BILIER(DUCTUS HEPATICUS)
DI
S
U
S
U
N
Oleh :
Muhammad Riandi
Reza Aswandi
Nurul Alvira
Putri Masthura
Rita Zahara
Oktarina
Raqiqatul Awanis
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Cut Oktaviyana, M.Kep
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN SAMPUL........................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. latar belakang.......................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................3
C. Rumusan masalah................................................................................3
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................28
B. Saran.................................................................................................... 28
DAFTARPUSTA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresia bilier atau atresia ductus hepaticus adalah penyakit serius yang
mana ini terjadi pada satu dari 10.000 anak-anak dan lebih sering terjadi pada
anak perempuan daripada anak laki-laki dan pada bayi baru lahir Asia dan
Academy).
menyebabkan hambatan aliran empedu. Jadi, atresia bilier adalah tidak adanya
dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan
bilirubin direk. Hanya tindakan bedah yang dapat mengatasi atresia bilier. Bila
86%, tetapi bila pembedahan dilakukan pada usia > 8 minggu maka angka
keberhasilannya hanya 36%. Oleh karena itu diagnosis atresia bilier harus
1
Kerusakan hati yang timbul dari atresia bilier disebabkan oleh atresia
empedu dari hati. Empedu dibuat oleh hati dan melewati saluran empedu dan
hilangnya jaringan hati. Akhirnya hati tidak akan dapat bekerja dengan baik
bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1. Meski jarang tetapi
23 persen dari 162 bayi berpenyakit kuning akibat kelainan fungsi hati.
Sedangkan DiInstalasi Rawat Inap Anak RSU Dr. Sutomo Surabaya antara
(9,4%).
Dari 904 kasus atresia bilier yang terdaftar di lebih 100 institusi,
atresia bilier didapat pada ras Kaukasia (62%), berkulit hitam (20%),
Hispanik (11%), Asia (4,2%) dan Indian Amerika (1,5%) Kasus Atresia
2
5,1/100.000kelahiran hidup di Perancis, 6/100.000 kelahiran hidup di Inggris,
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Atresia bilier?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
4. Mengidentifikasi etilogi Atresia bilier
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam
Proses ini sering berjalan terus setelah bayi lahir sehingga prognosis
ekstra hepatic (Ringoringo P.). Jadi Atresia Billiary adalah suatu keadaan
5
dimana saluran empedu tidak berbentuk atau tidak berkembang secara
normal.
lemak di dalam usus halus. Pada Atresia Billiary terjadi penyumbatan aliran
aliran empedu. Jadi, atresia bilier adalah tidak adanya atau kecilnya lumen
terjadi pada 1 banding 10 ribu hingga 15 ribu bayi lahir hidup. Dengan angka
kelahiran hidup di Indonesia 4,5 juta pertahun, dari jumlah tersebut diprediksi
tahunnya. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah
1,4 : 1 (Wartapedia.2010).
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir.
Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah
6
pucat, Penurunan berat badan dan ini berkembang ketika tingkat ikterus
meningkat.
paten.
sampai ke hilus.
(correctable), sedangkan tipe III adalah bentuk yang tidak dapat dioperasi
(non-correctable). Sayangnya dari semua kasus atresia bilier, hanya 10% yang
7
atresia.Ditemukan saluran empedu proksimal yang terbuka lumennya.
yaitu:
a. Embrional :
pertama kelahiran).
b. Perinatal:
proksimal paten.
8
b. IIa. Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus bilier komunis,
C. Etiologi
Etiologi Atresia Billiary masih belum diketahui dengan pasti. Atresia
9
menyebabkan hambatan aliiran empedu. Ada juga sebagian ahli yang
penyakit keturunan. Kasus dari atresia bilier pernah terjadi pada bayi kembar
identik, dimana hanya 1 anak yang menderita penyakit tersebut. Atresia bilier
e) hepatocelluler dysfunction
D. Manifestasi Klinis
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir.
Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah
10
a) Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin
pada bayi baru lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama
meningkat
tumbuh
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
malnutrisi.
11
Gatal-gatal : karena asam empedu yang menumpuk dan menyebar
kedalam aliran darah yang keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik juga
menyebabkan obstruksi aliran empedu
imin atau viral injury bertanggung jawab atas proses progresif yang
b) Rewel
hati).
E. Patofisiologi
12
Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan
terlihat pada janin, bayi yang lahir mati (stillbirth) atau bayi baru lahir
billier terjadi pada akhir kehamilan atau dalam periode perinatal dan
periode 2 hingga 3 bulan sesudah lahir agar kerusakan hati yang progresif
aliran normal empedu ke luar hati dan ke dalam kantong empedu dan usus.
gagal hati.
menyebabkan rasa gatal. Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan
13
dikeluarkan ke dalam aliran darah, yang dapat mewarnai kulit dan bagian
hepatomegaly. Karena tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus, lemak
dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi, kekurangan vitamin larut
disimpan dalam hati dan lemak didalam tubuh, kemudian digunakan saat
F. Pemeriksaan Diagnosis
Belum ada satu pun pemeriksaan penunjang yang dapat sepenuhnya
parenkim hati
1) Pemeriksaan laboratorium
fungsi hati, dan gamma-GT. Kadar bilirubin direk < 4 mg/dl tidak
ekstrahepatik.
atresia bilier.
b) Pemeriksaan khusus
15
pemeriksaan ini tidak lebih baik dari pemeriksaan visualisasi tinja.
Pemeriksaan ultrasonografi
Sintigrafi hati
16
tetapi ekskresinya ke usus normal, sedangkan pada atresia
Liver Scan
empedu.
17
Pemeriksaan ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio
G. Komplikasi
1. Kolangitis:
komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatic ke usus,
bulan setelah prosedur Kasai sebanyak 30-60% kasus.Infeksi ini bisa berat
2. Hipertensi portal:
esofagus.
4. Keganasan:
dapat timbul pada pasien dengan atresia bilier yang telah mengalami
namun dapat dilakukan lebih awal (dari 6 bulan hidup) untuk mengurangi
kerusakan dari hati. Atresia bilier mewakili lebih dari setengah dari
(hepatopulmonary sindrom).
H. Prognosis
Keberhasilan portoenterostomi ditentukan oleh usia anak saat
bilier)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
20
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi klien :
1) Nama
2) Usia
3) Jenis Kelamin
4) Suku
b. Alamat
c. Keluhan Utama
d. Riwayat Penyakit
Imunisasi :
Status Gizi
Komposisi keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
a. Hypertermi
21
b. Pola nafas tidak efektif
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
No Diagnosa Intervensi
kriteria hasil
1 Hipertermia NOC : NIC :
Thermoregulation Fever treatment
Definisi Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering
Suhu tubuh naik Suhu tubuh mungkin
diatas rentang dalam rentang 2. Monitor IWL
normal normal 3. Monitor warna dan suhu
Nadi dan RR kulit
Batasan dalam rentang 4. Monitor tekanan darah,
Karakteristik: normal nadi dan RR
a. kenaikan suhu Tidak ada 5. Monitor penurunan tingkat
tubuh diatas perubahan kesadaran
rentang normal warna kulit 6. Monitor WBC, Hb, dan
b. serangan atau dan tidak ada Hct
konvulsi (kejang) pusing, merasa 7. Monitor intake dan output
c. kulit kemerahan nyaman 8. Berikan anti piretik
d. pertambahan RR 9. Berikan pengobatan untuk
e. takikardi mengatasi penyebab
f. saat disentuh demam
tangan terasa 10. Selimuti pasien
hangat 11. Lakukan tapid sponge
12. Berikan cairan intravena
Faktor faktor yang 13. Kompres pasien pada lipat
berhubungan : paha dan aksila
a. penyakit/ trauma 14. Tingkatkan sirkulasi udara
b. peningkatan 15. Berikan pengobatan untuk
metabolisme mencegah terjadinya
c. aktivitas yang menggigil
berlebih
d. pengaruh
medikasi/anastesi Temperature regulation
e. ketidakmampuan/ 1. Monitor suhu minimal tiap
penurunan 2 jam
kemampuan 2. Rencanakan monitoring
untuk berkeringat suhu secara kontinyu
f. terpapar 3. Monitor TD, nadi, dan RR
dilingkungan 4. Monitor warna dan suhu
panas kulit
22
g. dehidrasi 5. Monitor tanda-tanda
h. pakaian yang hipertermi dan hipotermi
tidak tepat 6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika
perlu
23
pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
24
anterior-posterior nafas tekanan darah
m. Pernafasan rata- yang b. Monitor VS saat pasien
rata/minimal paten berbaring, duduk, atau
n. Bayi : < 25 atau > (klien berdiri
60 tidak
c. Auskultasi TD pada kedua
o. Usia 1-4 : < 20 merasa
lengan dan bandingkan
atau > 30 tercekik,
irama d. Monitor TD, nadi, RR,
p. Usia 5-14 : < 14 sebelum, selama, dan
atau > 25 nafas,
frekuensi setelah aktivitas
q. Usia > 14 : < 11
pernafasa e. Monitor kualitas dari nadi
atau > 24
n dalam f. Monitor frekuensi dan
r. Kedalaman
rentang irama pernapasan
pernafasan
normal, g. Monitor suara paru
s. Dewasa volume tidak ada
tidalnya 500 ml suara h. Monitor pola pernapasan
saat istirahat nafas abnormal
t. Bayi volume abnormal) i. Monitor suhu, warna, dan
tidalnya 6-8 Tanda kelembaban kulit
ml/Kg Tanda j. Monitor sianosis perifer
u. Timing rasio vital k. Monitor adanya cushing
v. Penurunan dalam triad (tekanan nadi yang
kapasitas vital rentang melebar, bradikardi,
normal peningkatan sistolik)
Faktor yang (tekanan
berhubungan : l. Identifikasi penyebab dari
darah,
a. Hiperventilasi perubahan vital sign
nadi,
b. Deformitas tulang pernafasa
c. Kelainan bentuk n)
dinding dada
d. Penurunan
energi/kelelahan
e. Perusakan/pelem
ahan muskulo-
skeletal
f. Obesitas
g. Posisi tubuh
h. Kelelahan otot
pernafasan
i. Hipoventilasi
sindrom
j. Nyeri
k. Kecemasan
l. Disfungsi
Neuromuskuler
m. Kerusakan
persepsi/kognitif
n. Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
o. Imaturitas
Neurologis
25
3 Ketidakseimbanga NOC : NIC :
n nutrisi kurang Nutritional Nutrition Management
dari kebutuhan Status : food and 1. Kaji adanya alergi makanan
tubuh Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi:Intake nutrisi
Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah
tidak cukup untuk Adanya kalori dan nutrisi yang
keperluan peningkatan dibutuhkan pasien.
metabolisme tubuh. berat badan 3. Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan meningkatkan intake Fe
Batasan karakteristik tujuan 4. Anjurkan pasien untuk
: Berat badan meningkatkan protein dan
Berat badan 20 ideal sesuai vitamin C
% atau lebih di dengan tinggi 5. Berikan substansi gula
bawah ideal badan 6. Yakinkan diet yang
Dilaporkan Mampu dimakan mengandung
adanya intake mengidentifika tinggi serat untuk
makanan yang si kebutuhan mencegah konstipasi
kurang dari RDA nutrisi
7. Berikan makanan yang
(Recomended Tidak ada
terpilih ( sudah
Daily Allowance) tanda tanda dikonsultasikan dengan ahli
Membran malnutrisi gizi)
mukosa dan Tidak terjadi 8. Ajarkan pasien bagaimana
konjungtiva pucat penurunan
membuat catatan makanan
Kelemahan otot berat badan
harian.
yang digunakan yang berarti
9. Monitor jumlah nutrisi dan
untuk
kandungan kalori
menelan/mengun
yah 10. Berikan informasi tentang
Luka, inflamasi kebutuhan nutrisi
pada rongga 11. Kaji kemampuan pasien
mulut untuk mendapatkan nutrisi
Mudah merasa yang dibutuhkan
kenyang, sesaat
setelah Nutrition Monitoring
mengunyah 1. BB pasien dalam batas
makanan normal
Dilaporkan atau 2. Monitor adanya penurunan
fakta adanya berat badan
kekurangan 3. Monitor tipe dan jumlah
makanan aktivitas yang biasa
Dilaporkan dilakukan
adanya 1. Monitor interaksi anak atau
perubahan orangtua selama makan
sensasi rasa 2. Monitor lingkungan selama
- Perasaan makan
ketidakmampuan 3. Jadwalkan pengobatan
untuk dan tindakan tidak selama
mengunyah jam makan
makanan 4. Monitor kulit kering dan
Miskonsepsi perubahan pigmentasi
Kehilangan BB 5. Monitor turgor kulit
26
dengan makanan 6. Monitor kekeringan, rambut
cukup kusam, dan mudah patah
Keengganan 7. Monitor mual dan muntah
untuk makan 8. Monitor kadar albumin, total
Kram pada protein, Hb, dan kadar Ht
abdomen 9. Monitor makanan kesukaan
Tonus otot jelek 10. Monitor pertumbuhan dan
Nyeri abdominal perkembangan
dengan atau 11. Monitor pucat, kemerahan,
tanpa patologi dan kekeringan jaringan
Kurang berminat
konjungtiva
terhadap 12. Monitor kalori dan intake
makanan nuntrisi
Pembuluh darah
13. Catat adanya edema,
kapiler mulai hiperemik, hipertonik papila
rapuh lidah dan cavitas oral.
Diare dan atau
14. Catat jika lidah berwarna
steatorrhea
magenta, scarlet
Kehilangan
rambut yang
cukup banyak
(rontok)
Suara usus
hiperaktif
Kurangnya
informasi,
misinformasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia bilier (biliary atresia) di sebut juga arteria ductus hepaticus
adalah suatu penghambatan di dalam pipa/saluran-saluran yang membawa
27
cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu (gallbladder). Ini
merupakan kondisi congenital, yang berarti terjadi saat kelahiran.
Etiologi atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian
ahli menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan
adanya kelainan kromosom trisomi17, 18 dan 21; serta terdapatnya anomali
organ pada 30% kasus atresia bilier. Namun, sebagian besar penulis
berpendapat bahwa atresia bilier adalah akibat proses inflamasi yang
merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi.
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka
lahir. Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama
setelah hidup. Gejala-gejala seperti Ikterus, Jaundice Urin gelap Tinja
berwarna pucat, Penurunan berat badan dan ini berkembang ketika tingkat
ikterus meningkat.
B. Saran
Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian penatalaksanaan
yang tepat demi tercapainya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental
yang optimal bagi penderita atresia bilier.
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Robbins Cotran. (1999). Buku Saku Robbins Dasar Patologi Penyakit
Ed. 5. Jakarta: EGC.
28
Markum, A. H. (1999). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Gaya Baru.
Sjamsuhidajat dan Win De Jong. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Ed. 1.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Oldham, Keith T.et all (eds); Biliary Atresia at Principles and Practice of
Pediatric Surgery, 4th Edition.
Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Widodo Judarwanto. 2010. Atresia Bilier, Waspadai Bila Kuning Bayi Baru
Lahir yang berkepanjangan. From : url
:http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2012/02/07/atresia-bilier
waspadai-bila-kuning-bayi-baru-lahir-yang-berkepanjangan
Steven M. Biliary Atresia. Emedicine. 2009. Available From: url: http://
emedicine. medscape.com/ article/927029-overview
Sjamsul Arief. Deteksi Dini Kolestasis Neonatal. Divisi Hepatologi Ilmu
Kesehatan Anak FK UNAIR.Surabaya. 2006. Available from : url
:http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-ena504-pkb.pdf
29