• Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang kompleks • Gejala yang paling sering ditemui adalah waham • Waham dialami oleh 60% penderita skizofrenia dengan intensitas yang lebih berat dibandingkan dengan gangguan jiwa yang lain. • Waham merupakan keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. • Keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan terus menerus. Tidak dapat digoyahkan dengan argumentasi rasional. • Keyakinan palsu yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan cukup bukti kekeliruannya. Tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya • Waham adalah kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan dengan isi pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan atau kepercayaan yang telah terpaku/ terpancang kuat dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan kenyataan tetapi tetap dipertahankan. Jika disuruh membuktikan berdasar akal sehatnya atau disebut juga kepercayaan yang palsu dan sudah tidak dapat dikoreksi (Baihaqi, 2009). 1. Status Mental a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya c. Pada waham curiga didapatkan perilaku pencuriga d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri e. Pada sistem wahamnya, kemungkinan adanya kualitas depresi ringan f. Tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap, kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar. 1. Sensorium dan kognisi b. Tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi c. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh) d. Memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek e. Dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya (menentukan kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan) Faktor Predisposisi • Teori Biologis b. Faktor genetic: memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain) c. Kecacatan sejak lahir: terjadi pada bagian hipokampus otak (terjadi kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak d. Teori biokimia: (peningkatan dari dopamin neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis). 1. Teori Psikososial a. Teori sistem keluarga: perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak b. Teori interpersonal: orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orangtua- anak yang penuh akan kecemasan c. Teori psikodinami: psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah Faktor Presipitasi a. Biologis: neurobiologis yang maladaptif, yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan b. Stres Lingkungan: stres yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku c. Pemicu Gejala: respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku individu 1. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali 2. Waham somatik: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. 3. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali 4. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali 5. Waham nihilistic: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal dan diucapkan • Fase Assertif: tingkatan marah (rentang respon marah) yang paling rendah, malah kadang susah dibedakan antara dia marah atau sekedar bersedih • Frustasi: respon marah selanjutnya, terjadi karena gagal dalam mencapai tujuan dan tidak bisa menerima kenyataan.dan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi • Pasif: marah yang paling banyak dilakukan oleh perempuan, menunjukkan marah dengan nyata, lebih banyak diam, tidak mengungkapkan amarah • Agresif: perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol, tidak mau tahu pendapat orang lain, diekspresikan dengan fisik dan nyata namun masih terkontrol, menggunakan kata-kata yang kasar bahkan hingga mengancam, sudah ada gerakan seperti akan memukul seseorang namun sebatas gertakan • Kekerasan/ Mengamuk: marah yang kuat disertai dengan kehilangan kontrol diri, mengamuk, mengancam, menyakiti diri sendiri dan juga orang lain di sekitarnya Pengkajian •Menurut Roman dan Walid (2012) Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer yang berasal dari klien dan sumber data sekunder yang diperoleh selain klien (keluarga, orang terdekat, teman, orang lain yang tahu tentang status kesehatan klien dan tenaga Kesehatan). •Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, factor presipitas, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien Diagnosa Keperawatan •Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab (Muhith, 2015) •Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik aktual maupun potensial (Stuart, 2016 Intervensi •Tujuan: ➢ Klien dapat mengidentifikasi penyebab prilaku kekerasan ➢ Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan ➢ Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya ➢ Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya ➢ Klien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasannya ➢ Klien dapat mencegah/ mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka • Tindakan Keperawatan ➢ Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. ● Tindakan yang harus perawat lakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah: Mengucapkan salam terapeutik ● Berjabatan tangan ● Menjelaskan tujuan interaksi ● Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien ➢ Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu. ● Diskusikan apa penyebab perilaku kekerasan dari diri klien ● Diskusikan bersama klien apa yang menyebabkan prilaku kekerasan timbul ➢ Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan: ● Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik ● Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis ● Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial ● Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual ● Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual ➢ Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah, yaitu secara verbal terhadap: ● Orang lain ● Diri sendiri ● Lingkungan ➢ Diskusikan bersama klien akibat perilakunya ➢ Dilakukan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara: ● Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam ● Obat ● Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya ● Spiritual kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien ➢ Latih klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: ● Latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal ● Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal ➢ Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal ● Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik ● Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal ➢ Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual: ● Dilakukan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien ● Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan klien ● Buat jadwal latihan kegiatan ibadah (Keliat, 2013)