Glaukoma Absolut
Oleh :
Doddy Ario Siswanto Putro
2012730031
Pembimbing :
Dr. Hj. Riana Azmi Bastari, Sp. M.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Cibadak
Tanggal pemeriksaan : 8 Mei 2017
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Kedua mata terasa nyeri
Riwayat Pengobatan :
Pasien jarang melakukan kontrol ke poli mata
Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,8C
Nadi : 96 x / menit
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Respirasi : 24 x / menit
STATUS OPHTALMOLOGYCUS
Oculi Dextra PEMERIKSAAN Oculi Sinistra
6/75 Visus 0
Edema (-), Hiperemis (-) Palpebra Superior Edema (-), Hiperemis (-)
Edema (-), Hiperemis (-) Palpebral Inferior Edema (-), Hiperemis (-)
Keruh Keruh
Pseudofakia (-) Lensa Pseudofakia (-)
Afakia (-) Afakia (-)
- Nistagmus -
6/7,5 Tekanan Intra Okuler 4/7,5
RESUME
Pada anamnesis : Seorang Laki-laki usia 75 tahun datang dengan
keluhan kedua mata terasa nyeri, disertai peglihatan menurun
pada mata kiri sejak 1 tahun yang lalu, Keluhan tambahan seperti
adanya rasa panas, mata merah dan mengganjal pada mata kanan,
riwayat Tb paru, riwayat DM (-), riwayat HT(-), riwayat penyakit
mata dalam keluarga (-), pasien jarang kontrol ke poli mata
Pada pemeriksaan fisis mata :
VOD 6/75, VOS 0, Kornea Keruh , Coa kesan dangkal ODS,
sclera ikterik ODS, lensa Keruh ODS, reflek cahaya langsung
tidak langsung (-) OS.
Tonometri OD : 6/7,5 OS : 4/7,5.
DIAGNOSA PENATALAKSANAAN
Penyakit ini
Gloukaoma
disebabkan karena : dikenal dua
bertambahnya
produksi cairan mata
jenis yaitu
oleh badan siliar akut dan
Berkurangnya
pengelauran cairan kronis
mata di daerah sudut glaukoma
KLASIFIKASI GLAUKOMA
SUDUT TERBUKA
PRIMER
SUDUT TERTUTUP
KONGENITA PRIMER
L SEKUNDER
(kelainan sistemik, gg.perkembangan okular,
penyakit mata)
SUDUT TERBUKA
SEKUNDE
R SUDUT TERTUTUP
Epidemiologi
Menurut survei indera penglihatan tahun 1993-1996, bahwa
penyebab kebutaan tersering di Indonesia yang disebabkan
oleh gloukoma menduduki peringkat kedua (13,4%) setelah
lensa (52%).
Survei Departemen Kesehatan RI 1992 menunjukkan, angka
kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 persen dari seluruh
penduduk. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor
dua (0,2 %) setelah katarak.
Patofisiologi
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada
glaukoma adalah atrofi sel gangglion difus yang
menyebabkan penipisan lapisan saraf-saraf dan
inti bagian dalam retina dan berkurangya akson
di saraf optikus. Diskus optikus manjadi atrofi,
disertai dengan pembesaran cekungan optikus.
Iris dan korpus siliaris juga menjadi atrofi, dan
prosessus siliaris memperilihatkan degenerasi
hialin. Ada 2 teori yang mendukung, yaitu :
Teori iskmik indirek
Tekanan intraokular meningkat, mengakibatkan
kematian serabut saraf dan interferensi dari
mikrosirkulasi diskus optikus.
Teori mekanik direk
Tekanan intraokular meningkat, mengakibatkan
kerusakan pada serabut saraf retina pada diskus
Gejala Klinis pada Glaukoma Absolut :
Kornea terlihat keruh,
bilik mata dangkal,
Papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa
Mata keras seperti batu dengan rasa sakit.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
~ Manifestasi Klinis
Pemeriksaa
Pemeriksaan status
Anamnesis n
oftalmologi
Penunjang
Penglihatan
Visus Perimetri
kabur, tidak
LP (-) Glaukoma (Humphrey,
dapat melihat
absolut Goldman,
(Onset?)
Nyeri, Halo,
silau, mual- Kornea, COA, pupil, Gonioskopi
muntah