Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyakat yang

penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan

kematian anak diberbagai Negara termasuk Indonesia.Penyebab utama kematian

akibat diare adalah dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit melalui tinja.

Penyebab kematian lainnya adalah disentri ,kurang gizi dan infeksi.Golongan

umur yang paling banyak menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya

tahan tubuhnya yang masih rendah (Widoyono,2009)

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare merupakan penyebab

nomor satu kematian balita di seluruh dunia.Angka kejadian diare pada anak di

dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 5 juta

jiwa. Statistik di Amerika mencatat tiaptahun terdapat 20-35 juta kasus diare dan

16,5 juta diantaranya adalah balita. Hal tersebut sering terjadi akibat kurangnya

pemanfaatan jamban, buruknya kebersihan perorangan dan lingkungan serta tidak

diberi ASI.Terbukti anak-anak yang diberi ASI jarang terkena penyakit

diare.Angka Kematian balita di negara berkembang akibat diare ini sekitar 3,2

juta setiap tahun. Kematian bayi di Indonesia sangat tinggi, bahkan di seluruh

dunia, Indonesia menduduki rangking keenam dengan angka kejadian sekitar 6

juta bayi yang meninggal pertahunnya.Kematian bayi di Indonesia disebabkan

1
oleh penyakit diare.Untuk mendiagnosis diare, maka pemeriksaan antigen secara

langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas cukup tinggi (70-90%), tetapi

biaya pemeriksaan cukup mahal.

Didunia sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena

diare,sebagian kematian tersebut terjadi di Negara berkembang. Menurut WHO di

Negara berkembang diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare,8

dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari 2 tahun .Rata-rata anak usia

kurang dari 3 tahun di Negara berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam

setahun (Kemenkes RI,2010)

Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di

Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi dengan insiden

maupun period prevalen diare tertinggi adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh,

Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada kelompok usia balita di

Indonesia adalah 10,2 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah

Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten.(riskesdas tahun 2013)

Dinas Kesehatan di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam mencatat pada

tahun 2009 jumlah penderita diare pada balita sebanyak 32.466 orang, untuk

tahun 2010 kasus penderita pada balita yaitu 37.801 balita sehingga terjadi

peningkatan sebanyak 5.335 penderita atau peningkatan sebanyak 16,43%.

Sedangkan blia dibandingkan dengan jumlah kasus pada balita dengan jumlah

kasus keseluruhan yaitu 73.892 kasus atau sebesar 51,22% dan dari kasus yang

ada dijumpai kematian sebanyak 32 orang.

2
Jumlah kasus diare di Provinsi Aceh secara keseluruhan mencapai 256.386

penderita dengan Incidence Rate (IR 31,35 %).Sementara itu kasus diare pada

bayi rata-rata pertahunnya mencapai 13%,hal ini menunjukkan bahwa kasus diare

pada bayi tinggi di Provinsi Aceh.Data dari Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh

,jumlah kasus diare 9.484 kasus, Kasus diare pada bayi mencapai 11,9%(Dinkes

Provinsi Aceh 2010).

Jumlah kasus diare di Puskesmas Kuta Makmur secara keseluruhan pada

tahun 2014 mencapai 836 penderita dengan Incidence Rate (IR 03,47%) ,hal ini

menunjukkan bahwa kasus diare pada anak bayi dan balita cukup tinggi di

Puskesmas Kuta Makmur.(Data Surveilen,2014)

Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah

menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat

menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat (Indonesia) lebih

dikenal dengan istilah “Muntaber”. Penyakit ini mempunyai konotasi yang

mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat

karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam) penderita akan

meninggal.

Tingginya angka kejadian diare balita merupakan masalah yang sangat

serius dan perlu dicari jalan keluarnya.Oleh karena itu, secara umum penulis

memilih judul “Peningkatan Kinerja Petugas Dalam Rangka Meningkatkan

Pemahaman Masyarakat Terhadap Penyakit Diare di Puskesmas Kuta

Makmur”.

3
B. Perumusan Masalah

Melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus diare yang

tidak terlaporkan, departemen kesehatan menganggap diare merupakan isu

prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada

kesehatan mayarakat, sehingga yang menjadi permasalahan utama dalam

penulisanmakalah ini adalah: kurangnya pemahaman masyarakat terhadap

penyakit diare yang disebabkan kurangnya tenaga penyuluh yang tersedia,

kurangnya pemerataan tenaga teknis yang tersedia,terbatasnya monitoring dan

evaluasi yang mengakibatkan rendahnya pelayanan kepada masyarakat yang tepat

sasaran.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode pengumpulan

data :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengalaman kerja yang penulis

temukan di Ruang Poli Umum, Konsultasi dengan pemegang program diare,

petugas surveilen dan petugas promkes.

2. Data Sekunder

Data sekunder penulis peroleh dari laporan SP2TP di Puskesmas,

kepustakaan yang ada pada unit kerja.

4
D. Ruang Lingkup Bahasan

Sehubungan dengan judul karya tulis ilmiah ini yaitu Peningkatan Kinerja

Petugas Dalam Rangka Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Terhadap

Penyakit Diare di Puskesmas Kuta Makmur, maka penulis merencanakan pada

upaya terpenuhinya peningkatan kinerja petugas serta menyiapkan tenaga

penyuluh untuk meningkatkan kemampuan pemahaman masyarakat dan mencapai

target untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai sasaran yang

dituju.

5
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Diare

1. Pengertian

Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali

dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang

yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan

dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baikdan

dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (AMI, 2008).

Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekwensi lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari)

(Rochmad, 2007).

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja.WHO

mendefinisikan bahwa diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam

sehari semalam (24 jam).Para ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri untuk

diare seperti berak lembek,cair,berdarah,berlendir atau dengan muntah

(muntaber)(Widoyono,2009).

2. Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut,

diare persisten dan diare kronis :

6
a. Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung

kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang

dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.

b. Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan

kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dankronik.

c. Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan

penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau

gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30

hari dan terjadi terus menerus.

3. Etiologi

Diare disebabkan oleh infeksi atau penyakit-penyakit yang

menyebabkan kelebihan produksi cairan atau mencegah asupan cairan, karena

bakteri (E. Coli, Shigella, Salmonella, Vibrio,Yersinia, and Campylohacter),

virus (rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus) atau parasit (amoeba, Giardia

lambli). Bisa juga disebabkan oleh: alergi protein susu sapi, intoleransi

karbohidrat, malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein, keracunan

makananzat kimia beracun, toksin mikroorganisme, clostridium perfringens,

stafilokokus dan imonodefisiensi (AMI, 2008).

4. Epidemiologi

Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada balita dari pada anak yang

lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak

perempuan. Penyakit ini ditularkansecara fecal-oral melalui makanan dan

7
minuman yang tercemaratau kontak langsung dengan tinja penderita

(Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman, 1999).Prevalensi diare yang tinggi di

negaraberkembang merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar,

kekurangan protein yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.

5. Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi berikut,

yakni gangguan osmotik dan gangguan sekretorik.(Dirjen PPM & PL, 2005).

Gangguan osmotik atau mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang

dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan

osmotik antara isi usus, dengan cairan ekstraseluler.Diare terjadi jika bahan

yang secara osmotik aktif dan sulit diserap.Bahan tersebut berupa larutan

isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut di

dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi

yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan elektronik akan pindah dari

cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus

sama dengan cairan ekstraseluler dan darah, sehingga terjadi pula diare

(Dirjen PPM & PL, 2005).

Gangguan sekretorik yang diakibatkan oleh rangsangan mediator

abnormal misalnya enterotoksin, menyebabkan vili gagal mengabsorbsi

natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau

8
meningkat.Hal ini menyebabkanpeningkatan sekresi air dan elektrolit ke

dalam rongga usus. Isirongga usus yang berlebihan akan merangsang usus

mengeluarkannya sehingga timbul diare (Dirjen PPM & PL, 2005).

6. Manifestasi klinis

Mula-mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul

diare.Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja

makin lama berubah kehijau-hijauan karena tercampur empedu, karena

seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi

asam akibat banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak

diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan

atau sesudah diare.(Ngastiyah, 1997, Mansjoer, 2000, Asnil, 2003).

Anak-anak yang tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare

akan jatuh pada keadaan-keadaan seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan

asam-basa, hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan sirkulasi (Asnil, 2003).

7. Penatalaksanaan

Menurut Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan Pemukiman,prinsip penatalaksanaan diare akut antara

lain dengan rehidrasi, nutrisi, medikamentosa (Andrianto, 1995).

Kementrian Kesehatan Rakyat Indonesia (2010) mengemukakan

prinsip tatalaksana diare,yang terdiri atas :

9
a. Oralit Osmolaritas Rendah

Mencegah terjadinya Dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah dengan memberikan oralit,bila tidak tersedia berikan

lebih banyak cairan rumah tangga yang mempunyai

osmolaritas rendah yang dianjurkan seperti air tajin,kuah sayur

dan air matang.

b. Zinc

Di negara berkembang,umumnya anak sudah mulai mengalami

defisiensi zinc,bila anak diare,kehilangan zinc bersama

tinja,menyebabkan defisiensi menjadi lebih berat.Pemberian

zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat

keparahan diare.

c. Pemberian ASI

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan

gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap tumbuh kuat

serta mencegah berkurangnya berat badan.Anak yang masih

minum ASI harus lebih sering diberi ASI.Anak yang minum

susu formula diberikan lebih sering dari biasanya.

d. Pemberian Antibiotik hanya atas Indikasi

8. Cara Penularan Diare

Penularan diare umumnya terjadi secara orofaecal yaitu melalui

makanan yang terkontaminasi oleh muntah atau tinja yang mengandung

10
kuman penyakit diare.Penderita diare dapat mengeluarkan tinja yang

mengandung kuman penyebab diare.Bila membuang kotoran/tinja ini tidak

dilakukan di jamban yang tertutup dapat menjadi sumber penularan. Kuman

pada kotoran/tinja dapat langsung ditularkan ke orang lain bila melekat pada

tangan dan kemudian dimasukan ke mulut atau terkontaminasi dengan

makanan. Kuman dapat mencemari air bila kotoran/tinja terbawa atau terkena

air. Bila air tersebut digunakah orang untuk keperluan sehari-hari tanpa

direbus atau dimasak, misalnya untuk menggosok gigi, berkumur-kumur,

mencuci sayur lalap, maka air tersebut dapat menulari orang dengan penyakit

diare.Tinja dapat dihinggapi oleh lalat dan bila lalat ini hinggap dimakanan,

maka makanan tersebut telah terkontaminasi. Penularan dapat terjadi bila

seseorang memakan makanan yang terkontaminasi tersebut. Penderita yang

baru terjangkit, dengan cara yang sama dapat menularkan lagi ke orang lain

dan lingkungan sekitarnya dan seterusnya merupakan lingkaran yang tidak

terputus-putus, dan muncul peningkatan kasus dalam wakturelative singkat

atau dengan kata lain terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Penularan diare ini

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sanitasi lingkungan,

keadaan gizi, sosial dan keadaan sanitasi jelek, pendidikan kesehatan yang

kurang dan perilaku masyarakat (Myrnawati, 2000).

11
Gambar 2.1

Mekanisme Penularan Penyakit Diare

Air
Mati

Tangan
MakananMi
numanSayur Penjamu
Tinja -sayuran (host)
dsb
Lalat

Sakit
Tanah

Sumber : (Myrnawati, 2000)

Dari skema tersebut diatas tampak jelas bahwa peranan tinjadalam

penularan penyakit sangat besar.Dapat langsungmengkontaminasi makanan,

minuman, sayuran, dan juga air, tanah, serangga (lalat, kecoa dan jenis

serangga lainnya), serta bagian-bagian tubuh kita dapat juga terkontaminasi

langsung dengan tinja.

9. Pencegahan Diare

Tindakan dalam pencegahan diare ini antara lain dengan perbaikan

keadaan lingkungan, seperti penyediaan sumber air minum yang bersih,

penggunaan jamban, pembuangan sampah pada tempatnya, sanitasi

perumahan dan penyediaan tempat pembuangan air limbah yang layak.

Perbaikan perilaku ibu terhadap balita seperti pemberian ASI sampai anak

berumur 2 tahun, perbaikan cara menyapih, kebiasaan mencuci tangan

12
sebelum dan sesudah beraktivitas, membuang tinja anak pada tempat yang

tepat, memberikan imunisasi morbili (Andrianto, 1995).

Diare bukan merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan balita

dan tidak akan menjadi masalah utama masyarakat jika orang tua

melaksanakan tugasnya di bidang kesehatan dalam pencegahan dan

penanggulangan diare dengan tepat.Pencegahan diare diantaranya adalah

perilaku sehat dan penyehatan lingkungan(Depkes RI,2011:27-29)

Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang

kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan

sosialnya menjadi sehat (Notoatmodjo, 2003).

10. Penanggulangan Penderita Diare

Pada masa terjadinya KLB, maka perlu dibentuk Tim Gerak Cepat

(TGC) diaktifkan dan jumlah personilnya disesuaikan dengan besar kecilnya

KLB serta daerah operasionalnya.Pusat rehidrasi ini dibentuk untuk

menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan.

Pusat rehidrasi ini di pimpin seorang dokter dan dibantu oleh para

medis.Tugas-tugas Pusat Rehidrasi adalah: merawat dan memberikan

pengobatan penderita diare sesuai dengan tatalaksana penderita, melakukan

pencatatan nama, umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala diagnosa dan

penyuluhah terhadap penderita dan keluarga.Dalam penanggulangan penderita

diare, pemutusan mata rantai penularan penyakit diare dalam KLB meliputi:

peningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang cukup, penyehatan dan

13
perbaikan kualitas air bersih, penyehatan dan perbaikan sarana pembuangan

kotoran, tempat sampah, tempat pengelolaan makanan serta melalui

pengendalian vector, penyuluhan kesehatan, pemanfaatan jamban,

pemanfaatan air bersih dan memasak air minum dan kebersihan lingkungan

serta kondisi kebersihan lingkungan (Depkes RI, 2005).

Penanggulangan diare diantaranya adalah teruskan pemberian

ASI,susu formula,dan makanan padat pada bayi,berikan oralit atau larutan

gula-garam untuk mengganti cairan hilang,berikan makanan seperti biasa dan

hindari makanan yang banyak mengandung serat,seperti sayuran dan

buah,jangan berikan obat anti diare pada anak karena dapat menghambat

kuman yang akan keluar,kenali dan waspadai tanda-tanda dehidrasi pada

anak,jika terjadi diare lebih dari 5 kali sehari,tanda-tanda dehidrasi,berak

berdarah,dan muntah terus menerus maka segera bawa anak ke dokter

(Danarti,2010:8-9)

14
BAB III

PEMECAHAN MASALAH

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan gambaran yang diinginkan dan gambaran sekarang dapat

diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut:

1. Masih kurangnya tenaga penyuluh di desa

2. Belum merata tenaga teknis disetiap unit kerja

3. Tidak terlaksana monitoring dan evaluasi yang memadai

Untuk mencapai masalah utama setelah dilakukan pengujian, maka dapat

ditarik permasalahan pokok yang menjadi prioritas dan sangat kuat adalah

masalah pada no 1 pada pokok permasalahan yaitu “Masih Kurangnya tenaga

kesehatan untuk melakukan penyuluhan ke desa-desa”.

