Anda di halaman 1dari 8

F1.

UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Tgl mulai kegiatan : 15 Juli 2020
Tgl akhir kegiatan : 15 Juli 2020
Peserta hadir : Masyarakat, Lain-lain
Judul laporan : Penyuluhan mengenai Novel Coronavirs atau COVID-19
(2019-nCoV)

Latar belakang : Virus 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang lebih


dikenal dengan nama virus Corona atau COVID-19 adalah jenis baru dari coronavirus yang
menular ke manusia. Virus ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir
Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di
Cina dan ke beberapa negara. Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi
sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan
ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).

Permasalahan : Hingga hari ini, belum diketahui pasti dari mana virus
corona berasal. Namun, pemerintah China menduga virus itu berasal dari hewan liar yang
diperdagangkan di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan Seafood Market) yang terletak di
pusat kota Wuhan, provinsi Hubei, China. selain itu juga pemahaman masyarakat yangg
masih belum memadai sehingga sehingga kewaspadaan masyarakat semakin menurun.

Perencanaan dan pemilihan intervensi: Intervensi yang dipilih yaitu dengan metode
penyuluhan kepada para dan masyarakat yang hadir saat pelayanan di Puskesmas sedang
berlangsung. Penyuluhan disampaikan dengan metode langsung (direct
communication/face to face communication).

Pelaksanaan : Kegiatan Penyuluhan mengenai Novel Coronavirus dan


cara pencegahannya di Puskesmas Susut I ini dilaksanakan oleh internsip dan petugas
puskesmas terkait dengan sasarannya adalah semua pengujung ataupun pasien yang hadir
saat jam pelayanan di Puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan dengan sistem penyuluhan.
Kemudian penyampaian materi mengenai Novel Coronavirus dan cara pencegahannya
pada masyarakat, kemudian ditutup denan sesi tanya-jawab.

Monitoring dan evaluasi : Monitoring dan evaluasi adalah dengan melihat seberapa
banyak masyarakat memahami dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana
seputar materi yang telah disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta
penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu
di terima dan dipahami oleh peserta.
F2. KESEHATAN LINGKUNGAN
Tgl mulai kegiatan : 21 Juli 2020
Tgl akhir kegiatan : 21 Juli 2020
Peserta hadir : Masyarakat
Judul laporan : Penyuluhan mengenai Langkah Cuci Tangan menurut
WHO
Latar belakang : Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu
secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Dahlan dan Umrah, 2013). Kebersihan
tangan yang tak memenuhi syarat juga berkontrubusi menyebabkan penyakit terkait
makanan, seperti infeksi bakteri salmonella dan E. Coli infection. Cuci tangan merupakan
salah satu cara untuk menghindari penyakit yang ditularkan melalui makanan.

Cara mencuci tangan menurut WHO:

1. Basahi seluruh tangan dengan air bersih mengalir

2. Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari

3. Bersihkan bagian bawah kuku-kuku

4. Bilas tangan dengan air bersih mengalir

5. Keringkan tangan dengan handuk/ tisu atau keringkan dengan diangin-anginkan


Permasalahan : Berdasarkan survey singkat yang telah dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas Susut I masih banyaknya masyarakat yang terlihat enggan untuk
mencuci tangannya setelah beraktivitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
mencuci tangan diantaranya adalah pengetahuan. Kurangnya pengetahuan pasien dan
masyarakat tentang cara mencuci tangan dengan baik dan benar.

Perencanaan dan pemilihan intervensi: Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada


masyarakat yang hadir di ruang tunggu pelayanan UPT Kesmas Susut I pada tanggal 21
juli 2020 pukul 08.00 – selesai yang dihadiri oleh masyarakat. Metode yang digunakan
adalah demonstrasi melalui video interaktif dan secara langsung dipraktekkan kepada
pasien yang berkunjung ke Poliklinik Umum Puskesmas Susut I secara perseorangan
dengan tetap memperhatikan social dan physical distancing pada tanggal 21 Juli 2020
pukul 08.00-selesai

Pelaksanaan : Kegiatan ini dilaksanakan oleh dokter internship dan


beberapa petugas puskesmas yang terkait dengan sasaran masyarakat yang hadir saat
penyuluhan Penyuluhan mengenai Langkah Cuci Tangan menurut WHO tersebut. di
Puskesmas Susut I telah dilaksanakan pada tanggal 21 juli 2020 pukul 08.00 – 09.00 yang
dihadiri oleh 25 orang masyarakat. Kegiatan tersebut terbagi menjadi 3 sesi yaitu sesi
pemaparan materi, pemutaran video interaktif dan sesi praktek perseorangan.
Monitoring dan evaluasi :Kegiatan yang dilakukan sudah berjalan dengan lancar.
Masyarakat nampak antusias mengikuti kegiatan dan informasi yang diberikan cukup
diterima. Dan di dalam proses penyuluhan tersebut jumlah masyarakat yang menerima
penyuluhan telah mencapai batas minimum sasaran yang ditentukan yaitu 25 orang serta
telah terdapat proses interaksi atau feed back antara pemberi penyuluhan dan sasaran untuk
menilai tingkat pengetahuan yang telah dicapai.

F3. KIA DAN KB


Tgl mulai kegiatan : 24 Juli 2020
Tgl akhir kegiatan : 24 Juli 2020
Peserta hadir : Ibu Hamil dan lain lain
Judul laporan : Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Serviks
Latar belakang : Kanker serviks atau disebut juga kanker leher rahim
merupakan jenis penyakit kanker yang paling banyak diderita wanita diatas usia 18 tahun
atau wanita usia produktif. Kanker serviks menempati urutan ke dua menyerang wanita
dalam usia subur, yang pada tahun 2005 menyebabkan lebih dari 250.000 angka kematian.
Sekitar 80 % dari jumlah kematian tersebut terjadi pada negara berkembang. Tanpa
penatalaksanaan yang konkrit, diperkirakan kematian akibat kanker serviks akan
meningkat 25 % dalam jangka waktu 10 tahun mendatang.

Permasalahan : Masih banyaknya masyarakat yang memiliki pengetahuan


yang rendah dalam pengetahuan terhadap kanker serviks. Sistem kesehatan masih kurang
lengkap terutama di negara yang sedang berkembang, menyediakan pemeriksaan skrining
bagi perempuan dan merupakan tantangan untuk mendapatkan wanita yang harus
diskrining, follow up dan pengobatan pre kanker.
Perencanaan dan pemilihan intervensi: Melakukan penyuluhan dan sesi tanya jawab
setelahnya kepada pasien yang datang ke Poliklinik KIA Puskesmas Susut I secara
individual dengan tetap memperhatikan prinsip physical dan social distancing pada tanggal
20 April 2020 pukul 08.00-selesai. Penyuluhan disampaikan dengan metode langsung
(direct communication/face to face communication).
Pelaksanaan : Kegiatan ini dilaksanakan oleh internsip dan petugas
puskesmas terkait dengan sasaran semua ibu hamil dan masa nifas yang kontrol ke
puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan dengan sistem penyuluhan. Kemudian penyampaian
materi tentang kanker serviks, kemudian ditutup denan sesi tanya-jawab.
Monitoring dan evaluasi : Monitoring dan evaluasi adalah dengan melihat seberapa
banyak masyarakat memahami dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana
seputar materi yang telah disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta
penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu
di terima dan dipahami oleh peserta. Untuk evaluasi lebih lanjut adalah dengan monitoring
kesadaran masyarakat dan melihat jumlah kunjungan masyarakat di Puskesmas.

F4. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Tgl mulai kegiatan : 3 Agustus 2020
Tgl akhir kegiatan : 3 Agustus 2020
Peserta hadir : Masyarakat, Lain-lain
Judul laporan : Pemberian Suplementasi Vitamin A pada Anak
Latar belakang : Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang
tersebar di seluruh dunia terutama di Negara berkembang dan dapat terjadi pada semua
umur terutama pada masa pertumbuhan . Salah satu dampak kurang vitamin A adalah
kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan s/d 4 tahun yang
menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Kurang Vitamin A pada anak
biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein (KEP) atau gizi buruk
sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang,termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin
A. Anak yang menderita kurang vitamin A mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi
saluran pernafasan akut,campak,cacar air,diare dan infeksi lain karena daya tahan anak
menurun. Namun masalah kekurangan vitamin A dapat juga terjadi pada keluarga dengan
penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu
tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat menyebabkan
kekurangan vitamin A.

Permasalahan : Hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa


pemberian suplementasi Vitamin A sebanyak 2 kali pertahun pada anak umur 6-59 bulan
dapat mencegah kekurangan Vitamin A dan kebutaan (buta senja), juga meningkatkan
sistem kekebalan tubuh sehingga mengurangi kejadian kesakitan dan kematian pada balita,
karena vitamin ini dapat mencegah timbulnya komplikasi pada penyakit yang sering terjadi
pada balita seperti campak dan diare.
Perencanaan dan pemilihan intervensi: Metode penyuluhan perindividu disertai obrolan
ringan serta tanya jawab di akhir dengan tetap memperhatikan prinsip social dan physical
distancing. Setelah itu diakhiri dengan pembagian kapsul vitamin A pada anak 6-59 bulan
Pelaksanaan : Kegiatan ini dilaksanakan oleh internsip dan petugas
puskesmas terkait dengan sasaran semua pengunjung yang hadir saat posyandu. Kegiatan
ini dilaksanakan dengan sistem penyuluhan. Kemudian penyampaian materi pentingnya
suplemtasi vitamin a pada anak. Setelah itu diakhiri dengan pembagian kapsul vitamin A
pada anak 6-59 bulan.
Monitoring dan evaluasi : Monitoring dan evaluasi adalah dengan melihat seberapa
banyak masyarakat memahami dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana
seputar materi yang telah disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta
penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan
mampu di terima dan dipahami oleh peserta. Untuk evaluasi lebih lanjut adalah dengan
monitoring kesadaran masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dan perbaikan gizi.
Melihat jumlah kunjungan masyarakat di setiap pelayanan kesehatan yang ada di
daerahnya.

F5. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PM DAN TM


Tgl mulai kegiatan : 10 Agustus 2020
Tgl akhir kegiatan : 10 Agustus 2020
Peserta hadir : Masyarakat
Judul laporan : Penyuluhan mengenai Scabies

Latar belakang : Skabies adalah penyakit kulit menular akibat infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Menurut WHO (World
Health Organization) terdapat sekitar 300 juta kasus skabies di dunia setiap tahunnya.
Skabies termasuk penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis dan subtropis,
seperti Afrika, Mesir, Amerika tengah, Amerika selatan, Australia utara, Australia tengah,
Kepulauan karabia, India, dan Asia tenggara. Sebuah studi epidemiologi di United
Kingdom (UK) menunjukkan bahwa skabies lebih banyak terdapat di area perkotaan dan
lebih sering terjadi pada musim dingin dibandingkan musim panas. Skabies masih menjadi
maslah utama di banyak komunitas Aborigin di Australia, dimana berkaitan dengan tingkat
kemiskinan dan kepadatan penduduk.
Permasalahan: Beberapa faktor yang berkontribusi dalam kejadian skabies yaitu; kontak
dengan penderita skabies, rendahnya tingkat personal hygiene dan kondisi lingkungan
yang mendukung untuk berkembangnya skabies seperti kepadatan hunian, sanitasi yang
tidak baik, dan akses air bersih yang sulit. Pasien dengan personal hygiene kurang baik
apabila berkontak dengan penderita skabies atau dengan benda-benda yang telah
terkontaminasi tungau skabies akan lebih berisiko untuk menderita skabies karena tungau
skabies akan lebih mudah menginfestasi individu dengan personal hygiene jelek.
Sebaliknya, pasien dengan personal hygiene baik apabila berkontak dengan sumber
penularan skabies akan lebih sukar diinfestasi tungau karena tungau dapat dihilangkan
dengan mandi menggunakan sabun, mengganti pakaian setiap hari, mencuci pakaian
dengan sabun, menyetrika pakaian dan sebagainya.

Perencanaan dan pemilihan intervensi: Penyuluhan tentang Scabies kepada pasien yang
datang ke Poliklinik Umum Puskesmas Susut I dengan tetap menerapkan social dan
physical distancing pada tanggal 10 Agustus 2020. Setelah penyuluhan akan diselingi sesi
tanya jawab dan obrolan ringan.
Pelaksanaan: Telah dilakukan penyuluhan tentang Scabies kepada pasien yang datang ke
Poliklinik Umum Puskesmas Susut I dengan tetap menerapkan social dan physical
distancing pada tanggal 10 Agustus 2020. Setelah penyuluhan akan diselingi sesi tanya
jawab dan obrolan ringan
Monitoring dan evaluasi: Monitoring dan evaluasi adalah dengan melihat seberapa
banyak masyarakat memahami dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana
seputar materi yang telah disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta
penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu
di terima dan dipahami oleh peserta. Untuk evaluasi lebih lanjut adalah dengan monitoring
kesadaran masyarakat dan melihat jumlah kunjungan masyarakat di Puskesmas.

F6. UPAYA PENGOBATAN DASAR


Tgl mulai kegiatan : 13 Agustus 2020
Tgl akhir kegiatan : 13 Agustus 2020
Peserta hadir : Masyarakat, Lain-lain
Judul laporan : Pengobatan Gastroenteritis Akut pada Pasien Anak dengan
menerapkan prinsip LINTAS

Latar belakang : Pengobatan Gastroenteritis Akut pada Pasien Anak dengan


menerapkan prinsip LINTAS
Latar Belakang : Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai
kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi kali
atau lebih selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi tinja
daripada frekuensinya. Jika frekuensi BAB meningkat namun konsistensi tinja padat, maka
tidak disebut sebagai diare. Bayi yang menerima ASI eksklusif sering mempunyai tinja
yang agak cair, atau seperti pasta; hal ini juga tidak disebut diare. Ibu biasanya mengetahui
kapan anak mereka terkena diare dan dapat menjadi sumber diagnosis kerja yang penting.
Diare menyerang anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Insidensi diare tertinggi
pada anak di bawah umur 2 tahun, dan akan menurun seiring bertambahnya usia. Diare
merupakan masalah kesehatan terutama pada balita baik di tingkat global, regional maupun
nasional. Pada tingkat global, diare menyebabkan 16% kematian, sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan pneumonia, sedangkan pada tingkat regional (negara berkembang),
diare menyumbang sekitar 18% kematian balita dari 3.070 juta balita. Di Indonesia, diare
menjadi penyebab utama kematian pada balita, yaitu 25,2%, lebih tinggi dibanding
pneumonia, 15,5% (Riskesdas, 2007). Hal ini tentu menjadi masalah yang serius untuk
Indonesia dalam rangka mencapai tujuan keempat dari pembangunan milenium (Millenium
Development Goals/MDGs) yaitu menurunkan angka kematian bayi menjadi 2/3 dalam
kurun waktu 25 tahun (1990- 2015).

Permasalahan: : Diagnosis diare dapat dilakukan dengan melihat gejala berdasarkan


manifestasi klinis penderita. Penanganan diare rotavirus mengikuti manajemen utama diare
yang disosialisasikan oleh Departemen Kesehatan dan IDAI, yaitu “Lima Langkah
Tuntaskan Diare” (LINTAS DIARE) yang mencakup:

(1) Oralit formula baru

(2) Pemberian zink selama 10 hari

(3) Melanjutkan pemberian ASI dan makanan

(4) Pemberian antibiotik selektif sesuai indikasi dan

(5) Konseling ibu.

Sering kali diagnosis awal yang dilakukan di rumah oleh orangtua pasien mengenali tanda-
tanda bahaya dehidrasi dilewatkan oleh orang tua pasien.

Perencanaan dan pemilihan intervensi: Penyuluhan dan sesi tanya jawab mengenai
gastroenteritis akut pada pasien anak beserta orang tua pengantar yang dilakukan per
individu dengan tetap memperhatikan social dan physical distancing saat selesai
pemeriksaan di Poliklinik Anak Puskesmas Susut I pada tanggal 13 Agustus 2020 Sesi
tanya jawab akan dilakukan setelah pelaksanaan penyuluhan

Pelaksanaan: Telah dilakukan penyuluhan dan sesi tanya jawab mengenai gastroenteritis
akut pada pasien anak beserta orang tua pengantar yang dilakukan per individu dengan
tetap memperhatikan social dan physical distancing saat selesai pemeriksaan di Poliklinik
Anak Puskesmas Susut I pada tanggal 13 Agustus 2020 Saat sesi tanya jawab pasien
memahami dengan tepat pengenalan dini tanda bahaya pada GEA dan 5 langkah
pengobatan GEA yang direkomendasikan oleh IDAI
Monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi adalah dengan melihat seberapa banyak
masyarakat memahami dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana seputar
materi yang telah disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta
penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu
di terima dan dipahami oleh peserta. Semua pasien anak dan orang tua pendamping yang
berobat di Poli Anak sudah mengerti mengenai pengobatan diare. Untuk evaluasi lebih
lanjut adalah dengan monitoring kesadaran masyarakat dan melihat jumlah kunjungan
masyarakat di Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai