Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN KEP ANAK II

SINDROM NEFROTIK (SN)


KELOMPOK 4
GUSTI AGUNG AYU WIDIYANI
RAHMA PUTRI SEPTIANI
NI MADE RIANTIKA
YAYAN
DEFINISI DAN ASPEK EPIDEMIOLOGI

Definisi - Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus.
Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang dapat menyebabkan terjadinya
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema

Aspek Epidemiologi
Angka kejadian di Indonesia pada Sindrom Nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak
berusia kurang dari 14 tahun. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindroma nefrotik bervariasi
berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari dan responnya
terhadap pengobatan.
Insidens sindrom nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7
kasus baru per 100.000 anak per tahun, dengan prevalensi berkisar 12 – 16 kasus per 100.000 anak. Di
negara berkembang insidensnya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada
anak berusia kurang dari 14 tahun
ETIOLOGI

penyebab Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun.
Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
 Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien ini biasanya tidak
merespon terhadap pengobatan yang diberikan.
 Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan kromosom.
 Sindrom Nefrotik Ideopatik - Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga
disebut Sindroma Nefrotik Primer
PATOFISIOLOGI

 Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada


hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria akan dapat mengakibatkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya
jumlah albumin, terjadilah penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan
intravaskuler akan berpindah ke interstisial.
 Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan volume cairan intravaskuler
berkurang dan terjadilah kondisi hipovolemik pada pasien, kondisi hipovolemik ini
jika tidak segera diatasi akan berdampak pada hipotensi. Rendahnya volume
cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi aliran darah ke renal, ginjal akan
melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan
peningkatan sekresi antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang
mengakibatkan retensi terhadap natrium dan air yang berdampak pada edema.
MANIFESTASI KLINIS KOMPLIKASI
 Penurunan haluaran urine dengan warna gelap • Infeksi sekunder karena kadar
dan berbusa. imunoglobin yang rendah akibat
 Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, hipoalbuminemi
abdomen, area genitalia dan ekstremitas). • Shock, terjadi terutama pada
 Distensi abdomen karena edema yang hipoalbuminemia berat (< 1 gram /
mengakibatkan sulit bernapas, nyeri abdomen, 100 ml) yang menyebabkan
anoreksia dan diare. hipovolemia berat sehingga
 Pucat. menyebabkan shock
• Trombosis vaskuler akibat gangguan
 Keletihan dan intoleransi aktivitas.
sistem koagulasi sehingga terjadi
 Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria peninggian fibrinogen plasma
> 2gr/m2/hari, albumin serum < 2gr/dl, kolesterol • Malnutrisi atau gagal ginjal
serum mencapai 450-1000mg/dl.
PENATALAKSANAAN

 Istirahat sampai edema tinggal sedikit


 Diet protein tinggi sebanyak 2 – 3 g/kg/BB/ dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila edema
berkurang dapat diberi garam sedikit.
 Mencegah infeksi. Harus diperiksa kemungkinan anak juga menderita tuberkolosis.
 Diuretic
 Kortikosteroid. International cooperative study of kidney disease in children (ISKDC) mengajukan cara
pengobatan sebagai berikut :
- Selama 28 hari prednison diberikan perl oral dengan dosis 60 mg/ hari/ luas permukaan badan (lpb)
dengan maksimum 80 mg / hari.
- Kemudian dilanjutkan dengan prednisone per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg / hari / lpb, setiap
3 hari dalam 1 minggu dengan dosis maksimum 60 mg / hari. Bila terdapat respon maka pengobatan ini
dilanjutkan secara intermiten selama 4 minggu. Sekarang pengobatan dengan kartikosteroid tidak selalu
seperti uraian pada a dan b tetapi melihat respon dari pasien apakah terjadi remis / tidak dalam 4 minggu
ASUHAN KEPERAWATAN

 PENGKAJIAN
 Pengumpulan Data : Dimulai dari identitas klien berserta identitas penanggung
jawab
 Riwayat Penyakit
 Keluhan Utama : Badan bengkak, muka sembab dan nafsu makan menurun
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Edema masa neonatus, malaria, terpapar bahan kimia.
Riwayat penyakit sekarang.
 Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare,
urine menurun
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolic
 Tujuan dan Kriteria Hasil :
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi
spesifik
Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

• Intervensi
Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati
penyembuhan luka.
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
Ubah posisi klien secara teratur.
Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak,
bedak tanpa rekomendasi dokter.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan • Intervensi
napsu makan. o Kaji status nutrisi
o Kaji/catat pola dan pemasukan diet
o Berikan makanan sedikit tapi sering
• Tujuan dan Kriteria Hasil o Berikan makanan dalam kondisi
hangat
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi, ditandai dengan o Berikan makanan sesuai kesukaan,
Kriteria Hasil: kecuali jika kontra indikasi.
o Lakukan perawatan mulut, berikan
 Berat badan klien bertahan/bertambah dari keadaan sebelumya penyegar mulut.
 Klien menyatakan keinginan mengikuti diet. o Timbang berat berat badan klien
setiap hari.
 Klien menunjukkan toleransi terhadap diet yang dinajurkan o Kolaborasi pemberian jenis diet
 Nilai laboratoorium (misalnya: transferin, albumin, dan elektrolit) dengan team gizi
dalam rentang normal. o Kolaborasi pemberian terapi
tambahan nutrici dan cairan
 Klien nampak segar dan tidak lemas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan • Intervensi
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. o Kaji tingkat kelelahan, tidur,
• Tujuan : mentoleransi AKSI yang biasa dilakukan dan istirahat
ditunjukkan dengan daya tahan, penghematan energi,  o Kaji kemampuan toleransi aktivitas
dan perawatan diri AKSI, ditandai dengan
o Identifikasi factor yang
 Kriteria Hasil:
menimbulkan keletihan
o Penghematan energy o Rencanakan periode istirahat
o Perawatan diri AKSI adekuat
o Menyeimbangkan aktivitas dengan istirahat o Berikan bantuan ADL dan ambulasi
o Tingkatkan aktivitas sesuai
o Klien berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang ringan( AKS)
walau dengan beberapa bantuan. toleransi, anjurkan aktifitas
alternative sambil istirahat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai