Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

PRURITUS

OLEH

3A KEPERAWATAN

NI MADE RIANTIKA YANI

2019010024

PROGRAM STUDI S1 NERS

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “Sistem Integument, Asuhan Keperawatan pada Pruritus”.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar – besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terimakasih.

Palu, 25 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. LATAR BELAKANG.................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................
C. TUJUAN......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

A. Anatomi Fisiologi ..........................................................................................


B. Konsep Medis ................................................................................................
1. Definisi.....................................................................................................
2. Etiologi.....................................................................................................
4. Patofisiologi.............................................................................................
5. Manifestasi klinik.....................................................................................
6. Komplikasi...............................................................................................
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................
8. Penatalaksanaan.......................................................................................
C. Proses Keperawatan......................................................................................
1. Pengkajian................................................................................................
2. Diagnose keperawatan.............................................................................
3. Intervensi dan Rasional............................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan juga
merupakan organ yang esensial dan vital karena memiliki berbagai fungsi
dalam melindungi tubuh dari pengaruh luar lingkungan serta sebagai cermin
kesehatan dan kehidupan. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelindung
kulit dapat mengalami gangguan ataupun kelainan yang dapat mengurangi
manfaat kulit itu sendiri serta memberikan efek yang buruk bagi individu.
Kelainan dermatologis dapat memberikan berbagai macam manifestasi. Salah
satu manifestasi umum dari kelainan tersebut adalah gatal atau dalam bahasa
medis dikenal dengan sebutan pruritus. Pruritus dapat didefinisikan sebagai
sensasi yang tidak menyenangkan pada kulit yang menyebabkan keinginan
untuk menggaruk.
Pruritus dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu fakrtor eksogen
maupun faktor endogen. Selain itu, pruritus juga dapat terjadi karena adanya
kelainan kulit ataupun karena pengaruh dari penyakit sistemik lain yang dapat
memberikan komplikasi gatal. International Forum For the Study of Itch
mengelompokkan pruritus menjadi pruritus akut dan kronik. Pruritus akut
adalah pruritus dengan lama gejala kurang dari 6 minggu sedangkan pruritus
kronis memberikan gejala lebih dari 6 minggu.
Prevalensi terjadinya pruritus sendiri masih tinggi. Dalam penelitian
yang dilakukan pada populasi umum menyebutkan bahwa dari 18.747
responden sebanyak 35, 5% responden mengalami pruritus atau gatal.
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa dari 200 sampel yang diteliti 39,1%
responden menyatakan pernah mengalami pruritus, yaitu 16,5% responden
mengalami pruritus kronis selama kurang dari 12 bulan dan 21,6% responden
mengalami pruritus kronis selama hidupnya.
Pruritus selain memberikan sensasi yang tidak menyenangkan juga
memberikan efek lain seperti gangguan pola tidur, gangguan dalam
berkonsentrasi, gangguan fungsi seksual dan depresi. Efek yang lebih berat
dari pruritus adalah efek psikis yang ditimbulkannya. Pruritus yang
merupakan manifestasi umum dari kelainan dermatologis dengan preavalensi
kejadian yang masih tinggi serta efek yang ditimbulkannya membuat penulis
tertarik untuk membuat referat yang berkaitan dengan pruritus yang mengupas
segala aspek tentang pruritus baik dari penyebab, mekanisme terjadinya
pruritus, manifestasi serta penatalaksanaan pruritus.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem integumen?
2. Jelaskan definisi dari pruritus ?
3. Bagaimana etiologi pruritus?
4. Bagaimana patofisiologi pruritus ?
5. Bagimana manifestasi klinik pruritus
6. Bagaimana komplikasi dari pruritus ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari pruritus ?
8. Bagaimana penatalaksanaan pruritus ?
9. Bagaimana Proses Keperawatan Secara Teori dari pruritus ?

A. Tujuan
1. Mengetahui anatomi fisiologi sistem integumen
2. Mengetahui definisi dari pruritus
3. Mengetahui etiologi pruritus
4. Mengetahui patofisiologi pruritus
5. Mengetahui manifestasi klinis dari pruritus
6. Mengetahui komplikasi dari pruritus
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari pruritus
8. Mengetahui penatalaksanaan medis pruritus
9. Mengetahui Proses Keperawatan Secara Teori dari pruritus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen


1. Anatomi kulit manusia

Kulit adalah pembatas antara manusia dan lingkungannya. Kulit


mempunyai berat rata-rata 4 kg dan meliputi area seluas 2m². Kulit
berperan sebagai pembatas, melindungi tubuh dari lingkungan luar dan
mencegah hilangnya zat-zat tubuh yang penting, terutama air. Kulit
memiliki 3 lapisan, yaitu:
a. Epidermis
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh,
yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan
telapak tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat
pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel-sel epidermis disebut
keratinosit.
1) Stratum Korneum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki
inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan
sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri
atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat
resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan
fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara
alami, sel-sel yang sudah mati di permukaan kulit akan
melepaskandiri untuk beregenerasi. Permukaan stratum korneum
dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat
asam, disebut mantel asam kulit.
2) Stratum Lucidum
Terletak tepat di bawah stratum korneum, merupakan lapisan
yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Antara stratum lucidum dan
stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein's
barrier (Szakall) yang tidak bisa ditembus.
3) Stratum Granulosum
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal,
berbutir kasar, berinti mengkerut. Di dalam butir keratohyalin
terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang menjadi katalisator
proses pertandukan kulit.
4) Stratum Spinosum
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya
besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri
atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel
dalam lapisan malphigi ini.
5) Stratum Germinativum
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum
germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang
tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk
pigmenmelanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit
melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36
sel keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin epidermal.
b. Dermis
Terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin yang berada di
dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin
mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari
keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. Di dalam dermis
terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut,
kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak
rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut
lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit.
c. Hipodermis atau Subkutis
Hipodermis atau lapisan subkutis (tela subcutanea) tersusun
atas jaringan ikat dan jaringan adiposa yang membentuk fasia
superficial yang tampak secara anatomis. Hipodermis ini terdiri
dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh
getah bening, kemudian dari beberapa kandungan yang terdapat
pada lapisan ini sehingga lapisan hipodermis ini memiliki fungsi
sebagai penahan terhadap benturan ke organ tubuh bagian dalam,
memberi bentuk pada tubuh, mempertahankan suhu tubuh dan
sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.
2. Fungsi Kulit
a. Termoregulasi
Kulit berkontribusi pada termoregulasi tubuh dengan dua cara,
yaitu: dengan cara melepaskan keringat dari permukaan dan
menyesuaikan aliran darah di dermis. Sebagai respon pada lingkungan
bersuhu tinggi atau karena panas yang disebabkan oleh olahraga,
produsi keringat dari kelenjar ekrin akan meningkat, hal ini
menyebabkanmenguapnya keringat dari permukaan kulit dan
menjadikan temperatur tubuh menurun. Pada saat itu pula, pembuluh
darah di dermis akan dilatasi sehingga aliran darah mengalir ke dermis,
yang mana akan menyebabkan semakin bertambahnya panas yang
keluar dari tubuh. Pada keadaan lingkungan dingin, maka sebaliknya,
produksi dari kelenjar keringat ekrin akan menurun dan aliran darah di
dermis akan konstriksi untuk mengurangi pengeluaran panas dari tubuh.
b. Reservoir Darah
Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah yang luas yang mana
membawa 8-10% dari total pembuluh darah dalam manusia dewasa
yang sedang beristirahat.
Proteksi Kulit memproteksi tubuh dengan berbagai cara. Keratin
membantu proteksi jaringan dibawahnya dari mikroba, abrasi, panas,
dan kmia. Lipid dilepaskan oleh lamellar granules menghambat
penguapan air dari permukaan kulit, sehingga menjaga tubuh dari
dehidrasi. Lipid juga membantu memperlambat air masuk pada saat
renang atau mandi. Minyak sebum dari kelenjar sebasea membantu kulit
dan rambut kering dan mengandung bakterisidal yang dapat membunuh
bakteri di permukaan. Keringat, yang mana bersifat pH asam membantu
memperlambat tumbuhnya beberapa mikroba. Pigmen
melaninmembantu proteksi dari efek berbahaya sinar ultraviolet.

