Anda di halaman 1dari 17

ILMU KESEHATAN MATA

CORPUS ALIENUM

Oleh:
Okta Liasna Barus 2201

PEMBIMBING :

dr.

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
RUMAH SAKIT UMU DAERAH DRS. H. AMRI TAMBUNAN
2023
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Dedi Prabudi Aritonang
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang las
Agama : Kristen
Suku/bangsa : Batak/Indonesia
Alamat : Pakam
No. RM : 421812

II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama :
Mata kanan nyeri.
 Keluhan Tambahan :
Mata kanan mengganjal dan kelilipan.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Drs. H. Amri Tambunan dengan
keluhan mata kanannya terasa mengganjal sejak 3 hari SMRS. Awalnya saat
pasien melakukan pekerjaannya yaitu sebagai tukang las, pasien merasakan
sesuatu masuk ke dalam mata kirinya, saat itu pasien merasakan kelilipan
dan menganggap hal tersebut sudah biasa sehingga pasien mengucek-ucek
matanya. Malamnya pasien baru merasakan ada yang mengganjal di mata
kirinya, mata menjadi merah dan keluar air mata terus menerus.
Pasien mengaku sebelumnya sudah menggunakan obat tetes mata insto,
keluhan berkurang namun kambuh kembali. Kemudian pasien melihat mata
kirinya untuk mencari apakah ada benda yang masuk ke mata. Pasien
melihat adanya gram di mata kirinya. Pasien tidak mengeluh adanya
pandangan kabur dan gatal. Pasien sempat berusaha untuk mengeluarkan
benda tersebut dengan menggunakan cotton bud namun tidak berhasil
sehingga pasien memeriksakannya ke RSUD Drs. H. Amri Tambunan.
 Riwayat Penyakit Terdahulu
o Riwayat darah tinggi : disangkal

o Riwayat kencing manis : disangkal

o Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

o Riwayat pakai kacamata : disangkal

o Riwayat trauma mata : (+) terkena percikan las 


Riwayat konsumsi obat-obat mata : (+) tetes mata insto

III. KESAN
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
OD : Tampak mata kemerahan, benda asing (+)
OS : Mata tampak tenang
IV. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS
Visus Jauh 20/20 20/20
Refraksi 6/24 6/6
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus Dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proyeksi Sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Persepsi Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN
1. Sekitar Mata
- Alis N N Kedudukan alis baik,
jaringan parut (-),
simetris
- Silia N N Trikiasis (-),diskriasis
(-) madarosis (-)
2. Kelopak mata
- Pasangan N N Simetris, ptosis (-)
- Gerakan N N Gangguan gerak
membuka dan
menutup (-),
blefarospasme (-)
- Lebar rima 9 mm 9 mm Normal 9 – 14 mm
- Kulit N N Hiperemi (-), edema
(-), massa (-)
- Tepi kelopak N N Trichiasis (-),
ektropion (-),
entropion (-)
- Margo N N Tanda radang (-)
intermarginalis
3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar glandula N N Tanda radang (-)
lakrimalis
- Sekitar sakus N N Tanda radang (-)
lakrimalis
- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Uji regurgitasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4. Bola Mata
- Pasangan N N Simetris (orthophoria)
- Gerakan N N Tidak ada gangguan
+ + + + gerak (syaraf dan otot
+ + + + penggerak bola mata
+ + + + normal)
- Ukuran N N Normal, makroftalmos
(-), mikroftalmos (-)
5. TIO N N Palpasi kenyal (tidak
ada peningkatan dan
penurunan TIO)
6. Konjungtiva
- Palpebra superior Hiperemis (+), papil Hiperemis (-), papil Normal : Licin, warna
(-), folikel (-), (-), folikel (-) pink muda, mengkilap,
edema (+) minimal hiperemis (-), papil (-),
folikel (-)
- Forniks N N Dalam
- Palpebra inferior Hiperemis (+), Hiperemis (-) Normal : Tenang,
edema (+) minimal mengkilap, hiperemis
(-), papil (-), folikel (-)
- Bulbi Injeksi Konjungtiva Injeksi Konjungtiva Inj. konjungtiva (-),
(-), injeksi siliar (-) (-), injeksi siliar (-) Inj. Siliar (-)
7. Sclera N N Putih, Ikterik (-)
8. Kornea
- Ukuran N N Ø horizontal 12 mm, Ø
vertical 11 mm
- Kecembungan N N Lebih cembung dari
sclera
- Limbus N N Benjolan (-)
Benda Asing (-)
- Permukaan N N Licin, mengkilap
- Uji flurosensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Placido N N Reguler konsentris
9. Kamera Okuli Anterior
- Ukuran N N COA dalam
- Isi N N Jernih, flare (-), hifema
(-), hipopion (-)
10. Iris
- Warna Cokelat Cokelat
- Pasangan N N Simetris
- Gambaran N N Kripte baik, Sinekia (-)
11. Pupil
- Ukuran Ø 4 mm Ø 4 mm Normal (Ø 3 – 6 mm)
pada ruangan dengan
cahaya cukup
- Bentuk Bulat Bulat Isokor
- Tempat N N Di tengah
- Tepi N N Reguler
- Refleks direct (+) (+) Positif
- Refleks indirect (+) (+) Positif
12. Lensa
- Ada/tidak Ada Ada Ada
- Kejernihan N N Jernih
- Letak N N Di tengah, di belakang
iris
- Warna kekeruhan Tidak ada Tidak ada
13. Korpus N N Jernih
Vitreum
14. Refleks Fundus (+) (+) Warna jingga
kemerahan terang,
homogen
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan Pemeriksaan menggunakan slit lamp : tampak korpus alienum pada kornea
OD
VII. DIAGNOSA BANDING
1. Cornea foreign bodies

2. Keratitis

3. Konjungtivitis

VIII. DIAGNOSIS
OS Corpus alienum

IX. TERAPI
 Molcin ED 8x1 OD
 Ciprofloxacin 2x1
 Mef. Acid 3x1
 Prednison
X. PLANNING
a. Evakuasi corpus alienum, menggunakan:
• Pantokain
• Spuit 1 cc
• Spekulum mata
• Cotton bud dan Handscoon
• Kassa dan plester
b. Edukasi pasien
• Mengenai penyakit dan komplikasinya.
• Setelah evakuasi corpus untuk sementara pasien tidak boleh mengendarai
kendaraan bermotor.
• Kontrol kembali untuk mengetahui adakah komplikasi.
• Selalu menggunakan alat pelindung saat bekerja suapaya kejadian seperti
ini tidak terulang kembali.

XI. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam Bonam Bonam
Ad sanam Bonam Dubia ad bonam
Ad fungsionam Bonam Dubia ad bonam
Ad cosmeticum Bonam Dubia ad bonam
PEMBAHASAN

1. KORNEA
1.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 1
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan dan terdiri atas 5 lapis1,3 :
1. Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan berbentuk
epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada
epitel ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa
rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi
kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman
Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis
yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk
kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan berakhir dengan
terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen
yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.Di
antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik
air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%.Kadar air dalam
stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh
epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan kadar air,
sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur
sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi
gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea
akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.

Gambar 2
4. Membran Descement
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening,
terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan
masuknya pembuluh darah.

5. Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan
kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea.
Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak
akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah,
penyakit intraocular.Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel berkurang.Kornea
tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga
berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V1,3.

1.2. Fisiologi kornea


Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang
uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan
kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar
epitel dan endotel.Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada
epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah
daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea
dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan
edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah
beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas
ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air
dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi3.
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah.Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera
mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina.Oleh karenanya kelainan sekecil
apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila
letaknya di daerah pupil3.

2. CORPUS ALIENUM
2.1. Definisi
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera
mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.Meskipun kebanyakan bersifat
ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke
dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari
isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan
lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya2,4.
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu4 :
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan
reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu
fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan
mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel,
alumunium, tembaga

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari4 :


a. Besarnya corpus alienum,
b. Kecepatan masuknya,
c. Ada atau tidaknya proses infeksi,
d. Jenis bendanya.

2.2. Patofisiologi

Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa disengaja.
Mekanisme trauma dapat membantu membedakan trauma superfisial atau
dalam (intraokular). Beberapa benda yang dapat mengenai seperti serpihan
kayu, logam, plastik, serpihan daun, atau pasir. Trauma biasanya terjadi pada
cuaca berangin atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan angin.
Untuk benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan,
memerlukan perhatian khusus karena dapat meningkatkan risiko infeksi serta
bersifat antigenik yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kornea. Oleh sebab
itu pada pasien seperti ini harus dilakukan follow up ketat untuk komplikasi
infeksi. Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan.
Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing
tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4,8
Benda asing pada kornea biasanya terdapat pada lapisan epiel atau stroma. Keadaan
ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah di
sekitarnya, serta udem palpebra, konjungtiva, dan kornea. Jika tidak segera
dikeluarkan hal ini akan menyebabkan infeksi dan atau nekrosis jaringan. Defek pada
epitel kornea merupakan tempat masuknya mikroorganisme ke dalam lapisan stroma
kornea yang akan menyebabkan ulserasi. Selama fase inisial, sel epitel dan stroma
pada area defek akan terjadi udem dan nekrosis. Sel-sel neutrofil mengelilingi ulkus
dan menyebabkan nekrosis lamela stroma. Difusi sitokin ke posterior (kamera okuli
anterior) menyebabkan terbentuknya hipopion. Toksin dan enzim yang dihasilkan
bakteri dapat merusak substansi kornea. Bakteri yang pada umumnya dijumpai adalah
streptococcus, pseudomonas, enterobactericeae, dan staphylococcus sp. Benda asing
dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh
darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea.
Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan
terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan
infeksi dan nekrosis jaringan.4,6,7
2.3. Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah4 :
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya

2.4. Gambaran Klinik


Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan
mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau
menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola
mata, fluorescein (+)3,4.
2.5. Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4,5 :
1) Anamnesis kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita

a. Anamnesis
Aktivitas pasien, keadaan lingkungan, waktu dan mekanisme trauma. Gejala
klinis yang mungkin dikeluhkan pasien seperti nyeri, sensasi mengganjal,
fotofobia, air mata yang mengalir terus, dan mata merah.5

b. Pemeriksaan fisik
Tajam penglihatan normal atau menurun, injeksi konjungtiva, injeksi silier,
tampak benda saing di mata, rust ring (terutama jika logam tertanam sudah
beberapa jam atau hari), defek epitel yang jelas dengan penggunaan fluoresens,
udem kornea.5
c. Pemeriksaan laboratorium
Diperlukan jika ada infeksi/ulkus kornea atau curiga adaya benda asing
intraokular. Kultur dan sensitivitas tes digunakan pada kasus infeksi atau ulkus.
CT scan, B-scan ultrasound, dan ultrasound biomicroscopy dapat digunakan jika
ada kecurigaan benda asing intraokular.5

2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola
mata.Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka
dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal.Untuk mengeluarkannya,
diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam.Arah pengambilan, dari tengah
ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable.
Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan
diperban3.
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus,
melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila
tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing
tersebut3.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan
magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit,
sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa
dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler
untuk usia yang tua2,3.
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant
magnit setelah insisi dari sklera.Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi
vitrektomi3.

2.7. Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau
berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung4.

2.8. Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek dari
corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral dimana fokus
cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi
juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai kornea merupakan benda inert dan
reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam2,3,4.
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder seperti
inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi
yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik2,3,4.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI Jakarta.
2. Anonim, 2008. Trauma Mata. Available on
http://www.rsmyap.com/component/option,com_frontpage/Itemid,1/
3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika Jakarta.
4. Bashour M., 2008.Corneal Foreign Body. Available on
http://emedicine.medscape.com/ article/
5. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05CorpusAlienum013.pdf/
05CorpusAlienum013. html. Akses tanggal 25 Desember 2013.
6. http://medicalanswer.multiply.com/journal/item/9/Eye-Emergency. Akses
tanggal 25 Desember 2013.
7. http://medicastore.com/penyakit/853/cedera-mata.html. Akses tanggal 25
Desember 2013.
8. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004

Anda mungkin juga menyukai