinya progresivitas dari atresia bilier. Dua tipe dari atresia
biliaris adalah bentuk fetal dan terjadi selama masa fetus dan timbul ketika lahir, serta bentuk
perinatal lebih spesifik dan tidak terlihat pada minggu kedua sampai minggu keempat
kehidupan. Penanganan yang dapat dilakukan untuk kasus atresia bilier adalah kasai
prosedur dan transplantasi hati.
3.2 Saran
1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami penyakit atresia ductus hepaticus atau atresia
bilier.
2. Diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien atresia
ductus hepaticus atau atresia bilier.
DAFTAR PUSTAKA
Yuliani, Rita dan Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak . Jakarta: Sagung Seto
Datta, Parul. 2009. Pediatric Nursing. New Delhi: Jaypee
Widodo Judarwanto. 2010. Atresia Bilier, Waspadai Bila Kuning Bayi Baru Lahir yang
berkepanjangan. From : url :http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/02/07/atresia-
bilier waspadai-bila-kuning-bayi-baru-lahir-yang-berkepanjangan/
Yamatakan A, Cazares J, Miyano T. Biliary Atresia. In: Holcomb III GW, Murphy P, Ostlie
DJ.Ashcraft’s Pediatric Surgery. 6th ed. Toronto. 2014. Elsevier, p580-92
Cowles RA. The Jaundiced infant: Biliary Atresia. In: Coran AG, et al. Peditric Surgery. 7th
Ed. Philadelphia; 2012. Saunders. P1321-30.