3. ?
Latar Belakang
Permasalahan
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Pelaksanaan
Monitoring dan Evaluasi
2. Penyuluhan tentang KB
Latar Belakang
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran
anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan. Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan
cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
Permasalahan
Penggunaan kontrasepsi di Indonesia di atas persentase rata-rata negara-negara
ASEAN, TFR di bawah TFR rata-rata ASEAN dan unmet need berada di pertengahan
(urutan 4 dari 7 negara). Kegiatan pelayanan KIA/KB telah dilaksanakan di 97,5%
puskesmas, namun puskesmas yang petugasnya telah mendapat pelatihan KB baru
58% dan puskesmas yang memiliki kecukupan sumber daya untuk pelayanan KB
hanya 32,2%
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Penyuluhan tentang KB
Tanya Jawab
Pelaksanaan
Telah dilakukan penyuluhan tentang KB ke ibu ibu yang datang ke Polindes
pada tanggal 15 Juli 2020
Telah dilakukan tanya jawab untuk mengukur pemahaman ibu tentang KB
Monitoring dan Evaluasi
Semua ibu ibu yang datang ke polindes sudah cukup paham tentang KB
3. Edukasi tentang Pemberian Asi Eksklusif
Latar Belakang
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Childrens
Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan
sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan.
Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian
ASI dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun (Infodatin, 2014). ASI eksklusif
adalah tidak memberikan bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain
menyusu (kecuali obat-obatan, vitamin atau mineral tetes, dan ASI perah)
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan quick survey yang telah dilakukan, dapat dirumuskan
permasalahan pada promosi kesehatan ini adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu
mengenai pemberian ASI Ekslusif
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Edukasi tentang pemberian ASI Eksklusif
Tanya Jawab
Pelaksanaan
Telah dilakukan edukasi tentang pemberian ASI Eksklusif ke ibu menyusui
dan ibu hamil trimester IIIyang datang ke Poli KIA untuk kontrol pada
tanggal 13 Juli 2020 – 18 Juli 2020
Telah dilakukan tanya jawab untuk mengukur pemahaman ibu tentang
pemberian ASI Eksklusif
Monitoring dan Evaluasi
Semua ibu menyusui dan ibu hamil trimester III yang kontrol kehamilan ke poli KIA
telah memahami tentang pemberian ASI Eksklusif
5. Imunisasi MR
Latar Belakang
Indonesia berkomitmen untuk mencapai eliminasi penyakit campak (measles)dan
pengendalian penyakit Rubella (Congenital Rubella Syndrome) pada tahun 2020.
Salah satu strateginya dengan melaksanakan Kampanye dan Introduksi Imunisasi
Measles Rubella (MR). Kampanye Imunisasi MR yang dilaksanakan dua fase, pada
Agustus-September 2017 dan bulan yang sama pada tahun 2018 adalah suatu kegiatan
imunisasi secara massal. Upaya ini untuk memutuskan transmisi penularan virus
campak dan rubella secara cepat, tanpa mempertimbangkan status imunisasi
sebelumnya. Kampanye imunisasi MR fase I telah dilaksanakan selama Agustus-
September 2017 untuk seluruh wilayah di pulau Jawa dan telah berhasil mencapai
target cakupan nasional 100,98% dengan jumlah anak yang telah diimunisasi adalah
35.307.148 anak. Dilanjutkan Kampanye Imunisasi MR fase II dilaksanakan pada
bulan Agustus-September 2018 untuk seluruh wilayah di luar pulau Jawa dengan
jumlah sasaran sekitar 31.963.154 anak.
Permasalahan
Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspect
campak dan dari hasil konfirmasi laboratorium, 12 – 39% diantaranya adalah campak
pasti (lab confirmed) sedangkan 16 – 43% adalah rubella pasti. Dari tahun 2010
sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella.
Jumlah kasus ini diperkirakan masih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan,
mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan
swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Melakukan Imunisasi MR di polindes
Pelaksanaan
Telah dilakukan imunisasi MR di Pustu Pejeruk pada hari Rabu, 22 Juli 2020
pada 4 orang anak
Monitoring dan Evaluasi
Pencatatan di buku KMS dilakukan untuk memonitoring jadwal imunisasi anak
2. Posyandu Lansia
Latar Belakang
Seseorang yang memasuki tahapan usia lanjut mengalami berbagai macam perubahan,
antara lain fisik, psikologis dan sosial dimana satu sama lainnya saling berkaitan.
Proses penuaan, baik yang terjadi secara normal maupun karena penyakit akan
mempunyai dampak kemunduran atau disfungsi pada sistem dan subsistem organ
tubuh manusia. Proses penuaan fisik ini berlangsung dengan keceptan berbeda antara
masing-masing individu dan tiap-tiap organ tubuh. oleh karena nya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat diperlukan, khususnya berupa program posyandu
lansia.
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Terdapat beberapa kategori pada
penyelenggara posyandu lansia, yaitu terdiri dari pelaksana kegiatan dan pengelola
Posyandu. Pelaksana kegiatan merupakan anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Sedangkan
pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari
keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di
wilayah tersebut.
Permasalahan
Dalam kurun waktu 35 tahun sejak tahun 1990, jumlah lanjut usia (lansia) di
Indonesia meningkat 414% dan akan berada pada peringkat kelima negara dengan
lansia terbesar pada tahun 2025. Seperti umumnya di negara berkembang, lebih dari
dua per tiga lansia hidup di wilayah perdesaan terpencil. Gangguan kesehatan yang
banyak dialami lansia adalah artralgia genu, gastritis kronis, nyeri pinggang bawah,
katarak, hipertensi, dan diabetes melitus. Masalah sosial budaya akibat urbanisasi
membuat para lansia ting- gal sendiri tanpa perawatan anak atau cucu. Kelompok
lansia sering dianggap sebagai kelompok rentan yang tidak produktif baik secara
ekonomi maupun sosial. Padahal dalam Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia,
mereka dikelompokkan dalam kategori potensial bila orang lansia tersebut masih
produktif secara ekonomi maupun sosial. Kelompok lansia masuk kategori tidak
potensial bila secara ekonomi mereka bergantung pada orang lain. Sehingga tidak
semua orang lansia merupakan kelompok rentan yang tidak produktif.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Dalam kurun waktu 35 tahun sejak tahun 1990, jumlah lanjut usia (lansia) di
Indonesia meningkat 414% dan akan berada pada peringkat kelima negara dengan
lansia terbesar pada tahun 2025. Seperti umumnya di negara berkembang, lebih dari
dua per tiga lansia hidup di wilayah perdesaan terpencil. Gangguan kesehatan yang
banyak dialami lansia adalah artralgia genu, gastritis kronis, nyeri pinggang bawah,
katarak, hipertensi, dan diabetes melitus. Masalah sosial budaya akibat urbanisasi
membuat para lansia ting- gal sendiri tanpa perawatan anak atau cucu. Kelompok
lansia sering dianggap sebagai kelompok rentan yang tidak produktif baik secara
ekonomi maupun sosial. Padahal dalam Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia,
mereka dikelompokkan dalam kategori potensial bila orang lansia tersebut masih
produktif secara ekonomi maupun sosial. Kelompok lansia masuk kategori tidak
potensial bila secara ekonomi mereka bergantung pada orang lain. Sehingga tidak
semua orang lansia merupakan kelompok rentan yang tidak produktif.
Pelaksanaan
Pelaksanaan upaya promosi kesehatan dilakukan pada :
Tanggal : 20 Juni 2020
Pukul : 09.00 WITA - selesai
Tempat : Posyandu lansia Pejeruk Bangket
Peserta : 15 orang
Metode : Pendaftaran, Penimbangan dan pengukuran tinggi badan, Pemeriksaan
kesehatan, Konseling dan atau pemberian multivitamin dan susu/pengobatan
sederhana, Penyuluhan kesehatan.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan Posyandu Lansia bisa dievaluasi dari buku catatan yang ada di masing-
masing Posyandu Lansia. Jumlah Lansia yang datang, hasil penimbangan dan
pemeriksaan kesehatan yang tertulis bisa menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui
pelaksanaan Posyandu Lansia sudah baik atau belum.
Selain catatan yang ada di Posyandu lansia, para Lansia yang berkunjung juga dberi
KMS Lansia yang berguna untuk memantau per individu hasil pemeriksaan
kesehatannya di setiap kali kunjungan ke Posyandu Lansia.
Hasil pelayanan di Posyandu Lansia tersebut selanjutnya dilaporkan sebulan sekali ke
Puskesmas melalui Bidan Koordinator Lansia. Di Puskesmas laporan hasil kegiatan di
Posyandu lansia di masing-masing desa di wilayah Puskesmas selanjutnya direkap
untuk selanjutnya dicatat dan dilaporkan. Rekapan hasil pelayanan itu bisa dijadikan
pedoman untuk mengevaluasi kegiatan Pelayanan Posyandu lansia di wilayah
Puskesmas
Permasalahan
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) adalah kurangnya asupan energi yang
berlangsung lama/kronik dengan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Salah satu cara
untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang
ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada
kondisi yang baik. Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi
khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil dengan ukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm dinyatakan menderita KEK
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Pemberian edukasi tentang kenaikan berat badan selama kehamilan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Ibu Hamil
Pelaksanaan
Telah dilakukan edukasi pada ibu hamil dengan KEK yang kontrol ke Poli
KIA Puskesmas Pejeruk pada hari Selasa, 14 Juli 2020
Telah diberikan PMT untuk ibu hamil
Monitoring dan Evaluasi
Semua ibu hamil yang kontrol kehamilan ke poli KIA dengan ukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) < 23,5 cm sebanyak 2 orang diberikan PMT dan di evaluasi kembali saat
kontrol selanjutnya.
5. PMT Balita
Latar Belakang
Gizi kurang dan gizi buruk secara patofisiologi pada anak balita (12-59 bulan) adalah
mengalami kekurangan energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan
iodium (GAKI) dan kurang vitamin A. Kekurangan sumber dari empat diatas pada
anak balita dapat menghambat pertumbuhan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga
rentan terhadap penyakit infeksi, mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan,
penurunan kemampuan fisik, gangguan pertumbuhan jasmani dan mental, stunting.
Penemuan kasus harus dilakukan secara regular (setiap saat atau bulanan) disemua
kesempatan agar dapat mendeteksi dini kasus sebelum menjadi buruk. Jika mobilisasi
masyarakat dan penemuan dini kasus berjalan optimal, maka kurang dari 20% balita
gizi buruk yang perlu dirawat inap.
Permasalahan
Di Indonesia masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor penyebab kematian
bayi. Keadaan itu disebabkan oleh asupan gizi yang kurang mencukupi kebutuhan gizi
balita. Oleh sebab itu, untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi anak dan balita,
pemerintah mengembangkan program yang disebut Pemberian Makanan
Tambahan (PMT)
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Melakukan edukasi tentang Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk
Balita
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit
Pelaksanaan
Telah mengedukasi tentang Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk
Balita di Polindes PKM Pejeruk pada hari Jumat 11 Juli 2020
Telah diberikan PMT untuk ibu hamil
Monitoring dan Evaluasi
Ibu dengan balita yang mendapatkan PMT diharapkan untuk datang kembali mengevaluasi
kenaikan BB anaknya.