B. Sasaran dan Kebijakan Operasional

Sasaran yang ingin dicapai terhadap masalah-masalah pokok seperti

tersebut dibawah ini:

1. Tidak merata tenaga tehnis disetiap unit kerja

2. Terbatasnya tenaga penyuluh

3. Terbatasnya kegiatan monitoring dan evaluasi

4. Terbatasnya sarana dan prasarana

Berdasarkan permasalahan diatas maka keadaan yang diinginkan untuk

mencapai sasaran tersebut adalah sebagai berikut

15
1. Pemerataan tenaga tehnis disetiap unit kerja dan pelatihan bagi petugas non

teknis.

2. Pemenuhan tenaga penyuluh disetiap desa yang ada diwilayah kerja

Puskesmas.

3. Telah dilaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala yang terjadwal

saat-saat program yang sedang dilaksanakan.

C. Program dan Kegiatan yang Bermasalah

1. Rendahnya Pendidikan/pengetahuan Orang Tua

Pada abad ini telah terjadi revolusi terhadap diare. Hal ini ditandai

dengan berbagai penemuan tentang pengetahuan bagaimana timbulnya

penyakit diare (Patogenesis), penyebab diare (Etiologi), serta cara pencegahan

dehidrasi. Dengan ditemukan berbagai pemecahan masalah diare, dapat

dilakukan pemberantasan diare secara besar-besaran yang melibatkan

berbagai lapisan masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, petugas kesehatan,

hingga masyarakat umum.Sehingga masyarakat tahu bagaimana penyakit

diare dapat dicegah.

2. Budaya yang tidak mendukung

Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat berhubungan

dengan penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi pencemaran sumber

perantara oleh tinja serta menghalangi masuknya sumber perantara tersebut

kedalam tubuh melalui mulut.Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah

perilaku amat penting bagi upaya mencegah diare.Kebiasaan mencuci tangan

16
diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja anak,sebelum

makan atau memberi makan anak dan sebelummenyiapkan makanan.

Kejadian diare makanan terutama yang berhubungan langsung dengan

makanan anak seperti botol susu, cara menyimpan makanan serta tempat

keluarga membuang tinja anak.

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan

dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak,sebelum memasak makanan, sebelum menyuapi makan anak dan

sesudah makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.Kebiasaan ini yang

sering diabaikan oleh keluarga.

3. Rendahnya kesejahteraan pegawai

Untuk memotivasi kinerja petugas yang ada di Puskesmas perlu

adanya rangsangan berupa intensif untuk meningkatkankesejahteraan

mereka.Sebagaimana kita ketahui insentif merupakan salah satu metode untuk

memotivasi petugas agar bekerja lebih baik untuk memperoleh data yang

maksimal.

D. Analisis Masalah

Untuk menemukan prioritas penyebab masalah yang spesifik, maka

masalah pokok yang perlu pemecahannya dapat ditarik kesimpulan yang menjadi

prioritas dan sangat kuat adalah kurangnya tenaga penyuluh dalam melakukan

penyuluhan pada masyarakat di desa.

17
Untuk mewujudkan sasaran tersebut maka penulismengangkatnya menjadi

sasaran kegiatan yang terukur yaitu:terpenuhinya tenaga penyuluh melalui

peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.

E. Menentukan Masalah

Dari ketiga sasaran diatas maka sasaran yang paling dominan dianggap

mendesak untuk diwujudkan dan mempunyai dampak yang paling besar terhadap

sasaran utama dan dianggap paling berhubungan bagi unit kerja adalah:

“Tersedianya tenaga penyuluh”, untuk itu ada beberpa alternatif demi

terwujudnya sasaran tersebut adalah :

1. Terpenuhinya kesejahteraan pegawai yang memadai

2. Peningkatan pengetahuan orang tua

3. Adanya dukungan budaya

4. Adanya dukungan dari Lintas sektoral

F. Menentukan Alternatif

Berdasarkan diatas maka ditentukan pilihan alternatif dengan

mengidentifikasi alternatif yang menjadi perioritas dan sangat kuat adalah

alternatif melaksanakan bimbingan teknis secara berkala, melaksanakan

penyuluhan pada masyarakat, melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh

agama, dapat memberikan solusi terhadap kurangnya pengetahuan masyarakat

seperti yang diharapkan, sehingga terpenuhi pelayanan kepada masyarakat yang

tepat sasaran.

18
Untuk mewujudkan sasaran tersebut maka penulis mengangkatnya

menjadi sasaran kegiatan yang terukur yaitu: terpenuhinya pengetahuan

masyarakat tentang penyakit diare melalui peningkatan sumber daya manusia

yang berkualitas.

G. Rencana Kerja

Untuk memenuhi pengetahuan secara sistematis dengan beberapa pokok

akhir yang menjadi tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan yang terurai dalam

paket-paket kerja serta penjadwalan kegiatan.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus diare yang

tidak terlaporkan, petugas kesehatan menganggap diare merupakan isu prioritas

kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada

kesehatan mayarakat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu

1. Tidak merata tenaga teknis disetiap unit kerja

2. Masih kurangnya tenaga penyuluh

3. Kesejahteraan petugas yang belum memadai

4. Pengetahuan masyarakat yang sangat rendah

5. Faktor sosial budaya yang menghambat

B. Saran

Untuk mencapai target yang diharapkan agar tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penyakit diare, menjadi lebih baik sehingga dapat menekan

angka kasus diare diwilayah tersebut maka perlu langkah-langkah sebagai berikut

1. Pemerataan tenaga teknis yang telah ada disetiap unit kerja (Puskesmas)

2. Permerataan tenaga penyuluh di desa-desa

3. Memberi insentif/kesejahteraan petugas

4. Perlu adanya peran serta tokoh masyarakat dan tokoh agama

20
DAFTAR PUSTAKA

Alde Medikal Internasionale, Kesehatan Anak-anak, 2008.

Andrianto P. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut, edisi 2. EGC, Jakarta,

1995.

Asnil P, Noerasid H, Suraatmadja S, Gastroenteritis Akut, Balai penerbit FKUI,

Jakarta, 2003.

Danarti,D,2010.145 Q & A (Question & Answers) Baby and Child health dari lahir

hingga usia 5 tahun.Yogyakarta.G.Media

Depkes RI,2011,Situasi diare di indonesiaat:www.depkes.go.id (diakses 27 januari

2015)

Depkes RI, Diare Pada Anak, Jakarta, 2005.

________,Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare.Ditjen PPM dan PL, Jakarta,

2005.

________,Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Mileniun

Indonesia,.http;//w3.undp.or.id/pubs/imd.q2004/31/indonesiaMDGBIGoal4.pdf,

2009.

Dirjen PPM & PL, Buku Ajar Diare.Jakarta : Depkes RI, 2005.

Dinkes NAD, Profil Kesehatan, Banda Aceh, 2009.

Dinkes Provinsi Aceh,Profil Kesehatan,Banda Aceh,2010

Kemenkes RI,Profil Kesehatan,Jakarta,2010

Kompas.Com, Angka Kejadian Diare di Indonesia Masih Tinggi, 2008.

21
Myrnawati, Mekanisme Penularan Penyakit Diare, Jakarta, 2000.

Ngastiyah.Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC, 1997.

Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

________, Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

________, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, 2003.

Pickering K. Larry, Snyder DJ.Gastroenteritis. Dalam: Nelson textbook ofpediabics.

Edisi 17., Behrman, Kliegman, Jensen. Editor.Amerika : International edition, www.

Google.com, 2009.

Riskesdas,Data Kejadian Diare,Jakarta,2013

Suandi IKG. Diit Pada Anak Sakit. EGC, Jakarta, 1999.

Sudarmanto, Petunjuk Praktis Imunisasi.Trugus Agridjaya, Jakarta, 1997.

Soebagyo, Diare Akut Pada Anak. Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta, 2008.

Unair:Diare, http://id.medicastore.com/,2008.

Waspada, Pemprov NAD Luncurkan Tahun Sanitasi Internasional

webmastereaceh-eve.org, 2000.

22

Anda mungkin juga menyukai