Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN RADIOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2021


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FRAKTUR FEMUR

OLEH :
EMI ANDIRA

105101102520

PEMBIMBING:

dr. Wenda Anastasia S.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021
PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang


rawan sendi, tulang rawan epifisis yang bersifat total maupun parsial. Fraktur juga
melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya. Secara klinis,
dibagi menjadi fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit
sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen
tulang tidak berhubungan dengan dunia luar atau kulit di lokasi fraktur masih
intak. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan kekuatan tulang lebih besar
dari tenaga tulang. Penyebab tersering dari fraktur adalah kecelakaan lalu lintas
(70/%), jatuh (11%), kena tembakan (8%), dan lainlain.
Fraktur femur berdasarkan radiologinya juga di klasifikasikan berdasarkan
fraktur komplit ( transversal, longitudinal, obliq, spiral dan kominutif) dimana bila
garis patahan melalui seluruh penampang tulang sedangkan fraktur inkomplit
(green stick) bila garis patahan tidak melalui seluruh penampang tulang.
Penanganan fraktur terdiri atas penanganan preoperatif, intraoperatif dan
pascaoperatif. Preoperatif berupa pertolongan pertama (bantuan hidup dasar) yang
dikenal dengan singkatan ABC. ABC pada trauma meliputi A untuk airway atau
jalan napas yaitu pembebasan jalan napas; B untuk breathing atau pernapasan
yaitu dengan pemberian O2, memperhatikan adakah tanda-tanda hemothoraks,
pneumothoraks, flail chest; C untuk circulation atau sirkulasi/fungsi jantung untuk
mencegah atau menangani syok; D untuk disability yaitu mengevaluasi status
neurologik secara cepat; dan E untuk exposure/environment yaitu melakukan
pemeriksaan secara teliti, pakaian penderita harus dilepas, selain itu perlu dihidari
terjadinya hipotermi.
Selanjutnya prinsip dalam penanganan pertama pada patah tulang adalah
jangan membuat keadaan lebih jelek (do no harm) dengan menghindari gerakan-
gerakan atau gesekan-gesekan pada bagian yang patah. Tindakan ini dapat
dilakukan pembidaian/ pasang spalk dengan menggunakan kayu atau benda yang
dapat menahan agar kedua fraksi yang patah tidak saling bergesekan.
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Ny. N

Usia : 57 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Alamat : Jln. Perumahan samata indah blok G 1 / 4

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku : Makassar

Masuk RS : 18 Agustus 2021

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama:

Nyeri kaki sebelah kiri dan pergerakan kaki kiri terbaras.

Anamnesis Terpimpin :

Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri pada kaki sebelah kiri
dan keterbatasan bergerak. 2 jam sebelum kerumah sakit pasien terjatuh
sendiri ke arah kiri saat sedang berjalan. Riwayat mual (-), muntah (-),
sesak napas (-), jantung berdebar (-), dan penurunan kesadaran (-). BAK
normal, BAB normal.
Riwayat Penyakit Dahulu:

 Riwayat trauma sebelumnya disangkal

 Riwayat oprasi sebelumnya disangkal

 Riwayat kelainan darah disangkal

 Riwayat penyakit hipertensi disangkal

 Riwayat penyakit kencing manis disangkal

 Riwayat alergi obat disangkal


Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki Riwayat patah tulang dengan
atau tanpa trauma.
Riwayat Pengobatan : Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Sistemik

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 120 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 37,1oC

SpO2 : 98

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Status gizi : baik

Paru-paru :wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung : BJ I & II normal regular, murmur (-), gallop (-)

Hati : tidak ada pembesaran

Limpa : tidak ada pembesaran


Kepala dan Leher :
Kepala : Normocephal, wajah rhisus sardonikus (+) Mata : Konjungtiva anemis
(-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-), pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : Bentuk normotia, secret (-)
Mulut : Trismus (-) 1 cm, bibir lembab (+), perioral cyanosis (-), lidah kotor (-)
Leher : Kuduk kaku (-), pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)

Thoraks:
Bentuk normochest,
Pernapasan abdominothorakal,
Punggung : Opistotonus (-)

Paru :
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris, retraksi
sela iga (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler di kedua lapang paru, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung :
Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS V linea mid clavicula sinistra
Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan relative di ICS V linea parasternal dextra
Batas jantung kiri relative di ICS V linea mid clavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : abdomen datar,
Palpasi : Perut papan (-), nyeri epigastrium (-) , turgor baik, hepar dan lien sulit
dinilai.
Perkusi : timpani pada ke-empat kuadran abdomen
Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas
Gerak sulit dinilai dan kekuatan sulit dinilai, edema(+), Akral dingin (-)

Status lokasi ekstremitas inferior regio sinistra.


Look
Kulit utuh: tidak ada robekan
warna kulit : normal
edema : (+)
bulla: (-)
abrasion(-)
Deformitas: (+)
Pemendekan: (+)
Angulasi ke lateral

Feel
Nyeri tekan: (+)
pulsasi distal (+)
sensibilitas (+)

Movement
Nyeri gerak aktif (+)
nyeri gerak pasif (+)
ROM sulit dinilai
RESUME
Anamnesis
Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan utama nyeri pada kaki bagian sinistra
dan sulit digerakkan.

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-Tanda Vital:
Denyut Nadi : 120 x/mnt, reguler, kuat angkat, isi cukup
TD : 130/80mmHg
Pernafasan : 20x/mnt
Suhu : 37,1oC

Kepala dan Leher :


Kepala : Normocephal, wajah rhisus sardonikus (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-), pernapasan cuping
hidung (-)
Telinga : Bentuk normotia, secret (-)
Mulut : Trismus (-) 1 cm, perioral cyanosis (-), lidah kotor (sulit dinilai)
Leher : Kuduk kaku (-), pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)

Thoraks
Bentuk normochest,
Pernapasan abdominothorakal,
Punggung : Opistotonus (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar,
Palpasi : Perut papan (-), nyeri epigastrium (-) , turgor baik, hepar dan lien sulit
dinilai.
Perkusi : timpani pada ke-empat kuadran abdomen
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas
Fungsi Vegetatif : BAK/BAB normal

DIAGNOSIS SEMENTARA
Fraktur tertutup femur sinistra 1/3 tengah

TATALAKSANA
Pemeriksaan darah
Swab antigen
Foto torax
Ct scan
IVFD RL 20 tpm
Dexketoprofen ap/8j/IL
Omeprazole 40 ml/ 24j/IL
Tindakan oprasi
Pasang spalak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Pada Tanggal 23 Agustus 2021

Darah rutin Hasil Satuan Nilai normal


Lekosit 8.03 10^3/ ul 4.4-11.3

Eritrosit 3.19 10^6/ uL 3.8-5.2

Hb 8.8* g/ dL 11.7-15.5

Ht 27.1* % 35.0-47.0

MCV 85.0 fL 84.0-96.0

MCH 27.6 Pg 26.5-33.5

PLT 135* 10^3/ ul 150-450

LED 120 mm 0-20

PCT 0.16 10^3/uL 0.17-0.35

LYMPH 5.7 % 25.0-40.0

NEUT 86.4 % 50.0-70.0


Pemeriksaan Rontgen Regio Femur sinistra AP Lateral pada tanggal 20
agustus 2021

Gambar 1. Foto Femur Sinistra AP/Lateral

Ketarangan:

- fraktur femur sinistra 1/3 Tengah disertai soft tissue swelling


disekitarnya.

- Mineralisasi tulang baik

- Celah sendi tidak menyempit


Incidental finding : tampak osteofit pada aspek superoposterior patella
(Osteoatritis Genu)
Kesan : Fraktur 1/3 os femur sinistra disertai soft tissue swelling disekitarnya

DIAGNOSIS KERJA

Fraktur tertutup femur sinistra 1/3 tengah


PENATALAKSANAAN

Dx : Foto Rontgen femur sinistra AP Lateral

Tx : Asam mefenamat 3x250mg bila perlu , Bila perlu Amoxicillin 3x250mg

Mx : Keadaan umum, pulsasi distal

Ex : Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa penderita mengalami patah


tulang paha.

Konsul dokter bedah orthopedic untuk penanganan lebih lanjut.


Menjelaskan pada keluarga penderita bahwa diperlukan tindakan operasi
untuk penanganan lebih lanjut.

Pro : ORIF (24 Agustus 2021)

Post Oprasi (24 agustus 2021)

Gambar 2. Setelah Pemasangan Plate Dan Screw

Kesan :

Plate dan 7 screw terpasang pada 1/3 tengah os femur. Tampak fraktur
kominutif 1/3 tengah os femur. Dran terpasang pada regio femur sinistra.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Femur

Femur adalah tulang terpanjang terkuat dan paling berat


pada tubuh manusia. Panjangnya kira-kira ¼ sampai 1/3 dari
Panjang tubuh. Tulang femur menghubungkan antara tubuh bagian
panggul dan lutut. Kata “ femur” merupakan bahasa latin untuk
paha. Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum,
trochanter major dan minor. Bagian caput merupakan lebih kurang
dua pertiga berbentuk seperti bola dan berartikulasi dengan
acetabulum dari tulang coxae membentuk articulation coxae. Pada
pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu
tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah
untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan
memasuki tulang pada fovea.

