Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS

DERMATITIS NUMULARIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
Oktaviana Putri Utami
20204010060

Diajukan kepada :
dr. Nunik Sri Wahyuni, Sp. KK

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis numularis (DN) atau discoid eczema merupakan dermatitis


dengan gambaran klinis plak eksematous, berbentuk koin, batas tegas, terdapat
papul dan vesikel di bagian atasnya, dengan ekskoriasi dan impetiginized
(Clark,1992). DN sering disertai rasa gatal sedang sampai berat, dan kadang-
kadang rasa panas (Sams,2002). Daerah predisposisi pada tungkai bawah,
ekstremitas atas (terutama bagian dorsal tangan) dan badan (Soter,1999) . Wujud
kelainan kulit cenderung meluas secara simetris. (Clark,2009)

Dermatitis numularis lebih sering terjadi pada usia dewasa daripada anak-
anak, dan lebih sering pada laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1.
(Clark,1992). Insidensi DN meningkat pada usia 55-65 tahun pada kedua jenis
kelamin, dan 15-25 tahun pada wanita (Soter,1999). Prevalensi DN yang
merupakan satu bentuk eksem endogen semakin meningkat pada 3 dekade
terakhir dan berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain.Insidensi DN di
Amerika Serikat sekitar 2 per 1000 penduduk, sedangkan frekuensi DN di sebuah
klinik di Arab Saudi 25,7% dari seluruh dermatitis atau urutan ke-2 setelah
dermatitis atopik. Frekuensi kasus DN di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr.
Sardjito (PKK-RSS) pada tahun 2000, 2001 dan 2002 berturut-turut adalah
2,99%, 3,22% dan 3,65% dari seluruh kunjungan pasien. (Aminah,2009)

Penyebab DN yang sebenarnya belum diketahui, namun terdapat beberapa


hipotesis yang diajukan sebagai faktor penyebab. Kolonisasi bakterial
(Staphylococci) dan micrococci, dermatitis kontak terhadap nikel, khromat dan
kobalt, trauma fisik maupun khemis, lingkungan (kelembaban yang rendah, udara
panas) serta stress emosional berhubungan dengan timbulnya maupun kambuhnya
DN. (Aminah,2009)

Data prevalensi dan insidens dermatitis numularis di Indonesia tidak


diketahui dengan pasti, sedangkan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP dr.

2
3

Sardjito Yogyakarta insidens dermatitis numularis pada tahun 2010 dan 2011
berturut-turut adalah 2,53% dan 2,33%.

Dalam kebanyakan kasus dermatitis numularis, penyebabnya tidak


diketahui. Infeksi, trauma, stres emosional, obat-obatan, serosis telah menekankan
mungkin faktor etiologi. Obat-obatan seperti isoniazid, asam aminosalicyclic,
emas, metildopa juga telah terlibat sebagai penyebab dermatitis numularis. Hal ini
sering dikaitkan dengan kulit kering (Jiamton,2012)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Dermatitis numularis adalah suatu kelainan kulit inflamatif berupa papul
dan papulovesikel yang berkonfluensi membentuk plak berbentuk koin
berbatas tegas dengan oozing, krusta, dan skuama. Sangat gatal, dengan
predileksi pada ekstremitas atas dan bawah (PERDOSKI,2017).

Gambar 1. Dermatitis Numularis. Lesi numular (bentuk koin) dengan eritem, bersisik, krusta.

Gambaran klinis seperti ini merupakan gambaran khas pada dermatitis


numularis, sehingga dapat menyingkirkan penyakit lainnya yang memiliki
pola lesi yang sama, seperti  psoriasis, gutata, dermatofitosis, dermatitis
kontak alergi, dermatitis atopik dan dermatitis stasis. Secara histologi,
dermatitis numularis ditandai oleh dermatitis spongiotik akut atau subakut.
B. Epidemiologi
Insidensi DN di Amerika Serikat sekitar 2 per 1000 penduduk, sedangkan
frekuensi DN di sebuah klinik di Arab Saudi 25,7% dari seluruh dermatitis
atau urutan ke-2 setelah dermatitis atopik. Frekuensi kasus DN di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RS Dr. Sardjito (PKK-RSS) pada tahun 2000, 2001 dan
2002 berturut-turut adalah 2,99%, 3,22% dan 3,65% dari seluruh kunjungan
pasien.

4
5

Dermatitis numularis lebih sering terjadi pada usia dewasa. Angka


kejadian lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita. Puncak kejadian
pada laki-laki di usia antara 55 dan 65 tahun, Sedangkan pada wanita di usia
15  –  25 tahun. Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak dibawah usia 1
tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis numularis dan
frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan umur
(Aminah,2009)
C. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Staphylococcus dan micrococcus diduga
ikut  berperan, mengingat jumlah koloninya meningkat walaupun tanda klinis
infeksi tidak tampak. Mungkin juga terjadi melalui mekanisme
hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi  bila koloni bakteri meningkat di atas 10
juta kuman/cm. dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada
berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom,
kobal, juga iritasi dengan wol dan sabun. Trauma fisik dan kimiawi mungkin
juga berperan, terutama jika terjadi di tangan, dapat pula pada bekas cedera
lama atau  jaringan parut. Pada sejumlah  jaringan parut. Pada sejumlah
kasus, stress emosional dan minuman mengandung alcohol dapat
menyebabkan eksaserbasi. Lingkungan dengan kelembapan rendah dapat pula
memicu kekambuhan (Stella,2018).
D. Patogenesis
Dermatitis numularis merupakan suatu kondisi yang terbatas pada
epidermis dan dermis saja. Patofisiologi dari penyakit ini tidak diketahui
secara  pasti,  pasti, tetapi sering bersamaan dengan kondisi kulit yang kering.
Adanya  fissura  pada permukaan permukaan kulit yang kering dan gatal
dapat menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya
peradangan pada kulit.
Suatu penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada
pasien dengan usia yang lebih tua terutama yang sangat sensitif dengan
bahan-bahan pencetus alergi, pertahanan  pada kulit yang lemah
menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis kontak alergi. Salah
6

satu gejala dermatitis numularis terdapat sensasi gatal,  penelitian- penelitian


mengenai peran mast cell  pada proses penyakit ini ditemukan adanya
peningkatan jumlah mast cell pada area lesi dibandingkan area yang tidak
mengalami lesi pada pasien yang menderita dermatitis numularis.
Suatu penelitian  juga mengidentifikasi adanya peran neurogenik yang
menyebabkan inflamasi pada dermatitis numularis dan dermatitis atopik
dengan mencari hubungan antara mast cell  dengan saraf sensoris dan
mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari
pasien dengan dermatitis numularis. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa
pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell  yang
kemudian berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal. Para
peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell   dan
saraf, meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada  penderita  penderita
dermatitis numularis. Substansi P dan kalsitonin terikat rantai peptida
meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non lesi pada penderita
dermatitis numularis. Neuropeptida ini dapat menstimulasi pelepasan sitokin
lain sehingga memicu timbulnya inflamasi (James,2011).
E. Manifestasi Klinis
Diagnostik dermatitis numularis adalah terdapat lesi berbentuk koin,
terdiri dari papul dan vesikel berdinding tipis bergabung menjadi plak pada
dasar yang eritematus. Fase akut akan tampak lesi yang eksudatif, berkrusta,
dan sangat gatal. Tahap lanjut akan tampak plak bersisik dan kering yang
membentuk likenifikasi. Lesi umumnya dijumpai pada ekstremitas dan
anggota badan bagian atas (Burns,2010). Lesi  pada kulit cenderung di mulai
dengan kelompok bintik-bintik kemerahan kecil dan vesikel. Kemudian
membesar dan tumbuh bersama membentuk sebuah patch  berbentuk
berbentuk koin. Tanda dan gejala dermatitis numularis adalah lesi bisa
dengan  berbagai ukuran, mulai dari 1 inci sampai lebih dari 4 inci. Paling
sering terjadi terjadi  pada kaki, tetapi juga bisa terjadi terjadi pada bagian
tengah tubuh, lengan, dan tangan. Gatal dan seperti rasa terbakar, berkisar
dari yang sangat ringan sampai parah, gatal mungkin lebih parah pada malam
7

hari, sampai bisa mengganggu tidur. Apabila vesikel pecah, timbul krusta,
dan setelah waktu yang lama akan timbul seperti bersisik (Sterry,2006)

Sumber : https://plasticsurgerykey.com/nummular-eczema/
F. Histopatologi
Histopatologi dermatitis numularis adalah parakeratosis
mengandung plasma, neutrofil dan psoriasiform epidermal hiperplasia dengan
spongiosis, dermal infiltrat perivaskular superfisial limfosit, makrofag dan
eosinofil. (Thomas,2008)
Pada fase akut, terdapat spongiosis dengan atau tanpa microvesicles
spongiotik. Pada fase subakut, terdapat  parakeratosis,  scale-crust ,
hiperplasia epidermal, dan spongiosis dari epidermis. Terdapat gabungan sel
infiltrat pada dermis. Lesi kronis bisa menyerupai gambaran mikroskopik
liken simpleks kronik.

Gambar. Histopatologi Dermatitis Numularis


8

G. Diagnosis
Penegakan diagnosis dermatitis nummularis menurut PERDOSKI 2017 :
1. Anamnesis
 Menyerang terutama orang dewasa (50-65 tahun), jarang pada bayi
dan anak-anak, puncak onset pada anak-anak yaitu pada usia 5
tahun.
 Keluhan subjektif sangat gatal, terutama pada fase akut.
 Pada sebagian pasien dermatitis numularis didapatkan insidensi
atopi yang tinggi, tetapi pada sebagian yang lain tidak.
 Pencetus antara lain kulit kering, fokus infeksi pada gigi, saluran
napas atas, atau saluran napas bawah. Faktor alergen lingkungan
yang berperan sebagai pencetus yaitu: tungau debu rumah dan
Candida albicans.
 Stres emosional, disfungsi liver atau konsumsi alkohol berlebihan
dapat memperberat penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
 Predileksi: ekstremitas atas termasuk punggung tangan (wanita)
dan ekstremitas bawah (pria).
 Kelainan kulit dapat bersifat akut, subakut, atau kronik.
 Lesi karakteristik berupa plak berukuran 1-3 cm berbentuk koin
yang terbentuk dari konfluensi papul dan papulovesikel.
 Pada bentuk akut terdapat vesikel, erosi dan eksudasi membentuk
lesi yang basah (oozing), serta krusta pada dasar eritema. Pada fase
kronis, berupa plak kering, berskuama, dan likenifikasi.
 Dapat timbul komplikasi berupa infeksi bakteri sekunder.
 Lesi menyembuh dimulai dari bagian tengah membentuk gambaran
anular.
 Kelainan kulit dapat meluas ke badan, wajah dan leher atau
menjadi generalisata.
9

H. Pemerisaan Penunjang
1. Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang
khusus.
2. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai
diagnosis banding.
3. Pada kasus berat atau rekalsitran, dilakukan uji tempel.
I. Diagnosis Banding
1. Dermatitis Atopi
Dermatitis atopi adalah peradangan kulit kronis yang residitif
disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-
anak dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan adanya riwayat
atopi pada keluarga atau penderita. Dermatitis atopi terbagi menjadi 3
fase, antara lain Fase Infantil atau Fase Akut dengan lesi vesikel, papul,
dengan erosi dan ekskoriasi. Fase Anak atau Fase Subakut dengan lesi
eritem ringan dengan erosi, skuama, dan krusta. Fase Remaja dan Dewasa
atau Fase Kronik dengan lesi hyperkeratosis, hiperpigmentasi dan
likenifikasi. Predileksi dermatitis atopi tergantung pada fase-fase tersebut.
Dapat terjadi pada wajah pada bayi (Fase Infantil – Akut), dan bagian
fleksural ekstremitas (Fase Anak – Sub Akut), kedua telapak tangan, jari,
pergelangan tangan, leher, scalp, dan putting susu (Fase Remaja dan
Dewasa - Kronik) (Boediardja, 2018).
10

Gambar 6. Efloresensi Lesi pada Dermatitis Atopi


2. Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak yaitu reaksi eksim, merupakan suatu respons
intoleransi inflamasi yang ditandai dengan eritema, lepuh, eksudasi,
papula, dan pengelupasan yang berturut-turut dan terus menerus.
Dermatitis kontak alergi (ACD) adalah penyakit yang dimediasi oleh sel
(tipe IV), tipe tertunda, reaksi hipersensitivitas disebabkan oleh kontak
kulit dengan lingkungan alergen. Fase akut ditandai dengan pruritus,
eritema, edema, dan vesikula, biasanya terbatas pada area paparan
langsung. kontak berulang dengan alergen penyebab dapat menyebabkan
penyakit menjadi kronis, ditandai dengan likenifikasi plak eritematosa
dengan hiperkeratosis variabel, fisura, dan perubahan pigmen yang
mungkin menyebar langsung ke area paparan luar (Harlim, ago, 2016).

Gambar. Efloresensi Lesi Dermatitis kontak alergi


3. Tinea korporis
Merupakan penyakit infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh jamur
kelompok dermatofita (Trichophyton sp., Epidermophyton sp. dan
Microsporum sp). Pada anamnesis ditemukan ruam yang gatal di badan,
ekstremitas atau wajah. Pada pemeriksaan fisik lesi mengenai kulit
berambut halus, keluhan gatal terutama bila berkeringat, dan secara klinis
tampak lesi berbatas tegas, polisiklik, tepi aktif karena tanda radang lebih
jelas, dan polimorfi yang terdiri atas eritema, skuama, dan kadang papul
dan vesikel di tepi, normal di tengah (central healing) (PERDOSKI,2017)
11

Gambar . Efloresensi Lesi pada Tinea Corporis


J. Tatalaksana
Non Medikamentosa
1. Hindari/atasi faktor pencetus.
2. Berikan emolien apabila ditemukan kulit kering.
Medikamentosa
Prinsip: Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan manifestasi
klinis.Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai
berikut:
1. Topikal
 Kompres pada lesi akut
 Antiinflamasi dan/atau antimitotik:
o Pilihan utama: kortikosteroid topikal potensi sedang hingga
kuat
o Pilihan lainnya inhibitor kalsineurin seperti takrolimus dan
pimekrolimus atau preparat tar
2. Sistemik
 Antihistamin oral
o Pada kasus dermatitis numularis berat dan refrakter dapat
diberikan:
o kortikosteroid sistemik
 Pada anak dapat diberikan metotreksat dengan dosis 5-10 mg
perminggu
12

 Pada kasus dermatitis numularis dengan lesi generalisata dapat


ditambahkan fototerapi broad/narrow band UVB.
K. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam.
L. Edukasi
1. Hindari/atasi faktor pencetus.
2. Cegah garukan dan jaga hidrasi kulit agar tidak kering.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitias Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Magelang
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Pernikahan : Belum menikah
Agama : Islam
Tanggal Periksa : 16 Oktober 2021
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Gatal pada tangan dan kaki sejak 2 minggu yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke Poliklinik Kulit
RSUD Tidar pada tanggal 16 Oktober 2021. Pasien datang dengan keluhan
gatal pada tangan dan kaki sejak 2 minggu yang lalu. Pada lokasi gatal
terdapat kelainan kulit berbentuk bulat koin disertai warna kemerahan
dengan permukaan agak basah dan meninggi. Setelah digaruk lesi akan
terasa panas dan nyeri. Keluhan bertambah banyak hingga perut dan wajah
beberapa hari terakhir. Gatal dirasakan menetap, dan tidak bertambah
apabila pasien berkeringat. Riwayat gatal-gatal atau alergi akibat
menggunakan produk atau tekstil disangkal. Riwayat alergi makanan dan
atopi disangkal. Demam disangkal. Pasien sempat berobat di klinik 1
minggu yang lalu, mendapatkan salep serta obat minum namun tidak
membaik.Pasien mandi dua kali sehari dan selalu berganti pakaian setelah
mandi. Penggantian sprei tempat tidur pasien rutin dilakukan setiap dua
minggu sekali. Pasien mengatakan agak cemas dan banyak pikiran terkait
pekerjaannya di kantor.

13
14

3. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan serupa (-)
- Riwayat alergi makanan, obat-obatan, dan bahan tertentu disangkal
- Riwayat asma, eksim, dan rhinitis alergi disangkal
- Riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung, dan penyakit kronik
lainnya disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluhan serupa disangkal
- Riwayat penyakit kulit disangkal
- Riwayat alergi makanan, obat-obatan dan bahan tertentu disangkal
- Riwayat asma, eksim, dan rhinitis alergi disangkal
- Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan penyakit
kronik lainnya disangkal
5. Riwayat Personal dan Sosial
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta. Saat ini pasien tinggal
bersama orang tuanya. Akhir-akhir ini pasien sedang banyak pikiran di
kantornya. Hal ini terkadang membuat pasien stress dan sulit tidur.
6. Anamnesis Sistem
- Sistem Kardiovaskular : Tidak ada keluhan
- Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan
- Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan
- Sistem Urogenital : Tidak ada keluhan
- Sistem Integumentum : Gatal di bagian kedua tangan, dan kaki,
wajah serta perut.
- Sistem Muskuloskleletal : Tidak ada keluhan
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalisata
- Keadaan Umum : Sakit Ringan
- Kesadaran : Compos Mentis
15

- Tanda Vital : Dalam Batas Normal


- Pemeriksaan Head to Toe :
Kepala : Normocephal
Wajah : Tampak bercak kemerahan berbentuk koin di
bawah dagu
Mata : Dalam Batas Normal
Hidung : Dalam Batas Normal
Mulut : Dalam Batas Normal
Telinga : Dalam Batas Normal
Leher : Dalam Batas Normal
Thorax : Dalam Batas Normal
Abdomen : Tampak bercak kemerahan berbentuk koin
Ekstremitas : Tampak bercak kemerahan berbentuk koin di
kedua lengan atas bagian luar, dan kedua tungkai bagian luar.
2. Status Lokalisata
- Predileksi : Regio antebrachii dextra et sinistra, cruris dextra et
sinistra, abdomen, facialis

Efloresensi : Tampak plak eritematous dengan oozing,


di atasnya terdapat papula, erosi,skuama, jumlah multipel ukuran
numular distribusi bilateral
16

Gambar . Lesi pada Regio antebrachii bilateral dan cruris dextra


D. Diagnosis Banding
1. Dermatitis Numularis
2. Dermatitis Atopik
3. Dermatitis Kontak Alergi
4. Tinea Corporis
E. Diagnosis Kerja
Dermatitis Numularis
F. Usulan Pemeriksaan
 Patch Test atau Prick Test
17

 Pemeriksaan Darah Laboratorium : Hitung jenis leukosit, Eosinofil darah


total, IgE darah.
G. Tatalaksana

Non Medikamentosa
1. Hindari/atasi faktor pencetus.
2. Berikan emolien apabila ditemukan kulit kering.
Medikamentosa
R/ Mebhydrolin Napadysilate tab No. XV
S 2 dd tab 1 p.c
R/ Methylprednisolone 16 mg Tab No. XV
S 2 dd tab 1 p.c
R/ Desoximetason ointment 0,25% tube 15 mg No. II
S 2 dd u.e applic part dol
R/ Nacl 0,9% 500 cc fl No. I
S kompres 2 kali sehari 10 menit
R/ Kassa steril 16x16 cm No XX

H. Prognosis
1. Quo ad vitam : Bonam
2. Quo ad functionam : Bonam
3. Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan bahwa pasien datang


dengan keluhan gatal pada tangan dan kaki sejak 2 minggu yang lalu. Pada lokasi
gatal terdapat kelainan kulit berbentuk koin disertai warna kemerahan dengan
permukaan agak basah dan tebal. Setelah digaruk lesi akan terasa panas dan nyeri.
Keluhan menyebar hingga perut dan wajah beberapa hari terakhir. Gatal dirasakan
menetap, dan bertambah gatal apabila pasien berkeringat. Pasien sempat berobat
di klinik 1 minggu yang lalu, mendapatkan salep serta obat antibiotic namun tidak
membaik. Riwayat keluhan serupa disangkal. Pada pemeriksaan fisik diperoleh
efloresensi pada regio antebrachii dextra et sinistra, cruris dextra et sinistra,
abdomen terdapat lesi primer berupa Tampak plak eritematous dengan oozing, di
atasnya terdapat papula, erosi,skuama, jumlah multipel ukuran numular distribusi
bilateral. Diagnosis pasien tersebut adalah Dermatitis Numularis, dengan terapi
yang diberikan adalah Mebhydrolin Napadysilate 2 x 1 tab, Methylprednisolone
16 mg 1 x 1 tab, Desoximetason ointment 0,25% tube 15 mg 2 x 1 oles, dan
kompres Nacl 09 % 2 kali sehari selama 10 menit.

18
19

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Button BK. ABC of Dermatology. 4th. BMJ. London. 2005. 17-26


Burton, JL., Holde, CA., Eczema, Lichenification and Prurigo, dalam Champion,
RH., Burton, JL., Burns, DA., Breathnach, SM., Rook/ Wilkinson/Ebling
-Textbook of Dermatology, Ed 6, Vol 1, Bab 17, 629-648.
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology Volume
1 8 th ed. USA. Gasington Road, Oxford. 2010. p. 23.9-23.10.
Burgin S. Nummular eczema, lichen simplex chronicus, and prurigo nodularis.
Dalam: Fitzpatrick’s Dematology in General Medicine. Wolff K, Goldsmith
LA, Kazt SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Edisi ke-8. New
York : Mc Graw-Hill, 2012.h.184-7
Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W
(eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2017. P. 137-40.

Clark, RAF., Hopkins TT., The Other Eczemas, dalam Dermatology (ed by) SL.
Moschella, HJ. Hurley, WB Saunders Company, 1992, 482-484.
Dirk ME. Atopic Dermatitis, Eczema and  Noninfectious  Noninfectious
Immunodeficiency Immunodeficiency Disorders. Disorders. In Andrews
Andrews Disease Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10st edition.
USA: Saunder-Elsevier; 2011.p.62-63,77.
Estri, Siti Aminah Tri Susila.2009. Pola Penyebab dan Rekurensi Dermatitis
Numularis. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminProdi Pendidikan
Dokter FKIK UMY. Edisi Khusus Vol. 9 No. 2:129-135
Harlim, Ago (2016) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Penyakit Alergi
Kulit. Fakultas Kedokteran UKI, Jakarta. ISBN 978 623 6789 03 2
Ingram R.J. Eczematous Disorders. Dalam: Griffiths C. Barker J. Bleiker T. Chalmers
R. Creamer D. penyunting. Rook’s textbook of dermatology. Edisi ke-9.
Oxford: Blackwell; 2016.h.39.7-39.9.
James WD, Berger TG, Dirk ME. Atopic Dermatitis, Eczema and  Noninfectious
Noninfectious Immunodeficiency Immunodeficiency Disorders. Disorders. In
Andrews Andrews Disease Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10st
edition. USA: Saunder-Elsevier; 2011.p.62-63,77.
Jiamton S, Tangjaturonrusamee C, Kulthanan K, Clinical Features and Aggravating
Factors in Nummular Eczema in Thais. In: Department of Dermatology,
20

Faculty of Medicine Siriraj Hospital, Mahidol University, Bangkok, Thailand:


2012.p.36-37
Kubeyinje, EP., The Pattern Of Endogenous Eczema In The Northern Frontier,
Kingdom Of Saudi Arabia, dalam Annals of Saudi Medicine, 1995, Vol 15,
No 4, 416-418
Khurana S, Jain VK, Aggarwal K, Gupta S. Patch testing in discoid eczema. J
Dermatol. 2002; 29:763-7
Muhlis, et al . Nummular Dermatitis Treated With Corticosteroid and Antibiotic.
Departemnt of Dermatology Medical Faculty Of Hasanuddin University .
2013.Vol 2:74-78 5. James WD, Berger TG,
PERDOSKI. 2017. Paduan Praktik Klinis. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesalis
Kulit dan Kelamin Indonesia.
Sams, HH, King L,. Nummular Dermatitis, dalam E MedicineJournal, 2002, Jan, Vol
3, N0. 1.
Soter,AN., Nummular Eczematous Dermatitis, dalam Freedberg I.M., Eisen A.Z.,
Wolff K., Austen K.F.. Dermatology in General Medicine, 5th ed. New York,
Mc Graw-Hill Inc. 1999 : 1480-1482.
Stella Cathelin. Laporan kasus dermatitis numularis. CKD-265/ Vol. 45. No.6 th.
2018. Hal : 435
Sterry W, Paus R, Burgdof WH. Dermatology. USA. Thieme : 2006. P. 197.
Sularsito S. A. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Todorova A. Eropean handbook of dermatological treatments. Katsambas AD, Lotti
TM, Dessinioti C, D’Erme AM editor. Edisi ke-3. New york: Springer.
2015.h.671-680.
Thomas HR, Robert LM. Nummular Eczema and Lichen Simplex Chronicus/Prurigo
Nodularis. In: Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS.
Fitzpatricks’s Dermatology in general Medicine. New York: McGraw Hill;
McGraw Hill; 2008.p.158-159 2008.p.158-159.

Anda mungkin juga menyukai