Dengan mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-
NYA refarat ini dapat diselesaikan pada waktunya, sebagai salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Bagian Ilmu
Kedokteran Kulit dan Kelamin di RSUD Dr RM Djoelham Binjai. Disini diuraikan secara
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing,
Atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF
Bagian Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin di RSUD Dr RM Djoelham Binjai, dan serta
Kami menyadari sepenuhnya bahwa refarat ini memiliki banyak kekurangan baik dari
penyusunan maupun kelengkapan teori yang disajikan. Oleh sebab itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan refarat ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah pemfigus dari kata pemphix (Yunani) berarti melepuh atau gelembung.
Pemfigus ialah kumpulan penyakit kulit autoimun berupa bula yang timbul dalam waktu yang
lama, menyerang kulit dan membrane mukosa yang secara histopatologik ditandai dengan
bula inter epidermal akibat proses akantolisis.(1)
Secara garis besar Pemfigus dibagi menjadi 4 bentuk yaitu Pemfigus Vulgaris,
Pemfigus Eritomatosus, Pemfigus Foliaseus dan Pemfigus Vegetans. Semua bentuk Pemfigus
diatas memberikan gejala yang khas, yakni pembentukan bula yang kendur pada kulit yang
umumnya terlihat normal dan mudah pecah, pada penekanan bula tersebut meluas
(Nikolskypositif), akantolisis selalu positif, dan adanya antibody tipe IgG terhadap antigen
interseluler di epidermis yang dapat ditemukan dalam serum, maupun terikat di epidermis.(1)
Pemfigus Vulgaris (PV) merupakan bentuk tersering dijumpai (80% semua kasus
Pemfigus). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan dapat mengenai semua bangsa dan ras.
Angka kejadian PV bervariasi 0,5-3,2 kasus per 100.000 penduduk. Penyakit ini meningkat
pada pasien keturunan Ashkenazi Yahudi dan orang-orang asal Mediterania.(1)
Penyebab pasti timbulnya penyakit ini belum diketahui, namun kemungkinan yang
relevan adalah berkaitan dengan faktor genetik, lebih sering menyerang pasien yang sudah
menderita penyakit autoimun lainny, serta dapat dipicu karena penggunaan penisilamin dan
captopril. Kelainan pada kulit yang ditimbulkan akibat PV dapat bersifat lokal ataupun
menyebar, terasa panas, sakit, dan biasanya terjadi pada daerah yang terkena tekanan dan
lipatan paha, wajah, ketiak, kulit kepala, badan, dan umbilicus. Pengobatan pada PV ditujukan
untuk mengurangi pembentukan autoantibodi.Penggunaan kortikosteroid dan imunosupresan
telah menjadi pilihan terapi, akan tetapi morbiditas dan mortalitas akibat efek samping obat
tetap harus diwaspadai.(1)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Pemphigus vulgaris adalah salah satu bentuk bulos dermatosis yang bersifat kronis,
disertai dengan adanya proses akantolisis dan terbentuknya bula pada epidermis. Kata
pemphigus diambil dari bahasa Yunani pemphix yang artinya gelembung atau lepuh.
Pemfigus dikelompokkan dalam penyakit bulosa kronis, yang pertama kali diidentifikasi
oleh Wichman pada tahun 1971. Istilah pemfigus berarti kelompok penyakit bula
autoimun pada kulit dan membran mukosa dengan karakteristik secara histologis berupa
adanya bula intraepidermal disebabkan oleh akantolisis (terpisahnya ikatan antara sel
epidermis) dan secara imunopatologis adanya IgG in vivo maupun sirkulasi yang secara
2.2 EPIDEMIOLOGI
2.3.1 Insidensi
per 100.000 populasi. Kejadian pemfigus vulgaris mewakili 70% dari seluruh kasus
timur, seperti India, Malaysia, China, dan Timur Tengah. Insidensi PV meningkat
familial ini merupakan faktor predisposisi genetik pada kejadian pemfigus vulgaris.
Predominansi etnis ini tidak ada dalam kasus pemfigus foliaseus (PF). Karena itu,
di area dimana terdapat dominasi kelompok keturunan Yahudi, Timur Tengah, dan
per 100.000 populasi per tahun dan di Iran 10 kasus per 100.000 populasi,
Finlandia jauh lebih rendah 0,76 kasus per per juta populasi. Di Prancis dan Jerman,
pemfigus vulgaris tiga kali lebih tinggi daripada populasi pada umumnya,
Morbiditas dan mortalitas terkait dengan luas lesi, dosis maksimum steroid sistemik
yang diperlukan untuk induksi remisi, dan adaya penyakit penyerta. Prognosis
semakin buruk pada pasien dengan pemfigus vulgaris ekstensif dan pasien usia tua.
Pemfigus vulgaris melibatkan lesi pada jaringan mukosa pada 50-70% pasien. Hal
ini menyebabkan terbatasnya asupan nutrisi karena disfagia. Bula dan erosi akibat
2.3 ETIOLOGI
Pemfigus vulgaris mengenai semua ras dan jenis kelamin dengan perbandingan yang
sama. Penyakit ini banyak terjadi pada usia paruh baya dan jarang terjadi pada anak-anak.
Tetapi di India, pasien pemfigus vulgaris lebih banyak terjadi pada usia muda. Ras
Afrika Selatan, pemfigus vulgaris lebih banyak terjadi pada populasi India daripada
warga kulit hitam dan kaukasia. Kasus pemfigus lebih jarang ditemukan di negara-negara
barat.
3
Predisposisi pemfigus terkait dengan faktor genetik. Anggota keluarga generasi
pertama dari penderita pemfigus lebih rentan terhadap penyakit ini daripada kelompok
kontrol dan memiliki antibodi antidesmoglein sirkulasi yang lebih tinggi. Genotip MHC
kelas II tertentu sering ditemukan pada pasien pemfigus vulgaris dari semua ras. Alela
subtype HLA-DRB1 0402 dan DRB1 0503 memberi risiko terjadinya pemfigus dan
presentasi antigen dan pengenalan oleh sel T. Di Inggris dan India, pasien dengan
haplotip desmoglein tertentu juga memiliki risiko pemfigus vulgaris dan hal ini
tampaknya menambah efek yang diakibatkan oleh HLA-DR. Kerentanan juga dapat
disebabkan pengkodean immunoglobulin oleh gen atau oleh gen dalam pemrosesan pada
Keadaan umum penderita biasanya buruk. Penyakit dapat mulai sebagai lesi di kulit
kepala yang berambut atu di rongga mulut kira-kira pada 60% kasus, berupa erosi yang
disertai pembentukan krusta, sehingga sering salah didiagnosis sebagai pioderma pada
kulit kepala yang berambut atau dermatitis dengan infeksi sekunder. Lesi di tempat
Semua selaput lendir dengan epitel skuamosa dapat diserang, yakni selaput lendir
konkungtiva, hidung, faring, laring, esophagus, uretra, vulva dan serviks. Kebanyakan
penderita menderita stomatitis aftosa sebelum diagnosis pasti ditegakkan. Lesi di mulut ini
dapat meluas dan dapat mengganggu pada waktu penderita makan oleh karena rasa nyeri.
Bula yang timbul berdinding kendur, mudah pecah dengan meninggalkan kulit
terkelupas, dan diikuti oleh pembentukan krusta yang lama bertahan di atas kulit yang
4
tampak normal atau yang eritematosa dan generalisata. Tanda Nikolskiy positif
disebabkan oleh adanya akantolisis. Cara mengetahui tanda tersebut ada dua, pertama
dengan menekan dan menggeser kulit di antara dua bula dan kulit tersebut akan
terkelupas. Cara kedua dengan menekan bula, maka bula akan meluas karena cairan yang
Pruritus tidaklah lazim pada pemfigus, tetapi penderita sering mengeluh nyeri pada
5
2.4 PATOGENESIS
2. Adanya antibody IgG terhadap antigen determinan yang ada pada permukaan
Lepuh pada PV akibat terjadinya reaksi autoimun terhadap antigen PV. Antigen ini
Foliaseus dan berat molekul 130 kD untuk pemfigus vulgaris yang terdapat pada
Target antigen pada PV yang hanya dengan lesi oral ialah desmoglein 3, sedangkan
yang dengan lesi oral dan kulit ialah desmoglein 1 dan 3. Sedangkan pada pemfigus
Desmoglein ialah salah satu komponen desmosom. Komponen yang lain, misalnya
kekuatan mekanik epitel gepeng berlapis yang terdapat pada kulit dan mukosa.
Pada penderita dengan penyakit yang aktif mempunyai antibody dengan subklas
Pada pemfigus juga ada faktor genetic, umumnya berkaitan dengan HLA-DR4.
2.5 PATOFISIOLOGI
Antibodi pemfigus berikatan dengan domain ekstraseluler pada region amino terminal
Desmoglein 3 ditemukan pada desmosom dan semua membran sel keratinosit, terutama
bagian bawah epidermis dan paling kuat diekspresikan pada mukosa bukal serta kulit
6
kepala. Sebaliknya, pola ekspresi antigen desmoglein 1 (Dsg1) yang banyak dijumpai
pada pemfigus foliaseus banyak ditemukan di epidermis, terutama lapisan atas dan
terekspresi dengan sangat lemah pada mukosa. Adanya antibodi terhadap Dsg1 dn Dsg3
hanya melawan Dsg3, lesi dominan terdapat pada mukosa. Baik autoimunitas humoral
maupun seluler penting dalam patogenesis lesi kulit. Antibodi dapat mengakibatkan
akantolisis, walaupun tanpa keterlibatan komplemen dan sel-sel radang. IgG1 dan IgG4
autoantibodi terhadap Dsg3 ditemukan pada pasien PV, tetapi beberapa data penelitian
menunjukkan bahwa IgG4 lah yang bersifat paling patogenik. Plasminogen activator
berhubungan dengan terjadinya akantolisis yang dimediasi antibodi. Sel T yang terlbat
adalah sel CD4 α./β yang mensekresikan Th2-like-cytokine profiles. Sel Th1 juga terlibat
dalam produksi antibodi pada penyakit kronis. IgG ditemukan baik pada kulit normal
Terbentuknya bula pada pemfigus vulgaris disebabkan oleh ikatan autoantibodi IgG
di permukaan molekul keratinosit. Antibodi pemfigus vulgaris ini akan berikatan dengan
desmosom keratinosit dan area bebas desmosom pada membran keratinosit. Ikatan
akantolisis.
adanya homologi dengan molekul adhesi sel. Banyak penelitian yang mengindikasikan
kecenderungan distribusi antigen HLA. Sebagian besar pasien memiliki fenotip HLA
DR4 atau DR8. Adanya fragmen restriksi HLA-DQ β telah teridentifikasi pada beberapa
7
2.6 FAKTOR RESIKO
2.7 DIAGNOSIS
2.7.1 Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan biasanya pasien dengan keadaan umum buruk.
Adanya lesi di kulit kepala atau rongga mulut, berupa erosi yang disertai pembentukan
krusta yang timbul berbulan-bulan sebelum timbul bula generalisata.
Bula yang timbul berdinding kendur, mudah pecah dengan meninggalkan kulit
terkelupas, dan diikuti oleh pembentukan krusta yang lama bertahan di atas kulit yang
tampak normal atau yang eritematosa dan generalisata. Tanda Nikolskiy positif
disebabkan oleh adanya akantolisis. Cara mengetahui tanda tersebut ada dua, pertama
dengan menekan dan menggeser kulit di antara dua bula dan kulit tersebut akan
terkelupas. Cara kedua dengan menekan bula, maka bula akan meluas karena cairan
yang didalamnya mengalami tekanan.
1. HISTOPATOLOGI
2. IMUNOLOGI
8
Pada tes imunofloresensi langsung didapatkan antibody interseluler tipe Ig G
dan C3. Pada tes imunofloresensi tidak langsung didapatkan antibody pemfigus tipe
IgG. Tes yang pertama lebih terpercaya daripada tes kedua, karena telah menjadi
positif pada permulaan penyakit, sering sebelum tes kedua menjadi positif dan tetap
positif pada waktu yang lama meskipun penyakitnya telah membaik.
Antibodi pemfigus ini rupanya sangat spesifik untuk pemfigus. Kadar titernya
umumnya sejajar dengan beratnya penyakit dan akan menurun dan menghilang dengan
pengobatan kortikosteroid.
- Pemfigoid Bulosa
- Dermatitis Herpetiformis
2.9 PENATALAKSANAAN
2.9.1 Non-Farmakologi
Pada pemberian terapi dengan dosis optimal, tetapi pasien masih merasakan
gejala-gejala ringan dari penyakit ini. Maka perawatan luka yang baik adalah sangat
penting karena ia dapat memicu penyembuhan bula dan erosi. Pasien disarankan
mengurangi aktivitas agar resiko cedera pada kulit dan lapisan mukosa pada fase aktif
penyakit ini dapat berkurang. Aktivitas-aktivitas yang patut dikurangi adalah olahraga
dan makan atau minum yang dapat mengiritasi rongga mulut (makanan pedas, asam,
keras, dan renyah).
2.9.2 Farmakologi
9
ringannya penyakit, yakni 60-150 mg sehari. Ada pula yang menggunakan 3 mg/kgBB
sehari bagi pemfigus yang berat.(5)
Cara pemberian kortikosteroid yang lain dengan terapi denyut. Caranya
bermacam-macam yang lazim digunakan ialah dengan metil prenidosolon sodium
succinate (solumedrol), i.v. selama 2-3 jam, diberikan jam 8 pagi untuk lima hari.
Dosis sehari 250-1000 mg (10-20 mg per kgBB), kemudian dilanjutkan dengan
kortikoisteroid per os dengan dosis sedang atau rendah. Efek samping yang berat pada
terapi denyut tersebut di antaranya ialah, hipertensi, elektrolit sangat terganggu, infark
miokard, aritmia jantung sehingga dapat menyebabkan kematian mendadak, dan
pankreatitis.
2.9.3 Edukasi
sangat rapuh akibat penyakitnya sendiri maupun efek samping dari steroid
Pemahaman bahwa penyakit yang diderita adalah penyakit yang bersifat kronis.
Terapi yang diberikan dosis obat, efek samping, dan gejala toksisitas obat
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi kulit dan penyebaran infeksi
melalui aliran darah (sepsis). Infeksi sistemik dapat menyebabkan kematian. Juga
dapat malnutrisi dan dehidrasi.
Komplikasi dari pemfigus paraneoplastik meliputi masalah pernapasan. Angka
kematian dari tipe ini diperkirakan 90%.
Komplikasi lainnya adalah kemungkinan efek samping dari pengobatan yang
digunakan terutama kortikosteroid.
10
2.11 PROGNOSIS
Pemfigus vulgaris yang yang tidak mendapatkan terapi adekuat akan berakibat fatal
karena penderita rentan terhadap infeksi serta gangguan yang muncul akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada
tahun-tahun awal munculnya gejala, dan jika pasien dapat bertahan lebih dari 5 tahun,
prognosisny akan lebih baik. Pemfigus vulgaris pada stadium awal akan lebih mudah
dikontrol daripada yang sudah bermanifestasi luas, tingkat mortalitas akan meningkat
penyakit penyerta. Prognosis akan cenderung lebih buruk pada pasien berusia lanjut
dan yang disertai penyakit lain. Prognosis akan lebih baik jika terjadi pada anak-anak.
pemfigus foliaseus.
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13