Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GLOMERULONEFRITIS CHRONIK (GNC)

Dosen Pengampu : Ni Nyoman Udiani, S.Kep., Ns., M.Kep


Disusun oleh :
Kelompok 6
Kelas IIIA Keperawatan
1. Diana Agnes 201901006
2. Nadia 201901023
3. Nur Intan Khairunnisaa 201901027
4. Windi Indriyani Pawane 201901040

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karuniaNyalah makalah “Glomerulonefritis Kronik“ ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas
Mata kuliah Keperawatan Anak II
Diharapkan makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan penulis dan pembaca. Kaya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.
Terimakasih disampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
memberikan masukan dalam menyelesaikan makalah ini. Saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini. Sehingga makalah ini
menjadi semakin baik dan semakin bermanfaat.

Palu,

25 September 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian.......................................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................................
C. Manifestasi klinis...........................................................................................
D. Patofisiologi...................................................................................................
E. Komplikasi.....................................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang..................................................................................
G. Penatalaksanaan.............................................................................................
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian......................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan....................................................................................
C. Intervensi keperawatan...................................................................................
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Glomerulonefritis (GN) adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi
pada glomerulus, yang berdasarkan etiologi dapat terjadi secara primer
ataupun sekunder. Glomerulonefritis primer, etiologinya tidak diketahui tetapi
umumnya merupakan proses autoimun. Glomerulonefritis sekunder
disebabkan oleh penyakit sistemik, infeksi, malignitas atau penyakit
metabolik.
Glomerulonefritis kronik ditandai oleh kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama.
Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya baru
ditemukan pada stadium yang sudah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi
ginjal timbul. Pada pengkajian ditemukannya klien yang mengalami
glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada saat pemeriksaan dijumpai
hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum (Mutaqqin dan
Sari, 2012).
Glomerulonefritis merupakan salah satu penyebab penting dari
penyakit ginjal kronik. Diagnosis dini menjadi penting sehingga dapat
dilakukan intervensi dini yang akan memberi dampak pada perjalanan
penyakit penderita. Namun demikian diagnosis kadang sukar karena
presentasi klinik GN sangat bervariasi dari asimtomatik sampai ke progresi
menjadi gagal ginjal yang sangat cepat. Diagnosis ditegakkan berdasar
gambaran klinik, laboratorium, pemeriksaan radiologik dan pada sebagian
besar kasus (tidak semua) harus dilakukan biopsi ginjal untuk memastikan
diagnosis dan tipe histopatologi.
Glomerulusnefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7
tahun dan lebih sering mengani anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang
menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di
Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya
(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung
(17,65%), dan Palembang (8,2%).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari penyakit GNC?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit GNC?
C. Tujuan
Dengan membaca makalah ini mahasiswa ataupun pembaca mampu:
1. Mengetahui bagaimana konsep dasar dari penyakit glomerulonefritis
kronik
2. Mengetahui bagaimana konsep keperawatan dari penyakit
glomerulonefritis kronik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Glomerulonefritis (GN) adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi
pada glomerulus, yang berdasarkan etiologi dapat terjadi secara primer
ataupun sekunder. Glomerulonefritis primer, etiologinya tidak diketahui tetapi
umumnya merupakan proses autoimun. Glomerulonefritis sekunder
disebabkan oleh penyakit sistemik, infeksi, malignitas atau penyakit
metabolik.
Glomerulonefritis kronik ditandai oleh kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama.
Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya baru
ditemukan pada stadium yang sudah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi
ginjal timbul. Pada pengkajian ditemukannya klien yang mengalami
glomerulonefritis kronik bersifat incidental pada saat pemeriksaan dijumpai
hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum (Mutaqqin dan
Sari, 2012).
Glomerulonefritis merupakan salah satu penyebab penting dari
penyakit ginjal kronik. Diagnosis dini menjadi penting sehingga dapat
dilakukan intervensi dini yang akan memberi dampak pada perjalanan
penyakit penderita. Namun demikian diagnosis kadang sukar karena
presentasi klinik GN sangat bervariasi dari asimtomatik sampai ke progresi
menjadi gagal ginjal yang sangat cepat. Diagnosis ditegakkan berdasar
gambaran klinik, laboratorium, pemeriksaan radiologik dan pada sebagian
besar kasus (tidak semua) harus dilakukan biopsi ginjal untuk memastikan
diagnosis dan tipe histopatologi.
B. Etiologi
Penyebab dari penyakit glomerulunefritis kronik yaitu :
1. Lanjutan GNA (Glomerulusnefritis Akut), seringkali tanpa riwayat infeksi
(Streptococcus beta hemoliticus group A)
2. Keracunan (timah hitam, tridion)
3. Penyakit sipilis
4. Diabetes mellitus
5. Trombosis vena renalis
6. Hipertensi kronik
7. Penyakit kolagen
8. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia
awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih
banyak pria daripada wanita (2:1). Timbulnya GNC (Glomerulusnefritis
Cronic) didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di traktus
respiratorius atau saluran napas bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococus beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat
menyebabkan adalah faktor iklim, keadaaan gizi, keadaan umum dan
alergi
C. Manifestasi Klinis
Glomerulonefritis kronis seringkali sulit terdeteksi karena dapat
berkembang tanpa menimbulkan gejala. Apabila muncul gejala, gejalanya
dapat serupa dengan gejala yang ada pada glomerulonefritis akut. Namun,
berbeda dengan glomerulonefritis akut, pada glomerulonefritis kronik dapat
terjadi frekuensi buang air kecil yang meningkat di malam hari. Manifestasi
klinik GN dapat berupa juga :
1. kelainan urine asimtomatik (proteinuri sub-neftotik dan atau hematuri
mikroskopik tanpa adanya gangguan fungsi ginjal, edema atau hipertensi).
2. sindroma nefritik (hematuri, proteinuri, gangguan tungsi ginjal dan retensi
natrium dan air yang menyebabkan hipertensi).
3. glomerulonefritis progresif cepat (progresifitas menjadi gagal ginjal terjadi
dalam beberapa hari sampai minggu, umumnya presentasi klinik berupa
nefritik, secara patologik ditandai oleh formasi crescent yang ekstensif)
4. sindroma nefrotik (proteinuri nefrotik >3,5 g per 1,73 m2dalam 24
jam,hipoalbuminemi, hiperlipidemi dan edema) (Naseri, 2011).
5. glomerulonefritis kronik (proteinuri persisten dengan atau tanpa hematuri
diserta penurunan fungsi ginjal
D. Patofisiologi
Asjchggcshvchsvbcxhsgdhgshgdjsgajdgahsgdjgd
E. Komplikasi
Glomerulonefritis akut maupun kronis bila tidak ditangani secara benar, bisa
bertambah parah dan memicu penyakit lain. Beberapa komplikasi yang
mungkin terjadi adalah (Hebert,2013) :
1. Oliguri sampai anuria
Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal
akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hyperkalemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
2. Ensefalopati hipertensi
Merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa
gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak
3. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi berupa dyspnea, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar
dan kelainan di miokardiu. Anemia yang timbul karena adanya
hypervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun.
4. Hipertensi.
5. Sindrom nefrotik.
6. Gagal ginjal akut.
7. Penyakit ginjal kronis.
8. Gagal jantung dan edema paru akibat cairan yang menumpuk dalam
tubuh.
9. Gangguan kesimbangan elektrolit seperti natrium dan kalium.
10. Rentan terhadap infeksi.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan urine.
Pemeriksaan urine merupakan metode eritrosit terpenting dalam
mendiagnosis glomerulonefritis karena dapat mendeteksi adanya
kerusakan struktur glomerulus.
Beberapa parameter yang dianalisis melalui pemeriksaan urine, antara lain
adalah:
a. Keberadaan sel darah merah sebagai penanda adanya kerusakan
glomerulus.
b. Keberadaan sel darah putih sebagai penanda adanya peradangan.
c. Menurunnya berat jenis urine.
d. Keberadaan protein sebagai penanda adanya kerusakan sel ginjal.
2. Tes darah. Tes darah dapat memberikan informasi tambahan terkait
kerusakan ginjal. Beberapa hal yang dapat diperiksa pada darah untuk
melihat kerusakan ginjal, antara lain:
a. Menurunnya kadar hemoglobin (anemia)
b. Meningkatnya kadar zat sisa seperti ureum dan kreatinin.
c. Menurunnya kadar protein albumin dalam darah karena keluar melalui
urine.
3. Tes Imunologi.
Tes imunologi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kelainan
sistem imun. Pemeriksaan tersebut antara lain antinuclear antibodies
(ANA), komplemen, antineutrophil cytoplasmic antibody (ANCA), dan
antiglomerular basement membrane (anti-GBM).
4. Pencitraan.
Pencitraan bertujuan untuk memperlihatkan gambaran kondisi ginjal
secara visual. Metode pencitraan yang dapat digunakan, antara lain adalah
foto Rontgen, CT scan dan USG.
5. Biopsi ginjal.
Dilakukan dengan mengambil sampel jaringan ginjal dan diperiksa di
bawah mikroskop untuk memastikan pasien menderita. Biopsi juga akan
membantu dokter untuk mencari penyebab dari glomerulonefritis tersebut
(Kerlin, 2005).
G. Penatalaksanaan
1. Medik
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu
b. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
penyebaran infeksi streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian
penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemeberian profilaksis yang
lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak
dianjurkan, karena terdapat imunitas yang menetap.
c. Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan keseimbangan
cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein (1 gr/kg BB/hari)
dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak diberikan pada pasien
dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila
ada anuria/muntah diberikan harus dibatasi.
d. Pengobatan terhadap hipertensi
e. Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis,
hemodialisis, transfuse tukar dan sebagainya.
f. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulusnefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosemide (lasix) secara intravena (1 mg/kg
BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika
ginjal dan filtrasi glomerulus.
g. Bila tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum
dan oksigen.
2. Keperawatan
a. Istirahat mutlak selama 2 minggu.
b. Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari
c. Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah adalah
kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan posisi yang
nyaman (semi fowler), berikan O2 dan hubungi dokter.
d. Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah
pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses
keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari
pengkajian.
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama Keluhan orang tua atau anak pada waktu ke rumah
sakit Pasien mengeluh mual, anoreksia, muntah, mengeluh demam,
mengeluh sakit kepala/pusing, mengeluh sesak
b. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang Anak tampak odema,
muntah, pada saat disentuh teraba hangat, mengalami, anak tampak
lemah, adanya peningkatan tekanan darah
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal History Diperkirakan adanya keabnormalan pada
kehamilan ibu (infeksi virus Streptococus), mungkin ada
riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit
DM pada ibu.
b) Intra natal Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c. Riwayat Neonatus kaji riwayat neunatus saat bayi pertamakali lahir
apa ada tanda atau gejala yang mucul dari neunatus. Pada pasien GNC
biasanya tidak ditemukan tanda gejal pada usia nenatus.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
Gluronefritis Cronic (GNC)
2. Penyakit keturunan atau diwariskan
3. Penyakit congenital atau bawaan
4. Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan Berat badan = umur
(tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
a) Perkembangan psikoseksual : anak berada pada
faseoedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan
kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain
dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk
anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk
anak perempuan lebih dekat dengan ayah
b) Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school
(inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk
belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau
dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
c) Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu
mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan
meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
d) Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari,
menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan,
segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari
dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna,
membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
2. Pengkajian fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat saki berat dengan tingkat
kesadaran biasanya composmentis. Pada TTV sering tidak
didapatkan adanya perubahan.
a. B1 (Breatihing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan
pola nafas dan jalan nafas walau secara frekuensi mengalami
peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase lanjut di
dapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons edema pilmonerdan efusi fleura.
b. B2 (Blood ). Sering ditemukan penurunan cura jantung respons
sekunder dari peningkatan beban volume.
c. B3 (Branin). Didapatkan adanya edema wajah terutama
periorbital, seklera tidak ikteri status neurologi mengalami
perubahan sesuai dengan tingkat paranya azotemia pada sistem
saraf pusat.
d. B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna
urune warnanya kola.
e. B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia
sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi kurang
dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f. B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum,
efek sekunder dari edema tungkai dari keletihan fisik secara
umum.
3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine
b. Kelebihan volume cairan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan NOC NIC
Gangguan Eliminasi - Urinanry Urinary Retention Care
Urine Definisi: disfungsi elimination - Lakukan
pada eliminasi urine - Urinary penilaian kemih
Batasan Karakteristik: - conntinuence yang
Disuria - Sering berkemih - Kriteria hasil: komprehdnsif
Anyang-anyangan - 1. Kandung berfokus pada
Inkontinensia - Nokturia - kemih kosong inkontinensia
Retensi - Dorongan Factor secara penuh (misalnya,
yang berhubungan - 2. Tidak ada output urine,
Obstruksi anatomic - residu urine pola berkemih,
Penyebab multiple - ≥100- 200cc fungsi kognitif,
Gangguan sensori motorik - 3. Intake cairan dan masalah
Infeksi saluran kemih dalam rentang kencing
normal praeksisten) -
4. Bebas dari ISK Memantau
5. Tidak ada penggunaan
spasme bladder obat dengan
6. Balance cairan sifat
seimbang antikolinergik
atau property
alpha agonis -
Memonitor efek
dari obat-obatan
yang
diresepkan,
seperti calcium
channe blockers
dan
antikolinergik
- Menyediakan
penghapusan
privasi
- Gunakan
kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air
atau disiram
toilet
- Merangsang
refleks kandung
kemih dengan
menerapkan
dingin untuk
perut membelai
tinggi batin,
atau air
- Sediakan waktu
yang cukup
untuk
pengosongan
kandung kemih
(10 menit)
- Gunakan spirit
wintergreen di
pispot atau
urinal
- Menyediakan
maneuver crede,
yang diperlukan
- Gunakan
doublevoid
teknik
- Masukkan
kateter kemih
- Anjurkan
pasien/keluarga
untuk merekam
output urine
- Intruksikan
caracara untuk
menghindari
konstipasi atau
impaksi tinja
- Memantau
asupan dan
keluaran
- Memantau
tingkat distensi
kandung kemih
dengan palpasi
dan perkusi
- Membantu
dengan toilet
secara berkala
- Memasukkan
pipa ke dlaam
lubang tubuh
untuk sisa
- Menerapkan
katerissi
intermiten
- Merujuk ke
spesialis
kontinensia
kemih.
Kelebihan Volume Electrolit and acid base Fluid management
Cairan balance - Timbang popok
Definisi : peningkatan - Fluid balance atau pembalut
retensi cairan isotonic - Hydration Kriteria jika diperlukan
Batasan Karakteristik Hasil : - Pertahankan
- Bunyi nafas - Terbebas dari catatan intake
adventisius edema, efusi, dan output yang
- Gangguan elektrolit anaskara akurat
- Anasarka - Bunyi nafas bersih, - Pasang urin
- Ansietas tidak ada kateter jika
- Azotemia dyspnea/ortopneu diperlukan
- Perubahan tekanan - Terbebas dari - Monitor hasil
darah distensi vena Hb yang sesuai
- Perubahan status jugularis, reflek dengan retensi
mental hepatojugular (+) cairan (BUN,
- Perubahan pola - Memelihara Hmt,
pernafasan tekanan vena osmolalitas
- Penurunan sentral, tekanan urin)
hematocrit kapiler paru, - Monitor status
- Penurunan output jantung dan hemodinamik
hemoglobin vital sign dalam termasuk CVP,
- Dyspnea batas normal MAP, PAP, dan
- Edema - Terbebas dari PCWP
- Peningkatan kelelahan, - Monitor vital
tekanan vena sentral kecemasan atau sign
- Asupan melebihi kebingungan - Monitor
haluaran - Menjelaskan indikasi
- Distensi vena indikator kelebihan retensi/kelebiha
jugularis cairan n cairan
- Oliguria (cracles, CVP,
- Ortopnea edema, distensi
- Efusi pleura vena leher,
- Refleksi asites)
hepatojugular - Kaji lokasi dan
positif luas edema
- Perubahan tekanan - Monitor
arteri pulmonal masukan
- Kengesti pulmunal makanan/cairan
- Gelisah dan hitung
- Perubahan berat intake kalori
jenis urin - Monitor status
- Penambahan berat nutrisi
badan dalam waktu - Kaloborasi
sangat singkat pemberian
Factor – factor yang diuretic sesuai
berhubungan : intruksi
- Gangguan Fluid Monitoring
mekanisme regulasi - Tentukan
- Kelebihan asupan riwayat jumlah
cairan dan tipe intake
- Kelebihan asupan cairan dan
natrium eliminasi
- Tentukan
kemungkinan
factor resiko
dari
ketidakseimban
g an cairan
(hipertermia,
terapi diuretic,
kelainan renal,
gagal jantung,
diaphoresis,
disfungsi hati
dll)
- Monitor berat
badan, BP, HR,
dan RR
- Monitor serum
dan osmilalitas
urin
- Monitor
tekanan darah
orthostatic dan
perubahan
irama jantung
- Monitor
parameter
hemodinamik
infasif
- Catat secara
akurat intake
dan output
- Monitor adanya
distensi leher,
ronchi, oedem
perifer dan
penambahan
BB
- Monitor tanda
dan gejala daro
oedema
Ketidakseimbangan Nutritional Status : Nutrition
nutrisi kurang dari - Nutritional Status : Management :
kebutuhan tubuh food and fluid - Kaji adanya
Definisi : Asupan nutrisi intake alergi makanan
tidak cukup untuk - Nutritional Status : - Kolaborasi
memenuhi kebutuhan nutrient intake dengan ahli gizi
metabolic Batasan - Weight control untuk
Karakteristik Kriteria Hasil : menentukan
- Kram abdomen - Adanya - jumlah kalori
- Nyeri abdomen peningkatan berat dan nutrisi yang
- Menghindari badan sesuai dibutuhkan
makanan dengan tujuan pasien
- Berat badan 20% - Berat badan ideal - Anjurkan pasien
atau lebih dibawah sesuai dengan untuk
berat badan ideal tinggi badan meningkatkan
- Kerapuhan kapiler - Mampu intake Fe
- Diare mengidentifikasi - Anjurkan pasien
- Kehilangan rambut kebutuhan nutrisi untuk
berlebihan - Tidak ada tanda meningkatkan
- Bising usus -tanda malnutrisi protein dan
hiperaktif - Menunjukkan vitamin C
- Kurang makanan peningkatan fungsi - Berikan
- Kurang informasi pengecapan dari substansi gula
- Kurang minat pada menelan - Yakinkan diet
makanan - Tidak terjadi yang dimakan
- Penurunan berat penurunan berat mengandung
badan dengan badan yang berarti tinggi serat
asupan makanan untuk mencegah
adekuat konstipasi
- Kesalahan konsepsi - Berikan
- Kesalahan makanan yang
informasi terpilih (sudah
- Membrane mukosa dikonsultasikan
pucat dengan ahli
- Ketidakmampuan gizi)
memakan makanan - Ajarkan pasien
- Tonus otot menurun bagaimana
- Mengeluh gangguan membuat
makanan kurang catatan
dari RDA makanan harian
(recommended - Monitor jumlah
daily allowance) nutrisi dan
- Cepat kenyang kandungan
setelah makan kalori
- Sariawan rongga - Berikan
mulut informasi
tentang
- Steatorea kebutuhan
- Kelemahan otot nutrisi
pengunyah - Kaji
- Kelemahan otot kemampuan
untuk menelan pasien untuk
Factor yang mendapatkan
berhubungan : nutrisi yang
- Factor biologis dibutuhkan
- Factor ekonomi
- Ketidakmampuan
untuk mengabsorbsi
nutrient
- Ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
- Ketidakmampuan
menelan makanan
- Factor psikologis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glomeruloneftitis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada
glomerulus, yang berdasarkan etiologi dapat terjadi secara primer atau pun
sekunder. Reaksi imunitas mendasari kejadian GN dengan kontribusi reaksi
imunitasselular, imunitas humoral dan mediator inflamasi lainnya. Manifestasi
klinik GN dapatberupa: Kelainan urine asimtomatik, sindroma nefritik,
glomerulonefritis progresifcepat, sindroma nefrotik dan glomerulonefritis
kronik.
B. Saran
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan konsep
asuhan keperawatan, serta dapat menjadikannya sebagai panduan belajar.
Namun kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh
dari kesempuranaan sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan
kehilafan. Oleh karena itu, kami menghargai dan bahkan mengharapkan
segala bentuk masukan dan kritik dari rekanrekan ataupun pihak lain untuk
lebih membangun dan menyegarkan wawasan kami sehingga lebih bijaksana
DAFTAR PUSTAKA
Febi dkk.(2018).KAJIAN TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
GLOMERULONEFRITIS CRONIK.Stikes wira medika Bali
Yusria, L., & Suryaningsih, R. (2020). DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN
GLOMERULONEFRITIS KRONIK

Anda mungkin juga menyukai