PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akibat diare adalah dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit melalui tinja.
umur yang paling banyak menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya
nomor satu kematian balita di seluruh dunia.Angka kejadian diare pada anak di
dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 5 juta
jiwa. Statistik di Amerika mencatat tiaptahun terdapat 20-35 juta kasus diare dan
16,5 juta diantaranya adalah balita. Hal tersebut sering terjadi akibat kurangnya
diare.Angka Kematian balita di negara berkembang akibat diare ini sekitar 3,2
juta setiap tahun. Kematian bayi di Indonesia sangat tinggi, bahkan di seluruh
1
oleh penyakit diare.Untuk mendiagnosis diare, maka pemeriksaan antigen secara
langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas cukup tinggi (70-90%), tetapi
Negara berkembang diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare,8
dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari 2 tahun .Rata-rata anak usia
kurang dari 3 tahun di Negara berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam
Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi dengan insiden
maupun period prevalen diare tertinggi adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh,
Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada kelompok usia balita di
Indonesia adalah 10,2 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah
Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten.(riskesdas tahun 2013)
tahun 2009 jumlah penderita diare pada balita sebanyak 32.466 orang, untuk
tahun 2010 kasus penderita pada balita yaitu 37.801 balita sehingga terjadi
Sedangkan blia dibandingkan dengan jumlah kasus pada balita dengan jumlah
kasus keseluruhan yaitu 73.892 kasus atau sebesar 51,22% dan dari kasus yang
2
Jumlah kasus diare di Provinsi Aceh secara keseluruhan mencapai 256.386
penderita dengan Incidence Rate (IR 31,35 %).Sementara itu kasus diare pada
bayi rata-rata pertahunnya mencapai 13%,hal ini menunjukkan bahwa kasus diare
pada bayi tinggi di Provinsi Aceh.Data dari Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh
,jumlah kasus diare 9.484 kasus, Kasus diare pada bayi mencapai 11,9%(Dinkes
tahun 2014 mencapai 836 penderita dengan Incidence Rate (IR 03,47%) ,hal ini
menunjukkan bahwa kasus diare pada anak bayi dan balita cukup tinggi di
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah
karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam) penderita akan
meninggal.
serius dan perlu dicari jalan keluarnya.Oleh karena itu, secara umum penulis
Makmur”.
3
B. Perumusan Masalah
Melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus diare yang
prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada
sasaran.
data :
1. Data Primer
2. Data Sekunder
4
D. Ruang Lingkup Bahasan
Sehubungan dengan judul karya tulis ilmiah ini yaitu Peningkatan Kinerja
dituju.
5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Diare
1. Pengertian
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali
dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang
dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baikdan
dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (AMI, 2008).
bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekwensi lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari)
(Rochmad, 2007).
mendefinisikan bahwa diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam
sehari semalam (24 jam).Para ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri untuk
(muntaber)(Widoyono,2009).
2. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut,
6
a. Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung
kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dankronik.
3. Etiologi
lambli). Bisa juga disebabkan oleh: alergi protein susu sapi, intoleransi
4. Epidemiologi
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada balita dari pada anak yang
lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
7
minuman yang tercemaratau kontak langsung dengan tinja penderita
5. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi berikut,
yakni gangguan osmotik dan gangguan sekretorik.(Dirjen PPM & PL, 2005).
Gangguan osmotik atau mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang
dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan
osmotik antara isi usus, dengan cairan ekstraseluler.Diare terjadi jika bahan
yang secara osmotik aktif dan sulit diserap.Bahan tersebut berupa larutan
isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut di
dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi
yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan elektronik akan pindah dari
cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus
sama dengan cairan ekstraseluler dan darah, sehingga terjadi pula diare
8
meningkat.Hal ini menyebabkanpeningkatan sekresi air dan elektrolit ke
dalam rongga usus. Isirongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
6. Manifestasi klinis
diare.Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi
asam akibat banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan
7. Penatalaksanaan
9
a. Oralit Osmolaritas Rendah
b. Zinc
keparahan diare.
c. Pemberian ASI
gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap tumbuh kuat
10
kuman penyakit diare.Penderita diare dapat mengeluarkan tinja yang
pada kotoran/tinja dapat langsung ditularkan ke orang lain bila melekat pada
makanan. Kuman dapat mencemari air bila kotoran/tinja terbawa atau terkena
air. Bila air tersebut digunakah orang untuk keperluan sehari-hari tanpa
mencuci sayur lalap, maka air tersebut dapat menulari orang dengan penyakit
diare.Tinja dapat dihinggapi oleh lalat dan bila lalat ini hinggap dimakanan,
baru terjangkit, dengan cara yang sama dapat menularkan lagi ke orang lain
atau dengan kata lain terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Penularan diare ini
keadaan gizi, sosial dan keadaan sanitasi jelek, pendidikan kesehatan yang
11
Gambar 2.1
Air
Mati
Tangan
MakananMi
numanSayur Penjamu
Tinja -sayuran (host)
dsb
Lalat
Sakit
Tanah
minuman, sayuran, dan juga air, tanah, serangga (lalat, kecoa dan jenis
9. Pencegahan Diare
Perbaikan perilaku ibu terhadap balita seperti pemberian ASI sampai anak
12
sebelum dan sesudah beraktivitas, membuang tinja anak pada tempat yang
dan tidak akan menjadi masalah utama masyarakat jika orang tua
Pada masa terjadinya KLB, maka perlu dibentuk Tim Gerak Cepat
Pusat rehidrasi ini di pimpin seorang dokter dan dibantu oleh para
pencatatan nama, umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala diagnosa dan
diare, pemutusan mata rantai penularan penyakit diare dalam KLB meliputi:
13
perbaikan kualitas air bersih, penyehatan dan perbaikan sarana pembuangan
pemanfaatan air bersih dan memasak air minum dan kebersihan lingkungan
buah,jangan berikan obat anti diare pada anak karena dapat menghambat
(Danarti,2010:8-9)
14
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
A. Identifikasi Masalah
ditarik permasalahan pokok yang menjadi prioritas dan sangat kuat adalah
15
1. Pemerataan tenaga tehnis disetiap unit kerja dan pelatihan bagi petugas non
teknis.
Puskesmas.
Pada abad ini telah terjadi revolusi terhadap diare. Hal ini ditandai
berbagai lapisan masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, petugas kesehatan,
16
diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja anak,sebelum
makanan anak seperti botol susu, cara menyimpan makanan serta tempat
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
memotivasi petugas agar bekerja lebih baik untuk memperoleh data yang
maksimal.
D. Analisis Masalah
masalah pokok yang perlu pemecahannya dapat ditarik kesimpulan yang menjadi
prioritas dan sangat kuat adalah kurangnya tenaga penyuluh dalam melakukan
17
Untuk mewujudkan sasaran tersebut maka penulismengangkatnya menjadi
E. Menentukan Masalah
Dari ketiga sasaran diatas maka sasaran yang paling dominan dianggap
mendesak untuk diwujudkan dan mempunyai dampak yang paling besar terhadap
sasaran utama dan dianggap paling berhubungan bagi unit kerja adalah:
F. Menentukan Alternatif
tepat sasaran.
18
Untuk mewujudkan sasaran tersebut maka penulis mengangkatnya
yang berkualitas.
G. Rencana Kerja
akhir yang menjadi tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan yang terurai dalam
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus diare yang
kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada
kesehatan mayarakat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu
B. Saran
masyarakat tentang penyakit diare, menjadi lebih baik sehingga dapat menekan
angka kasus diare diwilayah tersebut maka perlu langkah-langkah sebagai berikut
1. Pemerataan tenaga teknis yang telah ada disetiap unit kerja (Puskesmas)
20
DAFTAR PUSTAKA
1995.
Jakarta, 2003.
Danarti,D,2010.145 Q & A (Question & Answers) Baby and Child health dari lahir
2015)
2005.
Indonesia,.http;//w3.undp.or.id/pubs/imd.q2004/31/indonesiaMDGBIGoal4.pdf,
2009.
Dirjen PPM & PL, Buku Ajar Diare.Jakarta : Depkes RI, 2005.
21
Myrnawati, Mekanisme Penularan Penyakit Diare, Jakarta, 2000.
Google.com, 2009.
Soebagyo, Diare Akut Pada Anak. Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta, 2008.
Unair:Diare, http://id.medicastore.com/,2008.
webmastereaceh-eve.org, 2000.
22