Gambar 3. Anatomi Femur


Gambar 4. Radiologi Femur Normal

Gambar 5. Vaskularisi Femur

Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam


tubuh, meneruskan berat tubuh dari os coxae ke tibia sewaktu kita
berdiri. Caput femoris ke arah craniomedial dan agak ke ventral
sewaktu bersendi dengan acetabulum. Ujung proksimal femur
terdiri dari sebuah caput femoris dan dua trochanter (trochanter
mayor dan trochanter minor).

Area intertrochanter dari femur adalah bagian distal dari


collum femur dan proksimal dari batang femur. Area ini terletak di
antara trochanter mayor dan trochanter minor. Caput femoris dan
collum femoris membentuk sudut (1150 -1400 ) terhadap poros
panjang corpus femoris, sudut ini bervariasi dengan umur dan jenis
kelamin. Corpus femoris berbentuk lengkung, yakni cembung ke
arah anterior. Ujung distal femur, berakhir menjadi dua condylus,
epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang melengkung
bagaikan ulir.

Caput femoris mendapatkan aliran darah dari tiga sumber,


yaitu pembuluh darah intramedular di leher femur, cabang
pembuluh darah servikal asendens dari anastomosis arteri
sirkumfleks media dan lateral yang melewati retinakulum sebelum
memasuki caput femoris, serta pembuluh darah dari ligamentum
teres.

Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intramedular dan


pembuluh darah retinakulum mengalami robekan bila terjadi
pergeseran fragmen. Fraktur transervikal adalah fraktur yang
bersifat intrakapsuler yang mempunyai kapasitas yang sangat
rendah dalam penyembuhan karena adanya kerusakan pembuluh
darah, periosteum yang rapuh, serta hambatan dari cairan sinovial.

B. Definisi

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang


bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki
dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, dan dapat mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.

C. Epidemiologi

Fraktur femur biasanya disebabkan oleh trauma akibat tekanan


yang berlebihan pada tulang melebihi kapasitas tulang tersebut.
Secara epidemiologi, fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan perbandingan 3:1. Insiden fraktur femur
di USA diperkirakan 1 orang setiap 10.000 penduduk setiap
tahunnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh unit pelaksana
teknis terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia pada tahun 2006 di Indonesia dari 1690 kasus kecelakaan
lalu lintas, 249 kasus atau 14,7%-nya mengalami fraktur femur.

D. Mekanisme Terjadinya Faktur

a. Low-energy

trauma Paling sering terjadi pada pasien dengan usia tua usia
tujuh puluhan dan delapan puluhan, dibagi menjadi :

- Direct Jatuh ke trochanter mayor (valgus impaksi) atau


rotasi eksternal yang dipaksa pada ekstremitas bawah
menjepit leher osteroporotik ke bibir posterior
acetabulum (yang mengakibatkan posterior kominusi).

- Indirect Tulang yang osteoporotik tidak mampu


menahan perlekatan dari otot sehingga tulang mengalami
fraktur akibat tarikan dari otot.

b. High-energy

trauma Terjadi patah tulang leher femur pada pasien yang


lebih muda dan lebih tua akibat trauma yang keras, seperti
kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian
yang signifikan.

c. Cyclic loading-stress fractures

Terjadi pada atlet, militer, penari balet, pasien dengan


osteroporosis dan osteopenia berada pada risiko tinggi.

d. Insufficiency fractures

Pasien dengan osteoporosis dan osteopenia yang sangat


berisiko.
Fraktur biasanya disebabkan oleh jatuh biasa, walaupun
demikian pada orang orang yang mengalami osteoporosis,
energi lemah dapat menyebabkan fraktur. Pada orang-orang
yang lebih muda, penyebab fraktur umumnya karena jatuh
dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas. Terkadang fraktur
collum femur pada dewasa muda juga diakibatkan oleh
aktivitas berat seperti pada atlit dan anggota militer.

E. Klasifikasi Fraktur Berdasarkan Radiologi

Fraktur melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di


sekitarnya. Secara klinis, dibagi menjadi fraktur terbuka (gambar (b)),
yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan
dengan udara luar, dan fraktur tertutup (gambar (a)), yaitu jika
fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar atau kulit di
lokasi fraktur masih intak. Patah tulang terjadi jika tenaga yang
melawan kekuatan tulang lebih besar dari tenaga tulang. Penyebab
tersering dari fraktur adalah kecelakaan lalu lintas (70/%), jatuh
(11%), kena tembakan (8%), dan lainlain.

(a) (b)

Gambar 6. (a) fraktur tertutup (b) fraktur terbuka


Fraktur corpus femoris biasanya mengalami pendarahan dalam

yang cukup luas dan besar sehingga dapat menimbulkan resiko syok.

Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena

nyeri, tetapi juga karena ketidak stabilan fraktur. Biasanya

seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan

bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat pendarahan kedalam

jaringan lunak dan adanya tarikan m. gluteus dan m. Illiopsoas.

Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan secara

tertutup, dan normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.

Menurut long, B.C, Garis Fraktur dibagi menjadi green stick,

transversal, longitudinal, obliq, spiral, dan kommminuted. Gambaran

radiologi berdasarkan garis fraktur Sbb :

1. Fraktur transversal

Transversal yaitu jenis garis patahan melintang dan sering

terjadi

Gambar 7. Fraktur Transversal


2. Fraktur Longitudinal

Longitudinal yaitu jenis garis patahan yang memanjang

Gambar 8. Fraktur Longitudinal

3. Fraktur Obliq

obliq yaitu garis patahan miring

Gambar 9. Fraktur Obliq


4. Fraktur Spiral

spiral yaitu garis patahan melingkar

Gambar 10. Fraktur spiral

5. Fraktur kominutif

kominutif yaitu jenis garis patahan menjadi beberapa fragmen

kecil

Gambar 11. Fraktur kominutif


6. Fraktur Green Stick

garis patahan green stick adalah jenis garis patahan pada

sebelah sisi dari tulang (letak dibawah lapisan periosteum) atau

tidak mengenai seluruh korteks.

Gambar 12. Fraktur Green Stick

Berdasarkan klasifikasi Winguist-Hansen yang didasarkan pada

pola dasar fraktur dan derajat kestabilannya. meskipun sekarang

lebih digunakan untuk menentukan derajat kominutif dari

fraktur, fraktur corpus femoris dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1) tipe 0—non kominutif termasuk didalamnya fraktur

transfersal, oblik, dan spiral,

2) tipe I—kominutif non signifikan atau fragmen kecil,

3) tipe II—fragmen besar dengan aposisi kortikal kurang dari

50%,
4) tipe III—fragmen besar dengan aposisi kortikal sampai

dengan 50%,

5) tipe IV—fraktur segmental, tidak ada kontak antara fragmen

distal dan fragmen proksimal.

Gambar 13. Dari kiri ke kanan. (a) tipe 0, (b) tipe I, (c) tipe II, (d)
tipe III, (e) tipe IV

Klasifikasi fraktur femur berdasarkan bagian anatomis

1. fraktur proksimal femur

Gambar 14. Fraktur Proksimal Femur

- intracapsular fraktur termasuk femoral head, fraktur


Subcapital dan fraktur transcervical.

- Ekstracapsular fraktur termasuk intertrochanter dan


subtrochanter.
Gambaran radiologi:

Gambar 15. Foto AP Proximal Femur

2. Fraktur pada batang femur (medial)

Gambaran radiologi:

Gambar 16. Foto Lateral/AP Corpus Femur atau Batang Femur


Femur Berdasarkan lokasinya:

Gambar 17. Lokasi Femur

3. Fraktur distal femur

- Suprecondylar

- Intercondylar

Gambar 17. Distal Femur

Gambaran radiologi:

Gambar 18. Foto AP/ Lateral Distal Femur


F. Diagnosis

Untuk mendiagnosis fraktur, diperlukan adanya anamnesis,


pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, sebagai berikut :

1. Anamnesis

Biasanya riwayat cedera (bagaimana proses cederanya), diikuti dengan


ketidak mampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera. Setelah
jatuh tidak dapat berdiri, kaki lebih pendek dan lebih berotasi keluar
dibandingkan pada fraktur collum (karena fraktur bersifat ekstrakapsular)
dan pasien tidak dapat mengangkat kakinya.

2. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda lokal pada fraktur akan didapatkan, antara lain:

a. Penampilan (look)

Pembengkakan, memar, deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal


yang penting adalah apakah kulit itu terlihat utuh atau tidak.

b. Rasa (feel)

Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian


distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan menguji sensai.

c. Gerakan (movement)

Krepitasi dan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk


menanyakan apakah pasien dapat menggerakkan sendi-sendi di
bagian distal cedera.

d. Pengukuran

Pada fraktur dengan pergeseran atau dislokasi, hal ini nampak jelas.
Pada kasus malunion atau nonunion, penilaian pemendekan atau
pemanjangan sangat penting.
Apparent leg length discrepancy dapat diukur dari xiphisternum ke
maleolus medial dengan menjaga tubuh dan kaki sejajar dengan alas
dan tidak membuat setiap upaya untuk menyamakan sisi panggul.
Hal ini akan memberikan perbedaan fungsional pada panjang kaki.

Raba spina iliaka anterior superior (SIAS) dan atur panggul agar
sejajar (garis yang menghubungkan kedua SIAS tegak lurus dengan
alas). Lalu ukur panjang kaki dari SIAS ke maleolus medial, maka
akan didapatkan true length measurement. Pastikan kaki berada
dalam sikap dan posisi yang sama

3. Pemeriksaan penunjang

Radiologi

- Pemeriksaan sinar-x pelvis posisi anteroposterior (AP) dan


sinar-x proksimal femur posisi AP dan lateral diindikasikan
untuk kasus curiga fraktur collum femur. Dua hal yang harus
diketahui adalah apakah ada fraktur dan apakah terjadi
pergeseran. Pergeseran dinilai dari bentuk yang abnormal dari
outline tulang dan derajat ketidaksesuaian antara garis
trabecula di caput femur, collum femur, dan supra-asetabulum
dari pelvis. Penilaian ini penting karena fraktur terimpaksi
atau fraktur yang tidak bergeser akan mengalami perbaikan
setelah fiksasi internal, sementara fraktur dengan pergeseran
memiliki angka nekrosis avaskular dan malunion yang tinggi.

- Magnetic resonance imaging (MRI). Saat ini merupakan


pilihan pencitraan untuk fraktur tanpa pergeseran atau fraktur
yang tidak nampak di radiografi biasa. Bone scan atau CT
scan dilakukan pada pasien yang memiliki kontraindikasi
MRI.
Gambar 19. Foto CT-Scan Fraktur Femur
Keterangan:

Telah dilakukan pemeriksaan CT- Scan femur sinistra irisan axial


reformat coronal dan sagital dengan hasil sbb:

- Tampak fraktur kominutif 1/3 medial os femur sinistra dengan


displaced fragmen distal fraktur kearah craniolateral dan
korteks tidak intak

- Mineralisasi tulang baik

- Celah sendi yang tervisualisasi kesan baik

- Jaringan lunak sekitar swelling


Kesan : fraktur kominutif 1/3 medial os femur sinistra disertai soft
tissue swelling.

G. Penatalaksana

Dari semua penanganan kecelakaan, atasi syok merupakan langkah


awal dan fraktur dibidai sebelum dipindahkan. Bidai fraktur dengan
metode Thomas-type splint untuk mengurangi perdarahan dan rasa
nyeri. Berikan antibiotik dan analgetik intravena. Pasien trauma harus
menjalani evaluasi trauma secara lengkap dengan memperhatikan
primary survey.

Energi yang menimbulkan fraktur selalu menyebabkan kerusakan


jaringan lunak di sekitar fraktur. Tujuan utama dalam
pengobatan kerusakan jaringan Iunak tersebut berhubungan erat
dengan pengobatan fraktur itu sendiri yang dimulai dengan
realignment pada fraktur yang mengalami pergeseran dan imobilisasi.
Mengurangi edema seperti fastiotomi pada sindrom kompartemen
guna meningkatkan perfusi ke jaringan yang mengalami kerusakan
sehingga metabolisme sel tersebut aktif kembali. Perlu
diketahui bahwa edema tersebut akan berdampak pengurangan bahkan
tidak ada sama sekali distribusi oksigen dan material-material
nutrisi ke jaringan bagian distal lesi tersebut Oleh karena itu
pengobatan kerusakan jaringan Iunak merupakan tindakan awal dan
proses penyambungan tulang. Opsi terapi untuk fraktur femur sangat
bergantung terhadap keparahan dari cidera yang terjadi. Namun. secara
garis besar terdapat dua jenis kategori terapi yaitu terapi
konservatif/non operatif dan terapi operatif.

1. Terapi konservatif

Terapi konservatif fraktur femur antara lain meliputi


tindakan imobilisasi dengan bidai eksterna tanpa reduksi dan
reduksi tertutup dan imobilisasi dengan fiksasi kutaneus. Tindakan
ini biasanya dilakukan jika fraktur terjadi pada daerah proksimal,
suprakondilar, dan corpus femoris dengan menggunakan, Buck
Extension, Weber Extensionsapparat, Well-leg traction, atau traksi
femur.

2. Terapi Operatif

Terapi operatif dilakukan bila terapi konservatif gagal,


maupun karena kondisi tertentu, misalnya pada fraktur terbuka,
fraktur multipel, adanya interposisi jaringan di antara fragmen,
fraktur pada collum femoris yang membutuhkan fiksasi yang rigit
dan beresiko terjadinya nekrosis avaskuler, dan adanya
kontraindikasi pada imobilisasi eksterna sedangkan diperlukan
mobilisasi yang cepat, misalnya fraktur femur pada lansia. Untuk
kasus-kasus tertentu, misalnya pada fraktur collumfemoris pada
orang tua karena terjadi nekrosis avaskuler dari fragmen, maupun
non union, dilakukan pemasangan protesis, yaitu alat dengan
komposisi metal tertentu untuk menggantikan jaringan tulang yang
nekrosis.

H. Komplikasi

a. Komplikasi Umum

Pasien yang berusia tua sangat rentan untuk menderita


komplikasi umum seperti thrombosis vena dalam, emboli dan
ulkus decubitus. Gambaran Radiologinya sbb:

Gambar 20.Vaskularisasi Vena

b. Nekrosis Avaskular

Nekrosis iskemik dari caput femoris terjadi pada sekitar 10


kasus dengan fraktur pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa
pergeseran. Hampir tidak mungkin untuk mendiagnosisnya pada
saat fraktur baru terjadi. Perubahan pada sinar-x mungkin tidak
nampak hingga beberapa bulan bahkan tahun. Baik terjadi
penyatuan tulang maupun tidak, kolaps dari caput femoris akan
menyebabkan nyeri dan kehilangan fungsi yang progresif.
Gambaran Radiologinya sbb:
Gambar 21. Nekrosis Avaskular

c. Non-union

Secara klinis dan radiologis tidak ada penyambungan fraktur dan


pada ujung fragmen terlihat sclerosis, tidak ada trabekula yang
menyeberangi garis fraktur. Penyebabnya dikarenakan
veskularisasi yang tidak adekuat menyebabkan gap antara segmen
fraktur, interposisi, infeksi, malnutrisi berat, usia tua, dan
penyakit metabolik. Gambaran Radiologinya sbb:

Gambar 22. Non-Union


d. Mal-union

Penyambungan fraktur yang tidak normal sehingga menimbulkan


deformitas.penyebabnya biasa karena terapi fraktur yang tidak
memadai. Gambaran Radiologinya sbb:

Gambar 23. Mal-Union

e. Osteomyelitis

Osteomyelitis menandakan peradangan tulang dengan rongga


sumsum tulang. Meskipun peradangan tulang dapat disebabkan
oleh beragam hal, Gambaran Radiologinya sbb:

Gambar 24. Osteomyelitis


I. Prognosis

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang


menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami
fraktur dapat sembuh tanpa aringan parut. Pengertian tentang reaksi
tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai
terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila
lingkungan untuk penyembuhan memadai smapai terjadi konsolidasi.
Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang
secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor
biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat
esensial dalam penyembuhan fraktur.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3.
EGC: Jakarta

2. Rasjad C. Trauma. Dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar:


Bintang Lamumpatue; 2000. h.343-536.

3. Patel M. Open tibia fractures [online]. 2006 Mar 30 [cited 2012 Sep 12];
Available from:URL:http://www.emedicine.com/ortho/TOPIC392.HTM
4. Egol, K dkk. Femoral Neck Fractures; Handbook of Fractures, 5th Ed.
Lippincott Williams & Wilkins, 2015. Hal: 349.
5. Muller, Maurice E. 2006. Muller AO Classification of fractures Long
Bones. AO Publishing
6. Thompson, J. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed. Elsevier
Saunders, 2010. Hal: 251-7.
7. Solomon, L dkk. Fractures of the Femoral Neck; Apley’s System of
Orthopaedic and Fractures, 9th Ed. Arnold, 2010. Hal: 847.
8. Frassica, F dkk. Femoral Neck Fractures. 5-Minute Orthopaedic Consult,
2nd Ed.Lippincott Williams & Wilkins, 2007.Hal: 127

Anda mungkin juga menyukai