Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FAKTOR RISIKO PENYAKIT DIARE

RINI YUNIARTI
NIM : P219015

PROGRAM STUDI D3 SANITASI


POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya sertadorongan dari

semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini denganbaik dan seksama. Makalah

mengenai “ Diare” ini disusun dengan sistematis untukmemenuhi salah satu tugas dari mata kuliah

Ekologi , Program Studi Sanitasi Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Makassar.

Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis

penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat

dibutuhkan untuk penyempurnaanya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk rekan-

rekan yang membaca terkait penyakit Diare.

Makassar , 16 juni 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5tahun) terbesar

didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare sering kali

dianggap sebagai penyakit sepele,padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan

sebaliknya.

Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan

diIndonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebabkematian ke 2

terbesar pada balita.Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih

daritiga kali sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian palingumum

kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun. Diarekondisinya dapat

merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose,Lactose), penyakit dan makana atau

kelebihan Vitamin C dan biasanya disertaisakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana

menurut WHO (1980) diareterbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare

kronik.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan,tingkat

kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4persen. Adapun pada

bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggalkarena kekurangan cairan tubuh.

Diare masih merupakan masalah kesehatan diIndonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah

menurun tajam, tetapi angkamorbiditas masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit diare di
Indonesia jugaterukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru akut) yang selama

inididengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.

Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap

sepelepenanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistemataupun

komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di 2 antaranya adalah

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shockhipovolemia, gangguan berbagai organ

tubuh, dan bila tidak tertangani denganbaik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian

menjadi penting bagiperawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative

yangditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.

Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas danmortalitas

pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutamadinegara-negara berkembang,

jumlah nya mendekati satu dalam lima orang,inimenyebabkan kematian pada anak-anak

melebihi AIDS dan malaria. Hampirsatu triliun dan 2,5 milyar kematian karena diare dalam dua

tahun pertamakehidupan. Diare juga menyebabkan 17% kematian anak balita di

dunia.Tercatat1,8 milyar orang meninggal setiap tahun karena penyakit diare (termasuk

kolera),banyak yang mendapat komplikasi seperti malnutrisi, retardasi pertumbuhan,

dankelainanimun (World Health Organization [WHO], 2009).

Angka prevalensi diare di Indonesiamasih berfluktuasi.Berdasarkan dataRiset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi diare klinis adalah9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%),

tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendahdi D.I. Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi

mempunyai prevalensi diare klinis>9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Banten,NusaTenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi

Tengah,Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua). Sedangkan


menurutdataRiskesdas pada tahun 2013 angka prevalensi mengalami penurunansebesar(3,5%)

untuk semua kelompok umur.

Bila dilihat per kelompok umur insiden diare tertinggi tercatat pada anakumur <1 tahun

yaitu 5,5%.Sedangkan pada umur 1-4 tahun angka insiden diaretercatat sebanyak 5.1%

(Riskesdas, 2013). Sejalan dengan hasil survei morbiditasdiare pada tahun 2010 (Kementerian

Kesehatan [Menkes], Survei morbiditasdiare tahun 2010) angka morbiditas menurut kelompok

umur terbesar adalah 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar

14,43%,kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada 3

kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06%. Kontrol penyakit diare sendiri telahlama diupayakan

oleh pemerintah Indonesia untuk penekanan angka kejadiandiare. Upaya-upaya yang dilakukan

oleh pemerintah seperti adanya program-program penyediaan air bersih dan sanitasi total

berbasis masyarakat.Adanyapromosi pemberian ASI ekslusif sampai enam bulan, termasuk

pendidikankesehatan spesifik dengan tujuan bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakatdan

menurunkan kematian yang disebabkan oleh penyakit diare (DepartemenKesehatan

(Depkes,2013).

