Anda di halaman 1dari 6

PROLANIS

LATAR BELAKANG

BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksana merupakan badan hukum publik yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Masyarakat sebagai peserta Jaminan
Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dan stakeholder terkait tentu
perlu mengetahui prosedur dan kebijakan pelayanan dalam memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai dengan haknya.
PROLANIS merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif
yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, Fasilitas Kesehatan, dan
BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014).
PERMASALAHAN

- Masih banyaknya penyandang penyakit kronis yang memiliki kulitas hidup kurang
optimal
- Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai komplikasi yang idakibatkan
dari penyakit kronis
- Masih kurangnya kesadaran masyarakat betapa pentingnya memeriksakan diri untuk
deteksi dini diri dari penyakit kronis

PERENCANAAN

1. Konsultasi Medis
Dilakukan dengan cara konsultasi medis antara peserta Prolanis dengan tim medis, jadwal
konsultasi disepakati bersama antara peserta
dengan Faskes Pengelola.
2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis
Edukasi klub Resiko Tinggi (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan
penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan
bagi peserta prolanis.
3. Reminder melalui SMS Gateway
Definisi : Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan
rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola
tersebut
Sasaran : Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-masing Faskes
Pengelola
4. Home Visit
Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta PROLANIS
untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta PROLANIS
dan keluarga
Sasaran: Peserta PROLANIS dengan kriteria :
a. Peserta baru terdaftar
b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan
berturutturut
c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut (PPDM)
d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT)
e. Peserta pasca opname

PELAKSANAAN

Menurut BPJS Kesehatan (2014), Berikut Tahap- tahap Persiapan Pelaksanaan Prolanis :
1. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan:
a. Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau
b. Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama maupun RS)
2. Menentukan target sasaran
3. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas berdasarkan distribusi target
sasaran peserta
4. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes Pengelola
5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek, Laboratorium)
6. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta PROLANIS
7. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi, pertemuan kelompok pasien
kronis di RS, dan lain-lain)
8. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi
untuk bergabung dalam PROLANIS
9. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan yang
diberikan oleh calon peserta Prolanis
10.Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar PROLANIS
11.Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
12.Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS
13.Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes Pengelola
14.Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status kesehatan
peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C. Bagi peserta
yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan
15.Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per Faskes
Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
16.Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing Faskes Pengelola:
a. Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes Pengelola
b. Menganalisa data 17.Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
18.Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat.
1. Pengisian formulir kesediaan bergabung dalam PROLANIS oleh calon peserta
PROLANIS. Peserta PROLANIS harus sudah mendapat penjelasan tentang program dan
telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung.
2. Validasi kesesuaian diagnosa medis calon peserta. Peserta PROLANIS adalah peserta
BPJS yang dinyatakan telah terdiagnosa DM Tipe 2 dan atau Hipertensi oleh Dokter
Spesialis di Faskes Tingkat Lanjutan.
3. Peserta yang telah terdaftar dalam PROLANIS harus dilakukan proses entri data dan
pemberian flag peserta didalam aplikasi Kepesertaan. Demikian pula dengan Peserta yang
keluar dari program. 4. Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi Pelayanan Primer
(P-Care).

1. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan :


a. Hasil skrinning riwayat kesehatan
b. Hasil diagnosa DM dan HT (pada Faskes tingkat pertama maupun RS)
2. Menentukan target sasaran,
3. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis

VIRUS CORONA
LATAR BELAKANG
Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah jenis baru coronavirus yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia menyebabkan penyakit mulai flu biasa hingga
penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan
Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Gejala umum berupa demam ≥380C, batuk, pilek, nyeri tenggorokan dan sesak napas. Jika ada orang
dengan gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke China (terutama Wuhan), atau pernah
merawat/kontak dengan penderita 2019-nCoV, maka terhadap orang tersebut akan dilakukan
pemeriksaan laboratorium lebih lanjut untuk memastikan diagnosisnya.
Sampai saat ini, belum diketahui bagaimana manusia bisa terinfeksi virus ini. Para ahli masih sedang
melakukan penyelidikan untuk menentukan sumber virus, jenis paparan, cara penularan dan pola
klinis serta perjalanan penyakit. Hasil penyelidikan sementara dari beberapa institusi di kota Wuhan,
sebagian kasus terjadi pada orang yang bekerja di pasar hewan/ikan, namun belum dapat dipastikan
jenis hewan penular virus ini. Hingga saat ini dilaporkan adanya penularan antar manusia, namun
masih dalam kalangan terbatas (kontak erat dan petugas kesehatan yang merawat kasus).
Belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus ini. Namun, gejala yang disebabkan oleh virus
ini dapat diobati. Oleh karena itu pengobatan harus didasarkan pada kondisi klinis pasien dan
perawatan suportif dapat sangat efektif.

PERMASALAHAN
- maraknya kasus infeksi virus corona sehingga harus membuat tenaga kesehatan untuk turun
tangan menggalakkan GERMAS di hidup masyarakat
- pentingnya menggalakkan GERMAS dalam kehidupan

PERENCANAAN
- setelah senam prolanis, dilakukan penyuluhan mengenai cara menggunakan masker yang baik dan
benar sehingga dapat mengurangi penyebaran virus corona
- penyuluhan langsung kepada peserta
- mencontohkan tata cara pemakaian masker

PELAKSANAAN
- setelah senam prolanis, dilakukan penyuluhan mengenai cara menggunakan masker yang baik dan
benar sehingga dapat mengurangi penyebaran virus corona
- penyuluhan langsung kepada peserta
- mencontohkan tata cara pemakaian masker

MONITORING
- tingginya antusias peserta sehingga melancarkan acara

HIV AIDS
Menurut data terbaru World Health Organisation (WHO) dan United Nations International
Children’s Emergency Fund (UNICEF) pada tahun 2013, wilayah Asia Tenggara memiliki jumlah
penderita Human Immunodefi ciency Virus & Acquired Immune Defi ciency Syndrome (HIV dan AIDS)
sebanyak 940.000 orang, dan wilayah Asia Tenggara menduduki pe ringkat ke dua kasus HIV dan
AIDS di dunia setelah wilayah Afrika yang memiliki jumlah orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
sebanyak 7.580.000 orang. Data statistik kasus HIV dan AIDS di Indonesia menunjukan bahwa nilai
tertinggi dari jumlah komulatif kasus AIDS banyak terjadi di usia 20-29 tahun yaitu se banyak 15.305
orang. Sesuai dengan besarnya penduduk usia muda, pemerintah Indonesia menghadapi beberapa
masalah dalam menentukan berbagai kebijakan dan program, khususnya masalah yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. Maka sangat penting bahwa usaha untuk
menjangkau remaja dan pemuda tersebut dalam penyampaian informasi dan penyediaan layanan
harus disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

PERMASALAHAN
- maraknya kasus menyimpang seperti LGBTQ+, seks bebas, dan narkoba suntik
- pentingnya menggalakkan GERMAS dalam kehidupan

PERENCANAAN
- penyuluhan mengenai HIV AIDS

PELAKSANAAN
- Ppenyuluhan mengenai HIV AIDS

MONITORING
- tingginya antusias peserta sehingga melancarkan acara

GIZI GOUT
LATAR BELAKANG
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang terkait dengan
pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Penyakit artritis gout ini dapat
mengganggu kualitas hidup penderitanya. Peningkatan kadar asam urat dalam
darah (hiperurisemia) merupakan faktor utama terjadinya artritis gout. Masalah akan timbul jika
terbentuk kristal-kristal monosodium urat (MSU) pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya.
Kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini yang mengakibatkan reaksi peradangan yang jika
berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai serangan artritis gout.
Hasil survei WHO-ILAR Copcord (World Health Organization– International League of
Associations for Rheumatology Community Oriented Program for Control of Rheumatic Disease)
di pedesaan Sulawesi Utara dan Manado menemukan hubungan asam urat menahun dengan
pola konsumsi dan gaya hidup, diantaranya konsumsi alkohol dan kebiasaan makan makanan
kaya purin. Selain itu, kebiasaan minum obat jenis diuretika (hidroklorotiazide), yaitu obat untuk
menurunkan tekanan darah tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat serum.
Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern merupakan pemicu utama artritis gout.
Sebagian besar kasus artritis gout mempunyai latar belakang penyebab primer, sehingga
memerlukan pengendalian kadar asam urat jangka panjang. Perlu komunikasi yang baik dengan
penderita untuk mencapai tujuan terapi. Hal itu dapat diperoleh dengan edukasi dan diet rendah
purin yang baik. Pencegahan lainnya berupa penurunan konsumsi alkohol dan penurunan berat
badan.
GIZI IBU HAMIL
LATAR BELAKANG
Millenium Development Goals (MDG’s) mempunyai target yaitu menurunkan angka kematian balita
hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990- 2015. World Health Organizaton (WHO) tahun 2013
menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu sebesar 37 per 1000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup dan ini merupakan kejadian
yang masih tinggi. Setiap tahun diseluruh dunia terdapat 7,6 juta anak meninggal di bawah usia lima
tahun dan 3,1 juta diantara kematian tersebut terjadi pada bulan pertama kehidupan. Data Survei
Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa AKB di Indonesia juga masih
cukup tinggi yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup dan AKB ini masih jauh dari yang diharapkan untuk
mencapai target MDG’s 2015 yaitu penurunan AKB menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. 1-3
Kehamilan merupakan periode penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia di masa
yang akan datang. Pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan anak sangat ditentukan oleh
kondisi janin saat didalam kandungan. Berat badan lahir normal merupakan cerminan dan titik awal
yang penting karena dapat menentukan kemampuan bayi dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan hidup yang baru sehingga tumbuh kembang bayi akan berlangsung secara normal. Berat
badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir, bayi dengan berat lahir
rendah (4000 gram) akan mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami masalah yang akan
datang. 4 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ini merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai
kontribusi sebesar 60 sampai 80% terhadap semua kematian neonatal. Secara umum, di Dunia
kejadian BBLR sebesar 15,5% dan sebanyak 96,5% berasal dari Negara berkembang. Menurut Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 11,1%, dengan
kejadian BBLR tertinggi terjadi di Papua (27%) dan terendah terjadi di Provinsi Bengkulu (2,7%) dan
Provinsi Sumatera Barat (2,5%). 2,5

Anda mungkin juga menyukai