PRURITUS
OLEH
3A KEPERAWATAN
2019010024
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “Sistem Integument, Asuhan Keperawatan pada Pruritus”.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar – besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. LATAR BELAKANG.................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................
C. TUJUAN......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan juga
merupakan organ yang esensial dan vital karena memiliki berbagai fungsi
dalam melindungi tubuh dari pengaruh luar lingkungan serta sebagai cermin
kesehatan dan kehidupan. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelindung
kulit dapat mengalami gangguan ataupun kelainan yang dapat mengurangi
manfaat kulit itu sendiri serta memberikan efek yang buruk bagi individu.
Kelainan dermatologis dapat memberikan berbagai macam manifestasi. Salah
satu manifestasi umum dari kelainan tersebut adalah gatal atau dalam bahasa
medis dikenal dengan sebutan pruritus. Pruritus dapat didefinisikan sebagai
sensasi yang tidak menyenangkan pada kulit yang menyebabkan keinginan
untuk menggaruk.
Pruritus dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu fakrtor eksogen
maupun faktor endogen. Selain itu, pruritus juga dapat terjadi karena adanya
kelainan kulit ataupun karena pengaruh dari penyakit sistemik lain yang dapat
memberikan komplikasi gatal. International Forum For the Study of Itch
mengelompokkan pruritus menjadi pruritus akut dan kronik. Pruritus akut
adalah pruritus dengan lama gejala kurang dari 6 minggu sedangkan pruritus
kronis memberikan gejala lebih dari 6 minggu.
Prevalensi terjadinya pruritus sendiri masih tinggi. Dalam penelitian
yang dilakukan pada populasi umum menyebutkan bahwa dari 18.747
responden sebanyak 35, 5% responden mengalami pruritus atau gatal.
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa dari 200 sampel yang diteliti 39,1%
responden menyatakan pernah mengalami pruritus, yaitu 16,5% responden
mengalami pruritus kronis selama kurang dari 12 bulan dan 21,6% responden
mengalami pruritus kronis selama hidupnya.
Pruritus selain memberikan sensasi yang tidak menyenangkan juga
memberikan efek lain seperti gangguan pola tidur, gangguan dalam
berkonsentrasi, gangguan fungsi seksual dan depresi. Efek yang lebih berat
dari pruritus adalah efek psikis yang ditimbulkannya. Pruritus yang
merupakan manifestasi umum dari kelainan dermatologis dengan preavalensi
kejadian yang masih tinggi serta efek yang ditimbulkannya membuat penulis
tertarik untuk membuat referat yang berkaitan dengan pruritus yang mengupas
segala aspek tentang pruritus baik dari penyebab, mekanisme terjadinya
pruritus, manifestasi serta penatalaksanaan pruritus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem integumen?
2. Jelaskan definisi dari pruritus ?
3. Bagaimana etiologi pruritus?
4. Bagaimana patofisiologi pruritus ?
5. Bagimana manifestasi klinik pruritus
6. Bagaimana komplikasi dari pruritus ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari pruritus ?
8. Bagaimana penatalaksanaan pruritus ?
9. Bagaimana Proses Keperawatan Secara Teori dari pruritus ?
A. Tujuan
1. Mengetahui anatomi fisiologi sistem integumen
2. Mengetahui definisi dari pruritus
3. Mengetahui etiologi pruritus
4. Mengetahui patofisiologi pruritus
5. Mengetahui manifestasi klinis dari pruritus
6. Mengetahui komplikasi dari pruritus
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari pruritus
8. Mengetahui penatalaksanaan medis pruritus
9. Mengetahui Proses Keperawatan Secara Teori dari pruritus
BAB II
PEMBAHASAN
B. Konsep medis
1. Definisi
Pruritus berasal dari kata prurire/gatal/rasa gatal/ atau berbagai macam
keadaan yang ditandai oleh rasa gatal (Kamus Kedokteran Dorland. 1996).
Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien
meresponnya dengan garukan (Brunner dan Suddarth, 2002).
Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer
maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat
faktor sistemik non-lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit
disebut pruritus esensial (pruritus sine materi) (Djuanda A., 2007). Jadi,
pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling
sering dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak
menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.
Pruritus yang hebat menyebabkan pasien menggaruk kulit lebih dalam dan
lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah karena sensasi nyeri
ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang tidak disertai
kelainan kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi).
2. Etiologi
a. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu
di tubuh. Penyebabnya beragam, diantaranya:
1) Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
2) Punggung : Notalgia paraesthetica
3) Lengan : Brachioradial pruritus
4) Tangan : Dermatitis tangan, dll.
b. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
1) Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
2) Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau
ekstrahepatika.
3) Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus,
hipertiroidisme, hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
4) Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia),
polycythaemia, leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.
c. Gangguan pada kulit
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat
beragam. Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan
alergi, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis
atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.
d. Pajanan terhadap factor tertentu
Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar
maupun dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud
adalah allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic
pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu (topical maupun sistemik;
contoh: opioid, aspirin).
e. Hormonal
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya
gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen
dan terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama
terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau
badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai
dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang
setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah
penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus
disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain
itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause. Setidaknya
50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus. Kelainan
kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid
nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain
gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada
sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia
adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia
berespon baik terhadap pengobatan emollient. (Djuanda, 2007).
3. Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya pruritus dibagi menjadi:
a. Pruritus Primer adalah pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi
atau alat dalam dan dapat bersifat lokalisata atau generalisata, bisa
bersifat psikogenik yang disebabkan oleh kompenen psikogenik
yang memberikan stimulasi pada itch centre.
b. Pruritus Sekunder adalah pruritus yang timbul sebagai akibat
penyakit sistemik, pada pruritus sistemik toksin-toksin metabolik
mungkin tertimbun di cairan interstisium dibawah kulit. (Djuanda
A., 2007)
a. Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi
akibat adanya pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi
inflamasi, serta terjadi kerusakan kulit.
b. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di
jaras aferen penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan
serebrovaskuler.
c. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral)
tanpa disertai keadaan patologis. Contohnya adalah sumbatan
kantung empedu yang akan meningkatkan kadar senyawa opioid
yang akan memicu timbulnya pruritus.
d. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat
aktivitas psikologis dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan
terhadap parasit (parasitofobia) dapat menyebabkan sensasi gatal.
(Twycross R et al, 2003)
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasi klinis pruritus
adalah
a. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk
yang biasanya dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus
tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian pasien
teralih pada aktivitas sehari-hari. Pada malam hari dimana hal-hal
yang bisa mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus
yang ringan sekalipun tidak mudah diabaikan.
b. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan
pada garukan kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan
likenifikasi (hasil dari aktivitas menggaruk yang dilakukan secara
terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila garukan
dilakukan dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan
ekskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.
c. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada
individu dan menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa
kasus, gatal yang terjadi biasanya disertai dengan nyeri dan
sensasi terbakar.
6. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat
timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo,
ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan
anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada
ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang
terlalu sering.
7. Pencegahan
Pencegahan dari pruritus dapat dilakukan dengan menghindari faktor
resikonya antara lain :
a. Mejaga kulit selalu dalam keadaan bersih untuk mencegah infeksi
pada kulit
b. Mejaga agar kulit tidak kering dengan menggunakan krim pelembap
c. Menghindari allergen yang dapat menyebabkan kondisi pruritus
d. Menjalankan pola hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit-
penyakit yang dapat memicu pruritus.
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab pruritus
walaupun pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya kelainan sistemik
tertentu. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis
kemungkinan pruritus karena penyakit penyerta sistemik antara lain :
a. Hitung darah lengkap (CBC) mendeteksi apakah klien mengalami
alergi yang menyebabkan rasa gatal jika dimana disini akan
mengalami peningkatan jumlah eosinofil yang kadar normalnya 1-3%
dari leukosit.
b. BUN dan kreatinin serum untuk mendeteksi apakah gatal yang
dirasakan kliena adalah gangguan ginjal yang meyebabakan
meningkatnya kadar urea yang membuat kulit menjadi gatal.
c. Biopsi kulit yaitu melihat kulit dibawah mikroskop untuk mengetahui
jika terinfeksi oleh bakteri atau jamur yang membuat rasa gatal.
9. Penatalaksaan
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh,
pasien sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari
udara panas. Hindari konsumsi alkohol dan makanan yang pedas.
Penggunaan menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi dingin
melalui persarafan reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya
gatal. Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa
gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus
dilakukan, terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga
menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
a. Penatalaksanaan secara medis :
1) Pengobatan topical:
2) Medikasi Oral
2. Diagnosa keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit b.d ruam, lesi
2) Nyeri akut b/d ruam, lesi
3) Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dengan mekanisme klinis
adanya pruritus)
4) Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan informasi dan
keterbatasan kognitif
5) Resiko infeksi b/d adanya lesi
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun akan mengajukan beberapa
saran yang kiranya dapat di terima dan menjadi perhatian kita bersama guna
meningkatkan mutu pelayanan:
b. Perawat diharapkan terus belajar dari setiap respon klien agar mempunyai
pengalaman dalam mengidentifikasi asalah setiap individu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan
Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Djuanda A. Hamzah M. Aisah S. (editor). 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin: Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Long, Barbara, C,. 1996. Keperawatan Medical Bedah, Volume 3. VAIA Pendidikan
Keperawatan Padjajaran: Bandung