Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun oleh:
Rimadona
13101034

Pembimbing :
dr. Lasiah Susanti, MPH

MODUL KEPANITERAAN KLINIK JUNIOR


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU - RIAU
2017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DEPARTEMEN
DOKTER OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
DAN ILMU KESEHATAN Untuk Mahasiswa
Nama Mahasiswa
UNIVERSITAS ABDURRAB Rimadona Tanda Tangan
NIM 13101034
Tanggal Ujian
Puskesmas Muara
Rumah sakit
Fajar
Periode 24 -29 April 2017

I. IDENTITAS

Nama : Ny. Y

Usia : 29 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Muara Fajar Kecamatan Rumbai

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Ruang rawat inap : Tidak ada data

Nomor Rekam medis : Tidak ada data

Nama suami :Tn. A

Pendidikan : SMA

II. ANAMNESIS

( dilakukan autoanamnesis pada tanggal 26 April 2017)

1. Keluhan utama : Tidah Haid sejak 2 bulan yang lalu

2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan tidak haid sejak

2 bulan yang lalu disertai mual muntah hebat dan penurunan nafsu makan. Pasien

tampak lemas (+), pucat (+), mata cekung (+).


3. Riwayat pernikahan

a. Tanggal pernikahan : Tidak ada data

b. Usia sewaktu menikah : 19 tahun

c. Usia suami sewaktu menikah : Tidak ada data

d. Lama pernikahan : 10 tahun

4. Riwayat Menstruasi

a. Usia menarche : Tidak ada data

b. Siklus menstruasi : Tidak ada data

c. Jumlah darah menstruasi : 3 kali ganti pembalut

d. Rasa sakit saat menstruasi : Ada

e. Perdarahan di luar siklus : Tidak ada

5. Riwayat Fertilitas

a. Riwayat Kehamilan Sekarang : G3 P2 A0 H2

b. Hari Menstruasi Terakhir (HPMT) : Februari 2017

c. Hari Perkiraan Lahir (HPL) : November 2017

d. Mual-mual : Ada

e. Sesak nafas : Tidak ada data

f. Gangguan BAK / BAB : Tidak ada data

g. Hipertensi : Tidak ada data

h. Kejang : Tidak ada data

6. Riwayat Kontrasepsi : Tidak ada data

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis

a. Keadaan Umum : Tampak pucat

b. Vital sign : TD: 100/70 mmHg, N: 86 kali/menit

RR: 20 kali/menit, t : 36,5 °C

c. Beratbadan : 42 kg

d. Gizi : Tidak ada data

e. Kepala : Tidak ada data

f. Leher : Tidak ada data

g. Dada : Tidak ada data

h. Abdomen : Tidak ada data

i. Ekstremitas : Lingkar lengan 32 cm

2. Status Obstetri

a. Inspeksi : Tidak ada data

b. Palpasi : Tidak ada data

c. Leopold I : Tidak ada data

d. Leopold II : Tidak ada data

e. Leopold III : Tidak ada data

f. Leopold IV : Tidak ada data

g. Auskultasi : Tidak ada data

h. Vaginal Toucher : Tidak ada data

i. Lain-lain : His

TBJ
Periksa I
Umur kehamilan ( minggu ) 10 minggu 4 hari
TFU Tidak ada data
Presentasi Tidak ada data
Letak anak dan turunnya bagian bawah Tidak ada data
Punggung Tidak ada data
DJJ (+)
Edema Tidak ada
Tekanan darah (mm Hg) 100/70 mmHg
Berat badan (kg) 42 kg

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

a. Darah

Hb Tidak ada data Bilirubin total Tidak ada data


AL Tidak ada data Bilirubin direk Tidak ada data
Hmt Tidak ada data Bilirubin indirek Tidak ada data
LED Tidak ada data Protein total Tidak ada data
AT Tidak ada data Albumin Tidak ada data
Masa pendarahan Tidak ada data Globulin Tidak ada data
Masa pembekuan Tidak ada data SGOT Tidak ada data
HJL Tidak ada data SGPT Tidak ada data
Eosinofil Tidak ada data Alkali Tidak ada data
Segmen Tidak ada data fosfatase Tidak ada data
Limfosit Tidak ada data Ureum Tidak ada data
Monosit Tidak ada data KreatininUrea Tidak ada data

Malaria Tidak ada data Rhesus Tidak ada data


Golongan darah Tidak ada data Tidak ada data

b. Urin

pH : Tidak ada data


Albumin : Tidak ada data
Gula : Tidak ada data
Urobilin : Tidak ada data
Keton : Tidak ada data
Darah samar : Tidak ada data
Epitel : Tidak ada data
Leukosit : Tidak ada data
Eritrosit : Tidak ada data
USG : DJJ (+), tampak janin

Radiologi : Tidak ada data

V. DIAGNOSIS

Hiperemesis Gravidarum

VI. PROGNOSIS

Tidak ada data

VII. TERAPI

Ondensetron 4 mg 2 kali sehari

VIII. EDUKASI

Pasein diminta untuk memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi lebih

banyak buah dan sayur dengan jumlah porsi kecil tetapi frekuensi yang sering.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Anamnesis

 Pada RPS, untuk pasien dengan dugaan hiperemesis Gravidarum, keluhan


yang muncul saat anamnesis yaitu mual, dan muntah, sedangkan pasien
datang dengan keadaan lemas dan pucat. Menurut Ogunyemi (2017)
pasein dengan hiperemesis gravidarum memiliki keluhan seperti
berlebihnya produksi air liur, kelelahan, pusing, gejala tambahan seperti
hilannya rasa mengecap atau dysgeusia, gangguan tidur, kegelisahan,
mudah marah, perubahan suasana hati yang cepat, berkurangnya
konsentrasi. Pada pasien tidak ada ditanyakan berat badan sebelum hamil,
seharusnya berat badan ditanyakan untuk menilai apakah terjadi penurunan
berat badan atau tidak. Goodwin 2008 dalam Ogunyemi (2017)
menyatakan pada pasien hiperemesis terdapat penurunan berat badan
hingga >5% dari berat badan sebelum kehamilan.
 Pada RPD, tidak ada ditanyakan apakah pernah mengalami hal yang sama
pada kehamilan sebelumnya. Menurut Oyunyemi (2017) hiperemesis
gravidarum pada kehamilan sebelumnya menjadi faktor risiko untuk
berulang dikehamilan berikutnya, selain itu multigestasi dan penyakit
trofoblastik juga menjadi salah satu faktor risiko lain terjadinya
hiperemesis gravidarum.
 Pada RPK, tidak ditanyakan apakah dikeluarga pernah mengalami hal
yang sama.
 Pada Anamnesis sistem lain tidak ditanyakan, menurut Prawiroharjo
(2014) pasien hiperemesis gravidarum mengalami ikterus, sianosis, dan
berat badan menurun.
2) Pemeriksaan Fisik
 Pada vital sign, pasien dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Tekanan
darah pada pasien yaitu 100/70 mmHg. Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Gunawan et al (2011) tekanan darah sistolik pada pasien
hiperemesis gravidarum adalah kurang dari 80 mmHg. Pada pasien ini
nadi ditemukan 86x/menit, menurut penelitian yang dilakukan oleh
Gunawan et al (2011) frekuensi nadi berada pada rentang 100-
140kali/menit.
 Pada pemeriksaan fisik pasien juga terlihat pucat, menurut Prawiroharjo
(2014) pasien hiperemesis gravidarum mengalami dehidrasi, kulit pucat,
ikterus, sianosis, dan berat badan menurun.
3) Pemeriksaan Penunjang
 Pasien diperiksa USG untuk memastikan apakah hamil atau tidak.
Seharusnya untuk pemeriksaan penunjang pada kasus hiperemesis
gravidarum dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu urinalisis
untuk menentukan apakah pasien mengalami ketosis atau tidak
(Ogunyemi, 2017).
4) Masalah Pasien
 Masalah Aktif : Pasien mengalami mual muntah hebat
 Masalah inaktif : Pasien tidak mengetahui bahwa dalam keadaan hamil 10
minggu 4 hari.
5) Terapi
 Masalah Aktif : Pasien belum pernah meminum obat sebelumnya, pasien
diberikan pengobatan saat ini odensetrone 4 mg 2 kali sehari. Pengobatan
pada hiperemesis gravidarum yaitu dapat diberikan vitamin B6 10-25 mg
3-4 kali sehari dan atau doxylamine 12,5 mg 3-4 kali sehari, atau
metoklopramide 5-10 mg 3 kali sehari atau ondansetrone 4-8 mg perhari
dalam waktu 8-12 jam sekali atau pada hiperemesis hebat dapat diberikan
methylprednisolone 16 mg 3 kali sehari (McParlin 2016, dalam Ogunyemi,
2017) .
 Masalah Inaktif : Pasien tidak diberikan pengobatan pada saat kunjungan
dokter, seharusnya pada kehamilan pasien diberikan suplemen berupa
asam folat

TINJAUAN PUSTAKA
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah berlebihan,
lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat sehingga mengganggu kesehatan dan
pekerjaan sehari-hari (Prawiroharjo, 2014).
Keluhan mual muntah banyak dirasakan pada pagi hari atau dikenal dengan morning
sickness. Ditandai dengan mual muntah yang terus-menerus disertai dengan terjadinya ketosis
(rasa kehausan atau mulut kering, kencing berlebihan, mudah lelah, kulit kering, muntah,
kesulitan bernafas,pusing, dan nafas bau aseton) dan penurunan berat badan > 5% berat
badan sebelum hamil (Goodwin, 2008). Mual dan muntah yang berhubungan dengan
kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan 9-10 minggu, puncak dapat terjadi pada minggu
ke 11-13 serta sebagian kecil kehamilan gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu
(Ogunyemi, 2017).
2. Epidemiologi
Mual dan muntah pada kehamilan terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejala biasanya
dimulai pada gestasi minggu ke 9-10, memuncak pada minggu ke 11-12, dan berakhir
pada minggu ke 13-14. (Gunawan et al, 2011). Data statistik Amerika Serikat
menyatwakan terjadi hiperemesis gravidarum pada 5 dari 1000 kehamilan. Berdasarkan
usia hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada ibu muda dan berkurang pada usia
ibu lanjut. Sedangkan berdasarkan perbedaan ras tidak terbukti adanya pengaruh pada
hiperemesis gravidarum (Ogunyemi, 2017).
3. Etiologi dan Faktor Risiko
Beberapa penelitan yang dilakukan, wanita dengan tingkat ekonomi rendah sampai
menengah, wanita dengan tingkat pendidikan rendah, wanita dengan kehamilan
sebelumnya menggalami mual muntah, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, berat
badan yang berlebihan atau obesitas, multigravida atau nulipara lebih sering terjadi mual
dan muntah dalam kehamilan (Ogunyemi, 2017). Namun ada beberapa pengetahuan
mengenai faktor yang dapat memicu mual muntah :
1. Peningkatan hormon progesterone dan estrogen pada ibu hamil, hal ini akan
meningkatkan proses pengosongan lambung sehingga akan terjadi proses distensi
lambung.
2. Faktor psikologis : Depresi, gangguan psikiatrik, konflik rumah tangga, hamil yang
tidak diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terha dap tanggung
jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan.
3. Faktor organik : masuknya fili khorionis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun (Kevin et al, 2010;
Prawirohardjo, 2014).

Penyebab hiperemesis gravidarum tidak terlalu dketahui jelas, tapi muncul karena
komponen fisiologis dan psikologis. Estrogen, progesteron, adrenal dan hormon yang
dihasilkan kelenjar pituitary disebutkan sebagai penyebab, tapi sebenarnya tidak ada bukti
yang jelas mengenai hal itu (Philip, 2003).

Teori popular tentang mual muntah pada kehamilan terkait dengan aktivitas trofoblas
dan produksi gonadotropin, kemungkinan sekunder berupa peningkatan HCG. Insiden
hiperemesis gravidarum meningkat pada multipel gestasi pada penyakit mola (Philip,
2003).
4. Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum dibedakan berdasarkan 3 tingkatan, yaitu:
 Tingkat I
Muntah yang terus menerus, timbulnya itoleransi terhadap makanan
dan minuman, berat badan menurun. Nyeri pada epigastrium, pada muntah
pertama keluar makanan, lendir dan diikuti keluarnya cairan empedu serta
terakhir dikuti keluarnya darah. Nadi pasien meningkat hingga 100 kali per
menit dan tekanan sistolik menurun. Mata terlihat cekung, lidah kering, turgor
pada kulit, dan urin sedikit tetapi dalam batas normal (Prawirohardjo, 2014).
 Tingkat II
Gejala yang muncul lebih berat, pasien mengalami intoleransi berat terhadap
makanan dan minuman, dehidrasi, suhu tubuh sub febril, nadi meningkat
antara 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg,
apatis, terlihat pucat, lidah kotor, beberapa kasus pasien mengalami ikterus,
aseton, terdapat bilirubin pada urin, dan berat badan menurun drastis
(Prawirohardjo, 2014).
 Tingkat III
Kondisi yang sangat jarang pada pasien, dimana pasien hiperemesis
gravidarum mengalami gangguan kesadaran (delirium- koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung, bilirubin dalam urin, dan terjadi proteinuria (Prawirohardjo,
2014).
5. Patofisiologi
Dasar terjadinya hiperemesis gravidarum masih dalam perdebatan. Hiperemesis
gravidarum tampaknya terjadi sebagai interaksi kompleks antara faktor biologis,
psikologis, dan sosiokultural. Beberapa teori yang diusulkan dibahas di bawah ini.
 Perubahan Hormonal
Wanita dengan hiperemesis gravidarum memiliki kadar hormon human
chorionic gonadotropin (HCG) yang lebih tinggi dari wanita hamil pada
umumnya. Hormon HCG dapat merangsang reseptor hormon thyroid-
stimulating hormone (TSH) diawal kehamilan yang mekanismenya belum
diketahui secara pasti (Ogunyemi, 2017).
 Gangguan Gastrointestinal
Peningkatan kadar progesteron memperlambat motilitas lambung dan
mengganggu ritme kontraksi otot-otot polos di lambung (disritmia gaster).
Disritmia gaster yang mengakibatkan terjadinya mual yang dirasakan oleh ibu
hamil (Ogunyemi, 2017).
 Gangguan hepatik
Pasien yang memiliki gangguan hepatik sebelum hamil memiliki risiko
terjadiya mual muntah dalam kehamilan. Penelitian menyebutkan terdapat 3%
pasien menggalami hiperemesis gravidarum dengan gangguan hepatik
(Shekhar dan diddi, 2015 dalam Ogunyemi, 2017)
6. Manifestasi Klinis
Gejala terjadi pada trimester pertama, tanda dan gejala yang sering ditemui adalah
mual dan muntah, penurunan berat badan, saliva yang berlebihan (ptialism), tanda tanda
dehidrasi, termasuk hipotensi postural dan takikardia (Prawirohardjo, 2014).
7. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Sebagaimana berikut :
 Anamnesis
Pada anamnesis ditemui amenorea yang didertai muntah hebat, dan pasien
merasa terganggunya pekerjaan sehari-hari. Ditambahkan dengan berapa kali
frekuensi muntah pasien dalam 1 hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat
diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya
hiperemesis gravidarum seperti stress, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi
dan riwayat penyakit sebelumnya (Prawirohardjo, 2014).
 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik tampak pasien lemas, memiliki tanda-tanda dehidrasi,
kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, uterus teraba membesar
sesuai dengan usia kehamilan, dengan konsistensi lunak, pada inspekulo
terlihat servik berwarna biru. Tanda vital terlihat nadi meningkat diatas atau
sama dengan 100 kali permenit, tekanan darah menurun, subfebris, ganggguan
kesadaran (Prawirohardjo, 2014) .
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan
janin untuk mengetahui apakah terdapat kehamilan kembar atau adanya
molahidatidosa. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi kenaikan relatif
hemoglobin dan hematokrit, peningkatan keton, proteinuria (Prawirohardjo,
2014).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada pasien hiperemesis gravidarum berdasarkan non-farmakologi dan
farmakologi sebagai berikut (Ogunyemi, 2017) :
 Non-Farmakologi
Pasien dengan hiperemesis gravidarum disarankan untuk mengubah pola diet
sebagai berukut :
a. Makan setiap pasien merasa lapar, dengan porsi kecil dan frekuensi yang
ditingkatkan.
b. Hindari makanan yang berlemak, pedas, sera makanan yang berbau
menyengat.
c. Makan makanan yang mengandung protein tinggi
 Farmakologi (Gambar. 1 Alur pengobatan)
a. Vitamin
 Pyridoxine (vitamin B6) 10-25 mg 3-4 kali sehari.
b. Antiemetik
 Doxylamine 12,5 mg 2 kali sehari
 Metoclopramide oral 5-10 mg 3 kali sehari
 Prochlorperazine 5-10 mg 4-6 kali sehari
 Promethazine oral atau intramuskular atau intravena 25 mg 4-6 kali
sehari
 Ondansetron oral 4-8 mg 3 kali sehari
c. Kortikosteroid
 Methylprednisolone oral atau intavena 16 mg 3 kali sehari selama 3
hari
Gambar 1. Alur pengobatan mual muntah pada ibu hamil

9. Komplikasi
a. Maternal
1) Dehidrasi
Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi
dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan
(nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke jaringan berkurang pula. Dampak dari
keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum, munculnya
tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya hiperemesis
gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Resiko dari keadaan ini terhadap ibu
adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas
sehari-hari ibu (Prawirohardjo, 2011).
2) Ketidakseimbangan elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan
ini terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan
muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah
bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko
dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari
hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum
ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin (Prawirohardjo, 2011).
3) Diplopia
Akibat defisiensi tiamin (B1) (Prawirohardjo, 2011).
4) Nafas bau aseton dan penurunan berat badan
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi
(nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi
jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber
energi, terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan,
berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan.
Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak
keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin.
Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu
(Prawirohardjo, 2011).
5) Perdarahan gastrointestinal
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan
pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat menyebabkan
perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan
kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri.
Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi
(Prawirohardjo, 2011).
b. Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR) (Prawirohardjo, 2011).
10. Prognosis
Beberapa kasus pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum akan sembuh dengan
sendirinya diakhir trimester pertama, tetapi dibeberapa kasus gejala hilang pada minggu ke
21-22 bahkan hingga saat melahirkan (Ogunyemi, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, K., Ocviyanti, D., Manengkei, P.S.K. 2011. Diagnosis Dan Tata Laksana
Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc. 16:11.
(https://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/1068/1059).
Ogunyemi, D.A. (2017). Hyperemesis Gravidarum. http://www.emedicine.com
/MED/topic1075.htm,
Philip ,B. 2003. Hyperemesis Gravidarum: Literature Review, Wisconsin
medicaljournal.102:3(https://www.wisconsinmedicalsociety.org/_WMS/publications/w
mj/pdf/102/3/46.pdf).
Prawirohardjo, S.2014.Ilmu Kebidanan edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai