NIM : G2A017146/5C
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Glomerulonefritis kronik mungkin disebabkan oleh episode syndrome nefritis akut,
nefrosklerosis hipertensif, hiperlipidemia, cidera, tubulo interstisial kronis, atau
sklerosis glomerulus yang dimediasi secara hemodinamis. ukuran ginjal berkurang
menjadi paling tidak seperlima dari ukuran normalnya dan terutama terdiri dari
jaringan fibrosa. ketebalan lapisan korteks menyusut menjadi satu sampai dua
milimeter atau kurang, terjadi pembentukan jaringan paru dan cabang arteri ginjal
menjadi menebal. Hasil berupa kerusakan glomerulus yang hebat dapat berlangsung
sampai penyakit ginjal kronis stadium 5 (CKD) dan memerlukan terapi penggantian
atau sulih ginjal.
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel – sel
glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak
membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronik sering timbul beberapa
tahun setelah cidera dan peradangan glomerulus sub klinis yang disertai oleh
hematuria (darah dalam urin) dan proteinuria (protein dalam urin) ringan, yang sering
menjadi penyebab adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir dari
peradangan adalah pembentukan jaringan parut dan menurunnya fungsi glomerulus.
Pada pengidap diabetes yang mengalami hipertensi ringan, memiliki prognosis fungsi
ginjal jangka panjang yang kurang baik.
C. Manifestasi Klinis
Gejala beragam. Beberapa pasien dengan penyakit berat tidak menimbulkan gejala
selama bertahun tahun.
1. Hipertensi / peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kadar kreatinin serum.
2. Gejala umum : penurunan berat badan dan kekuatan, peningkatan iritabilitas, dan
peningkatan kebutuhan untuk berkemih pada malam hari (nokturia) ; sakit kepala,
pening, dan gangguan pencernaan juga sering tejadi.
D. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada pasien yang dapat berjalan dipandu oleh gejala.
1. Jika terjadi hipertensi, tekanan darah diturunkan dengan membatasi natrium
dan air, agens antihipertensi, atau keduanya.
2. Berat badan dipantau setiap hari, dan obat diuretik diresepkan untuk mengatasi
kelebihan beban cairan.
3. Protein dengan nilai biologi tinggi diberikan untuk mendukung status nutrisi
yang baik (produk susu, telur, daging).
4. Infeksi saluran kemih diobati dengan cepat dan tepat.
5. Dialisis dipertimbangkan sejak dini dalam proses penyakit untuk menjaga
pasien untuk tetap berada dalam kondisi fisik yang optimal, mencegah
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dan meminimalkan resiko komplikasi
berupa gagal ginjal.
E. Penata Pelaksanaan
1. Pantau gangguan cairan dan elektrolit yang biasa dijumpai pada penyakit ginjal;
laporkan perubahan status cairan dan elektrolit, status jantung dan neurologis.
2. Berikan dukungan emosional selama perjalanan penyakit dan terapi dengan
memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
kekhawatirannya.
3. Edukasi pasien dan keluarga mengenai rencana terapi yang telah diprogramkan
dan resiko akibat ketidakpatuhan. jelaskan tentang perlunya menjalani evaluasi
lanjutan tekanan darah, urinalisis untuk protein dan silinder, darah untuk BUN,
dan kreatinin.
F. Klasifikasi
Glomerulonefritis dibedakan menjadi 3 :
1. Difus
Mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul
akibat gagal ginjal kronik. Bentuk klinisnya ada 3 :
- Akut : Jenis gangguan yang klasik dan jinak, yang selalu
diawali oleh infeksi stroptococcus dan disertai
endapan kompleks imun pada membrana basalis
glomerulus dan perubahan proliferasif seluler.
- Sub akut : Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat,
ditandai dengan perubahan-perubahan proliferatif
seluler nyata yang merusak glomerulus sehingga
dapat mengakibatkan kematian akibat uremia.
- Kronik : Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan
menuju perubahan sklerotik dan abliteratif pada
glomerulus, ginjal mengisut dan kecil, kematian
akibat uremia.
2. Fokal
Hanya sebagian glomerulus yang abnormal.
3. Lokal
Hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai
kapiler.
Klasifikasi menurut sumber yang lain :
1. Congenital (herediter)
1.1. Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis
progresif familial yang seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti
lentikonus anterior. Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3%
anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang
mendapatkan cangkok ginjal. Hilangnya pendengaran secara bilateral dari
sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru
tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
1.2. Sindrom Nefrotik Kongenital
Sindroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir.
Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia,
hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda dengan
sindrom nefrotik jenis lainnya.
2. Glomerulonefritis Primer
2.1. Glomerulonefritis membranoproliferasif
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya
dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik
sampai glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria
mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala
glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan
sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang
ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas,
sehingga penyakit tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca streptococcus
atau nefropati IgA.
2.2. Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu
atau setelah pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa
paling sering dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik. Tidak
ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan
sindrom nefrotik merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan,
sedangkan hematuria terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%.
2.3. Nefropati IgA (penyakit berger)
Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis
akut, sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga
sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau
kelainan sendi. Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena
kebetulan ditemukan hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria
makroskopik biasanya didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain
atau non infeksi misalnya olahraga dan imunisasi.
3. Glomerulonefritis sekunder
G. Patofisiologi
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Eritrosit(++)
- Albumin (+)
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ureum, kreatinin serum dan asam urat serum sudah cukup
memadai sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG). Pemeriksaan klirens
kreatinin dan radionuklida (gamma camera imaging) hampir mendekati faal
ginjal yang sebenarnya (Sukandar, 2006).