B. RumusanMasalah

1. Apa yang dimaksud dengan Diare ?

2. Bagaimana cara penularan serta apa saja faktor resiko dari penyakit Diare ?

3. Apa saja gejala– gejala yang ditimbulkan dari penyakit Diare ?

4. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Diare ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang pengertian Diare


2. Menjelaskan tentang cara penularan serta faktor resiko dari penyakit Diare

3. Mengetahui gejala–gejala yang ditimbulkan dari penyakit Diare

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkandapat berupa

air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali ataulebih) dalam satu hari (Depkes

RI 2011).

Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormaldalam usus.

Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderitadiare setiap tahunnya, dan

20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup dinegara berkembang berhubungan dengan

diare serta dehidrasi. Gangguan diaredapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis),

usus halus (Enteritis),kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong,2008).

Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensicair (mencret)

sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, duakriteria penting harus ada yaitu BAB

cair dan sering, jadi misalnya buang airbesar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut

daire. Begitu jugaapabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam

sehari,maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi padamembran

mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare,muntahmuntah yang berakibat

kehilangan cairan dan elektrolit yangmenimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan

elektrolit (Betz, 2009).


Hidayat (2008) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atauanak Iebih dan

3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atautanpa lendir dan darah yang

berlangsung kurang dan satu minggu. Diaremerupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang

tidak normal atau tidak sepertibiasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume

cairan, danfrekuensi dengan atau tanpa lendir darah.

B. Cara Penularan dan Faktor Resiko

Menurut Bambang dan Nurtjahjo (2011) cara penularan diare padaumumnya melalui

cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yangtercemar oleh enteropatogen, atau

kontak langsung tangan dengan penderita ataubarang-barang yang telah tercemar tinja penderita

atau tidak langsung melaluilalat (melalui 4F = finger, files, fluid, field). Juffrie dan Mulyani (2011).

Faktorresiko yang dapat meningkatan penularan enteropatogen antara lain: tidakmemberikan

ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidakmemadainya penyediaan air

bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya saranakebersihan (MCK), kebersihan lingkungan

dan pribadi yang buruk, penyiapandan penyimpanan makanan yang tidak higenis dan cara

penyapihan yang tidakbaik. Selain hal-hal tersebut beberapa faktor pada penderita dapat

meningkatkankecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk,

imunodefisiensi,berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita

campakdalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.

1. Faktor umur

Sebagian besar episiode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.Insidensi tertinggi

terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikanmakanan pendamping ASI. Pola ini

menggambarkan kombinasi efekpenurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalanmakanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsungdengan tinja

manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.Kebanyakan enteropatogen

merangsang paling tidak sebagian kekebalanmelawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang

membantu menjelaskanmenurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada

orangdewasa.

2. Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsiasimtomatik ini meningkat

setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukanimunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang

mungkin berlangsung beberapahari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau

kistaprotozoayang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting

dalampenyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadariadanya infeksi,

tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satutempat ke tempat yang lain.Escheria

coli dapat menyebabkan bakteremia daninfeksi sistemik pada neonatus. Meskipun

Escheria coli sering ditemukanpada lingkungan ibu dan bayi, belum pernah dilaporkan bahwa

ASI sebagaisumber infeksi Escheria coli (Alan & Mulya, 2013)

3. Faktor musim

Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis.Didaerah sub tropik, diare

karena bakteri lebih sering terjadi pada musimpanas, sedangkan diare karena virus terutama

rotavirus puncaknya terjadipada musim dingin. Didaerah tropik (termasuk indonesia), diare

yangdisebabkan oleh retrovirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatansepanjang

musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderungmeningkat pada musim hujan.

C. Gejala Klinis dari Penyakit Diare


Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun darikuman, akan

terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasuskeracunan makanan, biasanya

gejala diare seperti muntah akan terlihat lebihdominan dibandingkan diarenya sendiri. Demam

juga mungkin menyertai diareyang diakibatkan oleh infeksi. Selain itu, adanya perlukaan di

mukosa usus akanmenyebabkan adanya darah maupun lendir pada tinja sehingga

diperlukanpencegahan diare untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi diare. Nyeri

perut hingga kram perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibatpercepatan gerakan usus

maupun yang melukai mukosa usus.

Selain tanda dan gejala diare, yang penting untuk diperhatikan bila andamengalami diare

adalah untuk mengenali tanda – Tanda kekurangan cairan yangmerupakan salah satu

komplikasi diare yang paling sering terjadi. Pada usiadewasa, gejala kekurangan cairan yang

dapat diamati adalah:

1. Feses berwarna gelap yang mengindikasi adanya darah pada feses

2. Kurang tidur

3. Penurunan berat badan

4. Badan lemah

5. Feses lembek dan cair serta lebih dari 3 kali dalam 24 jam

6. Sakit perut dan kram perut

7. Mual dan muntah

8. Sakit kepala

9. Kehilangan nafsu makan

10. Demam

11. Dehidrasi
12. Darah pada feses

Feses yang dihasilkan banyakPada anak, karena komposisi cairan pada tubuhnya

sangat tinggi, bila terjadikekurangan cairan akan tampak cekung di daerah sekitar mata maupun

ubun– ubun. Selain itu bila dilakukan cubitan kulit di daerah perut, kulit tidak akansegera kembali

seperti semula atau menjadi peyot seperti kulit orang lanjut usia.Anak yang tampak rewel, minum

dengan sangat lahap, menangis namun tidakkeluar air mata, atau tidak kencing selama > 3 jam

juga merupakan tandakekurangan cairan. Bila anak sampai tidak sadar atau nampak sesak dan

sulitbernapas, kekurangan cairan yang terjadi mungkin sudah berat.

Diare adalah penyakit serius jika terjadi pada bayi dan anak Anda. Diare

dapatmenyebabkan dehidrasi serius dan mengakibatkan kondisi yang membahayakan nyawa

pada waktu yang singkat. Anda perlu menghubungi dokter jika Andamelihat gejala-gejala ini pada

anak Anda:

1. Produksi urin menurun

2. Mulut kering

3. Kelelahan

4. Sakit kepala

5. Kulit kering

6. Mengantuk

7. Gelisah dan rewel

D. Pencegahan Penyakit Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapatdilakukan adalah :
1. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanantersedia dalam

bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserapsecara optimal oleh bayi. ASI saja

sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain

yang dibutuhkan selama masaini.

ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susuformula atau cairan lain

yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapatterkontaminasi dalam botol yang kotor.

Pemberian ASI saja, tanpa cairanatau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,

menghindarkan anak daribahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare.

Keadaanseperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).

Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan.Setelah 6 bulan dari

kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambilditambahkan dengan makanan lain

(proses menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanyaantibodi dan zat-zat

lain yang dikandungnya. ASI turut memberikanperlindungan terhadap diare. Pada bayi yang

baru lahir, pemberian ASIsecara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap

diaredaripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal ususbayi yang

disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susuformula, berisiko tinggi

menyebabkan diare yang dapat mengakibatkanterjadinya gizi buruk.

2. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahapmulai dibiasakan

dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberianmakanan pendamping ASI yang baik

meliputi perhatian terhadap kapan, apa,dan bagaimana makanan pendamping ASI


diberikan.Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makananpendamping ASI,

yaitu:

a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapatteruskan

pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anakberumur 9 bulan atau

lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).Setelah anak berumur 1 tahun,

berikan semua makanan yang dimasakdengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan

pemberian ASI bila mungkin.

b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijianuntuk energi.

Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan

dan sayuran berwarna hijau ke dalammakanannya.

c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapianak dengan

sendok yang bersih.

d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingindan

panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral kuman

tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melaluimakanan, minuman atau benda

yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jaritangan, makanan yang wadah atau tempat

makan-minum yang dicuci denganair tercemar.Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan

air yang benar-benarbersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding

denganmasyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.Masyarakat dapat mengurangi risiko

terhadap serangan diare yaitudengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air
tersebut darikontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.Yang harus

diperhatikan oleh keluarga :

a. Ambil air dari sumber air yang bersih

b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayungkhusus untuk

mengambil air.

c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak

d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih) 

e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yangbersih dan cukup.

4. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yangpenting dalam

penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencucitangan dengan sabun, terutama

sesudah buang air besar, sesudah membuangtinja anak, sebelum menyiapkan makanan,

sebelum menyuapi makan anakdan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian

diare (Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%). 

5. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upayapenggunaan jamban

mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risikoterhadap penyakit diare. Keluarga

yang tidak mempunyai jamban harusmembuat jamban dan keluarga harus buang air besar di

jamban.Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapatdipakai oleh seluruh

anggota keluarga.

b. Bersihkan jamban secara teratur.


c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Halini tidak benar

karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja

bayi harus dibuang secara benar.Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkauolehnya.

c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti didalam lubang atau

di kebun kemudian ditimbun.

d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengansabun.

7. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untukmencegah agar

bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campaksering disertai diare,

sehingga pemberian imunisasi campak juga dapatmencegah diare. Oleh karena itu

berilah imunisasi campak segera setelahbayi berumur 9 bulan.

8. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkanmelalui air antara

lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit,penyakit mata, dan berbagai

penyakit lainnya, maka penyediaan air bersihbaik secara kuantitas dan kualitas mutlak

diperlukan dalam memenuhikebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga

kebersihan diri danlingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan

airbersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping ituperilaku hidup

bersih harus tetap dilaksanakan.


9. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor

penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampahdapat mencemari tanah

dan menimbulkan gangguan kenyamanan danestetika seperti bau yang tidak sedap dan

pemandangan yang tidak enakdilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat

penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus

disediakan, sampah harusdikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan

sementara.Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat

pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara di timbun atau

dibakar.

10. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harusdikelola sedemikian

rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.Sarana pembuangan air limbah yang

tidak memenuhi syarat akanmenimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi

tempatperindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensimenularkan

penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yangendemis filaria. Bila ada saluran

pembuangan air limbah di halaman, secararutin harus dibersihkan, agar air limbah dapat

mengalir, sehingga tidakmenimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat

perindukan nyamuk.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkandapat berupa

air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali ataulebih) dalam satu hari yang

dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolityang abnormal dalam usus. Diare juga

didefinisikan sebagai inflamasi padamembran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai

dengan diare,muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yangmenimbulkan

dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.

Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahunsedangkan di

negara berkembang lebih dari itu. WHO memperkirakan ada sekitar4 miliar kasus diare akut

setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahunPenyebab utama disentri di Indonesia adalah

Shigella, Salmonela,Campylobacter jejuni, Escherichia coli,dan

Entamoeba histolytica Disentriberat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery

kadang-kadang dapat jugadisebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan

Enteroinvasive E.coli ( EIEC).


Secara patofisiologi, diare akut dapat dibagi menjadi diare inflamasi dannoninflamasi.

Diare akibat gangguan pada usus besar frekuensinya lebih sering,lebih teratur, dengan volume

yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yangnyeri. Demam dan feses berdarah/mucoid

juga sering terjadi.

Terdapat beberapa pembagian diare:

1. Pembagian diare menurut etiologic

2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan

a. Absorpsi

b. Gangguan sekresi

3. Pembagian diare menurut lamanya diare

a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi noninfeksi

c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu gangguan pada proses absorpsiatau

sekresi. Menurut mekanisme diare maka dikenal: diare akibat gangguanabsorpsi yaitu

volume cairan yang berada di kolon lebih besar daripada kapasitasabsorpsi. Diare juga dapat

dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi danimunologi.

Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun darikuman,

akan terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasuskeracunan makanan,

biasanya gejala diare seperti muntah akan terlihat lebihdominan dibandingkan diarenya

sendiri. Demam juga mungkin menyertai diareyang diakibatkan oleh infeksi. Selain itu,

adanya perlukaan di mukosa usus akanmenyebabkan adanya darah maupun lendir pada
tinja sehingga diperlukanpencegahan diare untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya

komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai