DERMATITIS NUMULARIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
Oktaviana Putri Utami
20204010060
Diajukan kepada :
dr. Nunik Sri Wahyuni, Sp. KK
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis numularis lebih sering terjadi pada usia dewasa daripada anak-
anak, dan lebih sering pada laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1.
(Clark,1992). Insidensi DN meningkat pada usia 55-65 tahun pada kedua jenis
kelamin, dan 15-25 tahun pada wanita (Soter,1999). Prevalensi DN yang
merupakan satu bentuk eksem endogen semakin meningkat pada 3 dekade
terakhir dan berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain.Insidensi DN di
Amerika Serikat sekitar 2 per 1000 penduduk, sedangkan frekuensi DN di sebuah
klinik di Arab Saudi 25,7% dari seluruh dermatitis atau urutan ke-2 setelah
dermatitis atopik. Frekuensi kasus DN di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr.
Sardjito (PKK-RSS) pada tahun 2000, 2001 dan 2002 berturut-turut adalah
2,99%, 3,22% dan 3,65% dari seluruh kunjungan pasien. (Aminah,2009)
2
3
Sardjito Yogyakarta insidens dermatitis numularis pada tahun 2010 dan 2011
berturut-turut adalah 2,53% dan 2,33%.
A. Definisi
Dermatitis numularis adalah suatu kelainan kulit inflamatif berupa papul
dan papulovesikel yang berkonfluensi membentuk plak berbentuk koin
berbatas tegas dengan oozing, krusta, dan skuama. Sangat gatal, dengan
predileksi pada ekstremitas atas dan bawah (PERDOSKI,2017).
Gambar 1. Dermatitis Numularis. Lesi numular (bentuk koin) dengan eritem, bersisik, krusta.
4
5
hari, sampai bisa mengganggu tidur. Apabila vesikel pecah, timbul krusta,
dan setelah waktu yang lama akan timbul seperti bersisik (Sterry,2006)
Sumber : https://plasticsurgerykey.com/nummular-eczema/
F. Histopatologi
Histopatologi dermatitis numularis adalah parakeratosis
mengandung plasma, neutrofil dan psoriasiform epidermal hiperplasia dengan
spongiosis, dermal infiltrat perivaskular superfisial limfosit, makrofag dan
eosinofil. (Thomas,2008)
Pada fase akut, terdapat spongiosis dengan atau tanpa microvesicles
spongiotik. Pada fase subakut, terdapat parakeratosis, scale-crust ,
hiperplasia epidermal, dan spongiosis dari epidermis. Terdapat gabungan sel
infiltrat pada dermis. Lesi kronis bisa menyerupai gambaran mikroskopik
liken simpleks kronik.
G. Diagnosis
Penegakan diagnosis dermatitis nummularis menurut PERDOSKI 2017 :
1. Anamnesis
Menyerang terutama orang dewasa (50-65 tahun), jarang pada bayi
dan anak-anak, puncak onset pada anak-anak yaitu pada usia 5
tahun.
Keluhan subjektif sangat gatal, terutama pada fase akut.
Pada sebagian pasien dermatitis numularis didapatkan insidensi
atopi yang tinggi, tetapi pada sebagian yang lain tidak.
Pencetus antara lain kulit kering, fokus infeksi pada gigi, saluran
napas atas, atau saluran napas bawah. Faktor alergen lingkungan
yang berperan sebagai pencetus yaitu: tungau debu rumah dan
Candida albicans.
Stres emosional, disfungsi liver atau konsumsi alkohol berlebihan
dapat memperberat penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
Predileksi: ekstremitas atas termasuk punggung tangan (wanita)
dan ekstremitas bawah (pria).
Kelainan kulit dapat bersifat akut, subakut, atau kronik.
Lesi karakteristik berupa plak berukuran 1-3 cm berbentuk koin
yang terbentuk dari konfluensi papul dan papulovesikel.
Pada bentuk akut terdapat vesikel, erosi dan eksudasi membentuk
lesi yang basah (oozing), serta krusta pada dasar eritema. Pada fase
kronis, berupa plak kering, berskuama, dan likenifikasi.
Dapat timbul komplikasi berupa infeksi bakteri sekunder.
Lesi menyembuh dimulai dari bagian tengah membentuk gambaran
anular.
Kelainan kulit dapat meluas ke badan, wajah dan leher atau
menjadi generalisata.
9
H. Pemerisaan Penunjang
1. Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang
khusus.
2. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai
diagnosis banding.
3. Pada kasus berat atau rekalsitran, dilakukan uji tempel.
I. Diagnosis Banding
1. Dermatitis Atopi
Dermatitis atopi adalah peradangan kulit kronis yang residitif
disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-
anak dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan adanya riwayat
atopi pada keluarga atau penderita. Dermatitis atopi terbagi menjadi 3
fase, antara lain Fase Infantil atau Fase Akut dengan lesi vesikel, papul,
dengan erosi dan ekskoriasi. Fase Anak atau Fase Subakut dengan lesi
eritem ringan dengan erosi, skuama, dan krusta. Fase Remaja dan Dewasa
atau Fase Kronik dengan lesi hyperkeratosis, hiperpigmentasi dan
likenifikasi. Predileksi dermatitis atopi tergantung pada fase-fase tersebut.
Dapat terjadi pada wajah pada bayi (Fase Infantil – Akut), dan bagian
fleksural ekstremitas (Fase Anak – Sub Akut), kedua telapak tangan, jari,
pergelangan tangan, leher, scalp, dan putting susu (Fase Remaja dan
Dewasa - Kronik) (Boediardja, 2018).
10
A. Identitias Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Magelang
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Pernikahan : Belum menikah
Agama : Islam
Tanggal Periksa : 16 Oktober 2021
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Gatal pada tangan dan kaki sejak 2 minggu yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke Poliklinik Kulit
RSUD Tidar pada tanggal 16 Oktober 2021. Pasien datang dengan keluhan
gatal pada tangan dan kaki sejak 2 minggu yang lalu. Pada lokasi gatal
terdapat kelainan kulit berbentuk bulat koin disertai warna kemerahan
dengan permukaan agak basah dan meninggi. Setelah digaruk lesi akan
terasa panas dan nyeri. Keluhan bertambah banyak hingga perut dan wajah
beberapa hari terakhir. Gatal dirasakan menetap, dan tidak bertambah
apabila pasien berkeringat. Riwayat gatal-gatal atau alergi akibat
menggunakan produk atau tekstil disangkal. Riwayat alergi makanan dan
atopi disangkal. Demam disangkal. Pasien sempat berobat di klinik 1
minggu yang lalu, mendapatkan salep serta obat minum namun tidak
membaik.Pasien mandi dua kali sehari dan selalu berganti pakaian setelah
mandi. Penggantian sprei tempat tidur pasien rutin dilakukan setiap dua
minggu sekali. Pasien mengatakan agak cemas dan banyak pikiran terkait
pekerjaannya di kantor.
13
14
Non Medikamentosa
1. Hindari/atasi faktor pencetus.
2. Berikan emolien apabila ditemukan kulit kering.
Medikamentosa
R/ Mebhydrolin Napadysilate tab No. XV
S 2 dd tab 1 p.c
R/ Methylprednisolone 16 mg Tab No. XV
S 2 dd tab 1 p.c
R/ Desoximetason ointment 0,25% tube 15 mg No. II
S 2 dd u.e applic part dol
R/ Nacl 0,9% 500 cc fl No. I
S kompres 2 kali sehari 10 menit
R/ Kassa steril 16x16 cm No XX
H. Prognosis
1. Quo ad vitam : Bonam
2. Quo ad functionam : Bonam
3. Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
BAB IV
KESIMPULAN
18
19
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Clark, RAF., Hopkins TT., The Other Eczemas, dalam Dermatology (ed by) SL.
Moschella, HJ. Hurley, WB Saunders Company, 1992, 482-484.
Dirk ME. Atopic Dermatitis, Eczema and Noninfectious Noninfectious
Immunodeficiency Immunodeficiency Disorders. Disorders. In Andrews
Andrews Disease Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10st edition.
USA: Saunder-Elsevier; 2011.p.62-63,77.
Estri, Siti Aminah Tri Susila.2009. Pola Penyebab dan Rekurensi Dermatitis
Numularis. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminProdi Pendidikan
Dokter FKIK UMY. Edisi Khusus Vol. 9 No. 2:129-135
Harlim, Ago (2016) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Penyakit Alergi
Kulit. Fakultas Kedokteran UKI, Jakarta. ISBN 978 623 6789 03 2
Ingram R.J. Eczematous Disorders. Dalam: Griffiths C. Barker J. Bleiker T. Chalmers
R. Creamer D. penyunting. Rook’s textbook of dermatology. Edisi ke-9.
Oxford: Blackwell; 2016.h.39.7-39.9.
James WD, Berger TG, Dirk ME. Atopic Dermatitis, Eczema and Noninfectious
Noninfectious Immunodeficiency Immunodeficiency Disorders. Disorders. In
Andrews Andrews Disease Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10st
edition. USA: Saunder-Elsevier; 2011.p.62-63,77.
Jiamton S, Tangjaturonrusamee C, Kulthanan K, Clinical Features and Aggravating
Factors in Nummular Eczema in Thais. In: Department of Dermatology,
20