d. Ekskresi & Absorbsi


Walaupun stratum korneum bersifat tahan air, sekitar 400 mL air
menguap melaluinya setiap hari. Keringat berperan sebagai melepas air
dan panas dari tubuh, selain itu keringat juga sebagai transportasi untuk
ekskresi beberapa jumlah garam, karbon dioksida, dan 2 molekul
organic yang dihasilkan oleh pemecahan protein: amonia dan urea.
Absorbsi zatzat yang larut air melalui kulit tidak perlu dibahas, namun
beberapa vitamin yang larut lemak (A, D, E, & K), beberapa obat, dan
gas oksigen serta gas karbondioksida dapat menembus kulit. Beberapa
material toksik seperti aseton dan karbon tetraklorida, garam dari logam
berat seperti timah, arsen, merkuri juga dapat diabsorbsi oleh kulit.
e. Cutaneous Sensations
Cutaneous Sensations adalah sensasi yang timbul di kulit, termasuk
sensasi taktil; sentuhan, tekanan, dan getaran; sensasi termal seperti
panas dan dingin. Cutaneous Sensations yang lain adalah rasa sakit,
biasanya sakit adalah indikasi adanya jaringan yang akan atau rusak. Di
kulit ada banyak susunan akhiran saraf dan reseptor, seperti korpuskel di
dalam dermis, dan pleksus akar rambut di setiap folikel rambut

B. Konsep medis

1. Definisi
Pruritus berasal dari kata prurire/gatal/rasa gatal/ atau berbagai macam
keadaan yang ditandai oleh rasa gatal (Kamus Kedokteran Dorland. 1996).
Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien
meresponnya dengan garukan (Brunner dan Suddarth, 2002).
Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer
maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat
faktor sistemik non-lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit
disebut pruritus esensial (pruritus sine materi) (Djuanda A., 2007). Jadi,
pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling
sering dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak
menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
Pruritus yang hebat menyebabkan pasien menggaruk kulit lebih dalam dan
lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah karena sensasi nyeri
ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang tidak disertai
kelainan kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi).

2. Etiologi

Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen yaitu :


a. Eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda
asing), dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi,
perhiasan, balsem, sabun mandi), rangsangan oleh ektoparasit
(serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor
lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering.
b. Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti
gangguan ginjal, gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan
hipotiroidisme), dan stress psikologis yang menyebabkan
meningkatnya sensitivitas respon imun. Seringkali kausa secara klinis
belum diketahui. (Moscella, 1986)

Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum,


penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:

a. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu
di tubuh. Penyebabnya beragam, diantaranya:
1) Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
2) Punggung : Notalgia paraesthetica
3) Lengan : Brachioradial pruritus
4) Tangan : Dermatitis tangan, dll.
b. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
1) Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
2) Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau
ekstrahepatika.
3) Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus,
hipertiroidisme, hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
4) Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia),
polycythaemia, leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.
c. Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat
beragam. Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan
alergi, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis
atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.
d. Pajanan terhadap factor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar
maupun dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud
adalah allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic
pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu (topical maupun sistemik;
contoh: opioid, aspirin).
e. Hormonal
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya
gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen
dan terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama
terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau
badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai
dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang
setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah
penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus
disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain
itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause. Setidaknya
50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus. Kelainan
kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid
nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain
gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada
sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia
adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia
berespon baik terhadap pengobatan emollient. (Djuanda, 2007).

3. Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya pruritus dibagi menjadi:
a. Pruritus Primer adalah pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi
atau alat dalam dan dapat bersifat lokalisata atau generalisata, bisa
bersifat psikogenik yang disebabkan oleh kompenen psikogenik
yang memberikan stimulasi pada itch centre.
b. Pruritus Sekunder adalah pruritus yang timbul sebagai akibat
penyakit sistemik, pada pruritus sistemik toksin-toksin metabolik
mungkin tertimbun di cairan interstisium dibawah kulit. (Djuanda
A., 2007)

Klasifikasi pruritus berdasarkan patofisiologinya dibagi menjadi 4


kategori, yaitu:

a. Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi
akibat adanya pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi
inflamasi, serta terjadi kerusakan kulit.
b. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di
jaras aferen penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan
serebrovaskuler.
c. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral)
tanpa disertai keadaan patologis. Contohnya adalah sumbatan
kantung empedu yang akan meningkatkan kadar senyawa opioid
yang akan memicu timbulnya pruritus.
d. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat
aktivitas psikologis dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan
terhadap parasit (parasitofobia) dapat menyebabkan sensasi gatal.
(Twycross R et al, 2003)
4. Patofisiologi

Prutitus  merupakan  sistem kutan  yang  memprovokasi 


keinginan  untuk menggaruk dan merupakan gejala yang mendasari
banyak gangguan. Merupakan modifikasi  rasa  nyeri  tapi  kurang  dapat 
ditolerir.  Hanya  terjadi  pada  kulit, jaringan mukosa tertentu dan mata.
Daerah yang paling sering sensitif terhadap gatal ialah lubang hidung,
hubungan mukokutaneus, telinga luar, perineum.

Salah satu penyebab pruritus adalah kulit kering, kadang – kadang


akibat mandi yang berlebihan, terutama terlalu banyak busa, yang
pengaruhnya bisa menimbulkan kekeringan.

Penyebab umum dari gatal adalah kulit kering, yang mengiritasi


kulit : plastik kaca fiber, wol, produk tanaman, serangga, reaksi obat
ireaksi psikogenis, penyakit  kulit  :  inflamasi,  dermatitis,  penyakit 
infeksi,  penyakit  sistemik: penyakit  kandung  empedu  obstruktif, 
uremi,  diabetes  melitus,  neoplasia  : penyakit hodgin, leukemia,
limfoma.
Faktor yang menambah intensitas gatal adalah vasodilatasi,
anoksia jaringan dan sirkulasi statis. Pruritus memicu respon motoris
untuk menggaruk. Orang dengan gatal intensif dapat mengupas kulit
tergali sampai ke dalam kulit dengan kuku untuk mengurangi rasa gatal.
Orang dengan gatal yang menyeluruh akan tampak dengan gerakan yang
konstan menekuk – nekukan anggota badan, menggosok – gosok dan
menggaruk – garuk.

5. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasi klinis pruritus
adalah
a. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk
yang biasanya dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus
tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian pasien
teralih pada aktivitas sehari-hari. Pada malam hari dimana hal-hal
yang bisa mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus
yang ringan sekalipun tidak mudah diabaikan.
b. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan
pada garukan kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan
likenifikasi (hasil dari aktivitas menggaruk yang dilakukan secara
terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila garukan
dilakukan dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan
ekskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.
c. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada
individu dan menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa
kasus, gatal yang terjadi biasanya disertai dengan nyeri dan
sensasi terbakar.
6. Komplikasi

Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat
timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo,
ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan
anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada
ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang
terlalu sering.
7. Pencegahan
Pencegahan dari pruritus dapat dilakukan dengan menghindari faktor
resikonya antara lain :
a. Mejaga kulit selalu dalam keadaan bersih untuk mencegah infeksi
pada kulit
b. Mejaga agar kulit tidak kering dengan menggunakan krim pelembap
c. Menghindari allergen yang dapat menyebabkan kondisi pruritus
d. Menjalankan pola hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit-
penyakit yang dapat memicu pruritus.

8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab pruritus
walaupun pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya kelainan sistemik
tertentu. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis
kemungkinan pruritus karena penyakit penyerta sistemik antara lain :
a. Hitung darah lengkap (CBC) mendeteksi apakah klien mengalami
alergi yang menyebabkan rasa gatal jika dimana disini akan
mengalami peningkatan jumlah eosinofil yang kadar normalnya 1-3%
dari leukosit.
b. BUN dan kreatinin serum untuk mendeteksi apakah gatal yang
dirasakan kliena adalah gangguan ginjal yang meyebabakan
meningkatnya kadar urea yang membuat kulit menjadi gatal.
c. Biopsi kulit yaitu melihat kulit dibawah mikroskop untuk mengetahui
jika terinfeksi oleh bakteri atau jamur yang membuat rasa gatal.

9. Penatalaksaan
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh,
pasien sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari
udara panas. Hindari konsumsi alkohol dan makanan yang pedas.
Penggunaan menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi dingin
melalui persarafan reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya
gatal. Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa
gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus
dilakukan, terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga
menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
a. Penatalaksanaan secara medis :

1) Pengobatan topical:

a) Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada


kulit yang kering dan memiliki batasan waktu dalam
pemakaiannya karena mengandung phenols.
b) Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk
memberikan sensasi dingin.
c) Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit
kering.
d) Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang
pendek. Kortikosteroid secara topikal maupun sistemik
cenderung tidak menimbulkan efek antipruritus dan jika
efek antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan
penekanan efek inflamasi.
e) Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena
dapat mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi
dermatitis kontak.

2) Medikasi Oral

Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika


rasa gatal cukup parah dan menyebabkan tidur terganggu:
a) Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh
mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat
memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b) Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik
dengan antipruritus yang efektif. Antidepresan
tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c) Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang
baik, kecuali pada pruritus yang dicetuksan terutama
akibat aksi histamin. Contohnya adalah urtikaria.
Antihistamin yang tidak mengandung penenang
memiliki antipruritus. Antihistamin penenang dapat
digunakan karena efek penenangnya tersebut
d) Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular
dan beberapa jenis pruritus kronik.

Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain


antagonis H1, agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis
CB1, antagonis PAR-2. Sementara yang bekerja secara sentral adalah
gabapentin (untuk gatalneuropati), talidomit (mensupresi persarafan),
mirtazapin, inhibitor uptake serotonin, dan opioid miu antagonis atau
agonis kappa (Burton G, 2006)

b. Penatalaksanaan secara keperawatan :


Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus,
diantaranya mencegah faktor pengendap, seperti pakaian yang
kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi jika
dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya Kafein, alcohol,
makanan pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak
tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan
dengan telapak tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak
membahayakan seperti kulit kering, dapat dilakukan
penanganan sendiri berupa:
1) Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari
dan segera setelah mandi.
2) Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
3) Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit
tinggi..
4) Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
5) Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti
katun dan sutra, menghindari bahan wol serta bahan sintesis
yang tidak menyerap keringat.
6) Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air
panas dan keringat berlebihan.
7) Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan
penyebab gatal.
8) Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
9) Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan
memotong kuku.

C. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
b. Status Kesehatan

1) Status Kesehatan Saat Ini


a) Keluhan utama :
Gatal di seluruh tubuh.
b) Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat
ini
2) Status Kesehatan Masa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami
b) Riwayat alergi
c. Riwayat Penyakit Keluarga
d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien
a) Tingkat kesadaran
Secara umum pasien dengan pruritus dalam kondisi
sadar (composmentis)
b) Berat badan
Biasanya klien dengan penyakit pruritus tidak
mengalami gangguan pada berat badannya mengalami
peningkatan atau penurunan berat badan.
c) Tinggi badan
Biasanya klien dengan pruritus ini tidak menyebabkan
seseorang mengalami gangguan pertumbuhan pada
tinggi badan
d) Temperatur
Biasanya klien dengan ketosis tidak mengalami
perubahan peningkatan pada suhu. (36 derjat C- 37
derjat C).
e) Nadi
Biasanya nadi klien tidak mengalami perubahan (60-
100x/menit).
f) Tekanan darah
Biasanya tekanan darah klien tidak mengalami
peningkatan atau penurunan ( 110-140mmHg).
g) Pernapasan
Pada klien dengan pruritus biasanya tidak mengalami
perubahan frekuensi nafas ( 16-24x/menit)
(Kushariyadi,2011).
2) Kepala
a) Rambut
Biasanya tidak ada terjadi kerotokan atau gangguan lain
pada pertumbuhan rambut.
b) Wajah
Wajah anak terlihat simetris, warnanya akan berubah
atau tubuh bentol merah yang karena pruritus.
c) Mata
Mata anak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat sclera,
tidak konjungtiva maupun palpabrae edema
d) Hidung
Biasanya keadaa hidung simetris kiri dan kanan, tidak
ada pembenggakan pada hidung, septum nasi biasanya
normal, lubung hidung biasanya tidak ada secret, serta
tidak ada cupping hidung.
e) Bibir
Biasanya mukosa bibir terlihat dalam keadaan baik
yaitu lembab
f) Gigi
Klien yang mengalami ketosis biasanya tidak
mengalami gangguan pada gigi dimana gigi terlihat
putih tidak mengalmi kerusakan .
g) Lidah
Biasanya lidah klien tidak mengalami gangguan dimana
warna lidah klien merah muda tidak terdapat lesi dan
simetris
h) Telinga
Biasanya simetris kanan dan kiri dan mungkin tidak
terjadi penurunan pendengaran.
3) Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, kelenjer
getah bening serta deviasi trakea, pergerakan leher tidak
terganggu, tidak ada perlukaan pada leher klien dan JVP
normal 5-2 cm air (Kushariyadi,2011).
4) Thorak
a) Inspeksi : Biasanya rongga dada simetris kiri dan kanan,
bentuknya normal, frekuensi nafas normal sedikit
meningkat (16-24kali/menit), irama pernapasan
biasanya kurang, tidak adanya perlukaan, ictus cordis
tidak terlihat dan tida ada terlihat pembengkakan.
b) Palpasi : Biasanya gerakan antara paru-paru kiri dan
kanan sama, tidak ada nyeri tekan dan edema.
c) Perkusi : Biasanya suara nafas terdengar normal yaitu
sonor.
d) Auskultasi : Biasanya suara nafas terdengar normal.
5) Jantung
a) Inspeksi : biasanya ictus kordis tidak terlihat
b) Palpasi : biasanya ictus kordis teraba
c) Perkusi : biasanya batas jantung dalam batas normal,
yaitu :
Kanan atas SIC II line para sternalis dextra
Kanan bawah SIC IV line para dextralis dextra
Kiri atas SIC II line para sternalis sinistra
Kiri bawah SIC IV medioklavikula sinistra.
d) Auskultasi: biasanya irama jantung terdengar normal.
6) Abdomen
a) Inspeksi : biasanya tidak terjadi masalah abdomen klien
simetris kiri dan kanan,
b) Auskultasi : biasanya tidak ada gangguan bunyi bising
usus normal 5-35x/menit
c) Palpasi : tidak ada pembesaran hepar atau kelenjar limfa
d) Perkusi : apabila diperkusi tidak terjadi perubahan bunyi
tetap pada bunyi normal yaitu timpani.
7) Ekstremitas
Biasanya klien dengan pruritus tidak memiliki gangguan
pada ekstremitas
8) Genitourinaria
Tidak ada gangguan perkemihan pada klien dengan pruritus
9) System integument
Terjadi kemerahan atau bentol dan jenis lain yang mungkin
menjadi penyebab gatal pada kulit.
10) Neurosensori
a) Status mental terorientasi
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Hitung darah lengkap (CBC)
2) BUN dan kreatinin serum
3) Biopsi kulit

2. Diagnosa keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit b.d ruam, lesi
2) Nyeri akut b/d ruam, lesi
3) Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dengan mekanisme klinis
adanya pruritus)
4) Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan informasi dan
keterbatasan kognitif
5) Resiko infeksi b/d adanya lesi

3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


dx hasil
1 NOC : NIC: 1. Dari cara
Tujuan : 1. Inspeksi kulit, lihat
menginfeksi
Setelah dilakukan
adanya kemerahan,
kulit dapat
keperawatan selama
lesi, erosi.
mengetahui
1x24 jam diharapkan
2. Pantau
penanganan
kerusakan integrasi
kemungkinan
selanjutnya
kulit pasien berkurang.
terjadinya infeksi,
yang akan
KH :
terutama pada area
diberikan
- Lesi teratasi
yang terjadi
kepada pasien.
- Ruam
kerusakan lapisan
kemerahan
kulit (lesi).
2. Memantau
berkurang
3. Ajarkan klien untuk
terjadinya
tidak menggaruk
infeksi untuk
terlalu keras atau
mencegah
menggaruk dengan
tanda-tanda
menggunakan
awal terjadinya
ujung – ujung jari
infeksi.
dan telapak tangan
(bukan kuku) 3. Untuk
meminimalkan
4. Lakukan tindakan kerusakan
delegatif dengan integritas
memberikan obat jaringan akibat
topical anti garukan.
inflamasi pada area
4. Menggunakan
kulit yang
terapi
terjangkit, bila
farmakologi
dianjurkan.
obat
antiinflamasi
topikal dapat
mengurangi
terjadinya
peradangan
pada kulit

2 Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Agar dapat


tindakan keperawatan pengkajian nyeri mengetahui
1x24 jam nyeri secara karakteristik
berkurang komprehensif dan lamanya
KH: termasuk lokasi, saat pasien
- Klien mampu karakteristik, merasa nyeri
menilai lamanya durasi, frekuensi, 2. Untuk
nyeri kualitas mengetahui
- Klien mampu dan faktor presipitasi hal yang
menilai 2. Kaji kultur yang memperbera
penyebab nyeri mempengaruhi t dan
Klien mampu respon nyeri memperinga
mengurangi rasa 3. Pilih dan lakukan n nyeri yang
nyeri dengan teknik
penanganan nyeri di alami
non farmakologi
(farmakologi, non 3. Untuk
farmakologi dan menghilang
inter personal) kan rasa
4. Kolaborasikan nyeri
dengan dokter jika
4. Supaya
ada keluhan dan
dapat
tindakan nyeri tidak
menentukan
berhasil
intervensi
selanjutnya
3 Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Gangguan citra
tindakan keperawatan gangguan citra diri akan
1x24 jam diharapkan tubuh (menghindari menyertai
dapat meningkatkan kontak mata, setiap penyakit
citra tubuh pasien ucapan atau keadaan
KH : merendahkan diri yang tampak
Pasien dapat sendiri) nyata bagi
menyesuaikan diri
2. Berikan pasien, kesan
dari perubahan
kondisi ( perubahan ) kesempatan kepada orang terhadap
tubuh
pasien untuk dirinya
mengungkapkan berpengaruh
perasaan mengenai terhadap
gangguuan citra konsep diri.
tubuh yang dialami.
3. Bantu klien dalam 2. Pasien
mengembangkan membutuhkan
kemampuan untuk ruang untuk
menilai diri dan didengarkan
mengenali dan dipahami
masalahnya. mengenai
4. Bantu dan motivasi perasaanya
klien untuk
terhadap
beradaptasi dengan
kondisinya saat ini gangguan citra
(misalnya dengan
tubuh yang
membebaskan klien
untuk memilih dialami,
pakaian untuk
nantinya
menutupi kulitnya
yang ruam akan perawat dapat
tetapi tetap
mengetahui
motivasi klien agar
tidak merasa malu secara lebih
dan harga diri
jelas tentang
rendah karena
pruritus). masalahnya.
3. Agar dapat
mengurangi
persepsi negatif
klien tentang
dirinya.
4. Agar
meningkatkan
keinginan klien
untuk
beradaptasi
sehingga dapat
memulihkan
situasi.

4 Setelah dilakukan 1.Kaji pemahaman klien 1. Dapat


tindakan keperawatan mengenai gangguan yang mengetahui
selama 1x24jam dialami. tingkat
diharapkan dapat 2.Jelaskan pada pasien pemahaman dan
meningkatkan mengenai gangguan dapat
pemahaman mengenai pruritus secara spesifik memberikan
gangguan yang dialami (etiologi dalam hal ini penjelasan
KH : yakni karena sabun yang mengenai
1. Pasien akan digunakannya, tanda dan gangguan yang
paham dengan gejala, patofisiologi) dialami oleh
gangguan yang beserta penatalaksanaanya pasien
di alami (seperti penggunaan terapi
2. Pasien paham antiprurius dan 2. Pemaparan
mengenai cara
antihistamin) mengenai
untuk menangani
dan mencegahan 3.Diskusikan dengan peruritus akan
gangguan yang
pasien mengenai menambah
timbul
pencegahan terhadap wawasan pasien
pruritus ataupun sehingga dalam
komplikasinya seperti penatalaksanaan
dengan menjaga nya pasien
kebersihan diri dan menjadi lebih
mengikuti dengan baik paham.
penatalaksanan yang
diberikan.
3. Pencegahan
tersebut dapat
membantu
pasien agar
dapat
menimasilir
terjadinya hal
yang sama
5 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala 1. Dengan
tindakan keperawatan infeksi mengkaji tanda
selama 1x24jam 2. Lakukan teknik isolasi dan gejala
diharapkan masalah pada daerah resiko infeksi
resiko infeksi dapat infeksi mencegah
teratasi 3. Ajarkan pasien untuk infeksi berlajut
KH: menjaga hygine 2. Mencegah
1. Infeksi tidak pribadi terjadinya
berlanjut luas 4. Kolaborasi dengan kontaminasiterha
2. penyembuhan dokter dalam dap bakteri
tepat waktu
pemberian antibiotik 3. Mengurangi
resiko infeksi
4. Dapat mencegah
dan mengobati
infeksi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa gatal, serta
menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai
macam gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi
lima golongan: Pruritus local, Gangguan sistemik, Gangguan pada kulit, Pajanan
terhadap factor tertentu, Hormonal. Adapun penyebab lain oleh faktor eksogen dan
endogen.
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu
sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat
beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada
penderita, yaitu: Pengobatan topical dan Pengobatan dengan medikasi oral.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun akan mengajukan beberapa
saran yang kiranya dapat di terima dan menjadi perhatian kita bersama guna
meningkatkan mutu pelayanan:

a. Perawat diharapkan memberikan penjelasan yang tepat mengenai penyakit pruritus.

b. Perawat diharapkan terus belajar dari setiap respon klien agar mempunyai
pengalaman dalam mengidentifikasi asalah setiap individu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan
Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Djuanda A. Hamzah M. Aisah S. (editor). 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin: Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Long, Barbara, C,. 1996. Keperawatan Medical Bedah, Volume 3. VAIA Pendidikan
Keperawatan Padjajaran: Bandung

NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai