Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS BESAR

OD Katarak Senilis Imatur dengan Glaukoma Sekunder Sudut Tertutup dan


OS Phthysis Bulbi

Pembimbing:
dr. Djoko Heru S, Sp. M

Disusun oleh:
Edwinda Desy Ratu
11.2014.021

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT MATA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDAWACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
PERIODE 9 MEI 2016- 11 JUNI 2016

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
KASUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH

Nama : Edwinda Desy Ratu Tanda Tangan :


NIM : 11 2014 021
Dr pembimbing/penguji : dr Djoko Heru,Sp.M Tanda Tangan :

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Umur : 57 tahun
Alamat : Prambatan Kidul RT 11 RW 04, Kaliwungu, Kudus
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Tanggal pemeriksaan : 13 Mei 2016

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF


Auto anamnesis tanggal : 13 Mei 2016, pukul 14.20

Keluhan utama
Penglihatan kabur sejak 1 tahun yang lalu.

2
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli mata RS Mardi Rahayu dengan keluhan penglihatan mata
kanannya kabur. Hal ini sudah dirasakan sejak 1 tahun terakhir. Keluhan dirasakan
makin lama makin berat. Pasien seperti melihat kabut atau awan. Dua bulan lalu
pasien merasa matanya nyeri berdenyut. Nyeri kadang disertai dengan rasa pusing,
tetapi tidak sampai mual dan muntah. Terasa berbayang saat melihat suatu subjek.
Tidak ada keluhan silau. Mata merah, gatal, rasa mengganjal disangkal oleh pasien.
Tidak ada riwayat trauma pada kedua mata.

Riwayat Penyakit Dahulu


OS belum pernah menggunakan kacamata sebelumnya. Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, maupun trauma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. Dikeluarga
tidak ada yang memiliki diabetes melitus dan hipertensi.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 71 x / menit
Suhu : 36,4C
Pernafasan : 21 x / menit
Berat Badan : 74 Kg
Tinggi Badan : 166 cm
Kepala : Normocepali, rambut hitam, distribusi merata
Telinga : Normotia, serumen (-), secret (-)
Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)
3
Tenggorokkan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)
Thoraks,
Cor : BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
Abdomen : datar, super, BU(+) N.
Ekstremitas : Akral hangat, udem -/-.

STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD OS

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)


0,25 F3 PH 0,5 Visus 0
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal, Mengecil,
enoftalmus (-), Bulbus okuli enoftalmus (-),
eksoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-) strabismus (-)
edema (-) edema (-)
hiperemis(-) hiperemis(-)
nyeri tekan (-) Palpebra nyeri tekan (-)
blefarospasme (-) blefarospasme (-)
lagoftalmus (-) lagoftalmus (-)
ektropion (-) ektropion (-)
entropion (-) entropion (-)
edema (-) edema (-)

4
injeksi siliar (-) injeksi siliar (-)
injeksi konjungtiva (-) Konjungtiva injeksi konjungtiva (-)
infiltrat (-) infiltrat (-)
anemis (-) anemis (-)
Putih Sklera Putih
Bulat
jernih
edema (-) Kornea
Sulit dinilai
arkus senilis (+)
sikatriks (+)
keratik presipitat (-)
infiltrat (-)
sikatriks (-)
Jernih, dangkal, Camera Oculi Anterior dangkal,
hipopion (-), hifema (-) (COA) hipopion (-),hifema (-)
Kripta(N), atrofi (-)
coklat, edema(-), Iris Tidak tampak
synekia (-)
Reguler, bentuk bulat
Letak sentral, hitam Pupil Tidak tampak
Diameter 3 mm Refleks pupil L/TL : (-/-)
Refleks pupil L/TL: (+/-)
Keruh Lensa Tidak tampak
Jernih Vitreus Tidak bisa dinilai
Sulit dinilai Retina Tidak bisa dinilai
Positif Fundus Refleks Negatif
23 mmHg TIO N-
Kelainan lakrimasi(-) Sistem Lakrimasi Kelainan lakrimasi (-)

Tes Lapang Pandang (Tes Konfrontasi)

OD OS
+ + + - - -
+ + - -
+ + + - - -
Keterangan:

5
OD: tidak terdapat defek lapang pandang
OS: tidak dapat dievaluasi

Shadow test: (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Dianjurkan :
- Gonioskopi

V. RESUME
Subjektif:
Pasien datang ke poli mata RS Mardi Rahayu dengan keluhan mata kanan kabur
sejak satu tahun yang lalu. Makin lama makin berat. Dua bulan lalu pasien merasa
matanya nyeri berdenyut. Nyeri kadang disertai dengan rasa pusing, tetapi tidak
sampai mual dan muntah. Terasa berbayang saat melihat suatu subjek.

Objektif:
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
0,25 F3 PH 0,5 Visus 0
Bulat
jernih
edema (-) Kornea
Sulit dinilai
arkus senilis (+)
sikatriks (+)
keratik presipitat (-)
infiltrat (-)
sikatriks (-)
Jernih, dangkal, Camera Oculi Anterior dangkal,
hipopion (-), hifema (-) (COA) hipopion (-),hifema (-)
Kripta(N), atrofi (-)
coklat, edema(-), Iris Tidak tampak
synekia (-)
Reguler, bentuk bulat Tidak tampak
Letak sentral, hitam Pupil Refleks pupil L/TL : (-/-)
6
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL: (+/-)
Keruh Lensa Tidak tampak
Jernih Vitreus Tidak bisa dinilai
Sulit dinilai Retina Tidak bisa dinilai
Positif Fundus Refleks Negatif
23 mmHg TIO N-

VI. DIAGNOSA KERJA


OD Katarak Senilis Imatur
OD katarak senilis imatur dapat dipikirkan sebagai diagnosa kerja. Dari anamnesa, pasien
laki-laki 57 tahun datang dengan keluhan penglihatan mata kanan kabur dan seperti tertutup
kabut sejak 1 tahun terakhir
Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus OD 0,25. Lensa OD. Pada OD masih dapat
dilakukan pemeriksaan funduskopi tetapi hanya dapat menilai reflex fundus.
OD Glaukoma Sekunder karena Lensa (Lens-induced glaucoma) tipe Phacomorphic
Glaucoma
Diagnosa OD glaucoma sekunder sudut tertutup (Phacomorphic glaucoma) dapat
dipikirkan sebagai diagnosa kerja. Dari anamnesa, pasien laki-laki 57 tahun datang dengan
keluhan penurunan visus, mata berbayang disertai rasa pusing.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus OD 0,25. Pada mata kanan COA dangkal, refleks
pupil langsung positif dan tidak langsung negatif, defek lapang pandang pada sisi temporal, dan
TIO 23 mmHg.
OS Phthisis Bulbi
Diagnosa OS phthisis bulbi dapat dipikirkan sebagai diagnosis kerja. Dari anamnesa,
pasien laki-laki usia 57 tahun mempunyai riwayat trauma pada mata kiri kurang lebih 30 tahun
yang lalu dan kemudian mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus OS 0. Tampak sikatrik pada seluruh kornea,
warna keruh. Refleks pupil, dan funduskopi tidak dapat dinilai.

VII. DIAGNOSA BANDING


OD Glaukoma primer sudut tertutup
Dasar diagnosis yang mendukung
Penurunan tajam penglihatan
Keluhan mata berbayang disertai nyeri mata dan pusing
Defek lapang pandang

7
Dasar diagnosis yang tidak mendukung
Gejala glaukoma dipicu adanya penyakit mata lain yang mendahului
Gejala glaukoma hanya terjadi pada mata yang mengalami kelainan
penyakit mata lain
OD Katarak senilis matur
Dasar diagnosis yang mendukung
Penglihatan seperti tertutup kabut
Tampak kekeruhan pada lensa
Dasar diagnosis yang tidak mendukung
Kekeruhan tampak pada seluruh massa lensa

OS Leukoma
Dasar diagnosis yang mendukung
Tampak sikatrik pada OS
Dasar diagnosis yang tidak mendukung
Tampak atrofi kornea yang mengarah ke diagnosis phthisis bulbi

VIII. TERAPI
Promotif
Methylcobalamin 500 mg tab S 2dd tab I PO
Citicoline 500 mg tab S 2dd tab I PO

Preventif
Edukasi pasien tentang penyakit glaukoma, faktor risiko dan komplikasi
Edukasi pasien tentang penyakit katarak, faktor risiko dan komplikasi

Kuratif
Medikamentosa :
Erlamycetin plus ED S 4dd gtt I OD
Tiap ml mengandung:
Chloramphenicol base 5 mg & Dexamethason sodium phospate1 mg
Catarlent ED S 5dd gtt I OD
Tiap ml mengandung :

8
Zat aktif : Calcium Chloride Anhydrous 5 mg, Potassium lodide 5 mg, Sodium
Thiosulfate 0,5 mg
Zat tidak aktif : Buffer solution, Distilled water
Cendo Lyters ED S 4dd gtt I OD
Tiap ml mengangdung: Natrium Klorida 8,64 mg, Kalium Klorida 1,32 mg.

Non Medikamentosa
Untuk OD katarak senilis imatur dapat dilakukan tindakan bedah berupa
fakoemulsifikasi atau ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK) dan insersi
intraocular lensa (IOL).
Untuk OD glaukoma sekunder (Phachorphic Glaucoma) diharapkan TIO dapat
berkurang perlahan dengan dilakukannya tindakan untuk katarak pasien.

Rehabilitatif
Evaluasi visus dan TIO secara rutin
Jaga kebersihan area sekitar mata
Edukasi pasien bahwa dengan terapi obat dan pembedahan tidak akan
mengembalikan tajam penglihatan sepeerti orang normal sehingga pasien perlu
menggunakan kacamata untuk memaksimalkan tajam penglihatan.
Gunakan obat secara teratur & kontrol kondisi mata 2 minggu lagi

IX. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA (OS)
Ad Vitam : ad bonam ad malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam ad malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam ad malam
Ad Kosmetikan : ad bonam dubia ad malam

X. USUL
Pemeriksaan dengan gonioskopi untuk semakin menegakkan diagnosis OD glaucoma
sudut terbuka atau tertutup.

9
Pengawasan dan evaluasi Lapang pandang dengan pemeriksaan perimeter.
Pengawasan dan evaluasi TIO dengan Tonometer secara rutin.
Pengawasan dan evaluasi keadaan optic disc dengan Funduscopy secara rutin.
Melakukan pemeriksaan USG OD untuk menilai segmen posterior bola mata.
Melakukan pemeriksaan OCT OD untuk mengevaluasi gambaran defek papil.
Setelah dilakukan tindakan pembedahan terhadap glaukoma dan katarak, maksimalkan
tajam penglihatan dengan menggunakan kacamata.

XI. SARAN
Memakai obat-obat yang diberikan dengan benar dan teratur
Konsumsi obat secara teratur
Kontrol ke poliklinik mata 2 minggu kemudian atau langsung kontrol bila keadaan
semakin memburuk
TINJAUAN PUSTAKA

Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di
mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, ataupun
terjadi akibat keduanya. Gejala-gejala yang berhubungan dengan kelainan lensa pada umumnya
berupa gangguan penglihatan. Gejala-gejala presbiopia disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan akomodasi pada penuaan dan berakibat pada berkurangnya kemampuan melakukan
pekerjaan-pekerjaan dekat. Hilangnya transparansi lensa menimbulkan penglihatan kabur (tanpa
nyeri), baik penglihatan dekat maupun jauh. Hal ini disebut sebagai katarak.1

10
Katarak Senilis

Katarak senilis merupakan jenis yang paling umum terjadi di seputar dunia dan
merupakan penyebab utama menurunnya penglihatan akibat usia. Dengan penuaan normal,
nukleus dan korteks lensa melebar seraya serat-serat baru dibentuk di bagian kortikal lensa. Pada
nukleus, serat yang tua menjadi lebih tertekan dan terdehidrasi. Perubahan metabolik terjadi dan
protein lensa menjadi lebih sukar larut, dan konsentrasi kalsium, natrium, kalium, dan fosfat
meningkat. selama stadium awal pembentukan katarak, pigmen kuning dan vakuol berakumulasi
di serat lensa. Molekul protein yang tidak melipat, persilangan kelompok-kelompok sulfhidril,
dan konversi dari protein larut menjadi tak larut membuat hilangnya kejernihan lensa. Onsetnya
bertahap, dan satu-satunya gejala ialah meningkatnya penglihatan kabur dan kelainan
penglihatan.

Diagnosis katarak didasarkan pada pemeriksaan oftalmoskopi dan derajat gangguan


penglihatan pada uji penglihatan Snellen. Pada pemeriksaan oftalmoskopi, katarak dapat terlihat
sebagai kekeruhan besar yang memenuhi celah pupil atau sebagai bayangan hitam berlawanan
dengan latar merah pada fundus.2

Perubahan terkait usia pada lensa mempengaruhi kekuatan lensa dan kemampuan
transmisi cahaya sehingga menyebabkan fluktuasi pada penglihatan dan terhamburnya cahaya.
Pemeriksaan celah sinar (slitlamp), metode yang biasa digunakan untuk mengamati lensa, dapat
digunakan untuk mengelompokkan dan membedakan kekeruhan lensa. Masing-masing tipe
kekeruhan memiliki perbedaan secara klinis, dan sering terjadi kombinasi dari tipe yang berbeda.

Katarak senilis dapat dibagi menjadi 3 jenis utama:

11
Katarak nuclear
Katarak nuclear dihasilkan dari sklerosis nuclear dan perubahan menjadi kuning,
dengan konsekuensi pembentukan kekeruhan lentikular sentral. Kekeruhan nuklear
disebabkan oleh peningkatan densitas lensa secara bertahap pada lapisan paling dalam
dari nukleus, berjalan perlahan untuk melibatkan lapisan-lapisan yang lebih luar.
Nukleus juga mungkin berubah warna dari bening (tidak berwarna) menjadi kuning
hingga coklat dan kadang-kadang hitam. Nukleus yang sangat keruh dan coklat
dinamai brunescent nuclear cataract. Pasien mungkin mengalami peningkatan
myopia (dikarenakan peningkatan indeks bias lensa) dan penurunan yang progresif
lambat pada ketajaman visual dan hilangnya sensitivitas terhadap kontras.
Katarak kortikal
Perubahan komposisi ionik dari korteks lensa dan mungkin juga perubahan pada
pengairan serat-serat lensa menghasilkan katarak kortikal. Kekeruhan kortikal
menyebabkan beberapa gejala pada awalnya karena sumbu visual tetap jernih, tetapi
belakangan kekeruhan meliputi sebagian besar dari korteks lensa.
Katarak subkapsular posterior.
Pembentukan granul dan kekeruhan seperti plak pada korteks subkapsular posterior
sering memperlihatkan pembentukan katarak subkapsular posterior. Kekeruhan
subkapsular posterior dimulai di daerah kutub posterior, kemudian menyebar ke
perifer. Pasien mengalami gangguan silau yang signifikan karena cahaya
berhamburan pada titik dekat mata.

Pada akhirnya, seluruh lensa akan menjadi keruh. Lensa mungkin kemudian
membengkak (katarak intumescent). Materi kortikal akan mencair (katarak Morgagnian)
dan kemudian diabsorbsi kembali menyebabkan nukleus yang padat menjadi
tenggelam ke bawah kantung kapsular.

Table 1: Katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium:


Gejala Insipien Imatur/ Matur Hipermatur/
Intumesen Katarak
Morgagni
Visus 5/5 dengan koreksi s.d 1/60 1/300 1/~ 1/~
Kekeruhan Perifer ke sentral. >> kapsula Penuh merata Korteks mencair/
lensa Seperti jeruji roda posterior lensa mengkerut
Iris shadow - + - -

12
Fundus + + - -
refleks Tetapi lebih suram
Iris Normal terdorong normal Tremularis

Etiologi

Penyakit sistemik
Katarak senilis banyak dihubungkan dengan penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi,
dan lain-lain. Hipertensi baru-baru ini ditemukan secara signifikan meningkatkan risiko
untuk katarak subkapsular posterior. Kemungkinan jalur bagi peranan hipertensi dan
glaukoma pada pembentukan katarak senilis ialah dengan menginduksi perubahan struktur
konformasi protein pada kapsul lensa yang menyebabkan gangguan pada transport membran
dan permeabilitas ion, dan akhirnya meningkatkan tekanan intraokular yang mengakibatkan
kekambuhan dalam pembentukan katarak.
Sinar Ultra Violet (UV)
Sinar UV kemungkinan berpengaruh pada pembentukan katarak melalui peningkatan
kerusakan yang bersifat oksidatif. Mata yang menua lebih rentan terhadap kerusakan karena
UV karena filter bebas UV yang menurun seraya penuaan dan hasil pemecahan dari filter
ini dapat berperan sebagai perangsang terhadap cahaya, yang menyebabkan terbentuknya
oksigen yang reaktif dan proses oksidasi terhadap protein. Risiko katarak nuklear dan
kortikal ditemukan paling tinggi di antara populasi yang sering terpajan sinar matahari pada
usia yang lebih muda.
Faktor lain
Transparansi/kejernihan lensa bergantung pada pengaturan yang baik sel-sel lensa dan
protein intraseluler pada lensa. Kelainan genetik, metabolik, nutrisi, dan lingkungan, serta
penyakit mata dan penyakit sistemik dapat menimbulkan katarak dengan mempengaruhi
kejernihan lensa.3,4

Patofisiologi

Patofisiologi katarak senilis rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Pada semua
kemungkinannya, patogenesisnya multifaktorial melibatkan interaksi yang rumit dalam berbagai
proses fisiologis. Seraya lensa menua, beratnya dan ketebalannya meningkat sementara
kemampuan akomodasinya menurun. Karena lapisan korteks yang baru bertambah secara

13
konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras, mengalami sebuah proses yang disebut
nuclear sclerosis.

Berbagai mekanisme turut berperan dalam hilangnya kejernihan lensa secara progresif. Epitel
lensa dipercaya mengalami perubahan yang berkaitan dengan penuaan, khususnya penurunan
pada densitas sel epitel lensa dan kelainan diferensiasi dari sel-sel serat lensa. Meskipun epitel
dari lensa katarak mengalami laju apoptosis yang rendah, yang sepertinya tidak menyebabkan
penurunan densitas sel yang signifikan, akumulasi dari hilangnya epitel dalam skala kecil dapat
berakibat pada gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis, yang pada akhirnya
mengarah pada hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh, seraya lensa menua, penurunan ambang
di mana air dan, mungkin, metabolit larut air dengan berat molekul yang rendah dapat masuk ke
dalam sel-sel nukleus lensa melalui epithelium dan korteks, terjadi dengan diikuti oleh
penurunan transportasi air, nutrisi, dan antioksidan.

Sebagai akibatnya, kerusakan oksidatif yang progresif terhadap lensa bersamaan dengan
penuaan, mengarah pada perkembangan dari katarak senilis. Berbagai penelitian memperlihatkan
peningkatan hasil oksidasi (seperti glutation teroksidasi) dan penurunan vitamin antioksidan dan
enzim superoxide dismutase menekankan peranan penting dari proses oksidatif pada
pembentukan katarak.

Mekanisme lainnya yang terlibat ialah perubahan dari protein sitoplasmik lensa berat
molekul rendah yang larut menjadi gumpalan protein larut dengan berat molekul tinggi, fase
tidak larut, dan matriks protein membrane yang tak larut. Perubahan protein yang dihasilkan
menyebabkan fluktuasi mendadak pada indeks bias, terhamburnya cahaya, dan menurunnya
kejernihan. Bagian lain yang juga diperiksa mencakup peranan nutrisi pada perkembangan
katarak, terutama keterlibatan glukosa dan mineral serta vitamin.3

Manifestasi Klinis

Gejala yang muncul bergantung pada apakah katarak terjadi unilateral atau bilateral, dan
derajat serta letak dari kekeruhan. Jika katarak terjadi unilateral, pasien bisa jadi tidak
menyadarinya sampai katarak juga menutupi mata yang masih baik. Pasien mungkin mengeluh
kesulitan saat membaca (yang perlu dibedakan dari presbiopia yang normal pada orang tua),
kesulitan mengenali wajah (yang juga terjadi pada degenerasi makular), dan kesulitan saat

14
menonton televisi. Mereka mungkin mengeluh bahwa penglihatan mereka memburuk pada
cahaya terang, terutama jika kekeruhan mereka terdapat di sentral.

Kadang-kadang, pasien mengalami monokular diplopia dan melihat halo disekeliling lampu;
hal ini terjadi karena kekeruhan lensa terganggu dengan sinar cahaya yang melewatinya menuju
bagian belakang mata. Beberapa pasien mungkin bahkan mengatakan bahwa mereka dapat
melihat tanpa kacamata. Ini terjadi ketika katarak sklerosis nuklear meningkatkan kekuatan
penyebaran lensa, sehingga membuat pasien menjadi miopi (tidak mampu melihat jauh).

Gangguan penglihatan demikian bervariasi bergantung pada jenis katarak yang dialami oleh
pasien.

Penurunan ketajaman visual


Merupakan keluahan paling umum dari pasien katarak senilis. Katarak dapat
dipertimbangkan jika ketajaman visual dipengaruhi secara signifikan. Lebih jauh, jenis
lain katarak menghasilkan efek yang berbeda pada ketajaman visual.
Sebagai contoh, katarak subkapsular posterior derajat ringan dapat menghasilkan
penurunan ketajaman visual dengan ketajaman penglihatan dekat lebih terganggu
daripada ketajaman penglihatan jauh, kemungkinan sebagai akibat miosis akomodatif.
Namun, sklerosis nuklear sering dihubungkan dengan menurunnya ketajaman
penglihatan jarak jauh dan penglihatan dekat yang baik.
Derajat gangguan penglihatan dapat bervariasi pada keadaan berbeda. Misalnya,
gangguan refraksi miopia (nearsighted) yang tidak dikoreksi tampak lebih berat di
lingkungan yang gelap. Hal ini terjadi karena dilatasi pupil memungkinkan lebih banyak
berkas cahaya yang tak terfokus jatuh di retina dan makin mengaburkan pandangan.
Katarak setempat di sentral tampak lebih parah di bawah sinar matahari. Dalam hal ini,
konstriksi pupil mengurangi jumlah cahaya yang dapat melintasi lensa yang keruh.
Pandangan kabur akibat edema kornea semakin membaik saat siang karena adanya
dehidrasi kornea akibat penguapan dari permukaan.
Cahaya yang menyilaukan
Meningkatnya kesilauan adalah keluhan umum lainnya pada pasien katarak senilis.
Keluhan dapat mencakup seluruh spektrum mulai dari menurunnya sensitivitas kontras
pada lingkungan dengan cahaya terang.
Gangguan penglihatan seperti itu terutama khas pada katarak subkapsular posterior dan,
pada tingkat yang lebih rendah, pada katarak kortikal. Hal ini lebih jarang dihubungkan

15
dengan sklerosis nuklear. Banyak pasien dapat menoleransi kesilauan derajat sedang
tanpa banyak kesulitan, dan dengan demikian, kesilauan itu sendiri tidak memerlukan
tindakan operasi.
Pergeseran miopik
Perkembangan katarak kadang-kadang mungkin meningkatkan kekuatan dioptri lensa
menghasilkan miopi ringan sampai sedang atau disebut pergeseran miopik. Sebagai
akibatnya, pasien presbiopi melaporkan adanya peningkatan pada penglihatan dekat dan
kurang memerlukan kacamata baca yang disebut penglihatan kedua. Namun, kejadian ini
hanya sementara, dan seraya kualitas penglihatan lensa menurun, penglihatan kedua ini
akhirnya menghilang.
Khasnya, pergeseran miopi dan penglihatan kedua tidak ditemukan pada katarak kortikal
dan subkapsular posterior. Lebih jauh, perkembangan asimetrik miopia yang diinduksi
lensa dapat berakibat pada anisometropi simptomatik yang signifikan yang mungkin
memerlukan penanganan operasi.
Monokular diplopia
Kadang-kadang, perubahan nuklear terkonsentrasi pada lapisan dalam dari lensa,
menghasilkan area refraktil di tengah lensa, yang sering terlihat jelas dalam refleks
merah melalui retinoskopi atau oftalmoskopi langsung.
Fenomena demikian dapat mengarah pada monokular diplopia yang tidak dikoreksi
dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.1,3

Penatalaksanaan

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup
padat (Matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun pada stadium perkembangan
yang paling dini katarak dapat didekteksi melalui pupil yang berdilatasi maksimum dengan
oftalmoskop, loupe atau slitlamp. Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat
dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).
Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat
dengan pupil terjadi pada katarak matur. Katarak hipermatur, lensa akan mengeriput sehingga
shadow test akan menunjukkan hasil yang negatif.

16
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slitlamp,
funduskopi bila mungkin, tonometer juga pemeriksaan prabedah lainnya seperti adanya infeksi
pada kelopak mata dan konjungtiva karena dapat menimbulkan penyulit yang berat berupa
panoftalmitis pasca bedah. Sebelum pembedahan juga harus dilakukan pemeriksaan tajam
penglihatan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan.
Misalnya pada katarak nuclear tipis dengan myopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang
tidak sesuai sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari kelainan retina dan bila
dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan yang tidak memuaskan.

Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan pemeriksaan pasien dan faktor-faktor


penyulit yang mungkin ada. Evaluasi pasien yang penting antara lain: apakah penurunan
kemampuan visual pasien dapat ditolong dengan operasi, apakah akan terjadi perbaikan visus
jika operasi dilakukan tanpa komplikasi, apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya untuk
perawatan posoperatif, apakah opasitas lensa berpengaruh terhadap kondisi sistemik dan okuler
pasien.

Beberapa pengobatan non-bedah mungkin efektif sementara untuk fungsi visual pasien
katarak. Sebagai contoh, keadaan refraksi dapat ditingkatkan dengan koreksi untuk penglihatan
jauh dan dekat. Dilatasi pupil mungkin dapat membantu pada katarak aksialis yang kecil dengan
cahaya yang lewat melalui bagian perifer lensa. Penatalaksanaan medical pada katarak secara
ketat dilakukan. Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi glukosa
menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula. Agen antikatarak lainnya
termasuk sorbitol lowering agent, aspirin, glutathione raising agent dan antioksidan vitamin C
dan E. Obat yang dikenal di pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain Catalin,
Quinax, Catarlen dan Karyuni.

Beberapa pasien dengan fungsi visual terbatas dapat dibantu dengan alat bantu optik bila
operasi belum bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5x2,8 dan 4x lebih dekat ke objek,
penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu membaca dan kerja dekat. Katarak akan
mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang gelombang yang pendek menyebabkan
penyebaran warna, intensitas dan jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama pada
kondisi terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas.

17
Pengobatan katarak pada intinya hanya dapat dilakukan dengan pembedahan. 5 Namun berbagai
macam cara pengobatan non-bedah dapat membantu pada berbagai macam kondisi tertentu
sampai proses operasi pembedahan dapat dilakukan

1. Pengobatan non-bedah
a. Meningkatan kemampuan penglihatan pada penderita katarak imatur dan katarak insipien
Pemakaian kaca mata hitam pada penderita katarak sentralis akan sangat membantu
Refraksi, di mana dapat berubah dalam jangka waktu yang lumayan singkat, harus
selalu dikontrol secara berkala
Pengaturan pencahayaan. Pada pasien dengan kekeruhan lensa bagian perifer,
pencahayaan yang terang dapat membantu meningkatan kemampuan penglihatan.
Sebaliknya, pada penderita katarak dengan kekeruhan lensa bagian sentral
membutuhkan pencahayaan yang redup untuk mendapatkan penglihatan yang baik.
Penggunaan mydriatic dapat membantu menigkatkan penglihatan.
Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula.
Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin, glutathione
raising agent dan antioksidan vitamin C dan E juga dapat menghambat proses
kekeruhan lensa.

2. Pembedahan
Indikasi :
Memperbaiki kemampuan penglihatan
Tindakan pembedahan dilakukan jika katarak tersebut telah mengganggu aktivitas sehari-
hari penderita
Adanya Indikasi medis
Terkadang visus penderita masih bagus dan masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari,
namun tindakan pembedahan dapat dianjurkan jika ada indikasi medis seperti:
Lens Induced glaucoma
Phacoanaphylactic endophtalmitis
Penyakit-penyakit pada retina seperti retinopati diabetes atau ablasi retina di mana
pengobatannya dihambat oleh adanya kekeruhan lensa
Indikasi kosmetik
Untuk mendapatkan kembali pupil yang bewarna hitam

3. Evaluasi preoperative
Sebelum melakukan tindakan pembedahan, pemeriksaan secara keseluruhan harus dilakukan.
Pemeriksaan kesehatan umum

18
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan fungsi retina
Menilai apakah ada infeksi local pada mata
Pemeriksaan bilik mata depan dengan slit lamp
Pemeriksaan tekanan bola mata
4. Pengobatan Preoperatif
Antibiotik topical
Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
Informed consent
Menurunkan tekanan bola mata (IOP)
Menjaga agar pupil tetap berdilatasi

Teknik anestesi yang digunakan:6

1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi lokal.
Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain +
Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno
hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung
pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract
ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan
dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang
sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

19
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa
dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi
korneal superior yang lebar. Oleh karena itu, zonule atau ligamen hialoidea yang telah
berdegenasi dan lemah adalah salah satu dari indikasi dari metode ini. Sekarang metode ini
hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan
terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Dapat
dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis yang terbatas, pada kasus-kasus yang
tidak stabil seperti intumescent, hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak berhasil
dimanipulasi untuk mengeluarkan nukleus dan korteks lensa melalui prosedur ECCE.

Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur kapsula
traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan syndrome, katarak
morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.

Komplikasi:
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.

Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar
melalui robekan meninggalkan kapsul posterior yang masih intak. ECCE melalui ekspesi nukleus
prosedur utama pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat,
kemamppuan ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir semua kasus untuk katarak
dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada kontraindikasi.10 Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps
badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami
ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit
pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul

20
pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. Kontraindikasi yaitu adanya
subluksasi dan dislokasi dari lensa.
Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus dan materi
kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur yang aman
melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.7

Pemasangan Lensa Tanam (IOL)


Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai sampai
saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari IOL berdasarkan metode
fiksasinya di mata:
Anterior Chamber IOL
Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini dapat
ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena mempunyai resiko
tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang dipakai karena
mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif
Posterior chamber lenses
PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau oleh capsular
bag.

Indikasi pemasangan IOL:


Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya.

Pseudophakia

21
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan setelah
pemasangan lensa tanam:
Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian hanya
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja
Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan kacamata plus
untuk penglihatan dekatnya
Consecutive Hypermetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D-+3D untuk penglihatan
dekatnya.

Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka akan
terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan mendilatasi
pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang ditanam.

Perawatan Pasca Bedah


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak
dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu
bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa
hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca
operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata
sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat
dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8
minggu setelah operasi ) Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah
hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.

22
Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu
diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak
sempurna.
Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi
reaksi radang akibat tindakan bedah.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

Komplikasi
Komplikasi katarak
1. Phacoanaphylactic Uveitis
Pada katarak yang telah hipermatur dapat terjadi kebocoran protein ke bilik depan
mata. Kebocoran protein tersebut berperan sebagai antigen yang dapat merangsang
reaksi-reaksi antibody yang dapat menyebabkan uveitis
2. Lens-induced glaucoma
Hal ini dapat terjadi karena berbagi macam mekanisme:
Intumesen lensa yang dapat menyebabkan phacomorphic glaucoma
Bocornya protein pada bilik mata depan yang menyebabkan phacolytic
glaukoma
3. Subluksasi atau dislokasi dari lensa
Hal ini terjadi karena degenerasi dari zonul pada stadium katarak hipermatur.

Preventif
Gunakan kacamata hitam dan topi dengan tepi lebar untuk menghalangi sinar UV dari
matahari bisa jadi dapat membantu menunda perkembangan katarak. Berhentilah merokok dan
para ahli percaya bahwa nutrisi yang baik dapat membantu mengurangi resiko katarak senilis ini.
Mereka merekomendasikan sayuran hijau, buah, dan makanan lain dengan kandungan
antioksidan.
Bagi yang berusia 60 tahun ke atas dianjurkan melakukan pemeriksaan mata yang
menyeluruh setidaknya dua tahun sekali. Di samping katarak, pemeriksaan tersebut juga dapat
menganisipasi tanda-tanda kelainan mata lainnya seperti degenerasi macula terkait usia,
glaukoma, dan kelainan penglihatan lainnya. Dengan deteksi cepat, pengobatan segera dapat
diberikan dan sering kali menyelamatkan mata dari hal buruk termasuk kebutaan.8

Prognosis
Pada keadaan di mana tidak terdapat penyakit mata lain yang menyertai sebelum
pembedahan, yang dapat mempengaruhi penglihatan secara signifikan, seperti degenerasi
macular atau atrofi saraf optik, pembedahan katarak yang sukses sangat menjanjikan perbaikan
pada ketajaman penglihatan, seperti yang terlihat pada uji Snellen. Pada awalnya penglihatan

23
bisa jadi masih buram karena mata memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri agar dapat
berfokus sesuai dengan mata yang lain.3,8

DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva P, Whitcher J P. Vaughan & Asbury Oftalmologi umum; alih bahasa:


Brahm U Pendit. Edisi 17. Jakarta: EGC; 2009.
2. Carroll E W, Jens S A, Curtis R. Disorder of visual function. Dalam: Port C M,
Matfin G. Pathophysiology concepts of altered health states. China: Lippincott
Williams & Wilkins; 2009.
3. Ocampo V V D Jr, Foster S. eMedicine Senile Cataract. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. 17 Mei 2016.
4. Wevill M. Epidemiology, pathophysiology, causes, morphology, and visual effects of
cataract. Dalam: Yanoff M, Duker J S. Ophtalmology. Edisi 2. China: Mosby Elsevier.
2009.
5. National Eye Institute National Institute of Health. Facts about cataract. Diunduh
dari: http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp#top. 17 Mei 2016.
6. Lang, Gerhard K. Opthalmology, A short Textbook, Penerbit Thieme Stuttgart, New
York, 2000, hal 173-185
7. Kahnen, T. Cataract and Refractive Surgery, Penerbit Springer, Germany, 2005, hal
19.
8. Cataract. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com/cataracts/page11_em.htm.
18 Mei 2016

24

Anda mungkin juga menyukai