Anda di halaman 1dari 12

Jenis Kegiatan : F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Judul Lap. Kegiatan : Pemeriksaan Jentik di

Latar Belakang

Jentik nyamuk merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup nyamuk. Keberadaan jentik nyamuk
erat kaitannya dengan angka kejadian deman berdarah dengue (DBD). DBD merupakan penyakit
pada daerah tropis dan subtropis yang disebabkan oleh virus dengue (DEN-1, 2, 3, dan 4) melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Utami, 2015). Menurut WHO dalam penelitian
yang dilakukan Sari (2017) kasus DBD tertinggi di daerah Asia berada di Indonesia, Myanmar,
Bangladesh, dan India. Pada tahun 2015.

Permasalahan

tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di
antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun 2014, yaitu sebanyak 100.347
penderita dan sebanyak 907 meninggal (KEMENKES, 2016). Angka kesakitan demam berdarah
dengue (DBD) di Indonesia sendiri cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1968-2015
(KEMENKES, 2016).

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Melakukan pemeriksaan jentik nyamuk sebgaai usaha pencegahan DBD

Pelaksanaan

Pemeriksaan bak mandi yang ada pada WC, tempayan, drum dan tempat penampungan yang
lainnya.

Jentik nyamuk biasanya muncul pada permukaan air untuk bernafas, jika belum muncul tunggulah
ekitar 1 menit

periksa segala macam tempat yang relatif menjadi penmpungan air. Misalnya vas bunga, tempat
minum burung, kaleng-kaleng yang ada.

Akan tetapi perlu diingat bahwa jentik hidup pada tempat yang menjadi penampungan air. Bak
sampah salah satu tempat yang menjadi sarang nyamuk, tentu saja secara logika nyamuk tersebut
akan bertelur ditempat itu juga.

Monitoring dan Evaluasi

Tindak lanjut dapat dilakukan oleh jumantik setempat


Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
Judul Lap. Kegiatan : Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP)
Kecacingan di

Latar Belakang

Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2006, hasil survei yang dilakukan Subdit diare pada tahun 2002 dan
2003 pada 40 Desa di 10 Provinsi menunjukkan prevalensi infeksi cacing menunjukan angka 2,2% -
96,3%. Paling banyak terjadi pada anak usia sekolah 5 – 14 tahun. Penyakit kecacingan dapat
ditularkan melalui berbagai cara, diantaranya melalui makanan atau minuman yang tercemar telur
cacing atau melalui tanah yang disebut juga soil transmited helminthiasis.

Selain menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat, pencegahan infeksi cacing dapat dilakukan
dengan pemberian obat cacing. Pemberian obat cacing dapat dimulai sejak anak usia 2 tahun. Hal
ini, disebabkan karena pada anak usia 2 tahun sudah terjadi adanya kontak dengan tanah yang
merupakan sumber penularan infeksi cacing. Pemberian obat cacing dapat diulang setiap 6 bulan
sekali. Sedangkan, untuk daerah non endemis pemberian obat cacing harus diberikan sesuai indikasi
dan sesuai pemeriksaan dokter dengan hasil pemeriksaan tinja positif ditemukan telur cacing atau
cacing.

Permasalahan

Masih tingginya prevalensi infeksi cacing pada anak

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pemberian obat Albendazol 400 mg tablet kunyah

Pelaksanaan

Pelaksanaan POMP cacingan dilakukan oleh 5 orang tim dari puskesmas Sukmajaya. Sasaran untuk
hari ini adalah seluruh siswa di SD Tugu Ibu yaitu sebanyak 29 kelas dengan jumlah murid kurang
lebih 800 siswa. Pelaksanaan kegiatan cukup lancar diawali dengan sedikit penyuluhan mengenai
pentingnya minum obat cacing dan bahaya infeksi cacing hingga pemberian obat itu sendiri.

Pada akhir kegiatan didapatkan 1 orang terkena efek samping obat yaitu pusing. Anak disarankan
untuk istirahat di UKS.

Monitoring dan Evaluasi

Kontrol bila ada gejala yang terjadi setelah minum obat cacing
Jenis Kegiatan : F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan
Judul Lap. Kegiatan : Penilaian Rumah Sehat

Latar Belakang

Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal akses air minum, akses jamban sehat,
lantai, ventilasi dan pencahayaan (Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999)

Rumah sehat juga dapat diartikan sebagai rumah yang mempunyai ruangan terorganisir. Beberapa
ruangan pokok yang wajib ada pada sebuah rumah tinggal yaitu ruang tamu, kamar tidur, kamar
mandi, dan dapur. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas dari sebuah rumah, diperlukan juga
ruangan-ruangan tambahan yang memiliki fungsi khusus seperti ruang keluarga, ruang makan, ruang
mencuci, dan sebagainya.

Pada dasarnya, suatu rumah bisa dikatakan sehat apabila terletak di lokasi yang aman dan tidak
rawan mengalami bencana. Udara dan sumber air di sekitar rumah tersebut juga tidak tercemar
serta memenuhi syarat kesehatan. Area juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai
dengan pengelolaan limbah yang benar-benar diperhatikan. Akan lebih bagus lagi jika lingkungan di
sekitar rumah masih asri dan dipenuhi pepohonan.

Permasalahan

Terdapat 30% rumah yang gelap karena pencahayaan yang kurang serta kurang lebih 50% rumah
memiliki kebiasaan tidak membuka jendela sehingga kurang baiknya sirkulasi udara di dalam rumah.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Melakukan edukasi kepada warga yang bersangkutan.

Bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk memberikan award dan punishment sebagai bentuk
motivasi pada warga bagi kriteria rumah yang bisa diubah (kebiasaan).

Pelaksanaan

Melakukan edukasi langsung kepada warga yang bersangkutan

-pentingnya cahaya matahari

-pentingnya ventilasi dan sirkulasi udara di rumah

-pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat bagi seluruh anggota masyarakat untuk
menciptakan rumah dan lingkungan yang sehat

Monitoring dan Evaluasi

Tindak lanjut dapat dilakukan oleh warga dan tokoh masyarakat setempat.
Jenis Kegiatan : F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan
Judul Lap. Kegiatan : Pemeriksaan Jamban Sehat

Latar Belakang

Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang atau 17% penduduk
dunia masih buang air besar di areaterbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagainegara kedua
terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia
(12,9%), China (4,5%), Ethiopia(4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%),
Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%)(WHO, 2010).

Peningkatan sanitasi diupayakan pemerintah agar dapat berjalan dengan baik untuk mendukung
komitmen nasional dalam pencapaiantarget kesepakatan pembangunan negara-negara di dunia
yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG’s). Salah satu target MDG’sterkait sanitasi
yakni terjadinya peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan sebesar
separuh dari proporsi pendudukyang belum mendapatkan akses pada tahun 2015. Kebijakan
pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010- 2014) yang
juga selaras dengan target MDG’s, menyasar terwujudnya kondisi sanitasi yang bebas dari Buang Air
Besar Sembarangan (BABS)pada tahun 2014. Berdasarkan laporan MDGs, di Indonesia tahun 2010
akses sanitasi layak hanya mencapai 51,19%

Permasalahan

Memastikan jamban warga RW 05 sudah sesuai syarat jamban sehatx

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat berikut (Depkes RI, 2004 dalam
http://Psychologymania.com):

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari
sumber air bersih.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan
yang cukup kearah lubang jamban.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.

5. Bebas dari serangga

6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung dinding kedap air dan berwarna.

7. Cukup penerangan.

8. Lantai kedap air.


9. Ventilasi cukup baik.

10. Tersedia air dan alat pembersih seperti sabun.

Pelaksanaan

Jamban di RW 05 rata-rata sudah memenuhi syarat jamban sehat

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring kembali untuk pemantauan jamban sehat


Jenis Kegiatan : F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan PHBS di

Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu
memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan
sejak tahun 1996 olehPusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi
Kesehatan. Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga,
tatanan pasar dan sebagainya. Provinsi Jawa Tengahmemfokuskan pada tiga tatanan, yaitu tatanan
rumah tangga, tatanan tempat ibadah dan institusi pendidikan. Alasan pemilihan pada tiga jenis
tatanan tersebut karena ketiganya mempunyai daya ungkit yang besar dalampencapaian derajat
kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006)

Permasalahan

Masalah kesehatan yang sedang menjadi isu hangat dimasyarakat selama tahun 2017 ternyata
berkaitan erat dengan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Minimnya pelaksanaan PHBS dalam
aktivitas sehari-hari akhirnya berdampak pada timbulnya penyakit menular dan tidak menular. Meski
penerapannya terkesan sederhana, masih banyak masyarakat yang mengabaikan peran PHBS dalam
kehidupan sehari-hari.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Melakukan penyuluhan agar masyarakat bisa mengaplikasikan PHBS dalam kehidupan sehari-hari

Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan di Puskesmas Sukmajaya dengan dihadiri sekitar 30 peserta.

Pembahasan dalam penyuluhan :

10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :

1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun
paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah
tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang
dilahirkan.

Monitoring dan Evaluasi

TIndak lanjut kegiatan penyuluhan yaitu dengan penerapan PHBS di lingkungan rumah tangga
Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar
Judul Lap. Kegiatan : Pengobatan Chicken Pox (Cacar Air) di PKM Ngaliyan

Latar Belakang

Varicella merupakan salah satu penyakit infeksi yang menular dan merupakan akibat dari infeksi
primer Virus Varicella Zooster. Varicella ini tidak mengenal musim. Perbedaan pada kemungkinan
timbulnya maupun tingkat penyebaran infeksi varicella yang ditemukan di Negara beriklim sedang
dan tropis dipengaruhi oleh sifat virus yang rentan panas pada temperatur tinggi. Kelembaban udara
yang tinggi cenderung mempercepat transmisi virus

Permasalahan

Pasien An. A 4 tahun BB 15 kg

tertular cacar air dari kakaknya.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.

Edukasi kepada pasien mengenai penyakit, penyebab, serta penanggulangan varicella dan
pencegahan agar tidak menular kepada anggota keluarga lain

Pelaksanaan

terapi farmakologis

R/acyclovir tab 400 mg No.XV

S 4 dd tab 3/4

R/ CTM tab No. X

S 3 dd tab ½

Monitoring dan Evaluasi

Kontrol 7 hari bila masih ada keluhan


Jenis Kegiatan : F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Atritis Gout di Puskesmas Ngaliyan

Latar Belakang

Arthritis gout terjadi akibat peningkatan kronis konsentrasi asam urat di dalam plasma (hiperusemia
: >7 mg/dl). Adanya penurunan ekskresi asam urat. Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh
pembentukan asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskrsi. Arthritis gout dapat mengenai laki-
laki maupun wanita, hanya saja gout memang lebih sering mengenai laki-laki.

Dikatakan bahwa kemungkinan arthritis gout menyerang laki-laki adalah 1 sampai 3 per 1.000 laki-
laki sedangkan pada wanita adalah 1 per 5.000 wanita. Arthritis gout dapat menyebabkan sakit
kepala dan nyeri khususnya pada sendi. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang
memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap
nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu
tentang nyeri dan pengertian nyeri.

Permasalahan

Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap 100.000 orang. Prevalensi
penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun sebesar 32 % dan di atas 34
tahun sebesar 68 %.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, sebesar 81 % penderita asam urat di
Indonesia hanya 24 % yang pergi ke dokter, sedangkan 71 % cenderung langsung mengkonsumsi
obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Penyuluhan satu arah di Puskesmas Ngaliyan pada hari Kamis, 4 Juli 2019

Penyuluhan yang diberikan diantaranya :

1. Definisi Gout

2. Gejala Klinis Gout

3. Mengapa terjadi Gout

4. Bagaimana pencegahannya

5. Makanan yang berpurin tinggi

Pelaksanaan

Dilakukan penyuluhan di Puskesmas Ngaliyan dengan pserta kurang lebih 30 orang. Antusias dari
peserta baik, menyimak dengan serius.

Monitoring dan Evaluasi

Bila sudah ada gejala asam urat/gout yang telah disebutkan silahkan datang ke dokter
Jenis Kegiatan : F6 – Pengobatan Dasar di Panti among Jiwa
Judul Lap. Kegiatan : Pengobatan Dasar di Panti among Jiwa

Latar Belakang

Negara berkewajiban untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Penanganan fakir miskin, gelandangan
dan anak terlantar harus dilaksanakan secara terarah, terpadu dan berkelanjutan. Pengemis, gelandangan dan
anak terlantar (PGOT) di Kota Semarang jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu
Pemerintah Kota Semarang membentuk Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis pada tahun 2014 sebagai dasar hukum bagi
penanganan anak jalanan, gelandangan dan pengemis di Kota Semarang. Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga
memang telah berupaya untuk menangani anak jalanan, gelandangan dan pengemis secara terarah, terpadu
dan berkelanjutan dengan mencanangkan program-program penanganan baik dalam hal pencegahan,
pembinaan maupun rehabilitasi.

Panti Rehabilitasi Sosial Among Jiwo Semarang berfungsi untuk memberikan pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi yang terjaring razia Satpol PP Kota Semarang. Rehabilitasi sosial tersebut
diberikan bagi penyandang masalah sosial khususnya gelandangan, pengemis, pengamen, orang
terlantar dan penderita sakit jiwa (psikiotik) terlantar.

Permasalahan

Jumlah tampungan melebihi kapasitas yang tersedia di panti. Panti Among Jiwo hanya mampu untuk
menampung dengan kapasitas 60 orang. Namun hingga saat ini jumlah semakin bertambah dan
menjadi 100 orang. Hal tersebut berdampak pada perawatan dan perhatian terhadap kesehatan
yang kurang maksimal.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Melakukan pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan yang meliputi, pendataan,


penilaian status kesehatan dilihat dari tanda-tanda vital, pemeriksaan dan pengobatan bagi
warga binaan.

Pelaksanaan

Telah dilaksanakan kegiatan Among Jiwa pada tanggal ... di Panti Rehabilitasi Among Jiwa Semarang.
Pelayanan diberikan kepada 30 warga oleh 2 orang dokter internsip dan 1 perawat. Kegiatan
berjalan dengan lancar. Rata-rata keluhan dari tiap warga binaan adalah batuk pilek dan pegal pegal.
Resep yang dibuat kemudian diserahkan ke bagian farmasi Puskesmas Ngaliyan yang selanjutnya
akan diberikan kembali ke Panti keesokan harinya.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh petugas puskesmas, pengurus panti rehabilitasi dan
dinas kesehatan.
Jenis Kegiatan : F6 – Kegiatan Pengobatan Dasar di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
Judul Lap. Kegiatan :

Latar Belakang

Menurut UU Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1 998, pasal 1 ayat 2), mengatakan
bahwa Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.
Dari tahun ke tahun penduduk Lansia yang ada di Indonesia semakin meningkat. pada tahun
2010, jumlah penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 atau 9,58% dan
yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 atau 9,97%. Menurut UU tentang Kesejahteran
Lanjut Usia, Lansia yang ada di Indonesia ini lebih banyak yang menjadi Lansia tidak
potensial karena hanya sedikit penduduk di Indonesia yang mempunyai pekerjaan di sektor
formal misalnya pegawai negeri yang punya uang pensiun. Kebanyakan dari mereka berada
di sektor informal yang tidak jelas jaminan hidupnya misalnya seperti pedagang kaki lima.
Dewasa ini, dengan adanya tuntutan dari dunia yang semakin modem, Lansia tampaknya
seringkali dianggap sebagai hambatan bagi keluarga. Mereka menjadi seperti anggota
keluarga yang merepotkan dan menjadi kelemahan serta membawa kesulitan tersendiri bagi
keluarga. Tidak jarang anggota keluarga menitipkan para Lansia ini pada panti werdha yang
khusus untuk menampung orang-orang yang sudah Lansia. Ada Lansia yang tinggal di panti
werdha atas anjuran dari keluarga, ternan, ataupun lingkungan sosialnya. Ada juga Lansia
yang tinggal di panti werdha atas keinginannya sendiri.
Permasalahan

Panti werdha merupakan tempat yang asing bagi Lansia dibandingkan dengan tinggal di
rumahnya sendiri bersama keluarganya. Jika seorang Lansia masuk dan tinggal di panti
werdha, maka mereka akan rnengalarni suatu perubahan di dalarn hidupnya. Yang paling
rnenonjol adalah perubahan sosial. Disana rnereka akan berternu dengan ternan sebayanya
yang rnerniliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Untuk itu Lansia tersebut harus
beradaptasi atau rnenyesuaikan diri dengan kelornpok sosialnya yang baru. Seringnya sulit
adaptasi menimbulkan stres dan dapat berdampak pada memburuknya kesehatan yang
mungkin sebelumnya sudah dimiliki oleh lansia.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Melakukan pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan yang meliputi, pendataan,


penilaian status kesehatan dilihat dari tanda-tanda vital seperti nadi, tensi dan suhu tubuh,
pemeriksaan dan pengobatan bagi lansia.

Pelaksanaan

Telah dilaksanakan kegiatan pengobatan dasar di panti wreda pada tanggal .... Pelayanan diberikan
kepada 25 lansia oleh 2 orang dokter internsip dan 1 perawat. Kegiatan berjalan dengan lancar.
Rata-rata keluhan dari tiap lansia adalah batuk pilek ,pegal pegal dan tensi tinggi. Resep yang dibuat
kemudian diserahkan ke bagian farmasi Puskesmas Ngaliyan yang selanjutnya akan diberikan
kembali ke Panti keesokan harinya.
Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh petugas puskesmas, pengurus panti rehabilitasi dan
dinas kesehatan.

Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar


Judul Lap. Kegiatan : Pengobatan Chicken Pox (Cacar Air) di PKM Ngaliyan

Latar Belakang

Varicella merupakan salah satu penyakit infeksi yang menular dan merupakan akibat dari infeksi
primer Virus Varicella Zooster. Varicella ini tidak mengenal musim. Perbedaan pada kemungkinan
timbulnya maupun tingkat penyebaran infeksi varicella yang ditemukan di Negara beriklim sedang
dan tropis dipengaruhi oleh sifat virus yang rentan panas pada temperatur tinggi. Kelembaban udara
yang tinggi cenderung mempercepat transmisi virus

Permasalahan

Pasien An. F, 10 tahun BB 25 kg

tertular cacar air dari teman sekelasnya.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.

Edukasi kepada pasien mengenai penyakit, penyebab, serta penanggulangan varicella dan
pencegahan agar tidak menular kepada anggota keluarga lain

Pelaksanaan

terapi farmakologis

R/acyclovir tab 400 mg No.XX

S 4 dd tab 1

R/ CTM tab No. X

S 3 dd tab 1

Monitoring dan Evaluasi

Kontrol 7 hari bila masih ada keluhan


Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar
Judul Lap. Kegiatan : Pengobatan Demam Tifoid di PKM Ngaliyan

Latar Belakang

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella
typhi. Demam tifoid di jumpai secara luas di berbagi negara berkembang yang terutama terletak
di daerah tropis dan subtropis. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003
memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insiden
600.000 kasus kematian tiap tahun

Permasalahan

Pasien Nn. D, 22 tahun BB 50 kg dengan keluhan demam 7 hari, nyeri perut, mual muntah, diare.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.

Edukasi kepada pasien mengenai penyakit, penyebab, serta penanggulangan varicella dan
pencegahan agar tidak menular kepada anggota keluarga lain

Pelaksanaan

terapi farmakologis

R/ Kloramfenikol tab 500 mg No. XX

S 4 dd tab 1 p.c

R/ Parasetamol tab 500mg No. X

S 3 dd tab 1 p.c

R/ Antasida tab No. X

S 3 dd tab 1 a.c

Monitoring dan Evaluasi

Kontrol 7 hari bila masih ada keluhan

Anda mungkin juga menyukai