KERATITIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
Greyvita Alma Shadrina
20204010093
Diajukan kepada :
dr. Hj. Sri Yuni Hartati, Sp. M
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. D
Umur : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Magelang
Tanggal Periksa : 6 Oktober 2021
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Mata kiri perih sejak 1 minggu yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Tidar Kota Megelang pada tanggal 6 Oktober
2021 diantar oleh keluarganya dengan keluhan mata kiri perih sejak 1 minggu sebelum
pasien datang ke poliklinik mata. Keluhan tersebut dirasakan tiba-tiba sesaat setelah
pasien bangun tidur. Pasien merasakan matanya berair dan kotor setelah bangun tidur.
Lama-lama mata kiri semakin perih, silau dan sempat kemerahan. Pasien sudah
memeriksakan diri ke puskesmas dan mendapatkan obat tetes mata namun keluhan tidak
membaik. Pada mata pasien juga terlihat terdapat titik putih atau infiltrate di kornea
dekat limbus arah nasal. Pasien mengaku mata pasien sering kemasukan air. Pasien
merupakan seorang pelajar di pondok pesantren. Pasien mengaku tidak memiliki
riwayat penyakit, trauma disangkal, riwayat merokok dan minum alcohol disangkal
serta konsumsi obat-obatan jangka panjang disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama : Disangkal
Riwayat penyakit mata lain : Disangkal
Riwayat trauma pada mata : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat diabetes mellitus : Disangkal
2
3
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum & Tanda Vital
a. Keadaan Umum : Baik, gizi cukup
b. Kesadaran : Compos Mentis
2. Status Lokalis
4
3. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Oculli dextra (OD) Oculli sinistra (OS)
Visus Jauh 6/6 6/12 (tidak membaik dengan
pinhole)
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan OD OS Penilaian
Sekitar mata Kedudukan alis Kedudukan alis Simetris (+),
(supersilia) baik, scar (-) baik, (-) scar (-)
Kelopak mata (Palpebra)
Pasangan N N Simetris
Gerakan N N Ptosis (-),
lagoftalmos (-)
Kulit N N Hiperemis (-)
benjolan (-)
Tepi kelopak N N Trikiasis (-)
entropion (-)
ekstropion(-)
Apparatus Lakrimalis
Sekitar glandula N N Dakriodenitis (-)
lakrimalis
Sekitar sacus N N Dakriosistitis (-)
lakrimalis
Bola Mata
Pasangan N N Simetris (+)
Gerakan N N Eksotropia (-)
Kesimpulan Pemeriksaan
Oculli Dextra Oculli Sinistra
D. Diagnosis
Diagnosis banding :
1. Keratitis
2. Uveitis
3. Glaukoma Sudut Tertutup
4. Endoftalmitis
Diagnosis kerja :
OS Keratitis Bakterial
E. Penatalaksanaan
R/ Cendo Floxa fl No. I
S 6 dd gtt 1 OS
-----------------------------------------
R/ Metylprednisolon tab 4mg No. XIV
S 2 dd 1
-----------------------------------------
R/ Vitamin A No. VII
S 1 dd tab 1
-----------------------------------------
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konjungtiva
A. Anatomi Kornea
horizontal dan 10-11 mm vertical, serta memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea
memberikan kontribusi 74% atau setara 43,2 dioptri (D) dari total 58,0 kekuatan
dioptric mata manusia. Dalam memenuhi nutrisi, kornea mendapatkan difusi glukosa
dari akuos humor dan oksigen yang berdifusi melalui air mata. Sebagai tambahan ,
komea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus . Komea adalah salah satu organ
tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah
100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva . Kom a dewasa rata-rata mempunyai
teba l55 0 |jm , diameter horizontalnya sekita r 11,7 5 m m dan vertikalnya 10, 6 m m
limbus , akuos humor , dan air mata. Saraf-saraf sensorik komea didapat dari cabang
trigeminus ini memberikan sensitivitas tinggi terhadap nyeri bil a komea disentuh
(Hollwich,1993).
Secara histologi, struktur kornea terdiri dari lima lapisan yaitu epitel,
membrana bowman, stroma, membrana descemet dan endotel. Epitel kornea memiliki
ketebalan 50-60 µm atau 5% dari total ketebalan kornea, dan terdiri dari tiga lapisan
yang berbeda yaitu lapisan sel superfisial, lapisan sel sayap, dan lapisan sel basal.
Membran Bowman merupakan lapisan aseluler yang dibentuk oleh serat kolagen dan
merupakan modifikasi dari bagian anterior stroma dengan ketebalan 8-14 µm.
Lapisan ini tidak dapat mengalami regenerasi dan akan digantikan oleh jaringan parut
8
bila terjadi trauma. Stroma kornea menyusun 90% dari seluruh ketebalan kornea.
Stroma kornea tersusun atas fibril kolagen dengan ukuran yang seragam, meluas di
seluruh permukaan kornea dan membentuk kelompok yang disebut lamella; serta
tersusun atas sel-sel kornea (keratosit) dan matriks ekstraseluler yang terdiri dari
sel-sel endotel kornea. Membran ini terutama tersusun dari kolagen tipe IV dan
memiliki ketebalan 10-12 µm. Endotel kornea merupakan lapisan paling dalam dari
kornea. Lapisan ini terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal yang sel-selnya
tidak dapat membelah. Endotel kornea mempunyai pengaruh yang besar dalam
C. Fisiologi Kornea
kecil (300 A) dari fibril dan jarak yang kecil diantara mereka (300 A)
mengakibatkan pemisahan dan regularitas yang menyebabkan sedikit
pembiasan cahaya dibandingkan dengan inhomogenitas optikalnya. Sifat
deturgescence di jaga dengan pompa bikarbonat aktif dari endotel dan fungsi
barbier dari epitel dan endotel. Kornea di jaga agar tetap berada pada keadaan
“basah” dengan kada air sebanyak 78%.
Kornea menerima suplai sensoris dari bagian oftalmik nervus trigeminus.
Sensasi taktil yang terkecil pun dapat menyebabkan refleks penutupan mata.
Setiap kerusakaan pada kornea (erosi, penetrasi benda asing atau
keratokonjungtivitis ultraviolet) mengekspose ujung saraf sensorik dan
menyebabkan nyeri yang intens disertai dengan refleks lakrimasi dan
penutupan bola mata involunter. Trias yang terdiri atas penutupan mata
involunter (blepharospasme), refleks lakrimasi (epiphora) dan nyeri selalu
mengarahkan kepada kemungkinan adanya cedera kornea.
Seperti halnya lensa, sklera dan badan vitreous, kornea merupakan struktur
jaringan yang braditrofik, metabolismenya lambat dimana ini berarti
penyebuhannya juga lambat. Metabolisme kornea (asam amino dan glukosa)
diperoleh dari 3 sumber, yaitu:
• Difusi dari kapiler-kapiler disekitarnya
• Difusi dari humor aquos
• Difusi dari film air mata
Kornea mendapatkan pemaparan konstan dari mikroba dan pengaruh
lingkungan, oleh sebab itu untuk melindunginya kornea memiliki beberapa
mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan tersebut termasuk refleks
berkedip, fungsi antimikroba film air mata (lisosim), epitel hidrofobik yang
membentuk barrier terhadap difusi serta kemampuan epitel untuk
beregenerasi secara cepat dan lengkap.
Ketika pathogen telah menginvasi jaringan melalui lesi kornea superfisial,
beberapa rantai kejadian tipikal akan terjadi, yaitu:
• Terjadi lesi pada kornea
• Patogen akan menginvasi dan mengkolonisasi struma kornea
• Antibodi akan menginfiltrasi lokasi invasi pathogen Hasilnya akan
tampak gambaran opasitas pada kornea dan titik invasi pathogen
10
I. KLASIFIKASI
1. Lesi Kornea
Keratitis epithelial
Epitel kornea terlibat pada kebanyakan jenis konjungtivitis dan keratitis,
dan pada kasus-kasus tertentu merupakan satu-satunya jaringan yang terlibat
(misalnya pada keratitis pungtata superfisialis). Perubahan pada epitel sangat
bervariasi, dari edema biasa dan vakuolasi sampai erosi kecil-kecil, pembuntukan
filament, keratinisasi parsial, dan lain-lain. Lesi-lesi itu juga bervariasi lokasinya
pada kornea. Semua variasi ini mempunyai makna diagnostik yang penting dan
pemeriksaan biomikroskopik dengan dan tanpa pulasan fluorosein yang
merupakan bagian dari setiap pemeriksaan mata bagian luar.
Keratitis Stroma
berakibat perforasi, dan vaskulasrisasi. Pada respon ini kurang spesifik bagi
penyakit ini, tidak seperti pada keratitis epithelial dan dokter sering harus
mengandalkan informasi klinik dan pemeriksaan labpratorium untuk menetapkan
penyebabnya.
Keratitis Endotelial
2. Organisme Penyebab
Keratitis Bakterial
Lebih dari 90% inflamasi kornea disebabkan oleh bakteri. Sejumlah
bakteri yang dapat menginfeksi kornea yaitu Staphylococcus epidermis,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pnemoniae, koliformis, pseudomonas dan
haemophilus. Kebanyakan bakteri tidak dapat menetrasi kornea sepanjang epitel
kornea masih intak. Hanya bakteri gonococci dan difteri yang dapat menetrasi
epitel korea yang intak. Gejala – gejalanya antara lain yaitu nyeri, fotofobia, visus
lemah, lakrimasi dan sekret purulen. Sekret purulen khas untuk keratitis bakteri
sedangkan keratitis virus mempunyak sekret yang berair.
Terapi konservatif pada keratitis bakteri adalah antibiotik topikal
(ofloxacin dan polymixin) yang berspektrum luas untuk bakteri gram positif dan
bakteri gram negative sampai hasil kultur pathogen dan resistensi diketahui.
Immobilisasi badan siliar dan iris oleh terapi midriasis diindikasikan jika ada
iritasi intraocular. Keratitis bakteri dapat diterapi pertama kalinya dengan tetes
mata ataupun salep. Terapi pembedahan berupa keratoplasti emergency dilakukan
jika terdapat descematocel atau ulkus kornea yang perforasi.
12
Keratitis Bakteri
Keratitis Viral
Keratitis dendritic mempunyai khas lesi epitel yang bercabang, sensitifitas kornea
menurun dan dapat berkembang menjadi keratitis stromal. Keratitis stromal ini
mempunyai epitel yang intak, pada pemerikasaan slitlamp menunjukkan infiltrate
kornea disirformis sentral. Sedangkan keratitis endothelium terjadi karena virus
herpes simpleks terdapat pada humor aquos yang menyebabkan pembengkakan
sel endotel. Dan sindrom nekrosis retinal akut mengenai bola mata bagian
posterior yang terlibat pada pasien imunokompromis (AIDS).
Pengobatan dapat diberikan virustatika seperti IDU trifluoritimidin dan
asiklovir. Pemberian streroid pada penderita herpes sangat berbahaya, karena
gejala akan sangat berkurang akan tetapi proses berjalan trus karena daya tahan
tubuh yang berkurang.
➢ Keratitis Herpes Zooster
Keratitis herpes zoster merupakan manifestasi infeksi virus herpes zoster
pada cabang pertama saraf trigeminus, termasuk puncak hidung dan demikian
pula dengan kornea atau konjungtiva. Bila terjadi kelainan saraf trigeminus ini,
maka akan memberikan keluhan pada daerah yang dipersarafinya dan pada herpes
zoster akan mengakibatkan terdapatkan vesikel pada kulit. Pada mata akan terasa
sakit dengan perasaan yang berkurang (anastesia dolorosa). Pengobatan adalah
simtomatik seperti pemberian analgetika, vitamin dan antibiotik topical atau
umum untuk mencegah infeksi sekunder.(5)
Keratitis Jamur
III. DIAGNOSIS
Kecurigaan akan adanya keratitis pada pasien dapat timbul pada pasien
yang datang dengan trias keluhan keratitis yaitu gejala mata merah, rasa silau
(fotofobia) dan merasa kelilipan (blefarospasma). Adapun radang kornea ini
biasanya diklasifikasikan dalam lapisan kornea yang terkena, seperti keratitis
superfisial dan interstisial atau profunda. Keratitis superfisial termasuk lesi
inflamasi dari epitel kornea dan membran bowman superfisial terkait.
Fluoresein adalah pewarna khusus yang dipakai untuk memulas kornea
dan menonjolkan setiap ketidakteraturan pada permukaan epitelnya. Fluoresein
topikal merupakan larutan pewarna water-soluble yang non-toksik dantersedia
dalam berbagai bentuk, contohnya disertai dengan obat anestetik (benoxinate or
propracaine) atau dengan antiseptik (povidoneiodine). Secarik kertas steril dengan
fluoresein dibasahi dengan saline steril atau anestetik lokal dan ditempelkan pada
permukaan dalam palpebra inferior untuk memindahkan pewarna kekuningan itu
ke dalam lapis air mata.
Gambar
Glaukoma sudut tertutup akut (glaukoma akut) terjadi bila bentuk iris
bombe yang menyebabkan oklusi sudut bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini
akan menghambat aliran keluar aqueous dan tekanan intraokular meningkat
dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan penglihatan kabur.(1)
17
Endoftalmitis
V. PENATALAKSANAAN
I. PROGNOSIS
18
Secara umum prognosis dari keratitis pungtata superfisial adalah baik jika tidak
terdapat sikatriks ataupun vaskularisasi dari kornea. Sesuai dengan metode
penanganan yang dilaksanakan prognosis dalam hal visus pada pasien dengan
keratitis pungtata superficial sangat baik. Sikatriks pada kornea dapat timbul pada
kasus-kasus dengan keratitis pungtata superfisial yang berlangsung lama
19
BAB III
PEMBAHASAN
1. Teori VS Kasus
Teori Kasus
2. Kesimpulan
mengeluhkan mata perih secara tiba-tiba yang terjadi setelah bangun tidur disertai secret,
photophobia dan mata merah. Riwayat penyakit sistemik disangkal. Riwayat operasi mata
disangkal. Riwayat pengguanaan kontak lens disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
VOD 6/6 dan VOS 6/12 (tidak membaik dengan pinhole), pemeriksaan segmen anterior
didapatkan OD dalam batas normal dan OS terdapat infiltrate putih berukuran 1-2 mm di
limbus bagian nasal arah jam 8 dan injeksi perikorneal di bagian nasal . Terapi yang
diberikan adalah Cendo Floxa eyedrops 6 gtt OS, metilprednisolon 4mg 2x1 tab, dan Vit
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA