Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS DI KAMPUNG KOTO BARU TIMBULUN


NAGARI AUR DURI KECAMATAN SUTERA

KELOMPOK

ANDRI DEDI 2230282118

SRIWARNIDA 2230282143

RINI ENDRIANI 2230282141

ALNI DEVI ROZA 2230282116

PRIYANI ANGRA. A 2230282136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
T.A 2022/2023
PERTEMUAN KE : 1 (PERTAMA)

HARI/TANGGAL : RABU,29 MARET 2023

A. LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO) penyakit diare didefinisik


an sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsist
ensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari (Saputri, N.
et.al. 2019).

Diare merupakan penyakit endemis khususnya di negara berkembang s


eperti Indonesia dan penyakit yang berpotensi megalami Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang sering disertai dengan kematian (Kemenkes RI, 2020). Penyebab
utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan ele
ktrolit melalui tinja. Kondisi tersebut sering terjadi pada anak-anak, terutama a
nak dengan kategori gizi kurang, lebih rentan menderita diare walaupun tergol
ong ringan. Namun, karena kejadian diare itu sering disertai dengan berkurang
nya nafsu makan sehingga menyebabkan keadaan tubuh lemah dan keadaan te
rsebut sangat membahayakan kesehatan anak (Andreas, A.N. 2018).

Pada umumnya, diare lebih dominan menyerang balita karena daya tah
an tubuhnya yang masih lemah dan berada di fase oral yang cenderung lebih a
ktif memainkan benda asing dan bahkan memasukkannya ke dalam mulut sehi
ngga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare (Endang,
S 2015)

H.L Blum (1969) dalam Notoatmodjo (2011) menyatakan bahwa deraj


at kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yakni lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut merupa
kan penyebab timbulnya penyakit. Kejadian diare pada balita berkaitan dengan
faktor lingkungan dan faktor perilaku. Apabila kondisi lingkungan yang tidak
sehat serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka
akan dengan mudah terjadinya penyebaran penyakit salah satunya diare (Depk
es, 2018).
Menurut Kemenkes RI (2011), perilaku pencegahan diare terdiri dari p
raktik pemberian ASI Eksklusif, praktik pemberian MP-ASI, Praktik penggun
aan air bersih yang cukup, Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Praktik
penggunaan jamban, praktik membuang tinja bayi yang benar dan pemberian i
munisasi campak. Selain itu, menurut peneltian Rahmawati (2017) Faktor peri
laku yang menyebabkan tingginya kejadian diare yaitu tidak memberikan ASI
Eksklusif secara penuh, tidak mencuci besih botol susu, penyimpanan makana
n yang salah, mengkonsumsi air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan s
ebelum makan, sebelum menyiapkan makan balita, dan sesudah BAB, serta tid
ak membuang tinja dengan benar.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang terutama pada anak, dan
sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa atau KLB di Indonesia (Iskandar,
2006). Kongres Kesehatan Sedunia yang ke-46 telah menyetujui sebuah
resolusi tentang upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue dan
pemberantasannya, yang kemudian melahirkan pemikiran bahwa
pemberdayaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam
Berdarah Dengue yang berskala nasional maupun lokal adalah
ditingkatkannya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat (WHO, 2003).
Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi
Indonesia Sehat 2010, yaitu masa depan dimana bangsa Indonesia hidup
dalam lingkungan sehat, penduduk berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, sehingga
memilki derajat kesehatan yang optimal. Dengan visi ini pembangunan
kesehatan dilandaskan pada paradigma sehat. Paradigma sehat tersebut
dijabarkan dan dioperasionalkan dalam bentuk Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) yaitu dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat
(Dinkes Propinsi jawa Tengah,2006).
Departemen Kesehatan selama ini telah melakukan berbagai upaya
dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Awalnya
strategi pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah pemberantasan
nyamuk Aedes aegypti melalui pengasapan, kemudian strategi ditambah
dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air.
Namun demikian kedua metode tersebut belum berhasil dan memuaskan. Saat
ini Depkes mengembangkan metode pencegahan penyakit Demam Berdarah
untuk mengubah dengan melibatkan serta masyarakat dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) oleh masyarakat secara rutin, serentak dan
berkesinambungan. Metode ini dipandang sangat efektif dan relatif lebih
murah dibandingkan dengan metode terdahulu. Pencegahan Demam Berdarah
yang dianjurkan kepada keluarga atau masyarakat adalah dengan cara
melakukan kegiatan 3 M plus yaitu menutup tempat penampungan air,
menguras bak mandi, menabur larvasida di tempat penampungan air,
mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan di sekitar
rumah, serta cara lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk Aedes
agypti menggunakan kelambu waktu tidur, dan memakai obat anti nyamuk.
(Depkes, 2003). Untuk melakukan pencegahan penyakit DBD yang paling
penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor
utama. Oleh karena nyamuk tersebut hidup di dalam dan sekitar rumah
penduduk, maka pengetahuan masyarakat dalam pencegahan sangat
menentukan keberhasilannya.Cara pencegahan yang disarankan kepada
masyarakat adalah programpemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara
fisik maupun kimia. (DepKes RI, 2002).

Merokok merupakan kebiasaan buruk yang banyak sekali akibat


buruknya bagi tubuh perokok maupun orang yang berada disekitar perokok
(perokok pasif) yang menjadi masalah kesehatan dimasyarakat sampai saat
ini.dengan persepsi oleh perokok yang bermacam-macam padahal telah jelas
akibat bagi organ-organ tubuh seperti jalan pernafasan, paru, jantung, ginjal
dan mata.Pengetahuan masyarakat yang kurang akan bahaya merokok
berpengaruh terhadap tingkat kebiasaan merokok pada masyarakat yang cukup
tinggi.
Stunting (tubuh pendek) didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang
pendek atau sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median
berdasarkan tinggi badan menurut usia. Stunting menggambarkan suatu
keadaan malnutrisi yang kronis dan anak memerlukan waktu untuk
berkembang serta pulih kembali munuju keadaan tinggi badan anak yang
normal menurut usianya (Gibney et al, 2009). Stunting dianggap sebagai suatu
gangguan pertumbuhan irreversibel yang sebagian besar dipengaruhi oleh
asupan nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari
pertama kehidupan (WHO, 2014).
Menurut WHO pada tahun 2025 jumlah balita stunting harus turun
40% di seluruh dunia (WHO, 2014). Data WHO pada tahun 2016 prevalensi
stunting di dunia pada usia di bawah lima tahun sekitar 22,9%. Wilayah benua
Asia prevalensi balita stunting pada tahun 2016 sebesar 56% yaitu 34,1% di
Asia Selatan dan 25,8% di Asia Tenggara, sedangkan prevalensi stunting
untuk wilayah benua Afrika sebesar 38% (WHO, 2017). Masalah gizi adalah
gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan karena tidak
seimbangnya pemenuhan kebutuhan zat gizi yang diperoleh dari makanan
yang dikonsumsi. Masalah gizi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu masalah
gizi kurang dan masalah gizi lebih 2 (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Gizi
kurang pada balita masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai
negara, termasuk Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Stunting atau
pendek merupakan salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat
ini. Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan
tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Penyebab balita mengalami stunting antara lain; kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan dan setelah melahirkan, terbatasnya layanan kesehatan untuk Ibu
selama masa kehamilan, makanan bergizi di Indonesia tergolong mahal,
kurangnya akses air bersih dan sanitasi, dan balita tidak mendapatkan ASI
eksklusif. Keadaan status stunting dapat dilihat atau dihitung menggunakan
perhitungan z-score. Perhitungan z-score dihitung menggunakan simpangan
berat badan atau tinggi badan dari nilai berat badan normal dan dilihat ambang
batas status stunting. Resiko kejadian stunting dapat dipengaruhi oleh kondisi
kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat masa kehamilan. Selain itu, faktor
lain yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan
terlalu dekat, usia ibu yang masih muda, serta asupan nutrisi yang kurang pada
masa kehamilan (Kemendesa, 2017).
Berdasarkan data yang kami peroleh dari Mahasiswa Universitas
Perintis Indonesia di Kenagarian Aur duri Surantih Kampung Koto Baru
didapatkan mengenai PHBS yang bermasalah pada saat kami menyebarkan
kuesioner adalah sebanyak 50 KK mengenai pengetahuan PHBS pada
pernyataan pada kusioner salah satu manfaat cuci tangan adalah mencegah
penularan penyakit seperti diare, tifus, dan cacingan menjawab “Salah”
sebanyak 19 keluarga dengan persentase 27,1%, mengenai melakukan 3 M
setiap 1 minggu masyarakata menjawab kadang-kadang sebanyak 3 orang
dengan persentase 32,9% dan 54 % Masyarakat kadang-kadang melakukan
aktifitas fisik selama 30 menit. 56 % mengatakan Merokok dalam rumah tidak
berdampak terhadap Kesehatan.Pada pernyataan pengetahuan tentang stunting
tindakan/prilaku masyarakat tentang stunting Tidak Baik dengan frekuensi 48
%. Perilaku yang beresiko akan menyebkan tingkat kejadian suatu penyakit
akan meningkat termasuk angka stunting diantara perilaku tersebut adalah
kuarangnya rasa keingintahuan tentang stunting.
Berdasarkan data yang kami peroleh maka kami akan melakukan
penyuluhan tentang Manfaat mencuci tangan dan edukasi tentang waktu kapan
saja yang dianjurkan mencuci tangan dengan sabun dan air menggalir,
penyuluhan dan edukasi tentang 3M, Penyuluhan bahaya merokok dan
penyuluhan tentang stunting.

B. RENCANA KEGIATAN
a. Masalah Keperawatan
Prilaku cenderung beresiko (D. 0099)
b. Tujuan Umun
a. Untuk pengetahuan masyarakat tentang penyakit Diare dengan upaya
pencegahan Diare dengan Cuci Tangan
b. Untuk pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dengan upaya
pencegahan DBD dengan cara 3 M
c. Untuk Pengetahuan tentang Dampak merokok
d. Untuk pengetahuan masyarakat tentang penyakit Stunting dengan
upaya pencegahan Stunting

c. Tujuan Khusus
a. 6 Langkah Cuci Tangan
1) Menjelaskan Pengertian dan pengenalan 6 langkah cuci tangan
2) Menjelaskan Tujuan Mencuci Tangan
3) Menjelaskan manfaat Mencuci Tangan
4) Menjelakan Waktu atau Momen yang menyangkut Mencuci
Tangan
5) Mendemontariskan 6 Langkah Cuci Tangan
b. 3 M
a) Menjelaskan pengetian 3 M
b) Menjelaskan pengertian gerakan 3 M
c) Tujuan 3 M
d) Menjelaskan dampak
e) Manfaat 3 M
f) Mendemonstrasikan 3 M

c. BAHAYA MEROKOK

a) Pengertian merokok
b) Zat-zat yang terkandung dalam rokok
c) Dampak Asap Rokok
d) Dampak Buruk Bagi Perokok Aktif dan Pasif
e) Tips agar terhindar dari asap rokok

d. Stunting
1) Menjelaskan pengetian Stunting
2) Menjelaskan ciri-ciri stunting
3) Menjelaskan penyebab stunting
4) Menjelaskan Dampak Stunting
5) Menjelaskan Pencegahan stunting
C. SRATEGI PELAKSANAAN
a) Topik : Penyuluhan Cuci Tangan,3M,Penyuluhan
Bahaya Merokok,Stanting
b) Waktu dan tempat : Di Kampung Koto Baru,Rabu 29 Maret 2023
c) Sasaran dan target : masyarakat kenagarian Aur Duri Surantih
Kampung Koto Baru
d) Metode : Ceramah dan mendemonstrasikan video dan
Tanya jawab
e) Media : Power Point, Leflet

f) Kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Pelaksana


1. 5 menit Pendahuluan
1. Mengucapkan salam 1.Menjawab salam Moderator
pembuka
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
beserta tim
3. Menjelaskan kontrak 3. Memperhatikan
waktu dan tujuan
penyuluhan
4. Menjelaskan mekanisme 4. Memperhatikan
diskusi
5. Menjelaskan topik yang 5. Memperhatikan
akan diberikan
2. 30 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan tentang M Memperhatikan Penyaji
pengertian Cuci Tangan
2. Menjelaskan tentang
Gerakan Mencuci
Tangan Memperhatikan
3. Menjelaskan Tujuan
Cuci Tangan
4. Menjelaskan Dampak
tidak melakukan Memperhatikan
Mencuci Tangan
5. Menjelaskan Manfaat Memperhatikan
Cuci Tangan
6. Memberi kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya
7. Menjelaskan tentang
pengertian 3M
8. Menjelaskan tentang
Gerakan 3M
9. Menjelaskan Tujuan 3M
10. Menjelaskan Dampak
tidak melakukan
gerakan 3M
11. Menjelaskan Manfaat
3M
12. Memberi kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya
13. Menjelaskan Pengertian
merokok
14. Zat-zat yang terkandung
dalam rokok
15. Dampak Asap rokok
16. Dampak Buruk Bagi
Perokok Aktif dan Pasif
17. Tips Agar Terhindar dari
Asap Rokok
18. Menjelaskan tentang
Pengertian Stunting
19. Menjelaskan ciri-ciri
stunting
20. Menjelaskan penyebab
stunting
21. Menjelaskan Dampak
Stunting
22. Menjelaskan tentang
Penceghan Stunting.

3. 5 menit Evaluasi
1. Menanyakan kepada Menjawab Moderator
peserta tentang materi
yang telah diberikan
2. Meminta peserta untuk Menjawab
mengulang jawaban
yang di berikan
4. 5 menit Penutup Moderator
1. Menegaskan kesimpulan 1. Menjawab
dari topik yang sudah
dibahas sebelumnya
2. Mengucapkan terima 2. Mengucapkan
kasih atas waktu dan kembali
perhatian peserta terimakasih
3. Mengucapkan salam kepada siswa
penutup yang telah
4. Membagikan leaflet memberi
penyuluhan
3. Menjawab salam
4. Menerima

g) Pengorganisasian kelompok ( nama beserta tugasnya )


a) Leader (Ketua pelaksana)
Nama : Andri dedi
Tugas : Memimpin kegitaan

b) Co Leader (Wakil ketua pelaksana)


Nama : Sriwarnida
Tugas : membantu ketua dalam memimpin

c) Fasilitator
Nama : Alni Devi Roza,Rini Endriani
Tugas : Mengatur jalannya kegiatan penyuluhan

d) Observer
Nama : Priani Anggelina Anggara
Tugas : memantau keadaan

h. Setting tempat

Keterangan :

Leader :
Co Leader :

Fasilitaor :

Observer :

Peserta :

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerja
sama dengan bidan desa,Kepala Kampung
 Pengorganisasian dilakukan 1 minggu sebelum pelaksanaan
penyuluhan.
 Kontrak waktu penyuluhan dilakukan saat pelaksanaan penyuluhan
kesehatan dan ditindak lanjuti 15 menit sebelum acara dimulai
 Media yang digunakan sudah siap sebelum acara penyuluhan
dimulai.
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan penyaji.
 Peserta tidak meninggalkan acara selama penyuluhan berlangsung
atau meninggalkan acara dengan ijin kepada panitia.
 Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
 Penyuluhan berjalan sesuai rencana.
3. Evaluasi Hasil
Peserta memahami materi yang telah disampaikan.
a. Mencuci Tangan
 Mampau Menjelaskan pengetian Mencuci Tangan
 Mampau Menjelaskan pengertian gerakan 6 Langkah Cuci
tangan
 Mampau menyebutkan tujuan Mencuci Tangan
 Mampau menyebutkan Menjelaskan dampak tidak mencuci
tangan
 Mampau menyebutkan Manfaat Mencuci Tangan
 Mampu Mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan

b. 3 M
 Mampau Menjelaskan pengetian 3M
 Mampau Menjelaskan pengertian gerakan 3 M
 Mampu Tmenyebutkanujuan 3 M
 Mampu menyebutkan Menjelaskan dampak
 Mampu menyebutkan Manfaat 3 M
 Mampu Mendemonstrasikan
c. Bahaya merokok
 Mampu menjelaskan Pengertian merokok
 Menjelaskan Zat-zat yang terkandung dalam rokok
 Dampak Asap Rokok
 Dampak Buruk Bagi Perokok Aktif dan Pasif
 Tips agar terhindar dari asap rokok
d. Stunting
 Mampau Menjelaskan Pengertian dan pengenalan Stunting
 Menjelaskan ciri-ciri stunting
 Menjelaskan Penyebab Stuntig
 Menjelaskan Dampak Stunting
 Menjelaskan Penceghan Stunting

E. LAMPIRAN MATERI
a. Kegiatan dan tahap Pertemuan : Penyuluhan
b. Materi : Penyuluhan Cuci tangan
(Demonstrasikan 6 langkah cuci tangan),3 M dan Penyuluhan Bahaya
Merokok dan Penyuluhan Stunting
MATERI CUCI TANGAN

A. Pengertian

Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan


dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat yang sesuai dan dibilas
dengan air dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin
juga mengungkapkan bahwa cuci tangan adalah satu satunya prosedur
terpenting dalam pengendalian infeksi nosokomial.

Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang selalu
digaungkan sejak lama untuk menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi
adalah mencuci tangan. Perilaku ini seharusnya menjadi kebiasaan yang
sangat baik, karena selain untuk menjaga kesehatan dan kebersihan, agama
juga mengajarkannya.

Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan


membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau
hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Potter (2015) menjelaskan
bahwa cuci tangan adalah aktifitas membersihkan tangan dengan cara
menggosok dan menggunakan sabun serta membilasnya pada air yang
mengalir. Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan
dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat yang sesuai dan dibilas
dengan air dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin
juga mengungkapkan bahwa cuci tangan (juga dianggap hygiene tangan)
adalah satu satunya prosedur terpenting dalam pengendalian infeksi
nosokomial (Potter, 2015).

B. Tujuan

Tujuan mencuci tangan menurut Depkes RI (2008) adalah salah satu


unsur pencegahan penularan infeksi. Menurut Kristia (2014) mencegah
kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu
penyakit atau perpindahan kuman.

C. Manfaat cuci tangan


Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikkan secara tepat
dan benar dapat mencegah berjangkitnya beberapa penyakit. Mencuci tangan
dapat mengurangi risiko penularan berbagai penyakit termasuk flu burung,
cacingan, influenza, hepatitis A, dan diare terutama pada bayi dan balita. Anak
yang mencuci tangan tanpa menggunakan sabun berisiko 30 kali lebih besar
terkena penyakit tipoid, dan yang terkena penyakit tipoid kemudian tidak
pernah atau jarang mencuci tangan menggunakan sabun, maka akan berisiko
mengalami penyakit tipoid empat kali lebih parah daripada yang terbiasa
mencuci tangan menggunakan sabun. Selain itu, manfaat positif lain dari
mencuci tangan adalah tangan menjadi bersih dan wangi (Kemenkes, 2016).

Menurut Maryunani (2013) dari mencuci tangan kita akan


mendapatkan manfaat yaitu: a. Membunuh kuman penyakit yang ada di
tangan. b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, desentri, typus,
kecacingan, penyakit kulit, ISPA, flu burung. c. Mencegah terjadinya
keracunan makanan karena tangan penjamah telah memegang bahan kimia. d.
Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

D. Indikasi cuci tangan

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013)


adalah:

1. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang,


berkebun dll)
2. Setelah Buang Air Besar (BAB)
3. Sebelum memegang makanan 9
4. Setelah bersin, batuk, membuang ingus
5. Setelah pulang dari bepergian
6. Setelah bermain

E. Cuci tangan enam langkah dengan hand rub atau hand sanitizer

Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan


cairan berbasis alkohol, dilakukan sesuai lima waktu. Peralatan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan hand-rub hanya cairan berbasis alkohol
sebanyak 2-3 ml. Prosedur cuci tangan hand-rub sebagai berikut (WHO,
2009):

Sumber: WHO, 2009 Gambar

1. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan


2. Cairan berbasis alkohol ke telapak tangan 2-3 ml. 10
3. Melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan hand sanitizer dengan
kedua telapak tangan.
4. Kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.
5. Bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.
6. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
7. Membersihkan ibu jari secara bergantian.
Posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan telapak
tangan secara bergantian. Lakukan semua prosedur diatas selama 20-30 detik.

MATERI 3 M
A. PENGERTIAN
3M merupakan kegiatan pokok dalam upaya PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk), dan inilah gerakan satu-satunya yang paling efektif dalam
pemberantasan Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue).

B. GERAKAN 3M PLUS
3M Sebagai berikut;
1. Menguras
Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampuangan air, seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air
minum, dan penampungan air lemari es.
2. Menutup
Menutup rapat-rapat sejumlah tempat penampungan air seperti drum,
kendi, toren air, dan lain-lain.
3. Menimbun
Timbun kaleng atau wadah kosong yang berisi air kedalam tanah,agar
nyamuk tidak menemukan tempat untuk bertelur.
Sedangkan yang dimaksud dengan Plus adalah kegiatan pencegahan
tambahan, seperti;
 Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan

 Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk

 Menggunakan kelambu saat tidur

 Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk

 Menanam tanaman pengusir nyamuk

 Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah

 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang


bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.

C. TUJUAN
1. Untuk mencegah Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Untuk mencegah berkembangnya nyamuk
3. Agar terhindar dari gigitan nyamuk

D. DAMPAK TIDAK MELAKUKAN GERAKAN 3M PLUS


1. Penyakit DBD mudah tersebar
2.   Masyarakat mudah terserang penyakit DBD
3.    nyamuk dapat berkembang biak dengan pesat 

E. MANFAAT GERAKAN 3M
 jentik nyamuk yang akan menjadi nyamuk dapat dibasmi
 sarang tempat nyamuk dewasa (betina) untuk bertelur tidak ada lagi
nyamuk dewasa yang akan melanjutkan keturunan sudah dibasmi
F. UPAYA PENCEGAHAN
Upaya pencegahan tambahan seperti berikut:

 Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk


 Menggunakan obat anti nyamuk
 Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
 Gotong Royong membersihkan lingkungan
 Periksa tempat-tempat penampungan air
 Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup
 Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras
 Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
 Menanam tanaman pengusir nyamuk

MATERI BAHAYA MEROKOK

A. Pengertian Merokok
Merokok adalah menghisap zat-zat yang dapat menimbulkan
gangguan pada organ tubuh.

B. Zat-zat yang terkandung dalam rokok


1. Nikotin
Nikotin itu sendiri apabila diisap akan merangsang keluarnya hormone
adrenalin dan horman non adrenalin, yaitu hormon yang mengakibatkan
naiknya frekuensi denyut jantung dengan sendirinya akan menaikkan
kebutuhan energi.
2. Tar
Cairan kental berwarna coklat tua atau hitam didapattkan dengan cara
distilasi kayu dan arang juga dari getah tembakau. Zat inilah yang
menyebabkan kanker paru-paru. Zat berbahaya ini berupa kotoran pekat
yang dapat menyumbat dan mengiritasi paru-paru dan sistem
pernapasan sehingga menyebabkan penyakit bronchitis kronis,
emfisema, dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kanker paru-
paru.
C. Dampak Asap Rokok
Sering menghirup asap rokok ,dapat meningkatkan resiko terkena kanker
paru-paru sebanyak 20-30%.Berikut ini adalah dampak dari asap rokok bagi
kesehatan :
1. Penyakit Paru
Paparan asap rokok dapat membahayakan kondisi paru-paru, terutama
bagi mereka yang memiliki asma atau penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Kondisi paru dapat semakin memburuk, dan penderita semakin
sesak atau kesulitan bernapas. Tidak hanya bagi mereka yang sudah
memiliki penyakit ini, namun perokok pasif juga dapat menderita
penyakit paru walaupun awalnya sehat-sehat saja.
2. Penyakit jantung
Perokok pasif memiliki risiko penyakit jantung dan serangan jantung.
Karena terjadi kerusakan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
asap rokok. Demi menjaga kesehatan jantung, sebaiknya hindari asap
rokok di sekitar Anda.
3. Kanker
Salah satu faktor risiko kanker paru adalah perokok pasif. Selain itu,
benzena yang terkandung di dalam asap rokok juga dapat meningkatkan
risiko leukimia. Berdasarkan 55 studi observasi, perokok pasif
ditemukan berhubungan dengan peningkatan risiko kanker paru.
4. Gangguan Kesuburan
Bahaya perokok pasif lainnya adalah masalah infertilitas. Zat-zat
berbahaya di dalam rokok dapat memengaruhi hormon, sehingga
mengganggu kesuburan. Selain itu, asap rokok juga dapat memengaruhi
kualitas sperma dan menyebabkan impotensi.
5. Kelainan Saat Hamil
Bahaya rokok bagi perokok pasif, khususnya ibu hamil, ialah gangguan
pada kehamilan. Menghirup asap rokok meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan anggur atau bahkan kehamilan di luar rahim.
6. Meningkatkan Risiko Alergi pada Anak
Sejumlah penelitian telah menunjukkan, ada hubungan kuat antara
perokok pasif dengan tingkat kejadian asma pada anak.Tidak hanya
asma, penyakit alergi lain seperti rhinitis alergi juga diduga berkaitan,
namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
7.  Berat Badan Lahir Rendah
Efek buruk akibat jadi perokok pasif pada ibu hamil selanjutnya ialah
berat badan lahir rendah pada bayi. Hal ini menunjukkan betapa
berbahayanya asap rokok bagi kesehatan dan perkembangan janin.Berat
badan bayi yang rendah ini nantinya akan membuat bayi lebih rentan
terkena berbagai masalah kesehatan di kemudian hari.
8.  Persalinan Prematur
Kelahiran prematur yaitu persalinan kurang bulan ketika bayi belum
cukup matang untuk dilahirkan. Persalinan ini dapat berujung pada
kematian bayi. Diperkirakan setiap tahun terdapat 1,2 juta kematian bayi
prematur akibat asap rokok.
9.  Gangguan Perkembangan Janin
Bahaya asap rokok bagi perokok pasif juga meliputi gangguan
perkembangan paru, jantung, sistem pencernaan, dan saraf pusat pada
bayi, serta timbulnya masalah perilaku dan pembelajaran di kemudian
hari. Oleh karena itu, ibu hamil harus menghindari asap rokok ataupun
residunya.
10.  Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Kondisi ini merupakan kematian akibat penyakit yang berhubungan
dengan asap rokok. Berdasarkan data WHO, sekitar 65.000 anak
meninggal setiap tahunnya akibat menjadi perokok pasif.
11. Mudah Kena Infeksi Karena Imunitas Menurun
Risiko ini cukup mengkhawatirkan. Hampir 50 persen anak-anak rutin
menghirup asap rokok, misalnya dari polusi udara atau bahkan rokok
orang tua. Mereka akan memiliki kecenderungan mudah terinfeksi
akibat daya tahan tubuh yang rendah. Beberapa contoh infeksinya antara
lain bronkitis, pneumonia, dan infeksi telinga tengah.

D. Dampak Buruk Bagi Perokok Aktif dan Pasif

Selain penyakit kanker, terdapat beberapa dampak buruk lainnya yang


mungkin terjadi kepada para perokok aktif maupun pasif, di antaranya adalah:

1. Penyakit paru-paru kronis

2. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut

3. Menyebabkan stroke dan serangan jantung

4. Tulang mudah patah

5. Gangguan pada mata, salah satunya seperti katarak

6. Menyebabkan kanker leher rahim dan keguguran pada wanita

7. Menyebabkan kerontokan rambut.

E. Tips Agar Terhindar dari Asap Rokok

Agar tidak menjadi perokok pasif, berikut ini adalah beberapa cara
yang bisa Anda lakukan :

 Mengingatkan dengan sopan saat melihat perokok yang merokok di


sembarang tempat.
 Menghindari berkumpul dengan perokok dan lebih baik mencari tempat
yang memiliki udara segar serta terbebas dari asap rokok.

 Melarang orang merokok di dalam rumah agar Anda dan anggota


keluarga yang tidak merokok terbebas dari paparan asap rokok.

 Memilih ruangan bebas asap rokok saat berada di tempat umum, seperti
warung, kafe, atau kantor.

 Menggunakan masker saat keluar rumah untuk mengurangi paparan


asap rokok.

MATERI STUNTING

A. Pengertian Stunting
Stunting atau pendek adalah status gizi yang ditandai dengan gangguan
pertumbuhan (pendek) berdasarkan parameter atropetri tinggi badan yaitu
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U). Hasil pengukuran berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD
sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3 SD (sangat pendek/severely
stunted). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan zat gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Stunting merupakan dampak dari berbagai faktor seperti berat lahir
yang rendah, stimulasi dan pengasuhan anak kurang tepat, asupan nutrisi
kurang, dan infeksi berulang serta berbagai faktor lingkungan lainnya.
Stunting terjadi dimulai dari janin dalam kandungan serta akan nampak saat
anak berusia dua tahun. Kekurangan zat gizi pada anak usia dini dapat
meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya
mudah terserang penyakit, dan akan memiliki postur tubuh tidak maksimal
saat dewasa.

B. Faktor Penyebab Stunting


Menurut BAPPENAS (2013), stunting pada anak disebabkan oleh
banyak faktor, yang terdiri dari faktor langsung maupun tidak langsung.
Adapun faktor-faktor penyebab stunting adalah sebagai berikut:
1. Asupan gizi balita

Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk


pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan
masa saat balita akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar.
Balita yang mengalami kekurangan gizi sebelumnya masih dapat
diperbaiki dengan asupan yang baik sehingga dapat melakukan tumbuh
kejar sesuai dengan perkembangannya.

2. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab
langsung stunting. Anak balita dengan kurang gizi akan lebih mudah
terkena penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang sering diderita balita
seperti cacingan, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), diare dan
infeksi lainnya sangat erat hubungannya dengan status mutu pelayanan
kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan
perilaku sehat.
3. Faktor ibu

Faktor ibu dapat dikarenakan nutrisi yang buruk selama


prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi
perawakan ibu seperti usia ibu terlalu muda atau terlalu tua, pendek,
infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa, BBLR, IUGR dan persalinan
prematur, jarak persalinan yang dekat, dan hipertensi.

4. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil proses
pertumbuhan. Melalui genetik yang berada di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Hal ini
ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang.
5. Pemberian ASI Eksklusif 

Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi Delay


ed Initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif dan penghentian dini konsu
msi ASI. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pembe
rian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama untuk mencapai tumbuh kemba
ng optimal. Setelah enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yan
g adekuat sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan. Menyusui yan
g berkelanjutan selama dua tahun memberikan kontribusi signifikan terha
dap asupan nutrisi penting pada bayi.

6. Ketersediaan pangan 

Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada kurang


nya pemenuhan asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri. Rata-rata asupa
n kalori dan protein anak balita di Indonesia masih di bawah Angka Kecu
kupan Gizi (AKG) yang dapat mengakibatkan balita perempuan dan balita
laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing 6,7 c
m dan 7,3 cm lebih pendek dari pada standar rujukan WHO.

7. Faktor sosial ekonomi 

Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak yang s


ignifikan terhadap kemungkinan anak menjadi kurus dan pendek. Statu
s ekonomi keluarga yang rendah akan mempengaruhi pemilihan makan
an yang dikonsumsinya sehingga biasanya menjadi kurang bervariasi d
an sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk
pertumbuhan anak seperti sumber protein, vitamin, dan mineral, sehing
ga meningkatkan risiko kurang gizi.

8. Tingkat Pendidikan

Pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi pola asuh dan


perawatan anak. Selain itu juga berpengaruh dalam pemilihan dan cara
penyajian makanan yang akan dikonsumsi oleh anaknya. Penyediaan
bahan dan menu makan yang tepat untuk balita dalam upaya
peningkatan status gizi akan dapat terwujud bila ibu mempunyai
tingkat pengetahuan gizi yang baik. Ibu dengan pendidikan rendah
antara lain akan sulit menyerap informasi gizi sehingga anak dapat
berisiko mengalami stunting.

9. Pengetahuan gizi ibu

Pengetahuan gizi yang rendah dapat menghambat usaha


perbaikan gizi yang baik pada keluarga maupun masyarakat sadar gizi
artinya tidak hanya mengetahui gizi tetapi harus mengerti dan mau
berbuat. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang
kebutuhan akan zat-zat gizi berpengaruh terhadap jumlah dan jenis
bahan makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi merupakan salah
satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan
status gizi. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan memperhatikan
kebutuhan gizi anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.

10. Faktor lingkungan

Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh stimulasi dan


aktivitas yang tidak adekuat, penerapan asuhan yang buruk,
ketidakamanan pangan, alokasi pangan yang tidak tepat, rendahnya
edukasi pengasuh. Anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang
tidak memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik berisiko mengalami
stunting.

C. Pencegahan Stunting 

Menurut Millennium Challenge Account (2014), stunting dapat dicega


h dengan menggunakan beberapa upaya, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu hamil. Ibu hamil perlu mendapatkan makan
an yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi), dan terpantau keseh
atannya.
2. ASI ekslusif sampai dengan usia 6 bulan dan setelah usia 6 bulan diberikan ma
kanan pendamping ASI (MP ASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. 
3. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya strategis untuk
mendeteksi terjadinya gangguan pertumbuhan. 
4. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga ke
bersihan lingkungan. Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan akan me
micu gangguan saluran pencernaan yang membuat energi untuk pertumbuhan
akan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi. Semakin lama
menderita infeksi maka resiko stunting akan semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (R. Cipta,


Ed.)
(Edisi Revi). jakarta.

Azizah, Shaluhiyah, & Syamsul. (2013). Beberapa Faktor yang Berhubungan


Dengan
Perilaku PSN (3M Plus) Sebagai Upaya Pencegahan DBD Pada Masyarakat
Kelurahan Sendangmulyo Semarang. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Azam, (2017). Hubungan Pengetahuan dan Status Sosial Ekonomi Terhadap
Upaya
Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pajaresuk Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu. Retrieved from
http://digilib.unila.ac.id/55265/

Apriana, W. (2015). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Remaja


Di Yogyakarta, 2–3. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Ambarwati, D. (2016). Hubungan Tingkat Kecukupan Energi, Protein, Serat,


dan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh Mahasiswi Universitas
Muhammadiyah Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Arovah, N.I. (2012). Status Kegemukan, Pola Makan, Tingkat Aktivitas Fisik
Dan Penyakit Degeneratif Dosen Dan Karyawan Universitas Negeri Yogyakarta.
Jurnal Medikora Vol. VIII, No 2 April 2012.

Ariayani, Ayu. p. (2017). Ilmu Gizi. Yogyakarta : Nuha Medika.

rihono, dkk. 2015. Pendek (stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. J


akarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan. 

World Health Organization. 2006. WHO Child Growth Standards: length/hei


ght for age, weight for age, weight for lenght, weight for height and bodymass index
for age. Geneva: Departement of Nutrition for Health and Development.

UNICEF. 2013. Improving Child Nutrition: The achievable imperative for glo
bal.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat Data d
an Infomasi KEMENKES RI.

Dampak Asap Rokok

Sering menghirup asap rokok, dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-
paru sebanyak 20-30%. Berikut ini adalah dampak dari asap rokok bagi kesehatan :
1.      Penyakit Paru

Paparan asap rokok dapat membahayakan kondisi paru-paru, terutama bagi mereka
yang memiliki asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Kondisi paru dapat
semakin memburuk, dan penderita semakin sesak atau kesulitan bernapas. Tidak
hanya bagi mereka yang sudah memiliki penyakit ini, namun perokok pasif juga dapat
menderita penyakit paru walaupun awalnya sehat-sehat saja.

2.      Penyakit Jantung

Perokok pasif memiliki risiko penyakit jantung dan serangan jantung. Karena terjadi
kerusakan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh asap rokok. Demi menjaga
kesehatan jantung, sebaiknya hindari asap rokok di sekitar Anda.

3.      Kanker

Salah satu faktor risiko kanker paru adalah perokok pasif. Selain itu, benzena yang
terkandung di dalam asap rokok juga dapat meningkatkan risiko leukimia.
Berdasarkan 55 studi observasi, perokok pasif ditemukan berhubungan dengan
peningkatan risiko kanker paru.

4.      Gangguan Kesuburan

Bahaya perokok pasif lainnya adalah masalah infertilitas. Zat-zat berbahaya di dalam
rokok dapat memengaruhi hormon, sehingga mengganggu kesuburan. Selain itu, asap
rokok juga dapat memengaruhi kualitas sperma dan menyebabkan impotensi.

5.      Kelainan Saat Hamil

Bahaya rokok bagi perokok pasif, khususnya ibu hamil, ialah gangguan pada
kehamilan. Menghirup asap rokok meningkatkan risiko terjadinya kehamilan
anggur atau bahkan kehamilan di luar rahim.

6.      Meningkatkan Risiko Alergi pada Anak

Sejumlah penelitian telah menunjukkan, ada hubungan kuat antara perokok pasif
dengan tingkat kejadian asma pada anak.

Tidak hanya asma, penyakit alergi lain seperti rhinitis alergi juga diduga berkaitan,
namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

7.      Berat Badan Lahir Rendah

Efek buruk akibat jadi perokok pasif pada ibu hamil selanjutnya ialah berat badan
lahir rendah pada bayi. Hal ini menunjukkan betapa berbahayanya asap rokok bagi
kesehatan dan perkembangan janin.

Berat badan bayi yang rendah ini nantinya akan membuat bayi lebih rentan terkena
berbagai masalah kesehatan di kemudian hari.
8.      Persalinan Prematur

Kelahiran prematur yaitu persalinan kurang bulan ketika bayi belum cukup matang
untuk dilahirkan. Persalinan ini dapat berujung pada kematian bayi. Diperkirakan
setiap tahun terdapat 1,2 juta kematian bayi prematur akibat asap rokok.

9.      Gangguan Perkembangan Janin

Bahaya asap rokok bagi perokok pasif juga meliputi gangguan perkembangan paru,
jantung, sistem pencernaan, dan saraf pusat pada bayi, serta timbulnya masalah
perilaku dan pembelajaran di kemudian hari. Oleh karena itu, ibu hamil harus
menghindari asap rokok ataupun residunya.

10.   Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Kondisi ini merupakan kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan asap
rokok. Berdasarkan data WHO, sekitar 65.000 anak meninggal setiap tahunnya akibat
menjadi perokok pasif.

11.   Mudah Kena Infeksi Karena Imunitas Menurun

Risiko ini cukup mengkhawatirkan. Hampir 50 persen anak-anak rutin menghirup


asap rokok, misalnya dari polusi udara atau bahkan rokok orang tua. Mereka akan
memiliki kecenderungan mudah terinfeksi akibat daya tahan tubuh yang rendah.
Beberapa contoh infeksinya antara lain bronkitis, pneumonia, dan infeksi
telinga tengah.

Tips Agar Terhindar dari Asap Rokok

Agar tidak menjadi perokok pasif, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda
lakukan :

 Mengingatkan dengan sopan saat melihat perokok yang merokok di sembarang


tempat.
 Menghindari berkumpul dengan perokok dan lebih baik mencari tempat yang
memiliki udara segar serta terbebas dari asap rokok.
 Melarang orang merokok di dalam rumah agar Anda dan anggota keluarga yang
tidak merokok terbebas dari paparan asap rokok.
 Memilih ruangan bebas asap rokok saat berada di tempat umum, seperti warung,
kafe, atau kantor.
 Menggunakan masker saat keluar rumah untuk mengurangi paparan asap rokok.

Perokok aktif ialah dia yang aktif menghisap langsung dari rokok tembakaunya,
sedangkan perokok pasif adalah orang yang berada di sekitar yang terpapar dan secara
tidak sengaja menghirup asap rokok. Meski keduanya sama-sama merugikan
kesehatan, tapi sebagai perokok pasif lebih berbahaya untuk kesehatan. Hal ini
dikarenakan seseorang yang merokok hanya sebagian kecil saja asap yang masuk ke
tubuh dan paru-paru. Sementara asap sisanya yang dihembuskan, terbang ke udara
dan bisa secara langsung terhirup oleh orang lain selaku perokok pasif. Menurut
WHO, sekitar 1,2 juta manusia meninggal setiap tahunnya akibat asap rokok
walaupun tidak merokok. Terdapat setidaknya 7.000 zat kimia pada asap rokok,
minimal 250 di antaranya diketahui merugikan kesehatan. Partikel-partikel berbahaya
di dalam rokok dapat bertahan di udara selama beberapa jam atau lebih lama. Bukan
hanya asap yang menjadi fokus bahaya, tetapi residu yang menetap pada rambut,
pakaian, karpet, ataupun sofa juga memiliki risiko bahaya asap rokok bagi perokok
pasif, terutama anak-anak. Bahaya rokok bagi kesehatan tidak perlu diragukan
lagi.

Dampak Asap Rokok

Sering menghirup asap rokok, dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-
paru sebanyak 20-30%. Berikut ini adalah dampak dari asap rokok bagi kesehatan :

1.      Penyakit Paru

Paparan asap rokok dapat membahayakan kondisi paru-paru, terutama bagi mereka
yang memiliki asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Kondisi paru dapat
semakin memburuk, dan penderita semakin sesak atau kesulitan bernapas. Tidak
hanya bagi mereka yang sudah memiliki penyakit ini, namun perokok pasif juga dapat
menderita penyakit paru walaupun awalnya sehat-sehat saja.

2.      Penyakit Jantung

Perokok pasif memiliki risiko penyakit jantung dan serangan jantung. Karena terjadi
kerusakan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh asap rokok. Demi menjaga
kesehatan jantung, sebaiknya hindari asap rokok di sekitar Anda.

3.      Kanker

Salah satu faktor risiko kanker paru adalah perokok pasif. Selain itu, benzena yang
terkandung di dalam asap rokok juga dapat meningkatkan risiko leukimia.
Berdasarkan 55 studi observasi, perokok pasif ditemukan berhubungan dengan
peningkatan risiko kanker paru.

4.      Gangguan Kesuburan

Bahaya perokok pasif lainnya adalah masalah infertilitas. Zat-zat berbahaya di dalam
rokok dapat memengaruhi hormon, sehingga mengganggu kesuburan. Selain itu, asap
rokok juga dapat memengaruhi kualitas sperma dan menyebabkan impotensi.

5.      Kelainan Saat Hamil

Bahaya rokok bagi perokok pasif, khususnya ibu hamil, ialah gangguan pada
kehamilan. Menghirup asap rokok meningkatkan risiko terjadinya kehamilan
anggur atau bahkan kehamilan di luar rahim.

6.      Meningkatkan Risiko Alergi pada Anak


Sejumlah penelitian telah menunjukkan, ada hubungan kuat antara perokok pasif
dengan tingkat kejadian asma pada anak.

Tidak hanya asma, penyakit alergi lain seperti rhinitis alergi juga diduga berkaitan,
namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

7.      Berat Badan Lahir Rendah

Efek buruk akibat jadi perokok pasif pada ibu hamil selanjutnya ialah berat badan
lahir rendah pada bayi. Hal ini menunjukkan betapa berbahayanya asap rokok bagi
kesehatan dan perkembangan janin.

Berat badan bayi yang rendah ini nantinya akan membuat bayi lebih rentan terkena
berbagai masalah kesehatan di kemudian hari.

8.      Persalinan Prematur

Kelahiran prematur yaitu persalinan kurang bulan ketika bayi belum cukup matang
untuk dilahirkan. Persalinan ini dapat berujung pada kematian bayi. Diperkirakan
setiap tahun terdapat 1,2 juta kematian bayi prematur akibat asap rokok.

9.      Gangguan Perkembangan Janin

Bahaya asap rokok bagi perokok pasif juga meliputi gangguan perkembangan paru,
jantung, sistem pencernaan, dan saraf pusat pada bayi, serta timbulnya masalah
perilaku dan pembelajaran di kemudian hari. Oleh karena itu, ibu hamil harus
menghindari asap rokok ataupun residunya.

10.   Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Kondisi ini merupakan kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan asap
rokok. Berdasarkan data WHO, sekitar 65.000 anak meninggal setiap tahunnya akibat
menjadi perokok pasif.

11.   Mudah Kena Infeksi Karena Imunitas Menurun

Risiko ini cukup mengkhawatirkan. Hampir 50 persen anak-anak rutin menghirup


asap rokok, misalnya dari polusi udara atau bahkan rokok orang tua. Mereka akan
memiliki kecenderungan mudah terinfeksi akibat daya tahan tubuh yang rendah.
Beberapa contoh infeksinya antara lain bronkitis, pneumonia, dan infeksi
telinga tengah.

Tips Agar Terhindar dari Asap Rokok

Agar tidak menjadi perokok pasif, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda
lakukan :

 Mengingatkan dengan sopan saat melihat perokok yang merokok di sembarang


tempat.
 Menghindari berkumpul dengan perokok dan lebih baik mencari tempat yang
memiliki udara segar serta terbebas dari asap rokok.
 Melarang orang merokok di dalam rumah agar Anda dan anggota keluarga yang
tidak merokok terbebas dari paparan asap rokok.
 Memilih ruangan bebas asap rokok saat berada di tempat umum, seperti warung,
kafe, atau kantor.
 Menggunakan masker saat keluar rumah untuk mengurangi paparan asap rokok.

Anda mungkin juga menyukai