GLOMERULONEFRITIS KRONIS
DI
S
U
S
U
N
Oleh :
Muhammad Riandi
Reza Aswanda
Nurul Alvira
Putri Masthura
Rita Zahara
Oktarina
Raqiqatul Awanis
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Cut Oktaviyana, M.Kep
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 3
C. Tujuan ................................................................................................................ 3
D Manfaat................................................................................................................ 3
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir
dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa ( Buku Ajar
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis merupakan penyakit
atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada
akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-
mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan
kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya
menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi.
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat fatal.
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah
B. Rumusan Masalah
Bagaimana membuat asuhan keperawatan anak yang mengalami Gluronefritis
Kronis.
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana gambaran asuhan keperawatan anak yang mengalami
Gluronefritis Kronis.
D.Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
2 Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Glomerulonefritis ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu. Terjadi akibat infeksi kuman streptococcus. Sering ditemukan pada usia 3-7 tahun
(pada awal usia sekolah). Lebih sering mengenai anak laki-laki dari pada wanita dengan
peradangan lama di sel-sel glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolus akut
yang tidak membaik atau timbul secara spontan (Arif muttaqin & kumala Sari, 2011).
Glomerulonefritis kronik ditandai oleh kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat
glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui
asal usulnya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang sudah lanjut, ketika gejala-
gejala insufisiensi ginjal timbul. Pada pengkajian ditemukannya klien yang mengalami
glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada saat pemeriksaan dijumpai hipertensi atau
peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum (Mutaqqin dan Sari, 2012).
Glomerulonefritis kronis (GNK) adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari
proteinuria yang menetap. Glomerulonefritis kronis sering timbul beberapa tahun setelah
cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam
urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan (Mutaqqin dan Sari, 2012; Mansjoer, et
al., 2000). Jalan penyakit GNK dapat berubah-ubah. Ada pasien yang mengalami gangguan
fungsi minimal dan merasa sehat. Perkembangan penyakitnya juga perlahan. Walaupun
perkembangan penyakit GNK perlahan atau cepat, keduanya akan berakhir pada penyakit
6
B. Epidemiologi
Glomerulusnefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih
sering mengani anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara anak
laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun.
Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien
yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara
6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulusnefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau
secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala.
Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum
berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai
hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis dan
C. Etiologi
c. Penyakit sipilis
d. Diabetes mellitus
f. Hipertensi kronik
7
g. Penyakit kolagen
h. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut. Penyakit ini
ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia awal sekolah dan jarang pada
anak yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih banyak pria daripada wanita (2:1). Timbulnya
GNC (Glomerulusnefritis Cronic) didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di
traktus respiratorius atau saluran napas bagian atas dan kulit oleh kuman streptococus
beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah faktor iklim,
D. Patofisiologi
Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Diduga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khusus yang
leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan
pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis glomerulus
(IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel
merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan
yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai
8
pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai
invasi PMN.
ini dapat tersebar dalam mesangium, dilokalisir pada subendotel membran basalis
glomerulus sendiri, atau menembus membran basalis dan terperangkap pada sisi
epitel. Baik antigen atau antibodi dalam kompleks ini tidak mempunyai hubungan
imunofluoresensi terlihat pula pola nodular atau granular serupa, dan molekul
antibodi seperti IgG, IgM atau IgA serta komponen-komponen komplomen seperti
Pola respon jaringan tergantung pada tempat deposit dan jumlah kompleks
yang dideposit. Bila terutama pada mesangium, respon mungkin minimal, atau dapat
yang dapt meluas diantara sel-sel endotel dan membran basalis,serta menghambat
fungsi filtrasi simpai kapiler. Jika kompleks terutama terletak subendotel atau
pembentukan sabit epitel. Pada kasus penimbunan kronik komplek imun subepitel,
maka respon peradangan dan proliferasi menjadi kurang nyata, dan membran basalis
9
Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap perbedaan distribusi deposit
demikian ukuran dari kompleks tampaknya merupakan salah satu determinan utama.
basalis, tapi masuk ke mesangium. Komplkes juga dapat berlokalisasi pada tempat-
tempat lain.
imun dalam glomerulus terbatas dan kerusakan dapat ringan danberlangsung singkat
F. Manifestasi Klinik
ditemukan adalah :
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal
e. Hipertensi
10
i. Ureum dan kreatinin meningkat
j. Proteinurea
k. Suhu subfebril
o. Anemia
p. Gagal jantung kematian
q. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
G. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk GNC menurut Beta Gelly & Sowden Linda
(2012) adalah
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. LED (Laju Endap Darah) meningkat.
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air).
c. Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis urine
meningkat.
d. Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan :Albumin
(+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit, dan hialin.
e. Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin beta- IC)
sedikit menurun.
f. Ureum dan kreatinin meningkat.
g. Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
h. Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
2. Test gangguan kompleks imun
3. Biopsi ginjal
11
H. Komplikasi
Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan
b. Ensefalopati hipertensi
c. Gangguan sirkulasi
jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan oleh
I. Penatalaksanaan
1. Medik
penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemeberian profilaksis yang lama sesudah
12
nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan, karena terdapat
b. Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus dikeluarkan dari dalam
darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfuse tukar dan
sebagainya.
c. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulusnefritis akut, tetapi akhir-akhir ini
pemberian furosemide (lasix) secara intravena (1 mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit
d. Bila tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.
2. Keperawatan
Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah adala kemungkinan
adanya gejala payah jantung, segera berikan posisi yang nyaman (semi fowler),
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah pasien
dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses keperawatan. Dan
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua atau anak pada waktu ke rumah sakit Pasien mengeluh mual ,
mengeluh sesak
b. Riwayat Kesehatan
Anak tampak odema , muntah, pada saat disentuh teraba hangat , mengalami,
a) Prenatal History
mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada
ibu.
b) Intra natal
c) Riwayat Neonatus
14
kaji riwayat neunatus saat bayi pertamakali lahir apa ada tanda atau gejala yang mucul
dari neunatus. Pada pasien GNC biasanya tidak ditemukan tanda gejal pada usia
nenatus.
A. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami Gluronefritis
Cronic (GNC)
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki
lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat
dengan ayah.
b) Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa
bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika
usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
alat sederhana.
hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan
15
Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual keperawatan
dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang
meliputi:
Pada pasien dengan GNC akan mengalami gangguan nutrisi metabolic seperti
penambahan berat badan karena adanya pembengkakan. Suhu badan normal hanya
panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya
retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Perlukaan pada
c. Pola Eliminasi
Pada pasien. GNC biasanya ditemukan Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-
perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan
darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah
16
darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan penglihatan
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
Terjadi perilaku distraksi, gelisah, dan penolakan. Klien cemas dan takut karena
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran. Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh
pelaksanaan ibadah.
2. Pengkajian fisik
17
Keadaan umum klien lemah dan terlihat saki berat dengan tingkat kesadaran
biasanya composmentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya perubahan.
a. B1 (Breatihing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan
jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase
akut. Pada fase lanjut di dapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas
yang merupakan respons edema pilmonerdan efusi fleura.
b. B2 (Blood ). Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder
dari peningkatan beban volume.
c. B3 (Brain). Didapatkan adanya edema wajah terutama periorbital, seklera tidak
ikteri status neurologi mengalami perubahan sesuai dengan tingkat paranya
azotemia pada sistem saraf pusat.
d. B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna urine warnanya kola.
e. B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi kurang dari kebutuhan. Didapatkan asites
pada abdomen.
f. B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.
B. Diagnosa
1. Gangguan eliminasi urine
C. Perencanaan
18
- Nokturia Intake cairan dalam obat dengan sifat
- Retensi rentang normal antikolinergik atau
- Dorongan Bebas dari ISK property alpha agonis
Factor yang Tidak ada spasme Memonitor efek dari
berhubungan bladder obat-obatan yang
- Obstruksi anatomic Balance cairan diresepkan, seperti
- Penyebab multiple seimbang calcium channe blockers
- Gangguan sensori dan antikolinergik
motorik Menyediakan
- Infeksi saluran penghapusan privasi
kemih Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air atau
disiram toilet
Merangsang refleks
kandung kemih dengan
menerapkan dingin
untuk perut membelai
tinggi batin, atau air
Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih (10 menit)
Gunakan spirit
wintergreen di pispot
atau urinal
Menyediakan maneuver
crede, yang diperlukan
Gunakan double-void
teknik
Masukkan kateter kemih
Anjurkan
pasien/keluarga untuk
merekam output urine
Intruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau impaksi
tinja
Memantau asupan dan
keluaran
Memantau tingkat
distensi kandung kemih
dengan palpasi dan
perkusi
Membantu dengan toilet
secara berkala
Memasukkan pipa ke
dlaam lubang tubuh
untuk sisa
19
Menerapkan katerissi
intermiten
Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih.
Kelebihan Volume NOC NIC
Cairan Electrolit and acid Fluid management
Definisi : base balance Timbang popok atau
peningkatan retensi Fluid balance pembalut jika diperlukan
cairan isotonic Hydration Pertahankan catatan
Batasan Kriteria Hasil : intake dan output yang
Karakteristik Terbebas dari edema, akurat
Bunyi nafas efusi, anaskara Pasang urin kateter jika
adventisius Bunyi nafas bersih, diperlukan
Gangguan elektrolit tidak ada Monitor hasil Hb yang
Anasarka dyspnea/ortopneu sesuai dengan retensi
Ansietas Terbebas dari distensi cairan (BUN, Hmt,
Azotemia vena jugularis, reflek osmolalitas urin)
Perubahan tekanan hepatojugular (+) Monitor status
darah Memelihara tekanan hemodinamik termasuk
Perubahan status vena sentral, tekanan CVP, MAP, PAP, dan
mental kapiler paru, output PCWP
Perubahan pola jantung dan vital sign Monitor vital sign
pernafasan dalam batas normal Monitor indikasi
Penurunan Terbebas dari retensi/kelebihan cairan
hematocrit kelelahan, kecemasan (cracles, CVP, edema,
Penurunan atau kebingungan distensi vena leher,
hemoglobin Menjelaskan indikator asites)
Dyspnea kelebihan cairan Kaji lokasi dan luas
Edema edema
Peningkatan Monitor masukan
tekanan vena sentral makanan/cairan dan
Asupan melebihi hitung intake kalori
haluaran Monitor status nutrisi
Distensi vena Kaloborasi pemberian
jugularis diuretic sesuai intruksi
Oliguria Batasi masukan cairan
Ortopnea pada keadaan
Efusi pleura hiponatrermi dilusi
dengan serum Na <130
Refleksi
mEq/l
hepatojugular
positif Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
Perubahan tekanan
muncul memburuk
arteri pulmonal
Fluid Monitoring
Kengesti pulmunal
Tentukan riwayat
Gelisah
jumlah dan tipe intake
Perubahan berat cairan dan eliminasi
jenis urin
Tentukan kemungkinan
Bunyi jantung S3 factor resiko dari
20
Penambahan berat ketidakseimbangan
badan dalam waktu cairan (hipertermia,
sangat singkat terapi diuretic, kelainan
Factor – factor yang renal, gagal jantung,
berhubungan : diaphoresis, disfungsi
Gangguan hati dll)
mekanisme regulasi Monitor berat badan,
Kelebihan asupan BP, HR, dan RR
cairan Monitor serum dan
Kelebihan asupan osmilalitas urin
natrium Monitor tekanan darah
orthostatic dan
perubahan irama
jantung
Monitor parameter
hemodinamik infasif
Catat secara akurat
intake dan output
Monitor adanya distensi
leher, ronchi, oedem
perifer dan penambahan
BB
Monitor tanda dan
gejala daro oedema
Ketidakseimbanga NOC NIC
n nutrisi kurang Nutritional Status : Nutrition Management
dari kebutuhan Nutritional Status : Kaji adanya alergi
tubuh food and fluid intake makanan
Definisi : Asupan Nutritional Status : Kolaborasi dengan ahli
nutrisi tidak cukup nutrient intake gizi untuk menentukan
untuk memenuhi Weight control jumlah kalori dan nutrisi
kebutuhan Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien
metabolic Adanya peningkatan Anjurkan pasien untuk
Batasan berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
Karakteristik dengan tujuan Anjurkan pasien untuk
Kram abdomen Berat badan ideal meningkatkan protein
Nyeri abdomen sesuai dengan tinggi dan vitamin C
Menghindari badan Berikan substansi gula
makanan Mampu Yakinkan diet yang
Berat badan 20% mengidentifikasi dimakan mengandung
atau lebih dibawah kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
berat badan ideal Tidak ada tanda-tanda mencegah konstipasi
Kerapuhan kapiler malnutrisi Berikan makanan yang
Diare Menunjukkan terpilih (sudah
Kehilangan rambut peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan
berlebihan pengecapan dari ahli gizi)
Bising usus menelan Ajarkan pasien
hiperaktif Tidak terjadi bagaimana membuat
Kurang makanan penurunan berat badan catatan makanan harian
21
Kurang informasi yang berarti Monitor jumlah nutrisi
Kurang minat pada dan kandungan kalori
makanan Berikan informasi
Penurunan berat tentang kebutuhan
badan dengan nutrisi
asupan makanan Kaji kemampuan pasien
adekuat untuk mendapatkan
Kesalahan konsepsi nutrisi yang dibutuhkan
Kesalahan Nutrition Monitoring
informasi BB pasien dalam batas
Membrane mukosa normal
pucat Monitor adanya
Ketidakmampuan penurunan berat badan
memakan makanan Monitor tipe dan
Tonus otot menurun jumlah aktivitas yang
Mengeluh biasa dilakukan
gangguan makanan Monitor interaksi anak
kurang dari RDA atau orang tua selama
(recommended makan
daily allowance) Monitor lingkungan
Cepat kenyang selama makan
setelah makan Jadwalkan pengobatan
Sariawan rongga dan tindakan tidak
mulut selama jam makan
Steatorea Monitor kulit kering
Kelemahan otot dan perubahan
pengunyah pigmentasi
Kelemahan otot Monitor turgor kulit
untuk menelan Monitor kekeringan,
Factor yang rambut kusam, dan
berhubungan : mudah patah
Factor biologis Monitor mual muntah
Factor ekonomi Monitor kadar albumin,
Ketidakmampuan total protein, Hb, dan
untuk mengabsorbsi kadar Ht
nutrient Monitor pertumbuhan
Ketidakmampuan dan perkembangan
untuk mencerna Monitor pucat,
makanan kemerahan, dan
Ketidakmampuan kekeringan jaringan
menelan makanan konjungtiva
Factor psikologis Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan
cavitas oral
Catat jika lidah
berwarna magenta
22
scarlet
BAB IV
PENUTUP
23
A. Kesmpulan
Glomerulonefritis kronis adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel
yang menetap. Glomerulonefritis kronis sering timbul beberapa tahun setelah cedera dan
peradangan glomerulus subklinis yang di sertai oleh hematuria(darah dalam urine) dan
akibat glomerulunefritis yang sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung timbul tanpa di
ketahui asal usulnya, dan biasanya baru di temukan pada stadium yang sudah lanjut , ketika
gejala nsufisiensi gnjal timbul. Pada pengkajian ditemukannya klien yang mengalami
glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada saat pemeriksaan di jumpai hipertensi atau
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih
baik dari sekarang dan kamijuga berharap pengetahuan tentang asuhan keperawatan anak
dengan glomerulonefritis kronis dapat terus dikembangkan dan di terapkan dalam bidang
24
DAFTAR PUSTAKA
L. Beta Gelly, A. Sowden Linda (2002), Buku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3 Edisi 2, Jakarta, EGC.
Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid : 1. Edisi : IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Dapartemen Ilmu Penyakit
DalamFKUI
Baradero, M. (2008) Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Gnjal, Jakarta EGC
Alatas, H., Trihono,P.P.,Pardede,S.O.(2009). Buku ajar Nefrologi Anak.Edisi 2.Jakarta:Balai
Penerbit FK UI
25
26